Kaskus

Story

dudatamvan88Avatar border
TS
dudatamvan88
DIBALIK JENDELA RUMAH WALET [TAMAT]
TRILOGI
OTHER STORY OF BORNEO
SEASON II


Salam penghuni Jagad KASKUS Terutama yang berada di Sub Forum SFTH

Hari ini ane nulis kisah kelanjutan dari cerita yang ane tulis sebelumnya mengenai hal - hal yang ane alami beberapa tahun yang lalu

Dan ane tetep mohon dengan sangat Kritik. Saran. Dan bimbinganya Buat ane yang Nubie ini.
emoticon-Maaf Aganemoticon-Maaf Agan

Quote:


Quote:


DIBALIK JENDELA RUMAH WALET [TAMAT]


Quote:

Quote:




PROLOG

Masih terngiang dengan jelas dikepalaku rasa sakit akan Kehilangan.
Semua yang aku miliki saat aku berjaya di jakarta hanya seperti cerita dongeng yang berakhir dengan tragis.

Rian mengajakku untuk merantau kekota Bontang.
Aku berharap bisa merubah hidupku saat aku menginjakan kaki di pulau terbeasar di indonesia ini.
Tapi semuanya tidak berjalan begitu lancar saat aku dan rian berkendara menyusuri Jalan Poros Sejauh 240 kilometer Dari kota Balikpapan menuju ke Kota Bontang.

Di kota ini aku Bertemu dengan lingkungan baru.
Bertemu dengan teman baru.
Dan hal yang tak pernah kubayangkan ternyata juga kualami di kota ini.
Akulah sang wakil janji itu.
Akankah semuanya akan berakhir disini???


Quote:


Quote:


Quote:
Diubah oleh dudatamvan88 25-11-2017 00:14
bandarlagunaAvatar border
dodolgarut134Avatar border
vanpadAvatar border
vanpad dan 39 lainnya memberi reputasi
40
948.9K
4.1K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
dudatamvan88Avatar border
TS
dudatamvan88
#2858
PERPISAHAN TANPA AIR MATA
"Hoooooo" ujarku berpura - pura terkejut.
"iya.. Kalo ga ada halangan bulan depan.. Januari" ujar ida yang sekarang tertunduk memandang lantai. Wajahnya tampak ayu dengan dihiasi rona malu. Sepertinya dia malu untuk memandangku.
"Selamat ya" gumanku pelan tapi dengan suara yang bisa didengar olehnya.
Entah kenapa suasana canggung tercipta diantara kami. Tak ada yang berani memulai obrolan. Tak ada yang berani memandang satu sama lain. Kami berdua hanya diam dan memandangi semua tempat kecuali orang yang dihadapan kami masing - masing. Sedikit penyesalan memang ada. Tapi jika mengingat aku tak akan bisa menyembunyikan apapun darinya bahkan yang ada di dalam pikiranku rasa sesalku menjadi tak begitu besar.
"Kenapa kamu pagari sekarang??" tanya ida tiba - tiba.
"Hhehe.. Engga da.. Ga ada yang dipagari" ujarku dengan tertawa kecil.
"Botte betul.. Trus kenapa aku ga bisa liat apa - apa?? Ga mungkin Kamu ga mikirin apapun dari tadi.." ujarnya pelan tanpa melihatku.
"Coba jangan ngeliat pikiran.. Pikiran manusia masih sangat bisa buat berbohong.. Belajar liat hatinya.. Karena hati ga akan pernah bisa bohong" ujarku dengan senyum yang semempesona mungkin.
mendengar jawabanku ida menengok ke arahku. Dia memandang dalam - dalam ke arah mas dengan Tangan lembutnya memegang pipiku.
"Dulu kenapa kamu engga mau" tanya ida dengan suara lirih.
"Karena Rasa sayang aja ga akan cukup buat melangkah ke jenjang pernikahan" ujarku dengan melepaskan tanganya dari pipiku.
"Kamu ga mau tau kah?? Sama siapa aku nikahnya??" ujar ida lembut sambil berdiri dan menghadap kepadaku.
"Kenapa musti nanya.. Aku udah tau kok.. Hhehehe" ujarku dengan tersenyum kecil.
"Ga sopan ih.. Yaudah Pokoknya kamu harus dateng ya.." ujarnya.
"Pasti" jawabku.
ida kemudian melangkah mundur dan kabut putih tiba - tiba menyelimuti di sekitarku. Sekilas terdengar ida berucap "Selamat datang kembali ndra".

