- Beranda
- Stories from the Heart
CERMIN
...
TS
kulon.kali
CERMIN

cover keren by. Awayaye
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam sejahtera.
Haloo , selamat pagi, siang dan malam bagi penghuni jagad Kaskus ini.
kali ini saya WN yang menggunakan akun Warisan ini, akan membagikan sebuah cerita yang berbeda dengan 100 Tahun Setelah Aku Mati.
cerita ini adalah cerita dari seorang, ehh maksud saya cerita ini dari dua orang tapi dari dua orang yang ....... Ahhh saya sendiri bingung kalau menjelaskannya secara singkat pada kalian, simak saja ya.
cerita ini lebih nyaman saya sebut sebagai fiksi. jadi jangan over kepo ya saudara-saudara.
dan jika mungkin ada yang "seakan" mengenal tokoh dalam cerita mohon tetap anggap cerita ini fiksi, oke??
cerita ini akan sedikit panjang. saya tidak tau seberapa panjang, dan seberapa lama saya bisa menulisnya. sebisa mungkin akan saya selesaikan sampai pada titik tertentu sesuai permintaan si penutur.
mohon jangan terlalu memburu, jika ada kentang mohon maaf karena keterbatasan saya,
pertanyaan lebih lanjut via ig : @wn.naufal
semoga hikmah dan pembelajaran yang mungkin ada dalam cerita ini bisa diambil oleh pembaca semua.
ini adalah cerita mereka, yang mengaku bernama WISNU MURTI, dan cerita ini dimulai!!
Daftar Isi :
1. Wisnu Murti
2. Aku Wisnu
3. Aku Murti
4. Beradu!
5. Tidak Ada Teman
6. Safe House
7. Mengejutkan Mereka
8. Bertemu Dengan Dajjal
9. Kepo!!
10.KAMI TIDAK INGIN DIPISAHKAN!!!
11.AKU TIDAK GILA!!!
12.KABUR
13.Realita
14.Cinta Yang Normal
15.Hujan Lokal
16.Jurney To The West
17.Harapan Baru
18.Aku Manusia!
19.Si Penggendong Beban Dan Payung Terbang
TANGGAL 6 DESEMBER UPDATE LAGI
Diubah oleh kulon.kali 05-12-2017 00:14
dewisuzanna dan 8 lainnya memberi reputasi
9
70.1K
280
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
kulon.kali
#235
HUJAN LOKAL
Kalian menyimak bagian diatas? Mungkin juga kalian bingung kenapa tiba-tiba keluargaku bisa berkata demikian.. sungguh aku pun juga seperti itu…
Kenapa Ayah yang menolak mentah-mentah pernyataanku, dan nanda yang tidak pernah menyinggungnya tiba tiba seolah mengakui keberadaanku?
--
Hari itu, selang beberapa jam setelah Ayah dan Ibu menjemputku dari sarang. Aku sudah berada dirumahku dengan perasaan aneh.. sangat aneh senang dan bingung diwaktu yang sama..
Ibu, beliau menaruh teh hangat di meja dan menyuguh beberapa potong roti, sambil duduk wanita cantik itu membelai rambutku..
“satu kesalahan dari kami sebagai orang tua kalian adalah kenapa sampai kami tidak mempercayai anak kami sendiri… Wisnu, Murti sekali lagi maafkan Ayah dan Ibumu ini nak” ucap beliau dengan sangat lembut..
“Ibu.. kenapa tiba-tiba Ayah dan Ibu…”
“sekarang Ayah dan Ibumu sudah paham, yaa mulai saat ini Ayah dan Ibu benar-benar harus menerima kalau ternyata Ayah dan Ibu memiliki dua orang anak meskipun hanya satu tubuh” kata Ayah yang memotong pembicaraanku dambil ikut duduk denganku dan ibu..
“tapi.. apakah betul ayah sama ibu benar-benar yakin sekarang?”
“Perkara itu, Ayah sudah berpikir keras. Dan ya, kami sudah yakin memiliki anak yang berbeda dari kebanyakan orang tua lain” ujar ayah sambil sekali lagi mengelus kepalaku
Aku masih bingung, ya belasan tahun hidup tanpa pegakuan dari eksistensiku dan sekarang tiba-tiba seolah aku diterima begitu saja. Akal sehatku berusaha mengelak karena logikaku sulit menerimanya. Sampai tiba-tiba dari balik pintu nanda dating sambil menggendong sesuatu yang berbulu.
