- Beranda
- Stories from the Heart
[Action, Special Ability] Erik the Vampire Hunter
...
TS
Shadowroad
[Action, Special Ability] Erik the Vampire Hunter
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ane mau share novel buatan ane sendiri gan
Novel ane bergenre action, horror, romance, school-life dan supranatural
Inspirasi dapat dari alur game, film, anime, kehidupan, komik, mitologi, legenda dan novel yang pernah ane amati
Part 62: Erik dan Vela Versus Pengendali Tulang
Spoiler for Begini gan ceritanya::
Cerita ini tentang seorang remaja dari Jakarta yang keluarganya terbunuh karena kaum vampire. Cowok remaja ini bernama Erik Calendula. Setelah selamat dari bencana yang dibuat kaum vampire, dia lalu memohon pada Arthur Pendragon. Arthur adalah salah satu dari beberapa pemburu vampire yang menyelamatkan Erik. Dibakar oleh tangisan, amarah dan dendam atas kematian keluarganya, Erik meminta Arthur untuk mendidiknya agar menjadi seorang pemburu vampire. Erik berniat menghancurkan organisasi vampire penebar bencana yang menjadi penyebab kematian orang tuanya.
Arthur menyetujui permintaan Erik. Sebelum dididik, Erik dibawa ke markas pemburu vampire di Jakarta yang bernama Knights of the Silver Sword. Lebih singkatnya, organisasi ini biasa disebut Silver Sword. Setelah bergabung dengan Silver Sword dan dibekali pelatihan dari Arthur, karir Erik sebagai pemburu vampire dimulai. Seperti Arthur, Erik juga memiliki kemampuan untuk mengendalikan listrik.
Arthur menyetujui permintaan Erik. Sebelum dididik, Erik dibawa ke markas pemburu vampire di Jakarta yang bernama Knights of the Silver Sword. Lebih singkatnya, organisasi ini biasa disebut Silver Sword. Setelah bergabung dengan Silver Sword dan dibekali pelatihan dari Arthur, karir Erik sebagai pemburu vampire dimulai. Seperti Arthur, Erik juga memiliki kemampuan untuk mengendalikan listrik.
Spoiler for Daftar Isi:
Prolog: Hotel Indonesia
Part 1: Arthur Datang Menjenguk
Part 2: Sekolah
Part 3: Kekuatan Dietrich
Part 4: Amanda Myrna
Part 5: Kisah Raja Arthur
Part 6: Pelabuhan
Part 7: Ghoul
Part 8: Bersembunyi di Rumah Kosong
Part 9: Amanda sang Pembunuh
Part 10: Lightning Versus Sand
Part 11: Kematian Rudy
Part 12: Rumah Sakit
Part 13: Teman Sekelas
Part 14: Kunjungan Mario dan Maya
Part 15: Cerita di Malam Hari
Part 16: Serangan Vampire
Part 17: Sungai Kapuas
Part 18: Kelompok Elena Versus Taiyou no Kishi
Part 19: Lantai Tiga
Part 20: Maya Versus Callista
Part 21: Lantai Dua
Part 22: Serangan Balik
Part 23: Kekuatan Callista
Part 24: Rumah Bergaya Belanda
Part 25: Immortals
Part 26: Empat Pertanyaan
Part 27: Der Schwarze Stein
Part 28: Mantra Deprehensio
Part 29: Kelompok Elena Versus Si Ekor Kalajengking
Part 30: Kolam-kolam Air
Part 31: Hydromancer Magnus
Part 32: Sepulang Sekolah
Part 33: Mall Kemang
Part 34: Korban Vampire
Part 35: Chibi, Chernov dan Minsk
Part 36: Pengejaran
Part 37: Tim Erik dan Tim Maul Versus Geng James Wood
Part 37.1: Hutan Ilusi
Part 37.2: Eyes of Markmanship
Part 37.3: Sand Versus Fire
Part 37.4: Pedang dan Tameng Es
Part 37.5: Maul dan Vira Versus James Wood
Part 38: Arthur Versus Lu Bu
Part 39: Agen Ganda
Part 40: Rumah Darkwing Bersaudara
Part 41: Tiga Produk
