beanilla93Avatar border
TS
beanilla93
Vanilla
Hai agan-sis semua.
Setelah sering jadi silent reader, kayanya asik juga kalau saya mencoba share cerita juga.

Cerita ini 'based on true story'. Tapi ya mungkin dengan sedikit modifikasi. hehehe

Tapi kalo cerita ini bukan selera agan-sis, atau agan-sis merasa ceritanya aneh,
And you feel like you can't stand to read it anymore silahkan cari cerita lain.
Nggak usah sumpah serapah ya.
Karna buat saya mereka yg sumpah serapah itu, pikirannya sempit, kosa katanya terbatas.
Bingung mau komentar apa, ujungnya malah ngata-ngatain emoticon-Lempar Bata

Comment, critics and question allowed ya emoticon-Big Kiss

Spoiler for Prolog:


Indeks :
Part 1. Prolog
Part 2. Selected memories

Part 3. MY hero
Part 4. His journey
Part 5. Restriction
Part 6. The results

Part 7. First year
Part 8. We're classmate!
Part 9. The class president
Part 10. Embarrassing youth - intermezzo
Part 11. Wrong thought?
Part 12. Boom!
Part 13. Aftereffects
Part 14. "Manner maketh man"
Part 15. Reunion
Part 16. Let it loose
Part 17. Those shoulders
Part 18. The sunrise
Part 19. Present
Part 20. Year 7th

Part 21. Tom and jerry
Part 22. Crown Prince
Part 23. Amnesia
Part 24. "Okay, let's do that"
Part 25. Jalan belakang(back street)
Part 26. The castle
Part 27. Story about a long night
Part 28. The storm
Part 29. War
Part 30. Gotcha!
Part 31. End

Part 32. Abege
Part 33. Story of nasi goreng
Part 34. The reason behind cold martabak
Part 35. He knew it(all the time!)
Part 36. The betrayal
Part 37. Revealing the truth
Diubah oleh beanilla93 16-03-2018 06:46
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
20.1K
182
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.1KAnggota
Tampilkan semua post
beanilla93Avatar border
TS
beanilla93
#71
Part 19. Azka - 12

Oktober 2017.

Entah sudah berapa jam kami duduk di sini. Di salah satu franchise minuman terkenal yang baru beberapa bulan terakhir membuka cabangnya di kota Berlian.

Aku sedang berkumpul bersama teman-teman SMA ku yang sekarang memang sudah sangat sulit ditemui. Walaupun tidak sampai separo dari jumlah kami sebenarnya, kami bersyukur rencana yang mendadak ini masih bisa terlaksana. Anna, Nanto, Tony, Jaya, Hari, Langga dan Nana. Kami semua sama-sama berdomisili di kota ini, hanya Langga yang sedang menyelesaikan studi masternya di kota Sebaya. Tapi kesibukan akan kehidupan masing-masing seolah menjadi tembok yang pelan tapi pasti terbangun di hubungan kami.

Sudah hampir 2 tahun yang lalu perjalanan terakhir kami di kota Malam. Dan sudah hampir 7 tahun juga kami berpisah dari lingkungan sekolah yang dulunya mempertemukan kami setiap hari. Dalam setiap pertemuan dengan mereka, masih terselip sedikit cerita tentang masa SMA. Hal-hal yang biasanya hanya akan jadi bahan tertawaan oleh diri kami di jaman sekarang.

Hal lain yang sekarang dibicarakan tidak jauh dari pekerjaan mereka masing-masing. Nanto dan Anna yang merupakan pegawai bank terlibat dalam pembicaraan seru perihal pengajuan kredit rumah. Sesekali mereka juga membahas soal perbankan lainnya yang tidak terlalu ku mengerti. Langga sedang dengan penuh semangat menceritakan pengalamannya mengikuti program summer class di Turki beberapa bulan yang lalu. Jaya sedang asik menjelaskan dan menawarkan beberapa treatment kecantikan yang bisa didapatkan di klinik kecantikan milik kakaknya, yang sedang di jalankannya. Nana sedang serius mendengarkan penjelasan dari Nanto, karena dia sendiri adalah salah satu nasabah yang sedang dalam proses melunasi kredit rumah. Hari seperti biasa hanya diam dan sesekali ikut senyum dan tertawa. Dan aku, hanya menjadi pendengar sambil sesekali merespon seadanya.

