Dendam Kesumat...

“Kau tahu, anak muda.. Jika kau tidak menyakiti hati garis keturunan terakhir yang aku jaga, aku berniat memberikan sedikit Ilmu Kesaktian yang akan berguna untuk pertempuran mu kelak melawan Raja Tungga.. Tapi terpaksa aku urungkan niat tersebut, mengingat perilaku mu yang tidak terpuji ke gadis yang ku jaga..

Gw telan tiap kalimat yang diucapkan Kakek Tua tersebut, meski dalam hati merasa diri ini tidak bersalah dan menyayangkan sikap Jin Penjaga nya Reinata, yang tidak mau mendengar penjelasan gw beberapa saat lalu..

“Aku tidak perlu Ilmu kesaktian dari siapapun, Eyang.. Selama aku masih berada di jalan lurus, aku percaya Allah SWT akan selalu memberikan pertolongan, meski untuk hamba hina sekali pun, seperti ku.. Satu lagi, aku tidak merasa telah melakukan kesalahan pada mu atau gadis yang kau jaga, Eyang.. Oleh karena itu, aku akan sekuat tenaga berusaha melawan mu” Jawab gw dengan penuh keyakinan..

“Bagus, aku suka dengan keberanian mu, meski aku tahu kau tidak akan menang.. Terlebih karena kedua Jin Penjaga mu tidak akan mampu menolong, karena aku telah menyamarkan semua aura Jin dan manusia yang ada di dalam hutan ini, termasuk aura mu anak muda.. Bersiap lah untuk menerima hukuman dariku” Ucap Jin Penjaga nya Reinata yang langsung melesat ke arah gw dengan satu telapak tangan terbuka..

Gw kembali menghunus Pedang Jagat Samudera dengan genggaman kedua tangan, lalu menoleh ke arah Bimo dan Ridho..

“Lu berdua jangan ikut campur.. Gw yakin bisa kalahin Jin itu” Teriak gw ke arah mereka, seraya melompat dengan telapak tangan sudah terisi Ajian Tapak Jagat..

Raga gw yang sudah terisi Ilmu Meringankan Tubuh, terus melesat dengan satu telapak tangan kanan diselimuti warna putih, dan telapak tangan kiri memegang Pedang Jagat Samudera, ke arah Jin Penjaga nya Reinata..

Sebuah senyuman dingin terlukis dari wajah kakek tua tersebut, sambil menghunus telapak tangan kanan nya yang juga berselimut cahaya putih.. Sementara, tongkat putihnya nampak berputar-putar di pegangan tangan kiri..

Sosok kami berdua melesat saling mendekat, dengan sama-sama sudah melebarkan telapak tangan masing-masing yang sudah dalam posisi lurus dan terisi Ilmu Kesaktian..

DRRREEETTT....

Suara getaran dua telapak tangan kami yang saling menempel terdengar jelas di telinga gw.. Tenaga dalam yang dikeluarkan oleh Jin Penjaga Reinata terasa sangat kuat menolak dorongan Ilmu Tapak Jagat milik gw.. Kedua mata gw mulai terasa perih dan mengeluarkan cairan.. Hal serupa terjadi dengan hidung dan kedua sela bibir gw, yang sama-sama mengeluarkan cairan..

Anehnya, cairan yang ternyata adalah tetesan darah tersebut, bukan menetes ke bawah, melainkan melayang ke atas, seperti tersedot oleh kekuatan hebat..

Beberapa saat lama nya, tubuh kami berdua berputar-putar diudara dengan posisi kedua telapak tangan masih tertempel satu sama lain..

Senyuman meremehkan Kakek Tua tersebut, terlihat jelas karena berada di jarak setengah tombak dari wajah gw.. Sementara, gw terus mencoba mengerahkan seluruh tenaga dalam ke arah telapak tangan kanan..

“Menyerahlah, anak muda.. Atau kau akan mati konyol ditangan ku” Ucap Jin Penjaga nya Reinata dalam batin gw..

Gw tidak menjawab suara batin nya karena merasakan sakit luar biasa di kepala.. Perlahan-lahan, pandangan gw mulai buram dan terpejam, seiring sinar putih dan merah terasa menyelimuti kedua bola mata.. Setengah kesadaran gw hilang, berganti dengan kesadaran sosok lain yang muncul dalam diri gw..

“Berikan semua kesadaran mu padaku titisan Jagat Tirta.. Niscaya akan aku habisi Jin itu untuk mu” Ucap sebuah suara asing yang mencoba menguasai seluruh kesadaran..

Gw terdiam sambil terus memejamkan kedua mata.. Mencoba tidak mendengarkan bisikan gaib yang gw yakini bukan berasal dari sosok yang gw kenal..