Part 42: Di Perbatasan Uni Soviet
Part 42.1: Diego Versus Dragovich
Part 43: FlyHigh
Part 44: Pecandu dari Pluit's Boat
Part 45: Kartel Ching Yan
Part 46: Ervan Versus Werewolf
Part 47: Berlindung di Balik Mobil
Part 48: Marga Asakura
Part 49: Hantu di Rumah Amanda
Part 50: Emmy Merah
Part 51: Pisau Dapur yang Melayang
Part 52: Lantai Dua
Part 53: Tim Sandra dan Dua Emmy
Part 54: Elektrokimia
Part 55: Aswatama
Part 56: Erik, Dietrich, Amanda Versus Arthur
Part 57: Erik, Dietrich, Amanda Versus Aswatama
Part 58: Napoleon Bonaparte dan Timnya
Part 59: Melacak
Part 60: Arthur Versus Jie Xiong
Part 61: Penyelamatan Professor Vaugh
Part 62: Erik dan Vela Versus Pengendali Tulang
Part 1: Arthur Datang Menjenguk
Part 2: Sekolah
Part 3: Kekuatan Dietrich
Part 4: Amanda Myrna
Part 5: Kisah Raja Arthur
Part 6: Pelabuhan
Part 7: Ghoul
Part 8: Bersembunyi di Rumah Kosong
Part 9: Amanda sang Pembunuh
Part 10: Lightning Versus Sand
Part 11: Kematian Rudy
Part 12: Rumah Sakit
Part 13: Teman Sekelas
Part 14: Kunjungan Mario dan Maya
Part 15: Cerita di Malam Hari
Part 16: Serangan Vampire
Part 17: Sungai Kapuas
Part 18: Kelompok Elena Versus Taiyou no Kishi
Part 19: Lantai Tiga
Part 20: Maya Versus Callista
Part 21: Lantai Dua
Part 22: Serangan Balik
Part 23: Kekuatan Callista
Part 24: Rumah Bergaya Belanda
Part 25: Immortals
Part 26: Empat Pertanyaan
Part 27: Der Schwarze Stein
Part 28: Mantra Deprehensio
Part 29: Kelompok Elena Versus Si Ekor Kalajengking
Part 30: Kolam-kolam Air
Part 31: Hydromancer Magnus
Part 32: Sepulang Sekolah
Part 33: Mall Kemang
Part 34: Korban Vampire
Part 35: Chibi, Chernov dan Minsk
Part 36: Pengejaran
Part 37: Tim Erik dan Tim Maul Versus Geng James Wood
Part 37.1: Hutan Ilusi
Part 37.2: Eyes of Markmanship
Part 37.3: Sand Versus Fire
Part 37.4: Pedang dan Tameng Es
Part 37.5: Maul dan Vira Versus James Wood
Part 38: Arthur Versus Lu Bu
Part 39: Agen Ganda
Part 40: Rumah Darkwing Bersaudara
Part 41: Tiga Produk
Part 42: Di Perbatasan Uni Soviet
Part 42.1: Diego Versus Dragovich
Part 43: FlyHigh
Part 44: Pecandu dari Pluit's Boat
Part 45: Kartel Ching Yan
Part 46: Ervan Versus Werewolf
Part 47: Berlindung di Balik Mobil
Part 48: Marga Asakura
Part 49: Hantu di Rumah Amanda
Part 50: Emmy Merah
Part 51: Pisau Dapur yang Melayang
Part 52: Lantai Dua
Part 53: Tim Sandra dan Dua Emmy
Part 54: Elektrokimia
Part 55: Aswatama
Part 56: Erik, Dietrich, Amanda Versus Arthur
Part 57: Erik, Dietrich, Amanda Versus Aswatama
Part 58: Napoleon Bonaparte dan Timnya
Part 59: Melacak
Part 60: Arthur Versus Jie Xiong
Part 61: Penyelamatan Professor Vaugh
Part 62: Erik dan Vela Versus Pengendali Tulang
Gan, setelah baca mohon komennya, ya
Ane sangat menerima kritik dan saran
Pertanyaan juga sangat dianjurkan, supaya agan2 dapat lebih memahami cerita yang rumit ini
Kalau terjadi kesalahan seperti tanda baca, kurang jelas, ketidak konsistenan cerita mohon diingatkan ya gan
Terima kasih gan
Diubah oleh Shadowroad 26-11-2017 06:31
2
86.8K
Kutip
544
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
Shadowroad
#524
Part 62: Erik dan Vela Versus Pengendali Tulang
Spoiler for Part 62: Erik dan Vela Versus Pengendali Tulang:
“Jangan! Kalian tidak bisa ...,” Amanda tidak setuju.
