- Beranda
- Stories from the Heart
Gw berteman dengan Kolong Wewe (Chapter 2)
...
TS
juraganpengki
Gw berteman dengan Kolong Wewe (Chapter 2)
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE(CHAPTER 2)

Covered By Agan Awayaye nyang ntop punya..
Prolog
Selepas pertempuran melawan Raja Siluman dengan di bantu banyak sahabat gaib dan berhasil melenyapkan satu Angkara Murka, Gw, Ridho, Bimo dan Suluh kembali ke dunia kami, dunia manusia.. Tanpa kekuatan, tanpa saling kenal.. Kami mulai hidup normal, meski dejavu dari kisah lampau kerap berbayang.. Hingga ‘mereka ’kembali...
Mereka Bilang Gw Hilang...
Mereka Bilang Gw Hilang (2)...[/URL
[URL="https://www.kaskus.co.id/show_post/59ea15432e04c8840e8b4567/5/-"]Dejavu...
Ribut...
Ketahuan Anggie...
One of My Biggest Lost...
One of My Biggest Lost (2)...
Selepas Kepergian Ayah...
Kelakuan Teh Yuyun Bikin Pusing Kepala Atas Bawah...
Kisah Kita Berdua Usai, Gie...
Liburan...
Pak Jaka dan Adik nya, Arum Kesuma...
Gangguan dan Insiden Takkan Pernah Terlupakan...
Ngobrol Santai Bareng Kak Silvi...
Sahabat...
Munculnya Sekar dan Kembalinya Semua Ingatan...
Sweater Hitam Kumal...
Kembalinya Ingatan Ridho...
Kembalinya Ingatan Ridho (2),,,
Masa Orientasi Mahasiswa Baru...
Bizzare Love Triangle Covered By Carla...
Empat Monyet Bertopeng...
Berkumpulnya Keempat Saudara...
Pengakuan Ridho...
Carla Carmelita dan Reinata Maulida...
Carla Carmelita dan Reinata Maulida (2)...
Cemburu Buta...
Kita Bersaudara, Dho...
Pembalasan Dendam...
Pembalasan Dendam (2)...
Dendam Yang Terbalas...
Ikhlas...
Tamparan Keras Carla...
Gugup Bikin Bego...
What's Wrong With You, Yank...
Selamat Datang Kembali, Anggie Ku..
Restu Ibu dan Bingkisan Aneh Viny...
Gw Kenapa ???...
Lu Bukan Imam Yang Gw Kenal...
Mata Hati Yang Tertutup...
Perkelahian Empat Saudara dan Munculnya Raja Tungga...
Perkelahian Empat Saudara dan Munculnya Raja Tungga (2)...
Pemulihan Dari Ajian Raja Pengasih...
Permohonan Maaf Dari Hati Terdalam...
Permohonan Maaf Dari Hati Terdalam (2)...
Maafin Gw Yaa, Guys...
Motor Gw...
Stay Away From My Daughter (Jauhi Putriku)...
Membayar Hutang Janji ke Tyo dan Tanggapan Ibu...
Perubahan Sikap Anggie...
Sebuah Tantangan...
Pengakuan Arya Yang Mengejutkan...
Taubatnya Dukun Sesat...
Taubatnya Dukun Sesat (2)...
Hancur nya Hati Seorang Papah dan Anak Perempuannya...
Liburan Lagi Bareng Anggie...
Sebuah Dosa Besar...
Sebuah Peringatan...
Sebuah Peringatan (2)...
Hadiah Raden Dwipa...
Restu Seorang Ayah...
Terganjal nya Hati...
Terluka nya Ridho...
Tantangan Baru...
Salon, Salah Satu Tempat Terhorror Buat Gw...
Ungkapan Hati...
Hari Pertunangan...
Kitab Langit dan Sebuah Wejangan..
My WonderWoman and The Second Lost of Love...
Reunian Bareng Empat Sahabat Baik...
Permintaan Maaf dan Sebuah Kabar yang Mengejutkan...
Giok Mustika Laut Utara...
Kekuatan Giok Mustika Laut Utara...
Sang Penolong Yang Tak Terduga...
Hukum Kerajaan Laut Utara...
Cinta Yang Aneh...
Reinata...
Susahnya Kuasain Emosi...
Pembunuh...
Ilmu Terlarang Yang Terakhir...
Tuh Kan Reinata Baper...
Alas Roban Bikin Kapok...
Jebakan...
I Love You So Much, Anggie...
Penjelasan Ke Reinata dan Sebuah Ancaman...
Serangan Jin Penjaga nya Reinata...
Dendam Kesumat...
Bayu Ambar dan Sebuah Pengorbanan Cinta...
Ungkapan Hati seorang Ayahanda..
Permintaan Yang Cukup Sulit...
Ayu Hilang...
Gw / Bayu Ambar Versus Nyi Kembang Wengi...
Permintaan Maaf Ayahanda...
Bertemunya Kedua Saudara Kembar...
Kilasan Masa Depan Mengejutkan Raden Dwipa...
Permintaan Maaf Terakhir Ke Ibu dan Ayu...
The Last Day With My Anggie..
Carla, Rei, Semuanya, Maafin Gw Yak...
Be Ready, Guys...
Empat Bagian Kitab Langit...
Kuasai Ragaku, Bayu Ambar...
Tipu Muslihat...
Tipu Muslihat (2)...
Datangnya Bantuan Tak Terduga...
Ajian Ambar Getih ( Ajian LAngit Darah)...
Mati kah, Aku???
Mati Suri...
I'm Back!!!
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3/FINAL CHAPTER)

Covered By Agan Awayaye nyang ntop punya..