“Dajjal?” kataku tidak percaya, ternyata yang digendong oleh nanda adalah kucing hutan yang ditemukan Putri. Yaa itu dajjal, kucing liar jinak bermata satu itu ada di tangan Nanda. Dan seketika itu juga aku paham kenapa hal ini bisa terjadi.
“Putri, terimakasih” ucapku dalam hati, dikuti kalimat sama yang diucapkan Wisnu.
--
Dua hari berlalu, dan hanya tanda koma di tengah nama Wisnu Murti menjadi kado terindah untuk adikku, sebuah pengakuan dari orangtua kami sudah menjadi hadiah yang dinanti-nanti oleh Murti selama kami hidup bersama.
“kamu nekat banget, kan ga perlu kabur juga kali! Malah nyusahin diri sendiri.. Dasar, bikin banyak orang kawatir tau gak!” gerutu Putri dari ujung telepon, teman kini kami sedang berkomunikasi dengan putri. Alhamdulillah akhirnya suara itu bisa didengar lagi oleh Murti yang membuat rasa kangennya terobati, Putri lah yang membuat Murti bisa mendapat pengakuan dari mereka, entah bagaimana putrid bisa meyakinkan Ayah yang selama ini gagal kami yakinkan.
“put.. kamu ada rencana buat balik lagi kesini?” Tanya murti.
“aku harap begitu, tapi yaa aku ngikut ayahku baiknya gimana.. semoga saja aku bisa balik” jawab Putri dengan suara yang menurun.
“kamu sendiri? Apa udah balik kesekolah lagi?” putri bertanya lagi.
“enggak put.. aku gak akan balik lagi ke sekolah”
“ha??? Maksudmu? Iihh kok gitu”balas Putri lagi yang kini dengan suara meninggi.
“iya iya put. Maksudku aku gak akan balik ke sekolah kita dulu, Ayah sama Ibu udah sepakat aku bakal pindah sekolah” jawab Murti sambil membayangkan obrolan keluargaku malam tadi..
--
“adikmu nanda sekarang sudah kelas 8,dan akan menempuh UN. Sedangkan kamu juga sebentar lagi kelas12, Nak Ayah, Ibu dan Nanda sudah sepakat kemarin untuk memindahkan sekolah nanda ke Kota agar kualitaas belajarnya lebih baik, sekarang Ayah tanya ke kamu apa kamu juga mau pindah sekolah? Kemarin Ibu berpendapat bahwa jika kamu pindah sekolah mungkin kamu bisa lebih percaya diri” ujar ayah malam itu. Keluarga kami tengah berkumpul dan merundingkan hal penting.
“ibu tau, Wisnu dan Murti tidak senang sekolah disini kan, mungkin jika pindah sekolah kalian bisa memulai dari nol lagi” tambah ibu sambil menuang teh beraroma melati dari teko keramik.
“iya mas, sekalian nemenin Nanda. Kan kalau Mas Wisnu sama Mas Murti ikut Nanda jadi nggak perlu tinggal di tempat Budhe. Kita bisa kost sendiri, iya kan bu, Yah?” Nanda menimpali sambil merajuk dan memegang tanganku.
Aku dan Murti sama-sama terdiam, yaa itu merupakan usul yang bagus. Mungkin dengan tempat dan suasana baru aku bisa mulai lagi dari nol, yaa aku akan bisa membuat imej baru tentang Wisnu Murti yang baru. Tapi ada satu hal yang mengganjal di pikiran kami.
“Ayah, Ibu, Nanda… Ini murti, Murti seneng sekali Ayah dan Ibu member perhatian kepada Murti, tawaran tadi juga terdengar menyenangkan, tapi Murti tidak yakin. Selama ini Wisnu Murti adalah anak yang penakut, pemalu, kuper dan banyak lagi. Selama ini sekolah dan nggak satupun anak yang mau temenan dengan kami trus apa nanti di tempat baru bakal menjamin Wisnu dan Murti bisa berubah?” tanya Murti dengan serius.