“Siap, Erik. Kami akan membantumu setelah berhasil menyelamatkan Vaughn,” kata Dietrich seraya menoleh ke Amanda dan Ezra bergantian. Ezra hanya mengangkat bahu. Sepertinya Ezra tidak terlalu mempermasalahkan.
Tiba-tiba saja si pengendali tulang melesat ke Amanda yang baru saja mulai beranjak. Beruntung, reflek Amanda dan bantuan dari Ezra berhasil menangkis palu tulang mematikan itu. Terlambat sedikit saja, kepala Amanda bisa remuk.
“HENTIKAAAN!!!” kombinasi listrik Erik dan air Vela membuat pengendali tulang mundur untuk menghindari air berlistrik.
Erik dan Vela langsung menggempur si pengendali tulang. Berperan sebagai barikade agar bisa melindungi teman-temannya. Pengendali tulang itu berusaha menembus pertahanan Erik dan Vela namun sia-sia. Dietrich, Amanda dan Ezra sudah melangkah jauh. Memaksa si pengendali tulang agar bertarung melawan mereka.
“Wah, wah,” kata si pengendali tulang sambil menyilangkan lengan, “Pengendali air ya?”
Tulang-tulang muncul di jari-jarinya. Membentuk cincin tulang keras yang siap digunakan untuk meninju. Tiba-tiba saja dia berlari menghampiri Vela dan langsung meninjunya. Bagian depan Vela dilapisi oleh air. Karena tinju lawannya terlalu kuat, lapisan air Vela langsung pecah membasahi lantai dan menghantam perut Vela. Tubuhnya terhempas dan menghantam dinding. Gadis vampire tidak mengira bahwa tinju lawannya bisa menghancurkan tameng air.
Melihat kursi lipat di samping, Erik buru-buru meraihnya. Karena terbuat dari logam, Erik memanfaatkan sifat konduktor listrik. Dengan kursi yang dialiri listrik biru, Erik memukulkan kursi logam itu ke lengan lawan hingga armor tulangnya remuk dan berhasil menyentuh kulit. Kesakitan, si pengendali tulang mengibaskan tangannya yang kekar sehingga membuat Erik terhempas. Sebelum membentur dinding, Erik sudah menembakkan empat panah listrik kuning. Salah satu panahnya berhasil melumpuhkan tangan si pengendali tulang.
“Kerja bagus, Erik!” kata Vela.
Air-air Vela menggulung tangan si pengendali tulang. Menghasilkan luka memar yang serius. Dengan kecepatan vampire, Vela menggunakan dinding sebagai tumpuan, melakukan salto dan tendangannya menghantam kepala lawan. Jidat pengendali tulang menghantam lantai hingga remuk. Vela memainkan pisau lipat dan menusukkan ke sela-sela tubuh yang tidak dilindungi oleh armor tulang. Kemudian mengoyak kulit untuk memperlebar lukanya.
Pengendali tulang itu menjerit dan menghempaskan Vela. Erik mencoba menangkap tubuh Vela yang terlempar tapi malah dia yang tertimpa Vela. Tubuh mereka meretakkan laci kayu besar yang terletak di dekat tangga. Tubuh pengendali tulang memang lelah dan sakit. Lukanya sangat dalam sehingga darah yang mengucur pun deras hingga membasahi lantai. Rasa murka di kepalanya menutupi rasa lelah di tubuh. Baru kali ini dia dipermalukan oleh bocah-bocah manipulator level C.
“Kalian para bocah!!! Kalian pikir dengan bisa mempermainkanku seperti ini?” kata si pengendali tulang sambil mengkonsumsi narkotika, “Berani-beraninya memperlakukanku seperti ini!!! Nih, kukembalikan pisaumu!!”
Pisau Vela meluncur ke muka Erik. Dengan reflek yang baik, Erik langsung merunduk. Dia sudah siaga ketika pengendali tulang itu mencabut pisaunya. Belum sempat menjangkau Erik, di depannya muncul gumpalan air besar yang memerangkap pisaunya. Vela menarik kembali gumpalan air dan mengambil pisaunya.