Prolog
Selepas pertempuran melawan Raja Siluman dengan di bantu banyak sahabat gaib dan berhasil melenyapkan satu Angkara Murka, Gw, Ridho, Bimo dan Suluh kembali ke dunia kami, dunia manusia.. Tanpa kekuatan, tanpa saling kenal.. Kami mulai hidup normal, meski dejavu dari kisah lampau kerap berbayang.. Hingga ‘mereka ’kembali...
Mereka Bilang Gw Hilang...
Mereka Bilang Gw Hilang (2)...[/URL
[URL="https://www.kaskus.co.id/show_post/59ea15432e04c8840e8b4567/5/-"]Dejavu...
Ribut...
Ketahuan Anggie...
One of My Biggest Lost...
One of My Biggest Lost (2)...
Selepas Kepergian Ayah...
Kelakuan Teh Yuyun Bikin Pusing Kepala Atas Bawah...
Kisah Kita Berdua Usai, Gie...
Liburan...
Pak Jaka dan Adik nya, Arum Kesuma...
Gangguan dan Insiden Takkan Pernah Terlupakan...
Ngobrol Santai Bareng Kak Silvi...
Sahabat...
Munculnya Sekar dan Kembalinya Semua Ingatan...
Sweater Hitam Kumal...
Kembalinya Ingatan Ridho...
Kembalinya Ingatan Ridho (2),,,
Masa Orientasi Mahasiswa Baru...
Bizzare Love Triangle Covered By Carla...
Empat Monyet Bertopeng...
Berkumpulnya Keempat Saudara...
Pengakuan Ridho...
Carla Carmelita dan Reinata Maulida...
Carla Carmelita dan Reinata Maulida (2)...
Cemburu Buta...
Kita Bersaudara, Dho...
Pembalasan Dendam...
Pembalasan Dendam (2)...
Dendam Yang Terbalas...
Ikhlas...
Tamparan Keras Carla...
Gugup Bikin Bego...
What's Wrong With You, Yank...
Selamat Datang Kembali, Anggie Ku..
Restu Ibu dan Bingkisan Aneh Viny...
Gw Kenapa ???...
Lu Bukan Imam Yang Gw Kenal...
Mata Hati Yang Tertutup...
Perkelahian Empat Saudara dan Munculnya Raja Tungga...
Perkelahian Empat Saudara dan Munculnya Raja Tungga (2)...
Pemulihan Dari Ajian Raja Pengasih...
Permohonan Maaf Dari Hati Terdalam...
Permohonan Maaf Dari Hati Terdalam (2)...
Maafin Gw Yaa, Guys...
Motor Gw...
Stay Away From My Daughter (Jauhi Putriku)...
Membayar Hutang Janji ke Tyo dan Tanggapan Ibu...
Perubahan Sikap Anggie...
Sebuah Tantangan...
Pengakuan Arya Yang Mengejutkan...
Taubatnya Dukun Sesat...
Taubatnya Dukun Sesat (2)...
Hancur nya Hati Seorang Papah dan Anak Perempuannya...
Liburan Lagi Bareng Anggie...
Sebuah Dosa Besar...
Sebuah Peringatan...
Sebuah Peringatan (2)...
Hadiah Raden Dwipa...
Restu Seorang Ayah...
Terganjal nya Hati...
Terluka nya Ridho...
Tantangan Baru...
Salon, Salah Satu Tempat Terhorror Buat Gw...
Ungkapan Hati...
Hari Pertunangan...
Kitab Langit dan Sebuah Wejangan..
My WonderWoman and The Second Lost of Love...
Reunian Bareng Empat Sahabat Baik...
Permintaan Maaf dan Sebuah Kabar yang Mengejutkan...
Giok Mustika Laut Utara...
Kekuatan Giok Mustika Laut Utara...
Sang Penolong Yang Tak Terduga...
Hukum Kerajaan Laut Utara...
Cinta Yang Aneh...
Reinata...
Susahnya Kuasain Emosi...
Pembunuh...
Ilmu Terlarang Yang Terakhir...
Tuh Kan Reinata Baper...
Alas Roban Bikin Kapok...
Jebakan...
I Love You So Much, Anggie...
Penjelasan Ke Reinata dan Sebuah Ancaman...
Serangan Jin Penjaga nya Reinata...
Dendam Kesumat...
Bayu Ambar dan Sebuah Pengorbanan Cinta...
Ungkapan Hati seorang Ayahanda..
Permintaan Yang Cukup Sulit...
Ayu Hilang...
Gw / Bayu Ambar Versus Nyi Kembang Wengi...
Permintaan Maaf Ayahanda...
Bertemunya Kedua Saudara Kembar...
Kilasan Masa Depan Mengejutkan Raden Dwipa...
Permintaan Maaf Terakhir Ke Ibu dan Ayu...
The Last Day With My Anggie..
Carla, Rei, Semuanya, Maafin Gw Yak...
Be Ready, Guys...
Empat Bagian Kitab Langit...
Kuasai Ragaku, Bayu Ambar...
Tipu Muslihat...
Tipu Muslihat (2)...
Datangnya Bantuan Tak Terduga...
Ajian Ambar Getih ( Ajian LAngit Darah)...
Mati kah, Aku???
Mati Suri...
I'm Back!!!
GW BERTEMAN DENGAN KOLONG WEWE (CHAPTER 3/FINAL CHAPTER)
Diubah oleh juraganpengki 27-12-2017 11:17
regmekujo dan 47 lainnya memberi reputasi
48
1.1M
4K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
juraganpengki
#1725
Hari Pertunangan...
Suasana Meeting Room di hotel tempat gw dan Anggie akan bertunangan, nampak sudah ramai oleh tamu undangan.. Dekorasi ruangan ini sangat indah dengan nuansa kain keemasan di tiap dindingnya.. Beberapa karangan bunga nampak berderet di pintu masuk.. Rata-rata memberi ucapan selamat atas pertunangan gw dengan Anggie..
