Serangan Jin Penjaga nya Reinata...

Saat gw membuka mata, suasana kami berada sudah berubah menjadi sebuah hutan kecil cukup lebat.. Kedua mata gw memandang ke sekeliling.. Dalam hati, gw seperti pernah manyambangi tempat ini..

Tiba-tiba, suara layaknya ringkikan kuda terdengar bersahut-sahutan disusul dengan kelebatan puluhan bayangan coklat yang sedang melompat dengan sangat cepat dari satu pohon ke pohon lain.. Kedua tangan gw mulai terbuka dan diselimuti sinar putih, pertanda Ajian Tapak Jagat sudah gw siapkan untuk menghadapi mahluk-mahluk yang akan muncul..

“Tenang, Mam.. Kita berada di daerah kekuasaan Rampak Tantra.. Yang akan datang adalah rakyat-rakyat nya” Ucap Bimo yang membuat gw mengerutkan dahi..

Sejenak, gw berdiam diri meski masih menyiapkan Ajian Tapak Jagat di kedua telapak tangan.. Pandangan gw memperhatikan tiap kelebatan bayangan yang mulai mendekat.. Sementara, Rampak Tantra mulai berjalan maju membelakangi kami berdua..

Satu persatu mahluk berwujud sama dengan Rampak Tantra mulai melesat turun dengan posisi langsung setengah berlutut dengan kepala menunduk hormat ke Jin Penjaga nya Bimo.. Pandangan gw mulai mencermati jumlah semua mahluk tersebut yang totalnya ada tiga puluh sosok..

“Hutan ini kerajaan Rampak Tantra ya, Bim? Pantas Pedang Jagat Samudera gw ga bereaksi apapun” Tanya gw ke arah Bimo yang masih berdiri dengan tegap..

“Iya, Mam.. Selepas tewasnya Raja Rampak di tangan anaknya sendiri, yaitu Rampak Tantra.. Sejak itu pula, Jin Penjaga gw didaulat menjadi Raja menggantikan mendiang ayahnya, sampai sekarang” Jawab Bimo menjelaskan

Baru gw hendak menarik kembali Ajian Tapak Jagat, tiba-tiba Pedang Jagat Samudera bereaksi dengan membuat bahu gw sangat panas dan..

SRIENGG!!!

Pedang tersebut mencelat keluar dari bahu, tanpa gw panggil sebelumnya dan melayang persis dihadapan gw.. Gw langsung menggenggam gagang Pedang Sakti tersebut dan melirik ke arah Bimo yang sama-sama sudah menghunus Tombak Geni miliknya..

Pandangan gw mulai menyisir tiap tempat, seiring sebuah kekuatan besar mulai terasa mendekati kami, bersamaan dengan Rampak Tantra dan puluhan pasukannya meringkik keras..

Tiba-tiba, sebuah sinar putih melesat ke hadapan kami semua dan melayang-layang untuk beberapa saat di udara.. Kedua mata gw terus menatap tajam ke arah sinar menyilaukan tersebut dengan posisi sudah bersiap..

Perlahan-lahan, sinar putih itu meredup dan berganti menjadi sosok Kakek Tua bergamis putih dengan tongkat putih yang dipegangnya, disertai tatapan nanar nya ke arah kami semua, lalu terhenti di sosok gw..

“Eyang..” Ucap gw tertahan saat mengenali sosok tersebut yang ternyata adalah Jin Penjaga nya Reinata..

“Lu kenal sama dia, Mam?” Tanya Bimo yang sudah memasang kuda-kuda sambil menghunus Tombak Geni nya dan melirik gw dengan tatapan bingung..

“Ini yang mau gw omongin ke lu tadi, Bim.. Panjang umur, dia nongol duluan” Kata gw yang memang sudah menduga, bahwa Jin Penjaga Reinata akan mencari gw cepat atau lambat..

Suara ringkikan pasukan Rampak Tantra kembali terdengar keras menggaungi seantero hutan wilayah kekuasaan mereka.. Satu persatu dari pasukan Rampak Tantra nampak melangkah mundur, saat pandangan Jin Penjaga nya Reinata menatap tajam ke arah mereka..

Tapi berbeda dengan Rampak Tantra junjungan mereka.. Mahluk tinggi besar dengan sekujur tubuh ditutupi bulu-bulu kasar nan panjang, malah melompat maju ke hadapan Jin berupa Kakek Tua tersebut, yang perlahan-lahan melayang turun dan berdiri berpijak diatas tanah..

“Aku menghormati mendiang Raja Rampak, meski bergabung dengan Raja Siluman dan harus mati ditangan mu, Sang Putra Mahkota Kerajaan.. Jangan coba halangi maksud kedatangan ku kemari, yang ingin menghukum pemuda berpedang Sakti itu, atau aku terpaksa menyakiti mu dan siapapun yang mencoba mencampuri niat ku” Ucap Jin Penjaga nya Reinata dengan wajah diselingi senyuman dingin, sambil menunjuk ke arah gw..