•••••••••••••••


Beberapa hari telah berlalu sejak rian melamar rosa. Benar saja hari - hari rosa sangat ceria dengan senyum yang selalu mengembang dan dengan sedikit marah - marah padaku jika rian terlambat membalas chatnya. Kelakuanya tak jauh berbeda dengan semua perempuan yang sedang kasmaran. Tapi entah kenapa pagi ini perasaanku sungguh tidak enak.
DEG
"Lusi??" tiba - tiba wajah lusi terbesit sejenak di pikiranku.
Entah apa yang sebenarnya terjadi mudah - mudahan tidak terjadi sesuatu yang menyedihkan.

"Ndraaaaaa.. Hp kamu bunyi.. Ada telpon niiihh" teriak rosa padaku dari dalam bengkel.
"tolong bawa kemari ross" ujarku dengan sedikit berteriak dan tetap memasang body motor yang telah selesai kuperbaiki.
Rosa menghampiriku dengan memberikan Handphone yang sedang berbunyi.
"Mas said??" pikrku saat melihat nama orang yang sedang menelponku.
Quote:

Mendengar mas said yang panik itu aku paham jika ada sesuatu yang sangat serius sedang terjadi. Aku langsung menelpon pak totok untuk meminta izin agar diperbolehkan menutup bengkel hari ini dan dia menyetujuinya dan menyuruhku mampir ke kediamanya saat semua urusanku selesai nanti. Setelah memberi tahu rosa aku menutup bengkel dan menuju ke Bontang.

Tepat dua jam perjalanan dan jam sudah menunjukan pukul 14.15 saat aku tiba di kota bontang menggunakan motor investaris bengkel dari pak totok dan langsung menuju alamat rumah lusi yang dikirimkan oleh mas said.
Suasana ramai dan menyedihkan saat aku tiba disebuah rumah sederhana yang terletak di bilangan Bontang Utara dan terlihat Pak Yudi. Tisno dan Mas said sedang terduduk di bangku yang sudah terjajar di depan rumah dan tanpa pikir panjang aku menghampiri mereka.
Pak yudi dan mas said tertunduk lesu dan sesekali menenangkan tisno yang sedang menangis tersedu.
"Assalamualaikum" ujarku sambil menyalami mereka bertiga.
"Ndra.. Lusi sudah ga ada.. Kamu masuk dulu gin.. Ibunya lusi nyariin kamu" ujar pak yudi.
"Innalilahi wainnalilahi rojiun.. Kok nyariin saya pak?? Ada apa??" ujarku terkejut.
"Yaudah.. Ayo saya antar kedalam" ujar pak yudi mendahuluiku untuk masuk ke dalam rumah.
"Lama sekali kau ndra.." gerutu mas said dengan menepuk pundakku.

Tubuh kaku yang telah ditutupi kain dari seorang wanita yang kukenal dengan nama lusi. Kenapa waktu dan takdir tidak pernah memilih dan selalu datang tiba - tiba.
"Makasih mas udah dateng" ujar suara yang entah darimana tapi aku tau itu adalah dia.
"Assalamualikum bu.. Permisi.. Ini yang namanya indra sudah datang" ujar pak yudi lembut kepada seorang wanita paruh baya yang sedang menangis tersedu.
"Makasih nak udah mau dateng.. Jangan pulang dulu ya sampe anak ibu dimakamin.. Ada yang ibu mau kasih ke kamu" ujar wanita itu yang sekarang aku tau jika beliau adalah ibunda dari lusi.
Suasana haru mengiringi kami saat mengantar jenazah lusi hingga ke liang lahat. Sang ibu dan benerapa wanita lain yang tidak aku kenal menangis tersedu sambil tak henti membacakan do'a. Aku pak yudi dan seorang laki - laki yang masih kerabat dari almarhum turun kedalam lubang makam untuk menempatkan jenazah di dalam lubang yang akan ditutup dengan tanah dan akan menjadi tempat berbaring bagi lusi untuk selama - lamanya hingga akhir zaman.
"Baru beberapa hari yang lalu kamu nyapa aku dengan senyum lus.. Sekarang kamu pergi selama - lamanya juga dengan senyum" ujarku dalam hati setelah melihat wajah indah lusi untuk terakhir kalinya.
Setelah diadzani dan ditutup oleh papan ulin tanah mulai ditimbunkan kedalam lubang. Semakin lama semakin tinggi hingga tertutup seluruhnya dan menjadi sebuah gundukan yang dipancangi papan kayu ulin disetiap ujungnya dengan bertuliskan ****lusi ********. ** Desember 2016. Tapi entah kenapa aku tak bisa bahkan tak mampu untuk mengeluarkan air mata.
"Maafin aku lus" ujarku disela - sela doa.

Tak terasa matahari sore sudah menyinari Kota Bontang. Aku teringat ucapan ibunda lusi saat aku menemuinya tadi siang dan tanpa pikir panjang aku memacu kendaraanku ke arah rumah lusi.