Karena terlalu berkonsentrasi pada lemparan pisau, Erik dan Vela terkejut melihat sesuatu seperti ekor yang bergerak-gerak di belakang si pengendali tulang. Rupanya dia menggunakan lemparan pisau untuk mengalihkan perhatian Erik dan Vela sementara dirinya menumbuhkan ekor tulang. Si pengendali tulang langsung berderap menyerang Erik dan Vela. Kedua tangannya dilapisi cincin tulang. Tameng air Vela tadi berhasil ditembusnya. Ketika selisih jarak dengan pengendali tulang mengecil, Erik dan Vela melompat dan bergulingan. Terdengar suara kayu hancur. Suaranya cukup keras sehingga Erik sudah tahu laci kayu itu hancur tanpa perlu melihat.
Tidak mau memberikan jeda waktu, pengendali tulang langsung menyerang Erik. Kali ini tidak dengan tinju tulangnya tapi dengan ekornya runcing. Erik berusaha mencari celah sehingga berani berhadapan dengan tusukan bertubi-tubi seperti itu. Namun bukannya menemukan celah, Beberapa kulitnya tergores dan tangannya tertusuk. Erik hanya bisa menangkis dan menghindar. Meski begitu, Erik tetap gigih dan terus fokus menghadapinya.
Sebuah roda air dari Vela mampu menghentikan serangan pengendali tulang. Tapi sayangnya roda air itu tak terkendali dan menggulung Erik juga. Roda air hancur ketika membentur dinding. Membuat Erik dan pengendali tulang terlempar ke arah yang berlawanan. Pusing dan belum bisa bangkit, Erik masih terkapar di lantai sambil memegangi kepalanya. Topengnya pun hancur. Sementara si pengendali tulang sudah bangkit. Dia tidak terlalu pusing karena armor tulang melindungi kepalanya dari benturan. Terhuyung-huyung, dia berjalan mendekati Erik dengan ujung ekor yang sudah siap menusuk.
“Hentikan!!!” teriak Vela sambil menembakkan bola air.besar.
Sebuah bola air seukuran televisi menghantam tulang ekor. Hantaman dan kepadatannya begitu keras hingga mampu membuat hancur berkeping-keping. Serpihan-serpihan tulang rontok ke rantai. Sambil melihat Erik berusaha bangkit, Vela tersenyum puas. Namun senyumnya lenyap ketika serpihan-serpihan tulang di lantai tiba-tiba saja melayang di udara.
“Bagiku, meriam airmu hanya candaan semata,” senyum si pengendali tulang sambil mengkonsumsi narkotika lagi.
Puluhan serpihan tulang berpencar ke Erik dan Vela. Erik langsung melompat ke balik meja dan berlindung di baliknya. Tindakan Vela lebih nekat. Peluru-peluru air fokus melukai armor tulang lawan hingga retak. Gadis berambut seleher itu tidak mempedulikan serpihan-serpihan tulang runcing yang menusuk kulitnya. Toh dirinya juga seorang vampire yang bisa beregenerasi. Tindakan nekat yang membuat Erik melongo. Peluru-peluru air Vela berhasil membuat si pengendali tulang berlutut.
Vela melihat tangan Erik yang menyala kebiruan. Dua manipulator itu saling bertatapan dan mengangguk. Meski jarak antara dirinya dan Erik agak berjauhan, kemungkinan besar serangannya sudah cukup. Vela menciptakan air besar lagi dan menghantamkannya ke pengendali tulang. Sekali lagi tubuhnya basah kuyup. Gadis itu tahu lawannya sudah lemas gara-gara pendarahan yang disebabkan oleh tusukan pisaunya.
“Ion-ion air yang bercampur darahnya sudah kuurai,” kata Vela, “Mungkin sudah dapat menghantarkan listrik dengan baik.”
Listrik biru di tangan Erik kini sudah berubah menjadi tombok listrik berukuran kecil. Begitu listriknya sudah terkonsentrasi, Erik langsung melemparkannya tanpa pikir panjang lagi. Silver Sword itu langsung berlutut karena kelelahan. Tombak listrik yang menderu terbang ke tubuh lawannya. Sialnya, ternyata si pengendali tulang masih memiliki energi. Dia menghindari serangan listrik sehingga tombak listrik biru hanya menghancurkan armor tulang di lengan kirinya.
“Apa-apaan dia??? Maaf, Vela!!!” kata Erik yang terengah-rengah sambil mengetes pengendalian listrik yang ternyata hanya bisa mengeluarkan listrik kuning, “Kukira dia sudah kalah!!!”