Ibu mengajak Ayu, Tante Septi dan Om Hendra serta Kak Silvi, yang sempat menggoda gw.. Sayangnya, Rio dan ketiga sahabat baik gw saat SMA, tidak dapat menghadiri prosesi pertunangan gw.. Bukan karena tidak mau, tapi karena berbagai hal yang membuat mereka tidak bisa hadir..
Untungnya, ketiga saudara gw dan juga Binar, pun ikut menemani meski masih menggunakan kursi roda.. FYI, beberapa kali kami menjenguk Binar di RS.. Bimo dan Ridho nampak gagah dengan setelan jas nya, sementara Suluh nampak cantik dengan kebaya modern berwarna hijau tosca dipadu rok batik setinggi lutut..
Dan Binar, sedari tadi menebar senyum manisnya ke beberapa pemuda asing yang menegur.. Sepertinya Ki Suta membuka aura Binar, untuk menyamarkan ketidak percayaan diri gadis itu karena harus duduk di kursi roda.. Gw sempat melihat Bimo mencuri-curi pandang ke arah Binar.. Next mission, menyelamatkan Bimo dari kutukan Jones nya dengan Binar..
Kami semua menduduki beberapa kursi dengan tiga meja bundar yang di tutupi kain sutera berwarna putih dan pink.. Gw duduk bersama Ibu dan Ayu, Om Hendra serta Tante Silvi.. Ada beberapa keluarga dari Almarhum Ayah yang juga di undang Ibu untuk hadir dan menduduki kursi di meja sebelah kanan kami.. Sementara ketiga saudara gw dan Binar duduk diatas kursi di meja bundar yang ada di samping kiri..
Banyak sekali tamu berwajah asing yang sepertinya rekan bisnis Papahnya Anggie, yang sudah berdatangan dan duduk di tempat nya masing-masing.. Dari arah pintu masuk, gw melihat Pak Rudi dan istrinya baru saja masuk.. Dengan ramah, gw menyapa dan mempersilahkan mereka untuk bergabung bersama keluarga gw..
Di tengah ruangan, ada satu meja panjang dengan tujuh buah kursi berselimut kain sutra berwarna putih dan pink.. Diatas meja tersebut, nampak beberapa bucket rangkaian bunga warna warni sebagai hiasan di atasnya..
Nampak pula satu buah meja bundar dengan ukuran lebih kecil di sebelah kanan meja panjang.. Sebuah tiang microphone berdiri tegap di belakang meja tersebut.. Sepertinya meja itu di sediakan untuk orang yang akan menjadi MC di acara pertunangan gw dan Anggie..
Dalam hati, gw memuji acara yang telah di siapkan oleh Papahnya Anggie dengan sangat sempurna.. Beberapa pelayan berseragam putih di balut rompi hitam lengkap dengan dasi kupu-kupu hitam, nampak mulai melayani para tamu..
Di sudut ruangan, terlihat satu group band dengan ciri khas vocalist laki-laki tinggi kurus dan vocalist perempuan bertubuh sedikit gemuk,yang cukup terkenal membawakan lagu top forty namun dalam versi akustik.. Kebanyakan lagu yang mereka bawakan bertemakan cinta.. Seperti Endless Love nya Lionel Richie dan Diana Ross, yang saat ini sedang mereka nyanyikan
Sekar dan Bayu Barata serta semua Jin Penjaga kami nampak berkumpul sambil berbicara santai.. Terkecuali Rampak Tantra, beberapa kali dia terlihat mengintimidasi Jin-jin berilmu rendah yang juga ada di dalam ruangan ini..Tingkahnya membuat gw berkali-kali tersenyum..
Gw yang memakai jas hitam ukuran slim fit dengan kemeja biru berdasi warna senada, merasa sedikit tegang.. Mencoba mencari-cari keberadaan Anggie, yang belum juga terlihat.. Ridho dan Suluh nampak berjalan ke arah gw yang sedang berdiri.. Sementara, Bimo sepertinya mulai melancarkan aksi untuk modusin Binar..
“Muka lu tegang amat, Bree.. Ini baru tunangan, gimana pas Ijab Qabul di akad nikah nanti lu?” Ejek Ridho ke arah gw yang mulai berkeringat, padahal ruangan yang disewa Papahnya Anggie sangat dingin..
“Ngemeng aja lu, nanti juga lu ngerasain kalo tunangan sama Suluh” Jawab gw sambil melirik ke arah Suluh yang nampak tersipu..
“Kalo gw ga pake segala tunangan, langsung aja nikah yah, sayank” Sahut Ridho seraya menggandeng lengan Suluh..
“Kuliah dulu yang bener, terus cari kerja, baru aku mau nikah sama kamu” Jawab Suluh dengan lirikan mautnya..
“Nah bener tuh.. Kuliah aja seringan bolos daripada masuknya, udah mo nikahin anak orang aja lu” Sambut gw menimpali ucapan Suluh..
Ridho yang mendengar ucapan gw barusan, hanya menggaruk-garuk kepala nya yang gw tahu tidak terasa gatal..
“Nah itu, keluarga nya Anggie.. Tapi mana Anggie nya yah?” Teriak gw dengan suara cukup membuat Ridho dan Suluh menggelengkan kepala mereka..
Tanpa permisi lagi dengan Ridho dan Suluh, gw langsung berjalan ke arah Papahnya Anggie.. Dengan sopan, gw mencium punggung tangan laki-laki tersebut yang nampak gagah dengan jas abu-abu nya..
“Keluarga kamu sudah datang semua, Mam?” Tanya Papahnya Anggie dengan ramah..
“Sudah, Om.. Mereka semua sudah duduk disana” Jawab gw sambil menunjuk ke arah meja Ibu dan yang lainnya..
