Kaskus

Story

dudatamvan88Avatar border
TS
dudatamvan88
DIBALIK JENDELA RUMAH WALET [TAMAT]
TRILOGI
OTHER STORY OF BORNEO
SEASON II


Salam penghuni Jagad KASKUS Terutama yang berada di Sub Forum SFTH

Hari ini ane nulis kisah kelanjutan dari cerita yang ane tulis sebelumnya mengenai hal - hal yang ane alami beberapa tahun yang lalu

Dan ane tetep mohon dengan sangat Kritik. Saran. Dan bimbinganya Buat ane yang Nubie ini.
emoticon-Maaf Aganemoticon-Maaf Agan

Quote:


Quote:


DIBALIK JENDELA RUMAH WALET [TAMAT]


Quote:

Quote:




PROLOG

Masih terngiang dengan jelas dikepalaku rasa sakit akan Kehilangan.
Semua yang aku miliki saat aku berjaya di jakarta hanya seperti cerita dongeng yang berakhir dengan tragis.

Rian mengajakku untuk merantau kekota Bontang.
Aku berharap bisa merubah hidupku saat aku menginjakan kaki di pulau terbeasar di indonesia ini.
Tapi semuanya tidak berjalan begitu lancar saat aku dan rian berkendara menyusuri Jalan Poros Sejauh 240 kilometer Dari kota Balikpapan menuju ke Kota Bontang.

Di kota ini aku Bertemu dengan lingkungan baru.
Bertemu dengan teman baru.
Dan hal yang tak pernah kubayangkan ternyata juga kualami di kota ini.
Akulah sang wakil janji itu.
Akankah semuanya akan berakhir disini???


Quote:


Quote:


Quote:
Diubah oleh dudatamvan88 25-11-2017 00:14
bandarlagunaAvatar border
dodolgarut134Avatar border
vanpadAvatar border
vanpad dan 39 lainnya memberi reputasi
40
948.8K
4.1K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
dudatamvan88Avatar border
TS
dudatamvan88
#3120
LANGKAH MENUJU KEMATIAN
"Bunuh saya??" ujarku tersenyum tanpa menoleh kearahnya. Bukan karena apa - apa. Tapi aku benar - benar baru pertama kali ini mendapat ancaman kematian seperti ini dan tak punya nyali untuk menatap langsung kepada orang yang mengatakan itu. Dalam Sejenak aku bingung. Kenapa dia bisa mengenalku?? Tapi ancaman ini pasti karena aku sudah mengacak - acak rumah tumbalnya.
Entah bagaimana aku menggambarkan ketegangan yang kualami saat ini. Aku masuk ke rumah dimana ada orang yang sangat ingin membunuhku di dalamnya. Dan yang lebih membuat jantungku berdebar adalah orang yang ingin membunuhku sekarang tepat berada dibelakangku.