Kediaman Almarhum lusi masih terlihat ramai dengan kedatangan tetangga dan para saudara yang datang untuk memberi semangat dan menghibur ibunda lusi.
"Assalamualaikum bu.. Saya indra" ujarku dengan langsung mencium tangan ibunda lusi.
Wajahny sembab karena menangis yang pasti mengundang iba bagi siapapun yang memandangnya. Tak ada yang lebih menyakitkan daripada kehilangan seseorang apalagi seseorang itu adalah buah hati yang dibesarkan oleh tanganya.
"Waalaikum salam.. Tunggu sebentar nak.. Sebentar saya ambilkan" ujar sang ibu dengan beranjak berdiri dan masuk ke dalam kamar.
Saat menunggu aku melihat kesekitaran ruangan rumah ini. Rumah yang sangat nyaman. Lusi pasti sangat betah tinggal dirumah ini. Tapi tunggu. Pandanganku tertuju pada salah satu foto yang terpajang di dinding. Sebuah foto pernikahan tua yang kutebak adalah pernikahan antara ibunda lusi dan suaminya. Tapi sosok laki - laki yang ada di foto itu sangat tidak asing. "Pak Hamid??" lirihku dalam hati sambil memandangi foto itu dengan jarak sekitar tiga meter dari tempatku duduk. Dan benar saja tak jauh didekat foto itu ada sebuah foto kecil dengan gambar seorang gadis kecil sedang tersenyum gembira. "Tiara??" tanyaku dalam hati. Apa hubunganya ibunda lusi. Pak hamid. Dan tiara. Tapi ibunda lusi bukanlah wanita yang menyiksa tiara di dalam pengelihatanku. Lalu apa sebenarnya yang terjadi disini?? Aaakhh.. Pikiranku benar - benar melayang memikirkan kenapa semua ini tiba - tiba berhubungan dengan apa yang kualami.. Apa ini?? Kenapa??

Tak lama kemudian ibunda lusi keluar dengan membawa sebuah buku binder kecil.
"ini kamu bawa.. Tolong dibaca ya nak.. Jangan berhenti doakan Lusi ya" ujar sang ibu lembut sambil menahan tangisnya.
"ii.. iiya bu. Terima kasih" ujarku gugup karena kebingungan apa sebenarnya hubungan ibu ini dengan pak hamid dan tiara.
Aku benar - benar berada diujung keraguan. Apakah aku akan menanyakanya pada ibunda lusi atau tidak. Tapi saat memikirkan jika sekarang suasana sedang sangat tidak memungkinkan aku menanyakanya.
"Mungkin suatu saat nanti gw bakal nanya" ujarku dalam hati.
Setelah beberapa saat aku menghibur ibunda lusi dengan mengucapkan kata - kata yang biasa diucapkan saat menghibur orang yang sedang berkabung kemudian aku berpamitan untuk pulang kepada ibunda lusi dan dengan segala kebingungan yang mencambuki kepalaku aku mengendarai motor melaju dibawah langit sore kota bontang menuju ke kediaman pak totok.

Kediaman pak totok terletak di salah satu perumahan yang cukup elit di kota bontang (*** *) dan dengan alamat yang sebelumnya ia kirimkan aku jadi tidak terlalu sulit untuk menemukanya.
Tak lama kemudian aku berhenti di depan Sebuah rumah besar yang cukup mewah dengan mobil yang kukenal terparkir di depanya.
"Assalamualaikum" ujarku sambil mengetuk pagar besi hingga menimbulkan suara yang khas.
Tak beberapa lama kemudian aku sangat terkejut karena yang keluar dari rumah adalah seorang wanita. Wanita yang ada di pengelihatanku. Wanita yang menyiksa tiara bersama dengan pak hamid. Apa ini?? Kenapa dia ada di rumah pak totok?? Dia memandangiku dengan tatapan sangat sinis. Tak salah lagi dia adalah orangnya.
"Indra??" tanya wanita itu seraya membukakan pagar.
"iya.. Saya indra" ujarku pelan dengan memendam amarah.
"Masuk.. Udah ditunggu sama bapak di dalam" ujarnya.
"Pe.. Permisi bu" jawabku gugup dengan melangkah ke dalam.
"Saya perintahkan kamu jangan ikut campur urusan saya terlalu jauh.. Atau saya bunuh kamu" ujar wanita itu pelan tapi dengan suara yang bisa kudengar saat aku melewatinya.
Diubah oleh dudatamvan88 17-11-2017 17:31
jenggalasunyi
dodolgarut134
symoel08
symoel08 dan 14 lainnya memberi reputasi
13
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.