Vela menggertakkan gigi menahan geram dan berkata, “Kukira juga begitu.”
Terkejut melihat lawannya masih bisa menghindari serangan air, Vela menggenggam handgun dan langsung menghujani si pengendali tulang dengan puluhan peluru. Si pengendali tulang memasang lengan kanannya yang armor tulangnya masih utuh. Peluru-peluru Vela hanya berpantulan ke sana kemari setelah membentur tulangnya. Tidak puas, Vela terus melangkah maju sedikit demi sedikit.
Erik menyadari pergerakan si pengendali tulang yang maju sedikit demi sedikit juga. Pengendali tulang itu berlari mendekati Vela meski dia tahu tidak akan berhasil. Erik hanya bisa berlari sambil berteriak, “VELA!!! HENTIKAN!!! DIA AKAN ...”
Terlambat. Si pengendali tulang melompat, meraih dan mencengkeram tangan Vela sekuat tenaga. Tembakan Vela hanya melubangi lantai. Tangan kirinya yang ternyata menggenggam serpihan runcing dari tulang ekor digunakannya untuk menikam perut Vela. Serpihan itu tidak terlihat Erik karena Erik berada di sisi kanannya. Erik juga tidak mengira lawan masih bisa menggunakan tangan kiri padahal sudah pendarahan begitu. Si pengendali tulang tertawa terbahak-bahak. Tawanya begitu puas, begitu lebar, sampai Vela bisa melihat pangkal lidahnya.
Bukannya mencabut serpihan tulang, mundur atau melepaskan diri, Vela dengan tenang memasukkan moncong handgun ke mulut pengendali tulang. Sebutir peluru mengoyak tenggorokan dan melubangi tengkuknya. Pengendali tulang itu ambruk dan tak bergerak lagi. Tewas.
Tikaman tadi sebenarnya sudah merusak kondisi Vela. Mulutnya mengeluarkan darah dan matanya berkunang-kunang. Seiring dengan berakhirnya pengendali tulang, Vela roboh dan tergeletak di lantai. Nafasnya terengah-rengah sambil menatap langit-langit ruangan. Erik menghampirinya dan melihat luka Vela.
“Gunakan ini!” kata Erik seraya mengambil serbuk regenerasinya, “Lukamu cukup dalam, lho.”
“Tidak! Untukmu saja!” cegah Vela sambil menggenggam pergelangan Erik, “Pertarungan masih belum berakhir. Di luar masih ada Jie Xiong. Kau membutuhkan serbuk regenerasi untuk menghadapinya.”
“Karena pertarungan masih belum berakhir itulah kami membutuhkanmu.”
Vela tersenyum, “Kau lupa ya kalau aku vampire? Beri aku waktu beberapa menit dan lukaku akan beregenerasi. Aku lemas karena aku kelelahan. Armor tulangnya benar-benar kokoh sehingga aku menggunakan banyak energi untuk memperkuat airku.”
“Aku tahu. Kau pasti butuh darah ...,” Erik bangkit dan menyeret mayat si pengendali tulang.
“Jangan. Darahnya mengandung banyak narkotika. Nanti aku malah ngefly, Erik.”
Erik melepaskan genggamannya pada pengendali tulang dan menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya, “Benar juga. Kalau begitu tidak ada cara lain.”
Menggunakan pisau, Erik melukai punggung telapak tangannya. Kata Vela lukanya tidak perlu terlalu dalam. Yang penting darahnya mengalir. Pelan-pelan dan sangat berhati-hati agar lukanya tidak dalam dan tidak lebar. Erik meneteskan darahnya ke mulut Vela yang menganga. Setidaknya butuh waktu lima menit agar tubuh Vela sedikit membaik. Itupun masih seperempat kondisi prima.
“Cukup, Erik. Aku sudah pulih,” Vela berbohong diiringi akting senyum dan tertawa senang, “Terima kasih atas darahnya.”
“Kau yakin sudah pulih seratus persen hanya dalam waktu lima menit?” kata Erik curiga, “Padahal tadi kau mengeluarkan energi gila-gilaan seperti itu. Belum lagi darah yang keluar karena tikaman tadi.”
“T-t-tentu saja. Kau tak perlu khawatir,” Ekspresi wajah Vela mengatakan: Sial! Cowok ini tak mudah dibohongi!