“Jangan serahkan kesadaran mu pada sosok yang ada dalam diri mu, Ngger.. Atau dia akan menguasai mu seutuhnya” Ucap seseorang yang terdengar seperti suara Kakek Moyang gw, Ki Suta..

Kepala gw terasa semakin sakit, seperti hendak meledakkan isi nya.. Kedua mata gw mulai terbuka dan menatap nanar Jin Penjaga nya Reinata.. Sesaat, wajah Kakek Tua tersebut nampak terkejut melihat dua bola mata gw sudah berubah merah dan putih..

“Akan kubuktikan seberapa dahsyat kekuatan ku” Ucapan sosok asing terdengar kembali dalam batin gw..

Entah mendapat kekuatan dari mana, gw merasa seluruh tubuh terasa sangat ringan seiring semua rasa sakit menghilang seketika.. Sementara, Jin Penjaga nya Reinata nampak seperti hendak menarik telapak tangannya yang masih menempel di telapak tangan gw..

Sebuah senyuman menyeringai tersungging tanpa sadar di wajah gw, setelah Jin Penjaga nya Reinata berhasil melepas telapak tangan nya, lalu melayang mundur untuk menjauh.. Secepat kilat, gw melayang berdiri diudara dan melemparkan Pedang Jagat Samudera, lalu mendorong telapak tangan kiri yang sudah diselimuti warna merah dan putih ke arah sosok Kakek Tua tersebut..

SEETT.. SETTT...

Dua larik sinar merah dan putih melesat keluar dari telapak tangan kiri gw dan mengejar Jin Penjaga nya Reinata.. Melihat dua kekuatan dahsyat datang mengancam keselamatannya, Kakek Tua tersebut mengayunkan tongkat putihnya dua kali..

Dua sinar putih tercipta dari ayunan tongkat putih Jin Penjaga nya Reinata dan melesat ke arah dua sinar putih dan merah dari telapak tangan kiri gw..

BUUUUMMM!!!

Sebuah ledakan maha dahsyat tercipta dari bentrokan dua kesaktian yang berkekuatan jauh berbeda.. Jin Penjaga nya Reinata nampak terlempar jauh ke belakang dan menabrak puluhan pohon berukuran dua pelukan tangan, hingga tumbang dan patah.. Sementara, gw hanya terdorong satu tombak dengan posisi masih berdiri melayang-layang diudara..

Sejenak, pandangan gw nanar melihat Ridho dan Bimo serta Rampak Tantra yang sama-sama tergeletak di atas tanah, karena tersapu gelombang ledakan dahsyat barusan.. Jauh ditengah-tengah mereka tercipta sebuah lubang sedalam satu meter berukuran sangat besar.. Dalam hati, gw merasa iba melihat kedua saudara tersebut yang nampak terluka..

Namun gw tak mampu menguasai tubuh yang seakan digerakkan sosok lain.. Hanya setengah kesadaran yang masih tersisa dalam benak gw.. Pandangan gw sempat melirik ke arah telapak tangan kanan yang mulai diselimuti sinar putih dan merah, seperti yang terjadi dengan telapak tangan kiri sebelumnya.. Ini pertanda sebuah Ajian kembali akan dikeluarkan oleh telapak tangan gw..

Sebuah senyuman menyeringai kembali terlukis tanpa sadar di wajah gw, begitu melihat Jin Penjaga nya Reinata nampak berjalan tertatih-tatih dari balik patahan puluhan pohon.. Secepat kilat, tubuh gw terasa melesat sendiri ke arah sosok Kakek Tua jelmaan Jin Penjaga nya Reinata, dengan telapak tangan sudah terhunus di depan..

Tiba-tiba, dua telapak tangan terasa memegang bahu gw dari arah belakang dan membuat gw lemas seketika.. Gw sempat menoleh ke belakang dan melihat sosok Ki Purwagalih dan Ki Suta sedang tersenyum disana.. Sebelum akhirnya kedua mata gw terpejam, seiring tubuh ini yang meluncur jatuh ke bawah..

Kedua mata gw terbuka dan mendapati diri sudah berada di sebuah tempat bercahaya temaram.. Gw sempat terjatuh saat mencoba berdiri dari batu pualam pipih berwarna hitam, tempat asal gw terbaring.. Pandangan gw beredar ke sekeliling ruangan, mencoba mencari tahu dimana gerangan gw berada saat ini..

“Dimana, gw? Bukannya tadi ada Ki Suta dan Ki Purwagalih?” Tanya gw ke diri sendiri sambil mencoba bangkit kembali..

Benak gw untuk sesaat mengingat pertempuran melawan Jin Penjaga nya Reinata, hingga lepas kendali dan mulai tersadar saat dua sosok Jin yang sering menolong gw tersenyum sambil memegang bahu dari belakang..