"Assalamualakum pak" ujarku lembut pada pak totok yang sedang duduk sambil menghisap rokoknya diruang tamu.
"Oh.. Indra.. Masuk ndra.." ujar pak totok saat melihatku di depan pintu.
Tak ada hal aneh yang kami bicarakan di rumah pak totok. Dia hanya menanyakan bagaimana keadaan bengkel yang kukelola dan kinerja rosa dan semuanya aku jelaskan dengan serinci mungkin bagaimana keadaan disana tanpa menyinggung hal - hal mistis dan tidak beres yang terjadi.
Di tengah obrolan kami perempuan yang tadi mengancamku keluar dan membawakan dua cangkir kopi dan dia meletakkanya satu di depanku dan satu lagi di depan pak totok.
"Ada racunya ga nih??" pikirku dalam hati.
"Minum ndra.." Ujar pak totok langsung memyeruput kopi yang ada di hadapanya. "Oh iya.. Kenalkan.. ini istri saya ndra.." lanjut pak totok.
"i.. iya pak.. " ujarku gugup karena bimbang akan kuapakan kopi yang ada dihadapanku ini.
Tapi. Jika perempuan ini adalah istri pak totok lalu kenapa pak hamid mengakui perempuan ini sebagai istrinya?? Apa yang sebenarnya terjadi??
DEG
Tiba - tiba sekelebat pandangan melintas di kepalaku tentang rang yang pernah merawatku selama beberapa bulan saat aku kecil disudut kecil sebuah perkampungan yang terletak disebelah utara kota surabaya. Seorang perempuan yang sehari - harinya berjualan es kelapa muda atau lebih dikenal dengan Es Degan.
"Bu ning??" tanyaku bingung dalam hati.
Kenapa dia tiba - tiba muncul dipikiranku.
"Pah.. Aku udah kenal indra kok.. Kamu inget saya engga ndra??" ujar perempuan yang duduk disamping pak totok.
DEG
Sontak aku langsung tertegun mendengarnya.
"Jadi begitu??" ujarku dalam hati dan tiba - tiba mengeluarkan air mata saat menyadarinya.
"Loh.. iya kah?? Kenal dimana??" tanya pak totok bingung.
"Biar indra yang jawab.. Jahat banget kalo indra sampe lupa" ujar perempuan itu.
"Iya.. Jahat banget kalo sampe saya lupa sama mbak endah" jawabku dengan menangis tersedu "dan gw jahat banget ga ngenalin bu ning waktu itu.. Begoo.. Begoo.. Begooooo.." gerutuku dalam hati.
Apa yang sudah kuperbuat??Dengan tanganku sendiri aku telah membunuh orang yang pernah merawatku saat aku kecil dulu. Dengan tangan ini aku mencabut nyawanya atau lebih tepatnya tidak membiarkan nyawanya kembali pada jasadnya.
Aaaaaaakkkhhh.
Pak totok terlihat bingung melihatku yang tiba - tiba menangis dan dia menanyakan apa yang terjadi sebenarnya. Aku sama sekali tak mampu menjawabnya dan bu endah menjelaskan pada pak totok. Jika saat dia SMA dan tinggal bersama kakaknya bu ning dan aku sempat dititipkan orang tuaku dirumah mereka saat orang tuaku pergi ke jakarta selama beberapa bulan.
"Gimana kabar bu ning mbak??" tanyaku sambil terisak dan berpura - pura tidak tau.
"Dia baik ndra.. Dan ga akan lama lagi kamu ketemu kok sama dia" ujar bu endah dengan senyum yang sangat sinis di wajahya.
DEG
"ii.. iya mbak" ujarku dengan menundukan kepala.
Pak totok masih bingung dengan semua kebetulan ini. Dan dapat kupastikan dia tidak terlibat dalam kegiatan keji bu endah dan mungkin dia sama sekali tidak tau menau.
"Berarti indra masih bisa dibilang keluarga kita ya.. Kecil sekali dunia ini ya.. Hahahahaha" ujar pak totok dengan tertawa lepas.
Sebisa mungkin aku mencoba menahan diri dari segala emosi yang berkecambuk di kepalaku saat ini. Tapi bagaimana caranya bersikap tenang saat ada pandangan sinis dan ancaman pembunuhan ada tepat di depan mataku??
Setelah beberapa saat pak totok mengeluarkan beberapa uang pecaha seratus ribuan dan menherahkanya padaku untuk belanja kebutuhan makan. Aku agak ragu untuk menerimanya karena sempat terbesit di pikiranku untuk mengundurkan diri dari bengkel tapi mulutku benar - benar kelu untuk mengatakanya hingga akhirnya aku menerima uang itu dan berpamitan kepada mereka berdua.

Aaaaaaaakkkhhhhh..
"AAAAAPAAAAA YAAANGG MUSTIII GW LAAKUUUIIIINNNN.. Tia.. Lusi.. Bu ning.. Mbak endah.. BESOK APALAGEEEEEEE???" aku berteriak sekencang - kencangnya dibalik helm ditengah perjalananku menyusuri langit malam kota Bontang.
"Buuu Neeeeeeng maaapiiiin indraaaaaa!!!!" kembali aku berteriak.
Entah tangisan dan teriakanku didengar orang atau tidak aku sudah tidak peduli lagi toh wajahkupun tertutup rapat oleh helm.

