Pembunuh...

Gw terus berlari dengan kedua telapak tangan sudah terisi Ajian Tapak Jagat.. Dari belakang, terdengar suara teriakan seseorang memanggil nama gw, mungkin Reinata.. Tapi sama sekali tidak gw hiraukan teriakan tersebut..

Seketika gw hantam sisi kanan mobil dengan dua telapak tangan yang sudah terselimuti cahaya putih..

BRAKK!!! BRAAKK!!! PRAANG!!!

Suara mobil yang terguling tiga kali terdengar keras, disusul suara kaca yang pecah dan teriakan orang-orang yang ada didalamnya.. Gw terus berjalan selangkah demi selangkah menuju mobil yang sudah dalam posisi terbalik kira-kira 15 meter dari tempat gw berdiri..

Senyuman menyeringai tersungging di wajah gw.. Seiring nafas yang semakin memburu dan denyut jantung semakin cepat berdetak.. Hawa panas yang keluar dari bahu, semakin membuat panas kedua mata gw..

Terlihat seseorang yang ada di samping kursi pengemudi, mencoba membuka pintu mobil yang nampaknya terkunci dengan posisi tubuh menekuk.. Dengan satu tangan kanan, gw tarik pintu tersebut hingga terlepas dari engsel, dan membuangnya jauh ke arah samping.. Orang yang ada didalamnya terdengar berteriak ketakutan..

Pandangan mata gw meskipun diselimuti warna putih, namun mampu melihat jelas wajah orang yang sedang merangkak keluar dari pintu mobil yang sudah gw buang.. Benak gw pun sudah lebih banyak dikuasai oleh emosi.. Dengan tersenyum menyeringai, naluri gw seakan menjelma layaknya hewan buas yang melihat seekor hewan buruan sedang merangkak lemah, menunggu ajal menjemput..

“Jangan sakiti gw” Ucap seorang pemuda berambut gondrong sebahu sambil sesekali meringis menahan sakit..

Wajah orang itu nampak pucat dan berlumuran darah.. Ada beberapa pecahan kaca yang masih tertancap di pipinya.. Dengan kedua punggung lengan, orang itu menutupi kepala dan wajahnya sambil meringkuk bersandar karena takut..

Tangan kanan gw mulai bergerak maju, lalu menarik sebelah kaki pemuda tersebut..

“LEPASIN KAKI GW!!! TOLONG!!” Teriak nya dengan suara nyaring sambil mencoba meraih apapun sebagai pegangan..

Sementara, gw terus menyeret nya tanpa sekalipun menoleh ke belakang.. Tiba-tiba...

PRAKK!!!

Seseorang memukul kepala gw dengan sesuatu.. Gw menoleh ke belakang sambil mengayunkan tangan yang masih memegang sebelah kaki orang yang gw seret, hingga tubuhnya terlempar jauh dan menghantam tanah keras.. Mata gw menatap ke arah orang yang sudah gw lempar tadi.. Sosok nya nampak bergerak-gerak sesaat, kemudian perlahan-lahan terdiam.. Suara erangannya pun tak lagi terdengar.. Mungkin pingsan atau bisa jadi mati..

Sementara, di hadapan gw ada satu orang berdiri dengan tubuh gemetaran, sambil memegang leher botol yang bagian bawahnya sudah pecah karena digunakan untuk memukul kepala gw tadi..

Entah apa yang sedang merasuki gw saat ini.. Gw hanya bertindak menuruti emosi yang membuat gw seperti setengah sadar.. Dalam hati gw hanya ada dendam yang harus gw lampiaskan..

Gw kembali menyeringai, lalu dengan cepat mencekal leher pemuda itu menggunakan tangan kanan.. Dengan mudah gw mengangkat tubuhnya beberapa jengkal dari tanah.. Beberapa kali pemuda yang lehernya sudah tercekik itu, menusuk dan menggores lengan kanan gw dengan leher botol yang masih di genggamnya..

Kedua mata gw menatap ujung pecahan leher botol, sedang mengoyak kemeja hitam yang menutupi lengan, hingga sobek di beberapa bagian.. Tidak ada rasa sakit sama sekali.. Tidak ada luka gores maupun luka tusukan di lengan gw.. Tidak ada darah.. Sementara, koyakan pecahan botol terasa semakin melemah, seiring cekikan gw yang semakin kuat..

Sisa botol yang masih dipegang pemuda tersebut jatuh ke tanah berumput.. Berganti dengan kedua tangan yang mencoba melepaskan cengkraman gw dari lehernya..

“Siapa yang hancurin mobil gw?” Tanya gw dengan suara bergetar sambil mengencangkan cekikan dileher pemuda yang berambut cepak..

“RRRE....” Ucap pemuda itu dengan suara tersedak sambil menunjuk ke arah samping..

