- Beranda
- Stories from the Heart
Yaudah 3: Kuliah Kerja Nyata?
...
TS
dasadharma10
Yaudah 3: Kuliah Kerja Nyata?
Selamat datang di thread ketiga yang merupakan lanjutan dari Yaudah Gue Mati Ajadan Yaudah 2: Challenge Accepted.
Sebelumnya, ijinkan gue buat memperkenalkan diri. Bagi pembaca setia kisah gue, pastinya kalian udah enggak asing dengan nama Muhdawi. Tapi bagi pembaca yang baru masuk ke thread ini, pastinya kalian asing dengan nama yang enggak biasa itu. Perkenalkan, nama lengkap gue Muhammad Danang Wijaya. Biasanya orang-orang manggil gue Dawi yang diambil dari singkatan nama gue Muhdawi. Kalian bisa panggil gue Dawi, atau kalo mau ikut-ikutan manggil gue Sawi juga enggak masalah. Gue orangnya idem, apa yang lo mau, kalo gue bisa, pasti gue usahakan. Anyway, langsung aja masuk lebih dalam ke thread ini. Sekali lagi gue ucapkan, selamat datang di thread ini.
Sebelumnya, ijinkan gue buat memperkenalkan diri. Bagi pembaca setia kisah gue, pastinya kalian udah enggak asing dengan nama Muhdawi. Tapi bagi pembaca yang baru masuk ke thread ini, pastinya kalian asing dengan nama yang enggak biasa itu. Perkenalkan, nama lengkap gue Muhammad Danang Wijaya. Biasanya orang-orang manggil gue Dawi yang diambil dari singkatan nama gue Muhdawi. Kalian bisa panggil gue Dawi, atau kalo mau ikut-ikutan manggil gue Sawi juga enggak masalah. Gue orangnya idem, apa yang lo mau, kalo gue bisa, pasti gue usahakan. Anyway, langsung aja masuk lebih dalam ke thread ini. Sekali lagi gue ucapkan, selamat datang di thread ini.
Quote:
Quote:
Spoiler for Sinopsis:
Spoiler for Index:
Diubah oleh dasadharma10 16-10-2018 23:34
andybtg dan 14 lainnya memberi reputasi
11
359.2K
1.3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dasadharma10
#72
PART 12
“Ke-kesurupan gimana ya maksudnya?” tanya gue ragu. “E-emang gue ngapain?”
“Kesurupan?” seru Luther berlarian membawa barang bawaan. “Kirain gue doang yang sadar kalo semalem ada yang kesurupan.”
“Tunggu,” kata gue menarik duduk si Luther. “Lo kenapa enggak bilang kalo gue kesurupan?”
“Kok abang, sih?” ucap Luther melepaskan diri. “Bukannya yang kesurupan si Yansa, ya? Yang duduk di sebelah kiri, di kursi navigator mobil depan si Yansa, kan?”
“Bukan, Lut,” bantah Cassie. “Gue yakin banget semalam tuh bang Dawi, dia keluar lewat pintu sopir.”
“Iya,” kata Dinda yang tiba-tiba berdiri di depan pintu kamar cowok. “Gue juga lihat bang Dawi keluar dari mobil.”
“Bukannya malah lo ya Din yang kesurupan?” tanya si Bull dar belakang Dinda. “Gue lihat dari mobil belakang kalo lo bentur-benturin kepala ke kaca belakang sambil ngarahin lampu hape ke mobil belakang.”
Dinda? Dia nyalain hape? Bukannya semalem gue bangunin dia tapi dianya enggak bangun? Terus gue terpaksa turun mobil itu kenapa kalo bukan gara-gara Dinda enggak bangun? Tunggu, kenapa jadi saling bertolak belakang gini ceritanya?
“Semalem gue emang turun dari mobil,” jelas gue ke semua. “Tapi itu gara-gara gue bangunin Dinda tapi enggak bangun-bangun. Begitu gue samperin mobil kalian….”
Enggak, gue enggak boleh cerita soal ibu tua itu. Bisa jadi anak-anak bakalan kabur gara-gara persoalan konyol kayak gini. Gue butuh mereka buat menyelesaikan KKN gue ini. Apapun yang terjadi gue enggak boleh cerita.
“Ada apa, Bang?” tanya Luther mendesak. “Lo kalo ada apa-apaan cerita dong.”
“Enggak,” ucap gue pelan. “Banyakin doa aja.”
“Banyakin doa gimana?” tanya Dinda mulai panik. “Abang tuh pasti sembunyiin sesuatu, kan?”