Rampak Tantra terdengar meringkik keras seperti tersinggung akan ucapan beliau barusan.. Tanpa tedeng aling-aling, Jin Penjaga nya Bimo langsung mencabut sejumput bulu kasarnya dan melempar kan ke arah Kakek Tua tersebut..

Sebuah senyuman meremehkan sempat tersungging dari mulut Jin Penjaga nya Reinata, seiring puluhan tombak tajam jelmaan bulu Rampak Tantra melesat ke arah nya..

Dengan santai, Jin Penjaga nya Reinata meniupkan nafasnya ke arah puluhan tombak tersebut.. Serangkuman gelombang angin dahsyat keluar dari mulut Kakek Tua itu dan berhasil menyapu semua tombak hingga terpental ke belakang.. Bahkan beberapa tombak Rampak Tantra yang terlempar kembali, tertancap di tubuh empat sosok pasukannya..

Melihat darah hitam sudah tertumpah dari pihaknya, Rampak Tantra langsung melompat sambil membuka mulutnya dan melemparkan beberapa bulu yang dicabut dari alisnya..

Selarik sinar merah melesat keluar dari mulut Rampak Tantra, disertai lima buah tombak berwarna emas yang terjelma dari bulu alis matanya.. Sinar merah dan lima tombak emas tersebut melesat secepat kilat ke arah Jin Penjaga nya Reinata.. Sementara, Rampak Tantra sudah mendarat kembali ke atas tanah dengan posisi setengah berlutut..

Sesaat, Jin Penjaga nya Reinata memicingkan mata melihat enam serangan yang tidak main-main sedang melesat ke arah nya.. Sambil berteriak, kakek tua tersebut mengetukkan ujung tongkat putihnya ke atas tanah..

Sebuah gelombang kejut tercipta dari ketukan ujung tongkat tersebut dan berhasil menghempaskan sinar merah dan lima tombak emas Rampak Tantra ke berbagai arah.. Tidak cuma itu, puluhan pasukan Jin Penjaga nya Bimo, nampak terpental dan menghantam pohon-pohon besar yang ada disana..

Sementara, gw dan Bimo menggunakan sejata sakti kami masing-masing sebagai penolak serangan Jin penjaga nya Reinata, dengan menghujamkannya ke dalam tanah .. Bimo sendiri setelah nya, melompat dan menangkap tubuh Rampak Tantra yang terpental jauh ke belakang..

Gw yang sudah mengetahui kedatangan sosok Kakek Tua tersebut ada hubungannya dengan ancaman Reinata, langsung melompat dan mendarat lima tombak di hadapannya sambil terus menghunus Pedang Jagat Samudera..

“Mam, lu gila mo lawan tuh jin sendirian?” Teriakan Bimo terdengar di batin gw..

“Gw ulur waktu sebisa mungkin.. Lu coba panggil Ridho.. Tapi jangan panggil Suluh” Jawab gw sambil berjalan mendekat ke arah Jin Penjaga nya Reinata

“Jika kau lebih bernyali dan menghadapi ku sejak aku tiba, mungkin tidak ada korban yang terjatuh saat ini” Ucap Jin Penjaga nya Reinata dengan tatapan semakin tajam..

Gw menelan ludah mendengar ucapan sosok jin yang kekuatannya jauh berada di atas semua jin yang pernah menjadi lawan gw.. Dengan hati sedikit gentar, gw memutuskan untuk memasukkan Pedang Jagat Samudera kembali ke bahu, sebagai sebuah isyarat tidak menantang..

Sesaat, gw merasa kesulitan untuk memasukkan Pedang Jagat Samudera yang terus bergerak kesana kemari.. Sepertinya Pedang Sakti pemberian Kakek Moyang gw itu, menolak keputusan gw dengan sengaja tidak mau terbenam kembali dalam bahu kanan..

“Sepertinya Pedang Sakti mu ingin menjajal kekuatan ku, anak muda” Ucap Jin Penjaga nya Reinata..

Gw sempat mengerutkan dahi saat Kakek Tua tersebut tidak lagi memanggil gw dengan sebutan Cah Bagus..

“Maaf, Eyang.. Aku sama sekali tidak berniat untuk menyakiti Reinata maupun melawan mu.. Aku hanya mengatakan apa yang harus aku jelaskan ke gadis yang kau jaga” Ucap gw sambil menghunus kembali Pedang Jagat Samudera yang memang tidak mau masuk ke dalam bahu..

Sesaat, Jin Penjaganya Reinata menatap gw dengan tatapan meremehkan.. Lalu menunjukkan ujung tongkat putihnya ke arah gw.. Gw tertegun melihat ujung tongkat tersebut mulai mengeluarkan pendaran sinar merah..