Aku iseng membuka messenger dengan logo hijau di handphoneku. Dapat ku lihat notifikasi dari grup chat kami, yang aku yakin datang dari mereka yang tidak dapat bergabung hari ini.

Spoiler for click:


Aku membuka kamera ponselku lalu mengambil foto Anna dan Nanto yang sedang asik mengobrol di hadapanku, dan mengirimkannya ke grup.

Spoiler for click:


Aku hanya tersenyum membaca balasan Azka, selanjutnya ada Tony yang merespon dengan mengirimkan capture hasil zoom out yang menampilkan wajah Zarry(teman kami yang lain) yang membulat.

"Sudah pada tau gengs, Azka sebenarnya sakit apa?" tanya Jaya yang langsung mendapatkan perhatian dari semua temanku, begitu pun aku yang langsung meletakkan ponselku ke dalam tas.

V : Yang dia masuk rumah sakit kemaren? Kecapean kan katanya? Habis dari Jakarta?
J : Ngga. Bohong dia. Dia kena tbc.
Nan : Serius? Kata siapa?
J : Gue dikasih tau Febri.
Ann : Febri saha?
L : Sepupu gue, temen satu kontrakannya Azka.
V : Terus, Azka tau ngga lo udah tau?
J : Udah. Gue langsung telpon dia dan nanya-nanyain. Tapi kalian diem aja, dia minta kalian jangan sampe tau.
V : Lo nasehatin dia?
J : Iya lah. Pasti. Gue nasehatin dia sebagai dokter, dan juga sebagai temen pastinya.
V : Parah ngga?
J : Yah, namanya tbc Van. Tapi masih bisa sembuh ko. Febri juga udah gue ingetin biar hati-hati dan jangan sampe ketular. Kan ribet kalo kena dua-duanya.
Nant : Elah si Azka. Kuliah ngga lulus-lulus. Sekarang malah pake sakit segala.

Saat teman-temanku melanjutkan kehebohan mereka soal Azka, aku hanya tertegun sambil mengaduk pelan sedotan pada cup machiato yang ku pesan.

Aku tidak heran Azka bisa terjangkit virus tuberculosis itu. Dia perokok. Terakhir aku mengunjunginya 2 bulan yang lalu. Saat itu koleksi botol 'minuman' di kamarnya juga semakin banyak. Walaupun aku ada di sana, dia masih sering pergi keluar bersama teman-temannya di atas jam 12 malam. Setiap pagi aku sudah melihat dia tertidur. Hanya sekali aku pernah terbangun saat dia kembali, saat itu aku melihat jam di ponselku menunjukkan pukul 05:00 pagi. Aku khawatir cepat atau lambat tubuhnya pasti akan kolaps karena gaya hidupnya.

Aku keluar dari kafe dan tidak mengindahkan panggilan teman-temanku. Sesampainya di luar, aku membuka ponselku dan mencari kontak Azka dengan cepat. Aku ingin menghubunginya. Aku ingin mengomelinya, aku juga ingin bertanya bagaimana kondisinya sebenarnya, kenapa dia berbohong, aku ingin menasehatinya, aku ingin menyampaikan semua kalimat yang sekarang sedang kuucapkan berkali-kali dalam pikiranku.

Tapi gerakan tanganku terhenti dari menyentuh tanda 'panggil' di layar ponselku. Karena aku baru saja tersadar akan sesuatu.
Tersadar bahwa aku hanya seorang teman yang kenyataannya belum berhasil lari dari labirin perasaan untuk temannya sendiri.

Aku keluar dari kontak dan masuk ke galeri foto di ponselku, dan membuka satu foto dalam folder favorit. Sengaja aku tandai agar aku mudah menemukannya apabila aku sedang merindukannya.