Aku menghentikan motorku di depan rumah kontrakan rian dan Si mbah terparkir dengan gagah yang menandakan jika rian ada.
"Assalamualaikooooom.. Yaaaaaan" ujarku sembari mengetuk pintu.
Aku sengaja tidak membuka helm agar tak ada tetangga yang melihat betapa sembabnya wajahku.
Tak beberapa lama rian membuka pintu dan mempersilahkan masuk. Dia sempat terkejut akan kedatanganku yang tiba - tiba dan tidak memberi kabar lebih dulu dan setelah aku membuka helm maka semakin banyak pertanyaan yang dilontarkanya.
Aku menceritakan perihal kematian Lusi pada rian. Dia turut berduka dan mengrimkan doa untuk almarhum. Tapi apakah aku akan menceritakan perihal selanjutnya??
"Kenapa sampe begini sih ndra?? Lu sayang banget sama lusi ampe lu tangisin segininya??" tanya rian setelah membuat segelas teh untukku.
"Bukan itu yan.. Lu inget dulu pas kita berempat lu. Gw aji. Sama pak dion ke **** ***" ujarku lesu.
"Ah.. Kaga mau nginget gw.. " ujar rian panik.
"Yang kita bunuh malem itu tetangga gw di surabaya waktu kecil. Gw sempet tinggal dirumahnya. Dia ngurusin gw kaya anaknya sendiri yan.. Dan lu tau siapa yang bunuh tiara?? Itu adenya orang yang gw bunuh malem itu. Dan gw juga serumah sama dia dulu.. Begoo banget gw ga ngenaliin.." ujarku panjang lebar.
Rian hanya melongo sambil terdiam mendengar penjelasanku. Aku tau dia tidak tau mesti harus berucap apa.
"Trus.. Gimana ndra??" ujar rian sesaat setelah ketenanganya mulai kembali.
"Tadi gw ketemu mbak endah.. Adenya bu ning.. Dia bininya bos gw di bengkel.. Dia ngancem bunuh gw yan.. Gw musti gimana??" ujarku dengan tertunduk lemas sambil bersandar di dinding.
"Udah gw duga bakalan runyam begini ndra.. Makanya selama ini gw selalu ngehindarin masalah dengan Gw jarang keluar.. Udah gini aja.. Ini masalahnya udah nyawa bro.. Lu gw beliin tiket pulang ke bekasi ya.. Biar selamet lu" ujar rian.
"Engga yan.. Gw ga bisa lari.. Udah cukup gw lari dari kenyataan pait di bekasi.. Disana udah ga ada tempat buat gw pulang.." jawabku lemas.
Kami berdua akhirnya hanya diam sambil menatap dinding yang ada didepan kami masing - masing. Entah apa yang dipikirkan rian. Tapi yang ada dikepalaku sekarang benar - benar tak bisa aku ungkapkan.
"Pantes dulu aji ngebet banget ngajakin lu kesana ndra.. Dia tau kalo lu ga bakal diserang kali" ujar rian pelan.
DEG
"Aji tau?? B*ngs*t tu anak.." gerutuku dalam hati.
"Eh.. Btw gw masuk malem.. Lu nginep sini aja dulu ya.. " ujar rian dengan beranjak menuju ke kamar mandi.
"iya" ujarku pelan.
Bagaimana aku menggambarkanya?? Kenyataan dan takdir yang begitu kebetulan dan saat ini sedang kuhadapi seolah meruncing tepat di depan hidungku.
Tapi tunggu.. Buku lusi..
Aku membuka buku yang diberikan oleh ibunda lusi tadi menemukan tanggal ** desember 2016 yang berarti tulisan ini adalah tulisan lusi semalam??
Quote:

"Lusss.. KENAPA LOO GA BILAAAANG???" teriakku sekeras - kerasnya diruangan tengah rumah kontrakan rian dengan isak tangis.
"Lo kenapa ndraaa??" ujar rian keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk.
"Lusi sayang sama gw yaaaaaaaan" jawabku dengan membentur - benturkan kepalaku di dinding.
DEG
"Tiara ade perempuan lusi.. itu kenapa tia manggil gw kakak.. Pak hamid sama mbak endah numbalin tia karena tia anak pak hamid.. Lusi meninggal beberapa hari setelah gw ngebebasin roh tia.. Jangan bilang kalo lusi ketarik gara - gara gw?? Jangan.. JANGAAAAAANNN" pikirku dalam hati. "Lu emang sempet berjasa ke gw.. Lu emang pernah ngerawat gw.. Tapi nyawa orang lu jadiin maenan.. Lu mau bunuh gw?? Lu mau darah?? Lu bakal liat gimana gw GANINDRA BASUDEWA marah" lanjutku dengan beranjak keluar dari rumah kontrakan rian.
"Ndraaaa.. Lu mau kemana?? Ndraaa.. Wooiii" ujar rian dengan berusaha mengejarku.
Tanpa mempedulikan teriakan rian aku menyalakan motorku dan menyusuri langit malam kota ini. Kota yang mungkin menjadi tempat kematianku malam ini.
jenggalasunyi
dodolgarut134
symoel08
symoel08 dan 14 lainnya memberi reputasi
15
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.