“Sebenarnya aku sempat bersimpati pada mu, anak muda.. Sampai-sampai aku harus mengorbankan kesempatan terakhir ku untuk menggunakan Ilmu Terlarang, guna menyelamatkan hidup mu tempo hari.. Semua aku lakukan atas permintaan garis keturunan terakhir yang harus aku jaga.. Angkat senjata mu dan kita bertarung sampai aku puas bermain-main.. Meski dengan sangat mudah aku bisa melenyapkan mu dengan satu kali serangan” Ucap Kakek Tua tersebut dengan wajah bengis..

Mendengar kalimat terakhir, darah gw mulai mendidih karena merasa diremehkan.. Pedang Jagat Samudera pun terasa bergetar dalam genggaman tangan gw, ditandai dengan semakin terangnya sinar putih dan biru yang menyelimuti Pedang tersebut..

“Hanya karena cinta, sosok sakti seperti mu mau mengotori tangan, Eyang?” Tanya gw dengan sorot mata tajam membalas tatapan nanarnya..

“Kurang ajar, berani kau menghina ku” Ucap Jin Penjaga nya Reinata dengan kedua mata melotot dan mengayun kan tongkat putihnya..

DESS!!!

Selarik sinar merah mengandung kekuatan tinggi, melesat keluar dari ujung tongkat putih tersebut ke arah gw.. Dilain pihak, gw sudah menggenggam Pedang Jagat Samudera dan menyalurkan setengah tenaga dalam ke Pedang itu..

Sesaat, gw tersenyum begitu merasakan Pedang Sakti itu sama-sama terasa menyalurkan setengah hawa saktinya dan melebur menjadi satu dengan tenaga dalam gw.. Pendaran sinar putih nampak semakin terang, seiring balutan sinar biru laut yang kian menyala.. Sayup-sayup, terdengar suara deburan ombak Laut Utara yang menghantam karang..

Sambil melompat satu tombak keatas, gw mengayunkan Pedang Jagat Samudera yang sudah terisi gabungan tenaga dalam gw dan hawa sakti Pedang tersebut..

WESS!!!

Ayunan Pedang Jagat Samudera yang tergenggam erat dalam genggaman kedua tangan gw, menghasilkan selarik sinar putih terang berselimut cahaya biru menyala dengan posisi memanjang, bersiap menebas apapun..

Suara deburan ombak mengamuk dilautan terdengar, seiring melesatnya sinar putih diselimuti cahaya biru laut ke arah sinar merah..

DUARRR!!!

Dentuman suara ledakan terdengar bersamaan dengan beradunya dua kekuatan yang sangat tidak seimbang.. Sebuah bola api berwarna merah menyala tercipta dari bentrokan tersebut..

Gw terlempar ke belakang karena tersapu gelombang ledakan tadi, dan sempat menghantam sebuah pohon setengah pelukan tangan hingga tumbang, sebelum akhirnya ditahan seseorang..

“Hoi, Mamen.. Hati-hati lah” Teriak seseorang yang menahan punggung gw..

Gw sempat terhuyung sambil meringis menahan sakit dipunggung, namun langsung berdiri dan tersenyum begitu melihat orang yang berada dibelakang gw adalah Ridho.. Pandangan gw mengamati keadaan sekitar untuk beberapa saat..

“Lu ga ngajak Suluh, kan?” Tanya gw penasaran..

“Suluh cewe gw sekarang, kampret! Kenapa pake nanyain dia segala?” Bentak Ridho dengan tatapan sebal..

“Iya, iya.. Gw bercanda” Sahut gw yang mulai merasakan sakit di dada..

Sesaat, gw merasakan sesuatu mengalir dari sela bibir.. Gw seka benda cair tersebut dan cukup terkejut setelah mengetahui ternyata darah yang menjejaki sela bibir gw..

“Lu terluka, Men” Kata Ridho dengan wajah cemas..

Gw tidak menjawab kalimat Ridho barusan.. Tatapan gw memandang ke arah Jin Penjaga nya Reinata dengan tajam, dan di balas seulas senyuman dingin dari sosok Kakek Tua tersebut..

“HAHAHA.. Hanya menghadapi kakek renta seperti ku, kau memanggil satu saudara mu yang lain, anak muda?” Ejek Jin Penjaga nya Reinata setelah mentertawakan gw..

“Aku bukan pengecut seperti yang kau pikirkan, Eyang.. Aku berjanji, tidak akan menggunakan bantuan dari mereka untuk mengalahkan mu” Jawab gw dengan penuh rasa percaya diri, meski gw tahu sosok yang menjadi lawan kali ini jauh di atas gw kesaktiannya..

“Lu gila, Bree.. Lu udah terluka dalam.. Lu bisa mati konyol kalo lawan dia sendirian” Kata Ridho mencoba memperingatkan gw, sambil menarik bahu gw dari belakang..

“Gw lebih baik mati secara terhormat.. Dari pada diejek sebagai seorang pengecut, Dho” Jawab gw dengan suara bergetar..