Kepala gw langsung menoleh ke arah yang ia tunjuk.. Tatapan mata gw membesar melihat seseorang yang gw kenali sedang mencoba berlari meski dengan terpincang-pincang..

“RENO...” Kata gw setengah berbisik sambil terus menatap pemuda yang menjadi otak dari semuanya

“IMAAAM!!!” Teriakan Reinata kembali terdengar dari belakang..

Gw melirik ke arahnya dengan dua bola mata yang sudah berubah putih.. Gadis itu nampak sedang berlari menuju ke arah gw, bersama dengan sosok Jin Penjaga nya yang melayang diatas kepala..

Kepalan tangan gw terbuka dengan sendirinya, lalu memukulkan Ajian Tapak Jagat ke arah Reinata dari jarak jauh.. Selarik sinar putih yang tak kasat mata jika dipandang oleh mata telanjang, melesat keluar dari telapak tangan kiri.. Sosok Jin Penjaga Reinata yang berupa Kakek Tua, ikut melesat turun dan menahan serangan gw dengan ujung tongkatnya, cukup jauh didepan gadis itu....

Sesaat, gw tersenyum dingin melihat sosok Jin tersebut tersurut mundur beberapa tombak ke belakang.. Lalu membuang sinar putih dari Ajian Tapak Jagat ke atas langit.. Untuk beberapa detik, langit diatas kami nampak terang disusul suara gemuruh seperti guntur..

“JANGAN IKUT CAMPUR!!!” Ucap gw ke arah Jin tersebut yang wajahnya menampilkan raut kecemasan..

Pandangan gw kembali ke wajah pucat pemuda yang masih berada dalam cekikan tangan kanan.. Sambil tersenyum menyeringai, gw segera melepas cengkraman tangan dari leher pemuda yang nyawa nya sudah hampir meninggalkan raga itu, hingga jatuh tergeletak diatas tanah.. Sejenak gw menatap ke arah seonggok tubuh manusia yang barusan nyaris meregang nyawanya di tangan gw.. Sedikit pun tidak ada rasa sesal terbersit didalam hati, yang ada hanya adalah rasa haus untuk membunuh..

Gw sengaja membiarkan Reno untuk terus berlari, karena masih ada dua orang lagi pelaku penghancuran mobil yang tersisa.. Biarkan Reno menikmati letihnya berlari dengan dicekam rasa takut...

Dua orang yang tersisa nampak masih terperangkap di dalam mobil.. Yang satu terlihat seperti orang sedang tertidur pulas, dengan kepala berlumuran darah dengan posisi tubuh terbalik.. Yang satunya lagi, sudah berhasil mengeluarkan kedua kakinya, setelah menendang sisa-sisa kaca yang masih menempel di jendela mobil..

Kembali mata gw menatap dengan nanar dan sebuah senyuman menyeringai, memandangi dua calon korban dari amukan emosi gw.. Tangan kanan gw mulai memegang atap mobil yang sudah terbalik, pada satu celah jendela.. Beberapa pecahan kaca yang masih menempel dijendela, terdengar hancur ikut tergenggam oleh telapak tangan..

“MO NGAPAIN LU?? JANGAN.. GW MOHON JANGAN.. AMPUNI KAMI!!!” Teriak satu orang yang kedua kaki nya sudah keluar, sambil menggoyang-goyangkan bahu temannya yang mungkin pingsan atau mati..

Entah lah, gw ga perduli lagi dengan keadaan mereka, seperti mereka yang tega menghancurkan mobil peninggalan Ayah.. Dengan mengerahkan sedikit tenaga dalam, gw mulai mengangkat kendaraan tersebut..

“HAAAA” Suara teriakan gw menggema bersamaan dengan terlemparnya mobil AP* Hitam 30 meter dari tempat gw berdiri..

Sesaat, gw menatap ke arah mobil dan terus menembus kedalam benda yang sudah remuk itu.. Dua orang pemuda nampak sudah terkulai didalamnya.. Dengan kondisi masing-masing yang cukup mengenaskan..

Gw tersenyum puas melihat satu persatu dari tiap pelaku penghancuran mobil Almarhum Ayah, sudah menerima pembalasan dendam gw.. Jangan tanya apakah gw menyesal.. Tidak, seperti mencekik salah satu pemuda tadi.. Gw sama sekali tidak merasakan sebuah penyesalan.. Yang ada malah rasa puas gw yang belum sempurna, karena masih ada satu lagi pelaku yang tersisa..

Gw berusaha mencari sosok Reno dalam pekatnya malam.. Tanpa menggunakan Ajian Tembus Pandang, gw bisa melihat sosok terakhir buruan gw itu, sedang bersembunyi dibalik sebuah pohon besar..