Papahnya Anggie nampak tersenyum seraya menganggukkan kepalanya..
“Oh iya, Anggie sama Tante dimana, Om? Koq belum kelihatan?” Tanya gw karena penasaran..
“Mereka sudah ada koq di belakang.. Om jelasin dulu deh, dalam adat keluarga kami, saat anak gadis mau bertunangan atau pun menikah, maka si calon tunangan atau calon suami nya tidak boleh melihat wajahnya.. Sebelum Ayah atau Wali anak gadis tersebut, memanggilnya untuk acara penyematan cincin dari laki-laki pilihan hatinya” Jelas Papahnya Anggie, yang membuat gw menganggukan kepala..
“Kamu kek nya sudah tidak sabar yah” Goda Papahnya Anggie yang membuat wajah gw terbias memerah..
“Ayo ikut, Om.. Acaranya mau di mulai.. Kamu panggil Ibu kamu untuk ikut duduk disana, yah” Ajak Papahnya Anggie, sambil menunjuk ke arah meja panjang, sementara gw mengangguk dan berjalan menghampiri Ibu..
Seorang wanita berkebaya merah marun dengan rambut di sanggul, nampak menghampiri meja tempat gw bersama Ibu dan Papahnya Anggie duduk.. Lalu wanita tersebut terdengar menanyakan apakah acara sudah bisa dimulai.. Sambil tersenyum, Papahnya Anggie menganggukan kepala..
Di meja panjang yang menghadap semua tamu.. Gw duduk bersama Om Hendra, Ibu, Ayu dan Papahnya Anggie.. Sementara dua bangku lagi untuk Anggie dan Mamahnya, sengaja masih dikosongkan.. Beberapa meter di hadapan kami, gw melihat Ridho mengacungkan dua jempolnya ke arah gw..
Semua tamu tampak serius mendengarkan suara wanita yang menjadi MC, yang mulai membuka acara pertunangan gw dengan Anggie.. Sebuah moment yang tidak akan gw lupakan seumur hidup.. Satu persatu susunan acara, mulai di bacakan oleh MC wanita itu.. Dari mulai pembukaan hingga acara penutup, yakni acara penyematan cincin tunangan..
Jantung gw mulai berdebar karena gugup, saat satu persatu acara sudah terlewati.. Hingga tiba giliran acara sambutan dari perwakilan masing-masing keluarga gw dan Anggie.. Om Hendra yang mewakili keluarga gw, mulai berbicara panjang lebar.. Intinya tentang bahagianya keluarga kami akan acara pertunangan ini, hingga di tutupnya dengan untaian do’a dan harapan khusus buat gw dan Anggie..
Tiba giliran perwakilan keluarga Anggie untuk memberi sambutan, yang ternyata akan di sampaikan langsung oleh Papahnya.. Saat mulai berdiri, laki-laki yang akan menjadi calon mertua gw itu, melempar senyuman penuh arti ke arah gw..
“Assalammualaikum Wr.Wb.. Yang saya hormati keluarga Almarhum Bapak Idris dan Ibu Sumiyati” Ucap Papahnya Anggie sambil menoleh ke arah kami, dan dibalas langsung oleh senyuman gw, Ibu dan Om Hendra, sementara Ayu masih asyik main Hp Ibu di sebelahnya..
“Terimakasih atas kedatangan semua tamu undangan.. Sebagaimana yang tertera dalam undangan, hari ini saya akan melangsungkan acara pertunangan puteri tunggal saya yang bernama Anggie Angelita Hapsari dengan seorang pemuda pilihannya, yang bernama Imam Al Fattah” Ucapan Papahnya Anggie terpaksa terhenti karena beberapa siulan nyaring dari Ridho, yang baru berhenti setelah Suluh menegurnya..
“Bego lu, malu-maluin gw aja, Bree” Maki gw ke batinnya Ridho, yang langsung dibalas nya dengan dua jari teracung pertanda salam damai..
“Mungkin sebagian tamu bertanya siapa sosok pemuda tampan pilihan anak gadis saya.. Nak Imam tolong berdiri” Kata Papahnya Anggie yang sempat mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan untuk sejenak, lalu menoleh ke arah gw seraya tersenyum..
Gw terdiam sesaat, mendapat lemparan senyum dari Papahnya Anggie.. Lalu berdiri, menuruti permintaan laki-laki tersebut..
Entah mengapa, bahu kanan gw tiba-tiba mengeluarkan hawa hangat.. Padahal gw tidak merasakan suatu ancaman apapun dari sosok gaib disini.. Sekar nampak menatap gw lekat-lekat, lalu menundukkan wajahnya ketika bertemu pandang dengan tatapan mata gw..
“Nah, pemuda tampan ini lah yang akan menjadi calon menantu saya kelak..” Puji Papahnya Anggie yang membuat gw langsung tersipu..
“Oh iya, calon menantu saya ini seorang anak yatim dan bekerja sebagai tenaga honorer, yang sampai saat ini saya belum tahu berapa besar gajinya” Lanjut Papahnya Anggie, yang membuat gw mengerutkan dahi, sementara hawa hangat semakin terasa keluar dari bahu kanan..
Beberapa tamu undangan terlihat mulai berkasak kusuk.. Gw sempat menoleh ke arah Ibu yang langsung membalas dengan tatapan bingung.. Pikiran negatif tentang maksud ucapan Papahnya Anggie, mulai muncul di benak gw.. Namun sebisa mungkin gw langsung tepis semua pikiran jelek tersebut, dan berharap kelanjutan kalimat dari laki-laki yang akan menjadi wali nikahnya Anggie, akan jauh lebih enak di dengar..