“Siap, Erik. Kami akan membantumu setelah berhasil menyelamatkan Vaughn,” kata Dietrich seraya menoleh ke Amanda dan Ezra bergantian. Ezra hanya mengangkat bahu. Sepertinya Ezra tidak terlalu mempermasalahkan.
Tiba-tiba saja si pengendali tulang melesat ke Amanda yang baru saja mulai beranjak. Beruntung, reflek Amanda dan bantuan dari Ezra berhasil menangkis palu tulang mematikan itu. Terlambat sedikit saja, kepala Amanda bisa remuk.
“HENTIKAAAN!!!” kombinasi listrik Erik dan air Vela membuat pengendali tulang mundur untuk menghindari air berlistrik.
Erik dan Vela langsung menggempur si pengendali tulang. Berperan sebagai barikade agar bisa melindungi teman-temannya. Pengendali tulang itu berusaha menembus pertahanan Erik dan Vela namun sia-sia. Dietrich, Amanda dan Ezra sudah melangkah jauh. Memaksa si pengendali tulang agar bertarung melawan mereka.
“Wah, wah,” kata si pengendali tulang sambil menyilangkan lengan, “Pengendali air ya?”
Tulang-tulang muncul di jari-jarinya. Membentuk cincin tulang keras yang siap digunakan untuk meninju. Tiba-tiba saja dia berlari menghampiri Vela dan langsung meninjunya. Bagian depan Vela dilapisi oleh air. Karena tinju lawannya terlalu kuat, lapisan air Vela langsung pecah membasahi lantai dan menghantam perut Vela. Tubuhnya terhempas dan menghantam dinding. Gadis vampire tidak mengira bahwa tinju lawannya bisa menghancurkan tameng air.
Melihat kursi lipat di samping, Erik buru-buru meraihnya. Karena terbuat dari logam, Erik memanfaatkan sifat konduktor listrik. Dengan kursi yang dialiri listrik biru, Erik memukulkan kursi logam itu ke lengan lawan hingga armor tulangnya remuk dan berhasil menyentuh kulit. Kesakitan, si pengendali tulang mengibaskan tangannya yang kekar sehingga membuat Erik terhempas. Sebelum membentur dinding, Erik sudah menembakkan empat panah listrik kuning. Salah satu panahnya berhasil melumpuhkan tangan si pengendali tulang.
“Kerja bagus, Erik!” kata Vela.
Air-air Vela menggulung tangan si pengendali tulang. Menghasilkan luka memar yang serius. Dengan kecepatan vampire, Vela menggunakan dinding sebagai tumpuan, melakukan salto dan tendangannya menghantam kepala lawan. Jidat pengendali tulang menghantam lantai hingga remuk. Vela memainkan pisau lipat dan menusukkan ke sela-sela tubuh yang tidak dilindungi oleh armor tulang. Kemudian mengoyak kulit untuk memperlebar lukanya.
Pengendali tulang itu menjerit dan menghempaskan Vela. Erik mencoba menangkap tubuh Vela yang terlempar tapi malah dia yang tertimpa Vela. Tubuh mereka meretakkan laci kayu besar yang terletak di dekat tangga. Tubuh pengendali tulang memang lelah dan sakit. Lukanya sangat dalam sehingga darah yang mengucur pun deras hingga membasahi lantai. Rasa murka di kepalanya menutupi rasa lelah di tubuh. Baru kali ini dia dipermalukan oleh bocah-bocah manipulator level C.
“Kalian para bocah!!! Kalian pikir dengan bisa mempermainkanku seperti ini?” kata si pengendali tulang sambil mengkonsumsi narkotika, “Berani-beraninya memperlakukanku seperti ini!!! Nih, kukembalikan pisaumu!!”
Pisau Vela meluncur ke muka Erik. Dengan reflek yang baik, Erik langsung merunduk. Dia sudah siaga ketika pengendali tulang itu mencabut pisaunya. Belum sempat menjangkau Erik, di depannya muncul gumpalan air besar yang memerangkap pisaunya. Vela menarik kembali gumpalan air dan mengambil pisaunya.