Semua nampak buram dalam pandangan gw.. Beberapa kali gw mencoba menggunakan Ilmu Tembus Pandang dan Ilmu Pemberian Raden Dwipa, namun tidak membuat perubahan sama sekali.. Alhasil, dengan jangkauan pandangan pendek, gw berusaha berjalan sambil meraba-raba kesana kemari..

Tiba-tiba, sebuah bayangan hitam tertangkap pandangan mata gw berkelebat secepat kilat mendekat.. Gw segera memasang kuda-kuda dan bersiap menghadapi ancaman yang mungkin bisa membahayakan keselamatan gw..

Pedang Jagat Samudera sempat gw panggil untuk keluar, namun tidak ada reaksi apapun dari arah bahu.. Gw segera memegang bahu kanan berusaha merasakan hawa sakti Pedang tersebut.. Tapi tidak ada hawa apapun yang terasa dari bahu gw.. Seperti Pedang Jagat Samudera sudah tidak bersemayam lagi didalamnya..

Menyadari Pedang Sakti pemberian Kakek Moyang gw tidak lagi berada dalam bahu, gw langsung mengalirkan tenaga dalam ke tangan.. Seketika, kedua telapak tangan gw terselimuti cahaya putih dari Ajian Tapak Jagat, hingga membuat pandangan gw sedikit mampu melihat ke sekeliling, meski masih dalam jangkauan pandang yang tidak jauh..

Beberapa saat, gw berusaha mengamati tiap detail tempat gw saat ini berada.. Dinding batu yang lembab berlapis lumut hitam, membuat gw berasumsi jika sekarang gw sedang berada di sebuah gua.. Suara tetesan air yang tertangkap jelas di kedua telinga gw, mengundang rasa dahaga teramat mencekik di tonggorokan..

Masih dengan sikap penuh waspada, gw merapatkan diri ke dinding batu berlumut dan mulai berjalan perlahan-lahan..

Mendadak, sekelebat bayangan hitam yang bergerak dengan sangat cepat, kembali tertangkap dalam pandangan gw, namun kali ini jaraknya sudah sangat dekat..

Menyadari, ada bahaya yang mengintai, gw segera memukulkan kedua telapak tangan yang sudah terisi Ajian Tapak Jagat ke segala arah..

DUARR.. DUARR.. DUARR..

Suara ledakan terdengar beberapa kali, saat telapak tangan gw menghantam apapun yang ada di sekitar, di susul suara runtuhan batu gua yang bergemuruh.. Dengan pandangan masih tertutup pekat nya kegelapan dalam gua, gw menutupi kepala dengan kedua punggung lengan, mencoba melindungi diri dari reruntuhan batu..

Tiba-tiba, satu tenaga kuat mendorong tubuh gw ke belakang, hingga menghantam dinding gua dan merosot jatuh ke bawah.. Rasa sakit mulai menjalar dari kepala dan punggung gw yang barusan terhempas menghantam dinding batu..

Dengan pandangan masih tertutupi kegelapan, gw mencoba bangkit dan mengumpulkan sisa-sisa tenaga untuk mengeluarkan Ajian Tapak Jagat kembali..

Beberapa kali gw mendengar suara tawa seseorang yang berpindah-pindah tempat secepat kilat.. Tanpa pikir panjang, gw menghantamkan Ajian Tapak Jagat ke beberapa titik terdengarnya tawa tersebut.. Tapi nihil.. Yang gw dengar hanya suara runtuhan batu tanpa disusul jeritan seseorang..

Suara nafas gw terdengar tersengal-sengal karena kehabisan tenaga.. Hampir seluruh tenaga dalam gw terkuras akibat mengeluarkan Ajian Tapak Jagat.. Gelapnya gua dan tipisnya udara membuat gw cepat sekali kehabisan tenaga.. Kondisi ini benar-benar sangat tidaj menguntungkan buat gw..

Sejenak, gw teringat akan Sekar dan Bayu Barata serta beberapa mahluk gaib yang selalu akan datang jika gw panggil, atau jika keadaan gw sedang dalam mara bahaya.. Tanpa berpikir dua kali, gw mencoba memanggil mereka satu persatu,berharap salah satu dari mereka akan memberi pertolongan dan mengeluarka gw dari tempat ini..

Mendadak, sekelebatan bayangan hitam kembali muncul dan melesat secepat kilat ke arah gw.. Leher gw seketika tercekik oleh tangan seseorang, hingga membuat tubuh gw terangkat keatas.. Pandangan gw nanar menatap sosok berjubah hitam yang menutupi sebagian wajah hingga kaki nya, yang saat ini sedang membenamkan lima kuku panjang di leher gw..

“Akhirnya, aku bisa bertemu langsung dengan mu, diri ku” Ucap seseorang yang saat ini sedang mencengkram leher gw dengan sangat kuat..