“Awalnya saya sangat menentang hubungan anak gadis saya dengan pemuda ini.. Sampai-sampai, saya mengambil tindakan di luar logika untuk mengakhiri hubungan mereka.. Tapi saya sadar akan kegigihan cinta mereka berdua, yang tidak mudah untuk di hancurkan” Kembali ucapan Papahnya Anggie terhenti, yang membuat semua pengunjung menatap ke arahnya dengan wajah penasaran, termasuk gw..
“Akhirnya, saya memutuskan untuk membuat sebuah acara pertunangan yang megah ini, dengan satu tujuan agar pemuda yatim pilihan anak saya itu sadar bahwa dirinya tidak layak untuk bersanding dengan puteri saya.. ” Kalimat terakhir yang di ucapkan Papahnya Anggie, sontak membuat kedua mata gw terbelalak..
Terdengar kalimat Istighfar di ucapkan Ibu dan beberapa orang lain.. Darah gw yang mendidih, membuat gw langsung mencengkram leher kemeja Papahnya Anggie..
“Kamu pikir saya akan begitu mudahnya dikalahkan oleh anak muda picik seperti kamu.. Kamu salah, otak saya jauh lebih licik dibanding siapapun” Ucap Papahnya Anggie dengan wajah sinis..
Seluruh tubuh gw bergetar hebat, menyadari diri gw sudah ditipu mentah-mentah.. Pergelangan tangan gw yang masih mencengkram leher kemeja laki-laki itu, terasa ikut bergetar.. Suara teriakan orang-orang yang berusaha mencegah tindakan gw selanjutnya, terdengar riuh..
Bahkan gw merasa ada seseorang yang mencoba memegangi tangan gw, namun dengan mudah gw tepis pegangan tangan tersebut.. Tanpa pikir panjang, gw melempar tubuh Papahnya Anggie hingga menghantam dinding..
Gw sempat menoleh ke arah Ibu yang berteriak memanggil nama gw, namun amarah gw sudah benar-benar membutakan mata hati.. Dengan tatapan menyorot tajam, gw berjalan pelan menghampiri Papahnya Anggie yang terlihat sedang mencoba untuk bangkit sambil menahan sakit..
“Kang Mas, sadarlah.. Jangan ikuti hawa nafsu” Terdengar suara Sekar di dalam batin, namun sama sekali tidak gw anggap..
BRAKK!!!
Suara patahnya meja panjang yang gw gebrak terdengar nyaring, di susul suara jeritan beberapa orang wanita.. Hawa Pedang Jagat Samudera semakin membakar emosi..
‘Bree, sadar.. Lu jangan sampe ngamuk disini” Ucap Ridho yang memegang tangan gw bersama Bimo..
Sesaat, tatapan mata gw menyorot tajam ke arah mereka.. Lalu gw ayunkan tangan, mencoba melepaskan diri dari pegangan kedua saudara gw itu, hingga membuat mereka terbanting ke samping..
Benak gw sudah sangat dikuasai amarah.. Otak gw tidak bisa lagi membedakan antara yang salah dan benar.. Dengan nafas semakin memburu, pandangan mata gw nanar mencari sosok laki-laki yang telah menghancurkan harga diri gw dan keluarga gw di hadapan banyak orang..
Disana, dibalik sebuah meja bundar yang sudah ditinggalkan tamu, gw bisa melihat jelas sosok Papahnya Anggie dengan wajah pucat karena ketakutan, sedang bersembunyi.. Selangkah demi selangkah, gw mendekati meja tersebut, sambil membuka jas hitam dan melemparkannya entah kemana.. Nafas gw terdengar semakin memburu, layaknya hewan buas yang sedang mengintai buruannya..
Tiba-tiba, seseorang terasa menarik kasar lengan gw dari belakang.. Sebuah senyuman menyeringai tersungging di bibir gw, seiring sudah terkepalnya telapak tangan.. Satu pukulan gw siapkan untuk orang yang berani menghentikan langkah gw barusan.. Dengan cepat, gw membalikkan badan dan hendak melayangkan sebuah pukulan..
Tepat di jarak satu jengkal dari wajah orang tersebut, pukulan gw terhenti bersamaan dengan kedua mata terbelalak, saat mengetahui siapa gerangan orang yang hampir gw pukul..
“Yank..” Ucap gw lirih sambil menurunkan kepalan tangan dari hadapan wajah Anggie..
PLAKK!!
Sebuah tamparan keras dari Anggie mendarat di pipi kanan gw.. Darah gw kembali bergejolak menerima tamparan barusan..
“Tega kamu hancurin acara tunangan kita.. Tega kamu melukai Papah” Ucap Anggie dengan suara bergetar dan kedua mata sudah bersimbah airmata..
“Kamu ga tau apa yang diperbuat oleh bajingan yang kamu panggil Papah” Jawab gw dengan kedua mata sudah berkaca-kaca..
“PERGI!!! AKU GA MAU LIHAT KAMU!!!” Teriak Anggie dengan suara keras..
Gw tertegun melihat reaksi Anggie.. Dengan dua airmata sudah mengalir di pipi, gw mengambil tempat cincin tunangan kami dari saku celana dan menarik tangan Anggie.. Di telapak tangan gadis itu, gw meletakkan cincin tunangan tersebut.. Lalu berjalan dengan langkah gontai meninggalkannya.. Sesaat gw menoleh ke arah Anggie yang terlihat sedang di tenangkan oleh Kak Silvi..
Dengan perasaan hancur, gw juga menatap Ibu yang sedang menangis di pelukan Tante Silvi.. Tanpa terasa airmata gw kembali mengalir menyadari betapa hancurnya perasaan Ibu..