Karena terlalu berkonsentrasi pada lemparan pisau, Erik dan Vela terkejut melihat sesuatu seperti ekor yang bergerak-gerak di belakang si pengendali tulang. Rupanya dia menggunakan lemparan pisau untuk mengalihkan perhatian Erik dan Vela sementara dirinya menumbuhkan ekor tulang. Si pengendali tulang langsung berderap menyerang Erik dan Vela. Kedua tangannya dilapisi cincin tulang. Tameng air Vela tadi berhasil ditembusnya. Ketika selisih jarak dengan pengendali tulang mengecil, Erik dan Vela melompat dan bergulingan. Terdengar suara kayu hancur. Suaranya cukup keras sehingga Erik sudah tahu laci kayu itu hancur tanpa perlu melihat.
Tidak mau memberikan jeda waktu, pengendali tulang langsung menyerang Erik. Kali ini tidak dengan tinju tulangnya tapi dengan ekornya runcing. Erik berusaha mencari celah sehingga berani berhadapan dengan tusukan bertubi-tubi seperti itu. Namun bukannya menemukan celah, Beberapa kulitnya tergores dan tangannya tertusuk. Erik hanya bisa menangkis dan menghindar. Meski begitu, Erik tetap gigih dan terus fokus menghadapinya.
Sebuah roda air dari Vela mampu menghentikan serangan pengendali tulang. Tapi sayangnya roda air itu tak terkendali dan menggulung Erik juga. Roda air hancur ketika membentur dinding. Membuat Erik dan pengendali tulang terlempar ke arah yang berlawanan. Pusing dan belum bisa bangkit, Erik masih terkapar di lantai sambil memegangi kepalanya. Topengnya pun hancur. Sementara si pengendali tulang sudah bangkit. Dia tidak terlalu pusing karena armor tulang melindungi kepalanya dari benturan. Terhuyung-huyung, dia berjalan mendekati Erik dengan ujung ekor yang sudah siap menusuk.
“Hentikan!!!” teriak Vela sambil menembakkan bola air.besar.
Sebuah bola air seukuran televisi menghantam tulang ekor. Hantaman dan kepadatannya begitu keras hingga mampu membuat hancur berkeping-keping. Serpihan-serpihan tulang rontok ke rantai. Sambil melihat Erik berusaha bangkit, Vela tersenyum puas. Namun senyumnya lenyap ketika serpihan-serpihan tulang di lantai tiba-tiba saja melayang di udara.
“Bagiku, meriam airmu hanya candaan semata,” senyum si pengendali tulang sambil mengkonsumsi narkotika lagi.
Puluhan serpihan tulang berpencar ke Erik dan Vela. Erik langsung melompat ke balik meja dan berlindung di baliknya. Tindakan Vela lebih nekat. Peluru-peluru air fokus melukai armor tulang lawan hingga retak. Gadis berambut seleher itu tidak mempedulikan serpihan-serpihan tulang runcing yang menusuk kulitnya. Toh dirinya juga seorang vampire yang bisa beregenerasi. Tindakan nekat yang membuat Erik melongo. Peluru-peluru air Vela berhasil membuat si pengendali tulang berlutut.
Vela melihat tangan Erik yang menyala kebiruan. Dua manipulator itu saling bertatapan dan mengangguk. Meski jarak antara dirinya dan Erik agak berjauhan, kemungkinan besar serangannya sudah cukup. Vela menciptakan air besar lagi dan menghantamkannya ke pengendali tulang. Sekali lagi tubuhnya basah kuyup. Gadis itu tahu lawannya sudah lemas gara-gara pendarahan yang disebabkan oleh tusukan pisaunya.
“Ion-ion air yang bercampur darahnya sudah kuurai,” kata Vela, “Mungkin sudah dapat menghantarkan listrik dengan baik.”
Listrik biru di tangan Erik kini sudah berubah menjadi tombok listrik berukuran kecil. Begitu listriknya sudah terkonsentrasi, Erik langsung melemparkannya tanpa pikir panjang lagi. Silver Sword itu langsung berlutut karena kelelahan. Tombak listrik yang menderu terbang ke tubuh lawannya. Sialnya, ternyata si pengendali tulang masih memiliki energi. Dia menghindari serangan listrik sehingga tombak listrik biru hanya menghancurkan armor tulang di lengan kirinya.
“Apa-apaan dia??? Maaf, Vela!!!” kata Erik yang terengah-rengah sambil mengetes pengendalian listrik yang ternyata hanya bisa mengeluarkan listrik kuning, “Kukira dia sudah kalah!!!”