Gw segera berlari cepat dan tiba dalam sekejap dihadapan Reno.. Pemuda itu langsung berdiri dengan wajah sangat-sangat terkejut..

“Lu otak yang nyuruh mereka semua kan?” Tanya gw dengan tatapan mata tajam..

“Gw.. Gw minta maaf, Mam.. Gw bakal perbaikin mobil lu.. Gw ganti sama yang baru kalo perlu” Ucap Reno dengan wajah seputih kapas..

“Gw mau nyawa lu” Jawab gw datar, dan membuat kedua mata pemuda itu terbelalak..

Dengan cepat, gw mencekik leher pemuda yang selalu mencari gara-gara itu, hingga terhempas ke batang pohon.. Gw mendorong ke atas tubuh Reno yang merapat di pohon, dari cengkraman tangan kiri dilehernya, sampai terangkat satu jengkal di atas tanah.. Sementara, telapak tangan kanan gw terbuka dan mulai diselimuti sinar putih..

“BUNUH!! BUNUH DIA!!! LAMPIASKAN DENDAM MU!!!”

Benak gw mulai dipenuhi suara-suara yang menyuruh, untuk segera melenyapkan sosok yang sedang meronta, mencoba melepaskan diri dari cekikan tangan gw.. Beberapa detik sebelum Ajian Jagat Tirta menghancurkan wajah Reno, seseorang terasa memeluk lengan kanan gw yang sudah terisi Ajian Tapak Jagat..

Sesaat, gw mendengar sayup-sayup suara tangisan dari jarak dekat dan sedikit terkejut saat menoleh ke samping kanan, Reinata sedang bermandikan airmata disana, sambil memeluk lengan gw..

“Sudah, Mam.. Aku mohon hentikan..” Ucap Reinata seraya terisak dan menempelkan wajahnya di lengan kanan gw..

DEG...

Seketika emosi gw menurun, seiring airmata gadis itu mengenai lengan gw.. Pandangan gw pun mulai kembali normal perlahan-lahan..

UHUKK.. UHUUKK..

Suara terbatuknya Reno membuat gw sadar, bahwa saat ini gw sedang mencekik nya.. Dengan cepat gw lepaskan cengkraman tangan gw dari lehernya, dan membuat Reno langsung jatuh tersungkur di atas tanah.. Beberapa kali pemuda itu terbatuk-batuk sambil mencoba menarik nafas yang mungkin sempat hilang...

“Rei, apa yang gw udah perbuat?” Tanya gw ke Reinata yang masih terisak..

Reinata sendiri menatap gw dengan tatapan sendu dan kedua mata yang masih digenangi airmata.. Dari jauh, sayup-sayup gw mendengar suara sirene yang terdengar semakin mendekat..

“Lu bakal masuk penjara.. Gw sempet telpon polisi tadi.. Akhirnya gw yang menang” Ucap Reno yang sudah duduk bersandar di pohon, dengan wajah masih pucat..

Gw terkejut mendengar kalimatnya, lalu mulai berlari menghampiri dua orang yang sudah gw buat celaka.. Dengan wajah tegang, satu persatu gw pegang lehernya, berharap masih ada sisa-sisa denyut nadi.. Tapi tidak ada tanda-tanda kehidupan pada dua pemuda yang tadi gw lempar dan cekik..

Ingatan gw kembali ke dua orang yang ada di dalam mobil yang sudah gw lempar tadi.. Tanpa pikir panjang, gw juga berlari dan mengeluarkan tubuh mereka dari sana..

“Astaghfirullah” Ucap gw dengan suara bergetar, saat mengetahui jika mereka berdua juga sudah tidak bernafas..

Gw jatuh terduduk, menatap nanar ke arah dua mayat yang sudah tergeletak tak bernyawa.. Lalu memandang ke arah dua mayat lagi yang tergeletak cukup jauh..Mereka semua tewas ditangan gw..

Reinata nampak berjalan mendekat diiringi Jin Penjaga nya.. Wajah gadis itu nampak sangat mengisyaratkan sebuah rasa kehancuran..

“Gw bunuh orang, Rei.. Mereka mati ditangan gw” Ucap gw kembali dengan nada lemah, sambil menatap kedua telapak tangan yang bergetar..

Dari arah samping kanan, gw melihat dua mobil memasuki area lapangan berumput, dengan lampu menyorot terang dan suara sirene yang Cumiakkan telinga..

“Eyang, tolong bawa kami pergi jauh dari sini” Pinta Reinata ke sosok Kakek Tua, yang disambut dengan tatapan tajam Jin Penjaga nya itu..

“Aku mohon, Eyang” Pinta Reinata kembali dengan dua airmata yang lagi-lagi terjatuh di pipinya...