Suasana Meeting Room di hotel tempat gw dan Anggie akan bertunangan, nampak sudah ramai oleh tamu undangan.. Dekorasi ruangan ini sangat indah dengan nuansa kain keemasan di tiap dindingnya.. Beberapa karangan bunga nampak berderet di pintu masuk.. Rata-rata memberi ucapan selamat atas pertunangan gw dengan Anggie..
Ibu mengajak Ayu, Tante Septi dan Om Hendra serta Kak Silvi, yang sempat menggoda gw.. Sayangnya, Rio dan ketiga sahabat baik gw saat SMA, tidak dapat menghadiri prosesi pertunangan gw.. Bukan karena tidak mau, tapi karena berbagai hal yang membuat mereka tidak bisa hadir..
Untungnya, ketiga saudara gw dan juga Binar, pun ikut menemani meski masih menggunakan kursi roda.. FYI, beberapa kali kami menjenguk Binar di RS.. Bimo dan Ridho nampak gagah dengan setelan jas nya, sementara Suluh nampak cantik dengan kebaya modern berwarna hijau tosca dipadu rok batik setinggi lutut..
Dan Binar, sedari tadi menebar senyum manisnya ke beberapa pemuda asing yang menegur.. Sepertinya Ki Suta membuka aura Binar, untuk menyamarkan ketidak percayaan diri gadis itu karena harus duduk di kursi roda.. Gw sempat melihat Bimo mencuri-curi pandang ke arah Binar.. Next mission, menyelamatkan Bimo dari kutukan Jones nya dengan Binar..
Kami semua menduduki beberapa kursi dengan tiga meja bundar yang di tutupi kain sutera berwarna putih dan pink.. Gw duduk bersama Ibu dan Ayu, Om Hendra serta Tante Silvi.. Ada beberapa keluarga dari Almarhum Ayah yang juga di undang Ibu untuk hadir dan menduduki kursi di meja sebelah kanan kami.. Sementara ketiga saudara gw dan Binar duduk diatas kursi di meja bundar yang ada di samping kiri..
Banyak sekali tamu berwajah asing yang sepertinya rekan bisnis Papahnya Anggie, yang sudah berdatangan dan duduk di tempat nya masing-masing.. Dari arah pintu masuk, gw melihat Pak Rudi dan istrinya baru saja masuk.. Dengan ramah, gw menyapa dan mempersilahkan mereka untuk bergabung bersama keluarga gw..
Di tengah ruangan, ada satu meja panjang dengan tujuh buah kursi berselimut kain sutra berwarna putih dan pink.. Diatas meja tersebut, nampak beberapa bucket rangkaian bunga warna warni sebagai hiasan di atasnya..
Nampak pula satu buah meja bundar dengan ukuran lebih kecil di sebelah kanan meja panjang.. Sebuah tiang microphone berdiri tegap di belakang meja tersebut.. Sepertinya meja itu di sediakan untuk orang yang akan menjadi MC di acara pertunangan gw dan Anggie..
Dalam hati, gw memuji acara yang telah di siapkan oleh Papahnya Anggie dengan sangat sempurna.. Beberapa pelayan berseragam putih di balut rompi hitam lengkap dengan dasi kupu-kupu hitam, nampak mulai melayani para tamu..
Di sudut ruangan, terlihat satu group band dengan ciri khas vocalist laki-laki tinggi kurus dan vocalist perempuan bertubuh sedikit gemuk,yang cukup terkenal membawakan lagu top forty namun dalam versi akustik.. Kebanyakan lagu yang mereka bawakan bertemakan cinta.. Seperti Endless Love nya Lionel Richie dan Diana Ross, yang saat ini sedang mereka nyanyikan
Sekar dan Bayu Barata serta semua Jin Penjaga kami nampak berkumpul sambil berbicara santai.. Terkecuali Rampak Tantra, beberapa kali dia terlihat mengintimidasi Jin-jin berilmu rendah yang juga ada di dalam ruangan ini..Tingkahnya membuat gw berkali-kali tersenyum..
Gw yang memakai jas hitam ukuran slim fit dengan kemeja biru berdasi warna senada, merasa sedikit tegang.. Mencoba mencari-cari keberadaan Anggie, yang belum juga terlihat.. Ridho dan Suluh nampak berjalan ke arah gw yang sedang berdiri.. Sementara, Bimo sepertinya mulai melancarkan aksi untuk modusin Binar..
“Muka lu tegang amat, Bree.. Ini baru tunangan, gimana pas Ijab Qabul di akad nikah nanti lu?” Ejek Ridho ke arah gw yang mulai berkeringat, padahal ruangan yang disewa Papahnya Anggie sangat dingin..
“Ngemeng aja lu, nanti juga lu ngerasain kalo tunangan sama Suluh” Jawab gw sambil melirik ke arah Suluh yang nampak tersipu..
“Kalo gw ga pake segala tunangan, langsung aja nikah yah, sayank” Sahut Ridho seraya menggandeng lengan Suluh..
“Kuliah dulu yang bener, terus cari kerja, baru aku mau nikah sama kamu” Jawab Suluh dengan lirikan mautnya..
“Nah bener tuh.. Kuliah aja seringan bolos daripada masuknya, udah mo nikahin anak orang aja lu” Sambut gw menimpali ucapan Suluh..
Ridho yang mendengar ucapan gw barusan, hanya menggaruk-garuk kepala nya yang gw tahu tidak terasa gatal..
“Nah itu, keluarga nya Anggie.. Tapi mana Anggie nya yah?” Teriak gw dengan suara cukup membuat Ridho dan Suluh menggelengkan kepala mereka..
Tanpa permisi lagi dengan Ridho dan Suluh, gw langsung berjalan ke arah Papahnya Anggie.. Dengan sopan, gw mencium punggung tangan laki-laki tersebut yang nampak gagah dengan jas abu-abu nya..
“Keluarga kamu sudah datang semua, Mam?” Tanya Papahnya Anggie dengan ramah..
