Terlukanya Ridho...

Keesokan hari, gw kembali bekerja karena cuti gw sudah berakhir.. Ketiga saudara gw sempat ramai bercanda di group.. Oh iya, gw sama Ridho, Bimo dan Suluh punya group WA yang anggota nya hanya kami berempat.. Itu karena ide konyolnya si Ridho, padahal gw tahu tujuannya, biar bisa modusin Suluh tanpa harus japri..

Awalnya gw menolak, karena menganggap alay kalo punya group yang anggota nya cuma empat orang saja, padahal kami bisa berbicara lewat batin masing-masing.. Tapi bukan Ridho namanya, kalo tidak bisa mempengaruhi gw dan kedua saudara kami yang lain..

Karena sempat cuti 2 hari, otomatis kerjaan gw menumpuk.. Beberapa kali, gw mengacuhkan Hp yang terdengar berbunyi.. Hingga masuk jam makan singa eh siang, baru gw sempat membuka Hp.. Beberapa pesan dari Anggie yang mengingatkan gw untuk mengantarnya ke salon sepulang kerja.. Satu pesan dari Ridho yang membuat gw mengerutkan dahi, begitu membaca isi nya.. Dia bilang siang ini mau nganter Suluh ke rumah sahabatnya di daerah Parung, Bogor..

Tumben banget Suluh mau jalan berdua sama Ridho.. Aah, terserah mereka lah, paling-paling Suluh cuma manfaatin Ridho doank buat minta di anter.. Selesai jam istirahat, perut gw sudah kenyang dan Shalat Juhur pun sudah terlaksana tepat waktu.. Langsung gw lanjutkan pekerjaan yang sudah beres sebagian.. Gw melirik jam dinding di ruang kerja gw yang menunjukkan jam 1.30 siang.. Masih ada waktu sampai jam 4 sore, buat gw menyelesaikan pekerjaan.. Setelah itu mengantar Anggie ke salon sekaligus mengungkapkan perasaan gw tentang rencana pertunangan kami..

“Bree, tolong gw” Tiba-tiba suara Ridho terdengar di batin..

Gw tertegun sesaat, menunggu panggilannya yang kedua.. Namun tidak juga terdengar suara Ridho lagi.. Perasaan gw mulai tidak enak.. Ingatan gw tertuju pada sosok Rangga yang dahulu sempat memanggil gw lewat batin, saat di serang oleh Jin anak buah Raja Siluman, hingga akhirnya meninggal..

Segera gw pejamkan mata dan mencoba memanggil Ridho lewat batinnya.. Tapi tidak juga ada jawaban.. Gw langsung memanggil Sekar untuk hadir bersama Bayu Barata.. Kedua Jin Penjaga gw tersebut langsung muncul di sebelah..

“Aku sudah tahu dengan siapa saudara mu bertempur saat ini, Kang Mas” Ucap Sekar yang beberapa saat setelah kemunculannya, sempat memejamkan kedua mata sambil berkomat kamit..

Gw tercekat mendengar penuturan Sekar barusan..

“Siapa yang menyerang saudara ku, Sekar?” Tanya gw dengan wajah sudah berubah lebih serius..

“Lebih baik kita segera kesana, Kang Mas” Ajak Sekar yang langsung gw sambut dengan anggukan kepala..

“Tapi tunggu, aku tidak bisa meninggalkan pekerjaan ku saat ini” Kata gw yang tiba-tiba teringat tentang kerjaan yang masih menumpuk..

Sekar nampak sama bingungnya dengan gw.. Sementara Bayu Barata masih terdiam melihat kami berdua.. Kepala gw langsung memutar otak, mencari cara agar gw bisa membantu Ridho sekaligus tidak meninggalkan kantor..

TING!!

Sebuah ide muncul di benak gw.. Sambil meminta Pedang Jagat Samudera untuk mengalirkan hawa panasnya ke seluruh tubuh, gw berjalan menuju ruangan Pak Rudi.. Disana, gw berpura-pura sakit.. Sesuai dugaan, laki-laki itu memegang kening gw dengan punggung tangannya.. Seketika dia beristighfar, dan segera menyuruh gw untuk istirahat di rumah.. Tapi gw menolak dengan alasan, hanya butuh istirahat saja sejenak di kantor.. Akhirnya Pak Rudi menyuruh gw, untuk beristirahat di sebuah ruangan khusus untuk staff yang sakit ringan

Gw langsung kembali ke arah Sekar dan Bayu Barata.. Lalu meminta Jin Wanita Penjaga gw itu untuk segera membawa gw ke tempat Ridho berada.. Setelah sebelumnya gw juga meminta Bayu Barata, untuk menggantikan posisi gw di kantor, dengan merubah diri menjadi sosok gw.. Tugas Bayu Barata sangat ringan, cukup tiduran di ruang istirahat saja..

Setibanya gw dan Sekar di tempat Ridho berada, saudara gw itu sudah terkapar di atas tanah.. Cambuk Langit Selatan di tangan kanan Ridho terlihat meliuk-liuk untuk sesaat.. Sementara, di atasnya ada sesosok mahluk wanita berjubah hitam, berambut panjang hingga menyapu tanah, sambil melayang bersiap untuk kembali menyerang.. Lima larik sinar hitam dari ayunan tangan kanan nya, nampak melesat ke arah Ridho..

Seketika gw melompat sambil mengayunkan Pedang Jagat Samudera, yang sudah sedari tadi keluar dari bahu.. Selarik sinar putih berselimut sinar biru melesat dari ayunan Pedang diiringi suara deburan ombak, menghadang lima larik sinar hitam tersebut..