Vela menggertakkan gigi menahan geram dan berkata, “Kukira juga begitu.”
Terkejut melihat lawannya masih bisa menghindari serangan air, Vela menggenggam handgun dan langsung menghujani si pengendali tulang dengan puluhan peluru. Si pengendali tulang memasang lengan kanannya yang armor tulangnya masih utuh. Peluru-peluru Vela hanya berpantulan ke sana kemari setelah membentur tulangnya. Tidak puas, Vela terus melangkah maju sedikit demi sedikit.
Erik menyadari pergerakan si pengendali tulang yang maju sedikit demi sedikit juga. Pengendali tulang itu berlari mendekati Vela meski dia tahu tidak akan berhasil. Erik hanya bisa berlari sambil berteriak, “VELA!!! HENTIKAN!!! DIA AKAN ...”
Terlambat. Si pengendali tulang melompat, meraih dan mencengkeram tangan Vela sekuat tenaga. Tembakan Vela hanya melubangi lantai. Tangan kirinya yang ternyata menggenggam serpihan runcing dari tulang ekor digunakannya untuk menikam perut Vela. Serpihan itu tidak terlihat Erik karena Erik berada di sisi kanannya. Erik juga tidak mengira lawan masih bisa menggunakan tangan kiri padahal sudah pendarahan begitu. Si pengendali tulang tertawa terbahak-bahak. Tawanya begitu puas, begitu lebar, sampai Vela bisa melihat pangkal lidahnya.
Bukannya mencabut serpihan tulang, mundur atau melepaskan diri, Vela dengan tenang memasukkan moncong handgun ke mulut pengendali tulang. Sebutir peluru mengoyak tenggorokan dan melubangi tengkuknya. Pengendali tulang itu ambruk dan tak bergerak lagi. Tewas.
Tikaman tadi sebenarnya sudah merusak kondisi Vela. Mulutnya mengeluarkan darah dan matanya berkunang-kunang. Seiring dengan berakhirnya pengendali tulang, Vela roboh dan tergeletak di lantai. Nafasnya terengah-rengah sambil menatap langit-langit ruangan. Erik menghampirinya dan melihat luka Vela.
“Gunakan ini!” kata Erik seraya mengambil serbuk regenerasinya, “Lukamu cukup dalam, lho.”
“Tidak! Untukmu saja!” cegah Vela sambil menggenggam pergelangan Erik, “Pertarungan masih belum berakhir. Di luar masih ada Jie Xiong. Kau membutuhkan serbuk regenerasi untuk menghadapinya.”
“Karena pertarungan masih belum berakhir itulah kami membutuhkanmu.”
Vela tersenyum, “Kau lupa ya kalau aku vampire? Beri aku waktu beberapa menit dan lukaku akan beregenerasi. Aku lemas karena aku kelelahan. Armor tulangnya benar-benar kokoh sehingga aku menggunakan banyak energi untuk memperkuat airku.”
“Aku tahu. Kau pasti butuh darah ...,” Erik bangkit dan menyeret mayat si pengendali tulang.
“Jangan. Darahnya mengandung banyak narkotika. Nanti aku malah ngefly, Erik.”
Erik melepaskan genggamannya pada pengendali tulang dan menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya, “Benar juga. Kalau begitu tidak ada cara lain.”
Menggunakan pisau, Erik melukai punggung telapak tangannya. Kata Vela lukanya tidak perlu terlalu dalam. Yang penting darahnya mengalir. Pelan-pelan dan sangat berhati-hati agar lukanya tidak dalam dan tidak lebar. Erik meneteskan darahnya ke mulut Vela yang menganga. Setidaknya butuh waktu lima menit agar tubuh Vela sedikit membaik. Itupun masih seperempat kondisi prima.
“Cukup, Erik. Aku sudah pulih,” Vela berbohong diiringi akting senyum dan tertawa senang, “Terima kasih atas darahnya.”
“Kau yakin sudah pulih seratus persen hanya dalam waktu lima menit?” kata Erik curiga, “Padahal tadi kau mengeluarkan energi gila-gilaan seperti itu. Belum lagi darah yang keluar karena tikaman tadi.”
“T-t-tentu saja. Kau tak perlu khawatir,” Ekspresi wajah Vela mengatakan: Sial! Cowok ini tak mudah dibohongi!
0
Kutip
Balas