“Sudah, Om.. Mereka semua sudah duduk disana” Jawab gw sambil menunjuk ke arah meja Ibu dan yang lainnya..
Papahnya Anggie nampak tersenyum seraya menganggukkan kepalanya..
“Oh iya, Anggie sama Tante dimana, Om? Koq belum kelihatan?” Tanya gw karena penasaran..
“Mereka sudah ada koq di belakang.. Om jelasin dulu deh, dalam adat keluarga kami, saat anak gadis mau bertunangan atau pun menikah, maka si calon tunangan atau calon suami nya tidak boleh melihat wajahnya.. Sebelum Ayah atau Wali anak gadis tersebut, memanggilnya untuk acara penyematan cincin dari laki-laki pilihan hatinya” Jelas Papahnya Anggie, yang membuat gw menganggukan kepala..
“Kamu kek nya sudah tidak sabar yah” Goda Papahnya Anggie yang membuat wajah gw terbias memerah..
“Ayo ikut, Om.. Acaranya mau di mulai.. Kamu panggil Ibu kamu untuk ikut duduk disana, yah” Ajak Papahnya Anggie, sambil menunjuk ke arah meja panjang, sementara gw mengangguk dan berjalan menghampiri Ibu..
Seorang wanita berkebaya merah marun dengan rambut di sanggul, nampak menghampiri meja tempat gw bersama Ibu dan Papahnya Anggie duduk.. Lalu wanita tersebut terdengar menanyakan apakah acara sudah bisa dimulai.. Sambil tersenyum, Papahnya Anggie menganggukan kepala..
Di meja panjang yang menghadap semua tamu.. Gw duduk bersama Om Hendra, Ibu, Ayu dan Papahnya Anggie.. Sementara dua bangku lagi untuk Anggie dan Mamahnya, sengaja masih dikosongkan.. Beberapa meter di hadapan kami, gw melihat Ridho mengacungkan dua jempolnya ke arah gw..
Semua tamu tampak serius mendengarkan suara wanita yang menjadi MC, yang mulai membuka acara pertunangan gw dengan Anggie.. Sebuah moment yang tidak akan gw lupakan seumur hidup.. Satu persatu susunan acara, mulai di bacakan oleh MC wanita itu.. Dari mulai pembukaan hingga acara penutup, yakni acara penyematan cincin tunangan..
Jantung gw mulai berdebar karena gugup, saat satu persatu acara sudah terlewati.. Hingga tiba giliran acara sambutan dari perwakilan masing-masing keluarga gw dan Anggie.. Om Hendra yang mewakili keluarga gw, mulai berbicara panjang lebar.. Intinya tentang bahagianya keluarga kami akan acara pertunangan ini, hingga di tutupnya dengan untaian do’a dan harapan khusus buat gw dan Anggie..
Tiba giliran perwakilan keluarga Anggie untuk memberi sambutan, yang ternyata akan di sampaikan langsung oleh Papahnya.. Saat mulai berdiri, laki-laki yang akan menjadi calon mertua gw itu, melempar senyuman penuh arti ke arah gw..
“Assalammualaikum Wr.Wb.. Yang saya hormati keluarga Almarhum Bapak Idris dan Ibu Sumiyati” Ucap Papahnya Anggie sambil menoleh ke arah kami, dan dibalas langsung oleh senyuman gw, Ibu dan Om Hendra, sementara Ayu masih asyik main Hp Ibu di sebelahnya..
“Terimakasih atas kedatangan semua tamu undangan.. Sebagaimana yang tertera dalam undangan, hari ini saya akan melangsungkan acara pertunangan puteri tunggal saya yang bernama Anggie Angelita Hapsari dengan seorang pemuda pilihannya, yang bernama Imam Al Fattah” Ucapan Papahnya Anggie terpaksa terhenti karena beberapa siulan nyaring dari Ridho, yang baru berhenti setelah Suluh menegurnya..
“Bego lu, malu-maluin gw aja, Bree” Maki gw ke batinnya Ridho, yang langsung dibalas nya dengan dua jari teracung pertanda salam damai..
“Mungkin sebagian tamu bertanya siapa sosok pemuda tampan pilihan anak gadis saya.. Nak Imam tolong berdiri” Kata Papahnya Anggie yang sempat mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan untuk sejenak, lalu menoleh ke arah gw seraya tersenyum..
Gw terdiam sesaat, mendapat lemparan senyum dari Papahnya Anggie.. Lalu berdiri, menuruti permintaan laki-laki tersebut..
Entah mengapa, bahu kanan gw tiba-tiba mengeluarkan hawa hangat.. Padahal gw tidak merasakan suatu ancaman apapun dari sosok gaib disini.. Sekar nampak menatap gw lekat-lekat, lalu menundukkan wajahnya ketika bertemu pandang dengan tatapan mata gw..
“Nah, pemuda tampan ini lah yang akan menjadi calon menantu saya kelak..” Puji Papahnya Anggie yang membuat gw langsung tersipu..
“Oh iya, calon menantu saya ini seorang anak yatim dan bekerja sebagai tenaga honorer, yang sampai saat ini saya belum tahu berapa besar gajinya” Lanjut Papahnya Anggie, yang membuat gw mengerutkan dahi, sementara hawa hangat semakin terasa keluar dari bahu kanan..
Beberapa tamu undangan terlihat mulai berkasak kusuk.. Gw sempat menoleh ke arah Ibu yang langsung membalas dengan tatapan bingung.. Pikiran negatif tentang maksud ucapan Papahnya Anggie, mulai muncul di benak gw.. Namun sebisa mungkin gw langsung tepis semua pikiran jelek tersebut, dan berharap kelanjutan kalimat dari laki-laki yang akan menjadi wali nikahnya Anggie, akan jauh lebih enak di dengar..