DUAARR!!!

Sebuah ledakan cukup besar tercipta dari benturan keenam sinar.. Gw yang sudah berdiri di hadapan Ridho, terdorong satu tombak kebelakang, sama seperti yang dialami Jin Wanita berwajah merah dan berjubah hitam itu..

“Lu ga apa-apa, Bree?” Tanya gw ke Ridho, yang wajahnya sedikit pucat sambil meringis menahan sakit di dada nya, jejak darah yang masih basah nampak mengalir di sela bibir kanan saudara gw itu..

“Dada gw kena hantam rambut setan cabe-cabean itu, Bree.. Lumayan sakit nya” Jawab Ridho yang membuat gw tersenyum mendengar jawaban konyolnya..

Sekar yang sedari tadi ada di belakang gw, nampak mulai melayang dan mendekat ke arah kami..

“Tolong pulihkan Ridho, Sekar.. Biar aku yang melawan Jin itu” Pinta gw ke Sekar yang disambut oleh anggukan kepala nya..

“Hati-hati, Kang Mas.. Aku kenal sosok Nyi Kembang Wengi yang berjuluk Ratu Kuntilanak Hitam, kesaktiannya cukup mumpuni” Ujar Sekar sambil melirik ke arah Jin Wanita berwajah merah dan berjubah hitam tersebut..

Dari hadapan kami, terdengar suara tertawa melengking cukup panjang, dari sosok Nyi Kembang Wengi ..

“Jin cantik bernama Sekar Kencana, istri mendiang Raden Jagat Tirta.. Bagaimana kabar mu?” Tanya Nyi Kembang Wengi ke arah Sekar Kencana..

“Keadaan ku baik, wahai salah satu Jin Wanita Penghibur mendiang Raja Siluman, bernama Nyi Kembang Wengi ” Jawab Sekar yang di sambut dengan pelototan kedua mata Nyi Kembang Wengi ..

Dalam hati gw tertawa mendengar balasan dari Sekar.. Kadang-kadang, kelakuan do’i koplak juga..

“Setan alas, tak usah kau bawa-bawa nama Raja Siluman.. Aku muak mendengar nama mahluk mata keranjang itu.. Bersyukur dia sudah kembali ke neraka..” Balas Nyi Kembang Wengi yang wajahnya terlihat meradang..

“Hihihi.. Kau nampak kecewa sekali, Nyi Kembang Wengi , karena Raja Siluman lebih memilih Nilam Segara sebagai teman mesum nya.. Mungkin Raja Siluman merasa lebih sedap memandang wajah Nilam Segara, di banding wajah merah mu yang terlihat seperti pantat monyet” Sahut Sekar yang lagi-lagi membuat gw tertawa, namun kali ini suara tawa gw terdengar keras..

“Jahanam, ku habisi kalian semua” Teriak Nyi Kembang Wengi sambil melayang dan mengibaskan jubah hitam nya..

Serangkum gelombang angin laksana topan, terdengar menderu kencang ke arah kami.. Beberapa pohon besar nampak tercabut oleh gelombang angin, dari kibasan jubah hitam Nyi Kembang Wengi dan melayang dengan cepat menuju tempat kami..

Gw mengurungkan niat untuk mengayunkan Pedang Jagat Samudera, saat Sekar nampak mengibaskan selendang emasnya.. Satu gelombang angin yang terasa jauh lebih kuat dari angin kibasan jubah hitam Nyi Kembang Wengi , sontak membuat batang-batang pohon yang terlempar ke arah kami, berputar arah menuju Jin Wanita berwajah merah tersebut..

Nyi Kembang Wengi tampak sedikit terkejut.. Tiba-tiba, rambut panjang jin itu mengembang ke atas dan terpisah menjadi empat gulungan..

“HAAA!!!” Teriakan Nyi Kembang Wengi terdengar nyaring, seiring empat gulungan rambut miliknya melesat ke arah 4 buah batang pohon, seukuran satu pelukan tangan..

BRAAKK!!!

Empat kali suara keras keluar dari hancurnya empat batang pohon saat empat gulungan rambut Nyi Kembang Wengi menghantam masing-masing benda itu..

Pandangan gw membesar, manakala mengetahui rambut hitam kasar nan panjang di kepala lawan kami tersebut, bisa digunakan sebagai senjata.. Tanpa banyak basa-basi, gw melompat ke arah Nyi Kembang Wengi dan melancarkan beberapa serangan.. Sementara. Mahluk itu mencabut satu tusuk konde dari balik jubah hitamnya.. Mendadak, tusuk konde hitam miliknya itu menjelma menjadi sebuah tombak berwarna hitam dengan ujung tombak berwarna merah..

Gw mulai menyabetkan Pedang Jagat Samudera ke arah pinggang lawan, namun dapat ditangkis dengan mudah oleh tombak Nyi Kembang Wengi .. Dengan cepat Nyi Lara Abang menusukkan ujung tombaknya ke arah wajah gw..

TRANGG!!!

Suara ujung tombak hitam yang membentur bagian tengah Pedang Jagat Samudera terdengar, disertai percikan api merah.. Tangan kanan gw yang menggenggam Pedang Jagat Samudera, terasa sedikit kesemutan.. Nyi Kembang Wengi terus mendorong ujung tombak miliknya yang masih tertahan oleh bagian tengah Pedang, dan membuat gw terus tersurut ke belakang..

Menyadari diri sendiri yang terdesak, gw langsung tendangkan ujung kaki kanan gw ke tangan Nyi Kembang Wengi , yang masih menggenggam pangkal tombak miliknya..