“Oke!” kata gue menghentikan rengekan Dinda. “Begitu gue lihat mobil belakang, gue lihat bajunya Cassie kebuka bagian dada! Waktu dia sadar gue lagi merhatiin, gue langsung pura-pura kerasukan! Puas lo berdua?!”
Gue berjalan keluar kamar. Lebih jauh lagi. Gue berjalan ke luar rumah dan melangkahkan kaki gue ke arah rumah-rumah warga. Dengan vape di tangan, gue mencoba menjernihkan pikiran.
“Bang!” seru suara seseorang yang cukup familiar di telinga gue. “Sini!”
Sewaktu gue tengok, Melly melambaikan tangannya ke arah gue.
Setelah gue hembuaskan asap tebal dari vape, gue segera menghampiri dia. Maya? Dia enggak kelihatan, sepertinya dia lagi di dalam sama pak RW.
“Si Maya di dalem?” tanya gue mengantongi vape.
“Maya?” ucapnya bingung. “Emang Maya ke sini?”
“Lhoh, bukannya tadi lo keluar bareng Maya?”
“Dari tadi gue sendirian kali, Bang.”
“Ke-kesurupan gimana ya maksudnya?” tanya gue ragu. “E-emang gue ngapain?”
“Kesurupan?” seru Luther berlarian membawa barang bawaan. “Kirain gue doang yang sadar kalo semalem ada yang kesurupan.”
“Tunggu,” kata gue menarik duduk si Luther. “Lo kenapa enggak bilang kalo gue kesurupan?”
“Kok abang, sih?” ucap Luther melepaskan diri. “Bukannya yang kesurupan si Yansa, ya? Yang duduk di sebelah kiri, di kursi navigator mobil depan si Yansa, kan?”
“Bukan, Lut,” bantah Cassie. “Gue yakin banget semalam tuh bang Dawi, dia keluar lewat pintu sopir.”
“Iya,” kata Dinda yang tiba-tiba berdiri di depan pintu kamar cowok. “Gue juga lihat bang Dawi keluar dari mobil.”
“Bukannya malah lo ya Din yang kesurupan?” tanya si Bull dar belakang Dinda. “Gue lihat dari mobil belakang kalo lo bentur-benturin kepala ke kaca belakang sambil ngarahin lampu hape ke mobil belakang.”
Dinda? Dia nyalain hape? Bukannya semalem gue bangunin dia tapi dianya enggak bangun? Terus gue terpaksa turun mobil itu kenapa kalo bukan gara-gara Dinda enggak bangun? Tunggu, kenapa jadi saling bertolak belakang gini ceritanya?
“Semalem gue emang turun dari mobil,” jelas gue ke semua. “Tapi itu gara-gara gue bangunin Dinda tapi enggak bangun-bangun. Begitu gue samperin mobil kalian….”
Enggak, gue enggak boleh cerita soal ibu tua itu. Bisa jadi anak-anak bakalan kabur gara-gara persoalan konyol kayak gini. Gue butuh mereka buat menyelesaikan KKN gue ini. Apapun yang terjadi gue enggak boleh cerita.
“Ada apa, Bang?” tanya Luther mendesak. “Lo kalo ada apa-apaan cerita dong.”
“Enggak,” ucap gue pelan. “Banyakin doa aja.”
“Banyakin doa gimana?” tanya Dinda mulai panik. “Abang tuh pasti sembunyiin sesuatu, kan?”
“Oke!” kata gue menghentikan rengekan Dinda. “Begitu gue lihat mobil belakang, gue lihat bajunya Cassie kebuka bagian dada! Waktu dia sadar gue lagi merhatiin, gue langsung pura-pura kerasukan! Puas lo berdua?!”
Gue berjalan keluar kamar. Lebih jauh lagi. Gue berjalan ke luar rumah dan melangkahkan kaki gue ke arah rumah-rumah warga. Dengan vape di tangan, gue mencoba menjernihkan pikiran.
“Bang!” seru suara seseorang yang cukup familiar di telinga gue. “Sini!”
Sewaktu gue tengok, Melly melambaikan tangannya ke arah gue.
Setelah gue hembuaskan asap tebal dari vape, gue segera menghampiri dia. Maya? Dia enggak kelihatan, sepertinya dia lagi di dalam sama pak RW.
“Si Maya di dalem?” tanya gue mengantongi vape.
“Maya?” ucapnya bingung. “Emang Maya ke sini?”
“Lhoh, bukannya tadi lo keluar bareng Maya?”
“Dari tadi gue sendirian kali, Bang.”
JabLai cOY dan 2 lainnya memberi reputasi
3