“Awalnya saya sangat menentang hubungan anak gadis saya dengan pemuda ini.. Sampai-sampai, saya mengambil tindakan di luar logika untuk mengakhiri hubungan mereka.. Tapi saya sadar akan kegigihan cinta mereka berdua, yang tidak mudah untuk di hancurkan” Kembali ucapan Papahnya Anggie terhenti, yang membuat semua pengunjung menatap ke arahnya dengan wajah penasaran, termasuk gw..
“Akhirnya, saya memutuskan untuk membuat sebuah acara pertunangan yang megah ini, dengan satu tujuan agar pemuda yatim pilihan anak saya itu sadar bahwa dirinya tidak layak untuk bersanding dengan puteri saya.. ” Kalimat terakhir yang di ucapkan Papahnya Anggie, sontak membuat kedua mata gw terbelalak..
Terdengar kalimat Istighfar di ucapkan Ibu dan beberapa orang lain.. Darah gw yang mendidih, membuat gw langsung mencengkram leher kemeja Papahnya Anggie..
“Kamu pikir saya akan begitu mudahnya dikalahkan oleh anak muda picik seperti kamu.. Kamu salah, otak saya jauh lebih licik dibanding siapapun” Ucap Papahnya Anggie dengan wajah sinis..
Seluruh tubuh gw bergetar hebat, menyadari diri gw sudah ditipu mentah-mentah.. Pergelangan tangan gw yang masih mencengkram leher kemeja laki-laki itu, terasa ikut bergetar.. Suara teriakan orang-orang yang berusaha mencegah tindakan gw selanjutnya, terdengar riuh..
Bahkan gw merasa ada seseorang yang mencoba memegangi tangan gw, namun dengan mudah gw tepis pegangan tangan tersebut.. Tanpa pikir panjang, gw melempar tubuh Papahnya Anggie hingga menghantam dinding..
Gw sempat menoleh ke arah Ibu yang berteriak memanggil nama gw, namun amarah gw sudah benar-benar membutakan mata hati.. Dengan tatapan menyorot tajam, gw berjalan pelan menghampiri Papahnya Anggie yang terlihat sedang mencoba untuk bangkit sambil menahan sakit..
“Kang Mas, sadarlah.. Jangan ikuti hawa nafsu” Terdengar suara Sekar di dalam batin, namun sama sekali tidak gw anggap..
BRAKK!!!
Suara patahnya meja panjang yang gw gebrak terdengar nyaring, di susul suara jeritan beberapa orang wanita.. Hawa Pedang Jagat Samudera semakin membakar emosi..
‘Bree, sadar.. Lu jangan sampe ngamuk disini” Ucap Ridho yang memegang tangan gw bersama Bimo..
Sesaat, tatapan mata gw menyorot tajam ke arah mereka.. Lalu gw ayunkan tangan, mencoba melepaskan diri dari pegangan kedua saudara gw itu, hingga membuat mereka terbanting ke samping..
Benak gw sudah sangat dikuasai amarah.. Otak gw tidak bisa lagi membedakan antara yang salah dan benar.. Dengan nafas semakin memburu, pandangan mata gw nanar mencari sosok laki-laki yang telah menghancurkan harga diri gw dan keluarga gw di hadapan banyak orang..
Disana, dibalik sebuah meja bundar yang sudah ditinggalkan tamu, gw bisa melihat jelas sosok Papahnya Anggie dengan wajah pucat karena ketakutan, sedang bersembunyi.. Selangkah demi selangkah, gw mendekati meja tersebut, sambil membuka jas hitam dan melemparkannya entah kemana.. Nafas gw terdengar semakin memburu, layaknya hewan buas yang sedang mengintai buruannya..
Tiba-tiba, seseorang terasa menarik kasar lengan gw dari belakang.. Sebuah senyuman menyeringai tersungging di bibir gw, seiring sudah terkepalnya telapak tangan.. Satu pukulan gw siapkan untuk orang yang berani menghentikan langkah gw barusan.. Dengan cepat, gw membalikkan badan dan hendak melayangkan sebuah pukulan..
Tepat di jarak satu jengkal dari wajah orang tersebut, pukulan gw terhenti bersamaan dengan kedua mata terbelalak, saat mengetahui siapa gerangan orang yang hampir gw pukul..
“Yank..” Ucap gw lirih sambil menurunkan kepalan tangan dari hadapan wajah Anggie..
PLAKK!!
Sebuah tamparan keras dari Anggie mendarat di pipi kanan gw.. Darah gw kembali bergejolak menerima tamparan barusan..
“Tega kamu hancurin acara tunangan kita.. Tega kamu melukai Papah” Ucap Anggie dengan suara bergetar dan kedua mata sudah bersimbah airmata..
“Kamu ga tau apa yang diperbuat oleh bajingan yang kamu panggil Papah” Jawab gw dengan kedua mata sudah berkaca-kaca..
“PERGI!!! AKU GA MAU LIHAT KAMU!!!” Teriak Anggie dengan suara keras..
Gw tertegun melihat reaksi Anggie.. Dengan dua airmata sudah mengalir di pipi, gw mengambil tempat cincin tunangan kami dari saku celana dan menarik tangan Anggie.. Di telapak tangan gadis itu, gw meletakkan cincin tunangan tersebut.. Lalu berjalan dengan langkah gontai meninggalkannya.. Sesaat gw menoleh ke arah Anggie yang terlihat sedang di tenangkan oleh Kak Silvi..
Dengan perasaan hancur, gw juga menatap Ibu yang sedang menangis di pelukan Tante Silvi.. Tanpa terasa airmata gw kembali mengalir menyadari betapa hancurnya perasaan Ibu..
sampeuk dan 11 lainnya memberi reputasi
12