Fotonya, menggunakan jaket jeans kesayangannya yang sedang bersandar pada sebuah pagar pembatas jalan. Tersenyum sambil melipat kedua tangan di depan dadanya. Masih dengan tubuh kurus dan tinggi yang tidak berubah sejak pertama aku bertemu dengannya. Sambil menghela nafas, aku mengelus pelan foto itu tanpa aku sadari.

"Azka. Sampai kapan sih lo mau sok kuat padahal selalu bikin orang khawatir?"

Agustus 2017

"Gue baru sadar, kalo Azka tuh beda pas ada lo" ucap Ayu yang sedang duduk di hadapanku.

Ayu ini adalah sahabat baikku sejak awal kuliah. Di saat ke tiga teman geng kuliahku sudah sangat sulit dihubungi, Ayu lah satu-satunya yang masih selalu ada untuk aku curahi dengan segala ceritaku. Dan kurang lebih sebulan lagi, dia akan naik jabatan menjadi 'kaka ipar' ku. Yeah, shit happens. You don't know how salty it is to accepting the fact that your brother and your bestfriend is flirting to each other and will getting married soon.

Dan Ayu ini adalah sahabat baik Azka sejak SMP. Mereka memiliki geng sendiri yang terdiri dari Azka, Iman(kekasih Nana), Raga, Fitri, dan juga Ayu. Kebetulan, satu hari sebelumnya, aku bergabung dengan mereka sebagai tameng Ayu. Bang Atma, abangku yang juga calon suami Ayu tidak mengizinkan Ayu bertemu dengan geng ini, karena Ayu sering menghabiskan waktu sampai tengah malam bersama mereka. Sehingga Ayu mencatut namaku untuk mendapat izin bertemu mereka.

"Please ya Van, temenin gue. Mungkin ini bakal jadi kali terakhir gue jalan sama mereka sebelum gue married. Lo tau kan, abang lo sensi banget sama mereka. Gue janji deh ngga bakal ngacangin lo. Oke?" bujuk Ayu saat minta temani aku.

Jujur saja aku sudah lelah bertemu Azka. Karena setiap kali aku bertemu dengannya, rasanya aku kembali ditarik untuk jatuh dalam perasaanku padanya. Tapi akhirnya, aku tetap saja luluh dengan permintaan Ayu.

V : Beda gimana?
Ay : Iya, gue baru sadar pas kita jalan bareng kemaren. Azka tu kalo jalan sama kami aja, ngga ada lo, banyak omong. Ngebanyol terus. Ada aja yang diomongin. Lah, pas ada lo dia mendadak jadi kalem.
V : Kenapa tuh kira-kira?
Ay : Nih, gini ya. Gue cuma mau nyampaikan fakta aja. Dulu, waktu SMP, Azka pernah suka sama cewek, temen kami sekelas juga. Dan guess what? Dia selalu kalem kalo lagi ada gebetannya. Padahal aslinya ya slengean bawel ngga jelas. He does the exact same thing yesterday.
V : Udah deh yu, jangan bikin hati gue ngarepin yang ngga-ngga lagi soal Azka. Gue sama Azka itu bakal jadi 'forever friend'. Titik.
Ay : Iya sori.. Gue ngga ada maksud bikin hati lo gimana-gimana lagi. Kalo bisa jangan deh. Soalnya walaupun Azka tu sohib gue dari SMP, tetep aja ngga ada masa depannya. Kuliah aja belom kelar. Gue cuma menyampaikan fakta aja sis. Hehehe

Aku hanya menghela nafas panjang dan memandang jauh ke arah jalan raya dari lantai dua restoran franchise fried chicken yang terkenal ini.

"Telat yu. Fakta dari lo barusan berhasil ngehancur satu tembok yang udah susah payah gue bangun buat ngehalangin perasaan gue ke Azka."
Diubah oleh beanilla93 15-11-2017 09:38
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.