Nanda menunduk, jarinya memainkan ujung lengan kaosnya pertanda dia tidak bisa menjawan, ibu menghela nafas panjang dan Ayah menggeser duduknya hingga mepet denganku.
“manusia itu selalu memiliki pilihan, tinggal kamu mau pilih yang mana. Itu tadi Cuma usulan dan kamu bebas memilih mau tetap disini atau mencoba memulai lagi di tempat lain. Apapun keputusanmu mulai sekarang ayah dan ibu akan dukung. Tapi ingat kamu tidak boleh pesimis seperti tadi, suatu saat nanti kamu akhirnya juga harus mandiri Ayah dan Ibu selama ini merasa perlu memberi kamu perlindungan secara terus menerus. Tapi sampai kapan? Sudah saatnya kita semua berubah, kamu tidak akan selamanya bisa berlindung di ketiak ibumu ketika kamu takut, tidak selamanya ayah juga harus menyelsaikan masalahmu. Kini ayah dan Ibu sudah percaya denganmu, dengan Wisnu, Murti dan Nanda sekarang tinggal bagaimana kalian membuat percaya diri kalian sendiri. Selama kamu pergi kemarin Ayah selalu memikirkanmu, ayah bahkan sampai tidur di kamarmu, ayah sudah lihat semua coretan-coretan dinding, tulisan dan gambar yang kamu buat. Itu semua menyadarkan ayah bahwa sebenarnya kamu mempunyai potensi besar. Ayah jadi menyesal memperlakukanmu seperti anak yang berkebutuhan khusus selama ini. Tapi sekarang lain, berkat temanmu putri kemarin ayah tidak akan lagi berpikir demikian dan akan mulai mempercayakan semua kepadamu Wisnu, Murti.” Kata ayah panjang lebar sambil menepuk-nepuk pundakku.
Kurasaka darahku mengalir dengan cepat, seolah jantungku memompanya ekstra. Hidungku megap dan entah kenapa ada sensasi merinding. Nuansa ini diciptakan oleh Murti yaa.. Ayah yang selama belasan tahun ini tidak mengakuinya kini berbalik dan membesarkan hati anaknya yang sudah sangat rindu dengan dukungan moral ini. Murti mengubah posisi duduknya menjadi tegap, dan dengan mantap dia mengangguk. Lalu kuambil alih tubuh ini untuk kemudia bertanya kepada Ayah.
“Yah, Ini Wisnu.. Wisnu mau tanya, kita mau dipindah kemana” tanyaku antusias.
“kamu, Murti dan Nanda akan pindah ke Bandung di sebuah sekolah yang bagus disana, ayah sudah bicara dengan kepala sekolahnya yang kebetulan teman kuliah ayah dan ada bangku kosong buatmu. Untuk nanda juga sudah ada sekolah bagus yang siap menerima” jawab ayah dengan mantab.
--
“Bandung? Waaahh aku bakal sering mampir ketempatmu besok, yaa walaupun aku sekarang di Jakarta, ayahku bilang tiap akhir pecan bakal ke Bandung buat nengok kantornya yang disana kita ketmu disana ya” Putri berkata dengan suaranya yang khas..
Sore itu Murti menghabiskan waktu dengan ngobrol bersama putri, aku ikut merasakan getaran senang itu hal yang sangat jarang dialami oleh Murti. Nampaknya hidup kami mulai membaik, lembaran baru sebentar lagi dimulai di kota kembang bandung aku dan dua adikku akan memulai langkah awal menjadi sosok yang baru kutepis semua kekhawatiranku dan mencoba mengalihkanya dengan kemungkinan-kemungkinan indah yang semoga terjadi.
Sore itu hujan, tapi disisi sebelah barat langit tampak terang dengan sinarnya yang jingga memanja. Hujan disini belum tentu jadi gelap ditempat lain, yaa benar hidupku disini tidak begitu indah, tapi ada tempat lain disisi barat yang mungkin punya warna berbeda, dan aku akan kesana..
Dajjal mendengkur dipangkuanku, kuelus blakang kupingnya dan dia makin pulas tertidur.. Dajjal kita akan bertualang sebentar lagi.
namakuve dan black392 memberi reputasi
2