Hancur nya Hati Seorang Papah dan Anak Perempuannya...

“Iya, Yank” Sahut gw yang masih berdiri di luar pintu..

“Papah, ada tamu koq malah ditahan di luar.. Sini masuk Nak Imam” Ucap Mamahnya Anggie yang muncul di belakang, bersama puteri semata wayangnya..

Laki-laki itu nampak mendengus sebal dan bergegas masuk kedalam bersama istrinya.. Sementara Anggie langsung memeluk tubuh gw dengan sangat erat.. Gw cium keningnya dengan lembut, sambil menatap kedua matanya yang mulai berkaca-kaca..

“Maafin aku, Beb.. Aku ingat apa yang aku lakukan dan ucapkan ke kamu, sewaktu bersama Arya.. Hati kamu pasti sakit banget, yah.. Aku ga tahu apa yang terjadi.. Sampai aku bangun dari tidur, baru sosok kamu kembali memenuhi benak aku.. Maaf ya, Beb” Ucap Anggie mencoba menjelaskan, sambil melepas pelukannya..

“Ssshh, udah ga apa-apa.. Kamu ga salah koq, Yank.. Yang salah itu adalah orang yang tega mengirimkan Ilmu Pelet ke kamu.. Sebentar lagi kita akan tahu siapa pelakunya, Yank” Jawab gw seraya menyelipkan sebagian rambut panjang gadis itu, ke belakang daun telinga nya..

“Hah, aku kena pelet, kamu serius, Beb, Siapa orangnya?”

“Sayang, Mamah pergi dulu yah.. Tante Hanum barusan telpon ada sesuatu yang harus ia bicarakan.. Nak Imam, tante tinggal dulu..” Ucapan Mamahnya Anggie barusan langsung memotong pertanyaan anak nya itu..

Kami berdua mengangguk, lalu mencium punggung tangan kanan orang yang kami hormati tersebut.. Anggie pun mengajak gw untuk masuk ke dalam, sementara Papahnya nampak duduk di sebuah sofa bed sambil menonton televisi berukuran sangat besar, di ruang keluarga.. Sesekali, laki-laki itu melirik gw dengan tatapan tidak suka..

Selang sepuluh menit dari kepergian Mamahnya Anggie, suara bel terdengar dari luar.. Sebuah senyuman tersungging dari mulut ini.. Gw masih belum menjawab pertanyaan Anggie, dengan sengaja mengalihkan topik pembicaraan..

“Anggie, buka pintu nya sana” Teriak Papahnya..

Anggie nampak sebal mendengar perintah orang tua nya barusan, yang mengganggu obrolan kami berdua..

“Aku temenin buka pintu, mau?” Kata gw menawarkan diri..

Gadis itu tersenyum sumringah sambil menganggukan kepala nya beberapa kali.. Dengan bergandengan tangan, gw membuka gagang pintu besar.. Dihadapan gw sudah berdiri Arya bersama Ki An****i..

“Mau ngapain kamu kesini, Ar?” Tanya Anggie dengan raut wajah tidak suka melihat kemunculan Arya..

Gw mengedipkan mata ke arah Arya sebagai kode..

“Aku mau mngantarkan tamu nya Papah kamu, Gie” Jawab Arya..

“Papah, ada tamu nih nyariin Papah” Teriak Anggie yang membuat telinga kanan gw berdengung..

“Ga usah teriak di dekat kuping aku juga, Yank” Kata gw yang malah dibalas oleh cubitan kecilnya di perut..

Anggie akhirnya mempersilakan kedua tamu spesial Papahnya itu untuk masuk, lalu kami berdua mengekor di belakang mereka..

“Kalian?” Tanya Papahnya Anggie dengan wajah sangat terkejut, menerima kedatangan tamu yang jelas-jelas sangat tidak ia harapkan..

Anggie terdiam sejenak, melihat reaksi kaget Papahnya.. Gw sempat memberitahukan Anggie untuk tidak mengatakan apapun, cukup jadi pendengar saja..

“Saya kembalikan uang pemberian bapak, sebagai upah karena telah mengirim pelet ke puteri bapak.. Saya sudah bertaubat sekarang” Ucap Ki An****i dengan penuh keyakinan..

Baik Anggie maupun Papahnya nampak sangat terkejut, mendengar kalimat laki-laki itu.. Terutama Anggie yang baru pertama kali melihat sosok asing yang barusan berbicara.. Beberapa saat, ia menatap wajah gw dengan tatapan tak percaya.. Gw hanya bisa mengangguk tanpa menjawab apapun..

Kemudian, Anggie menatap lekat-lekat ke arah wajah Papahnya..

“Maksud kamu apa, saya tidak kenal sama kamu” Jawab Papahnya Anggie dengan suara gugup ke arah Ki An****i..

“Om yang mengirimkan pelet untuk memisahkan saya dari Anggie, kan?” Tanya gw menyambar elakan Papahnya Anggie, dengan suara lantang..

“Diam kamu!! Jangan fitnah saya di depan Anggie” Balas Papahnya Anggie dengan bentakan, sambil mengarahkan telunjuk nya ke wajah gw..

“Fitnah apa, Om? Itu memang kenyataan.. Hanya karena saya tidak sekaya keluarga ini, Om anggap saya tidak sederajat untuk berhubungan dengan Anggie.. Saya memang bukan orang kaya.. Saya hanya anak yatim yang bekerja keras untuk membahagiakan Ibu dan Adik saya.. Tapi saya tidak terima jika cinta saya ke Anggie, harus dikalahkan oleh cara kotor, seperti yang Om lakukan ” Jawab gw masih dengan suara lantang, dan wajah yang mulai memerah..

“Cukup!!!”

Tiba-tiba, Anggie berteriak memecah suasana tegang yang terjadi diantara gw dan Papahnya.. Baik gw dan Papahnya terdiam.. Arya dan Ki An****i juga merapatkan mulutnya..

Tatapan mata gadis itu yang sudah berkaca-kaca, memandang ke arah gw, lalu berganti ke arah Papahnya.. Gw yang merasakan nafas sedikit tidak beraturan karena sempat termakan emosi, mulai mengaturnya kembali..

Anggie nampak mulai berjalan mendekat ke arah Papahnya.. Gw sempat menarik lengan Anggie, namun gadis itu menampiknya dengan kedua mata mulai berkaca-kaca dan terus menghampiri Ki An****i, yang berdiri berhadapan dengan Papahnya..

“Maaf, Pak.. Coba bapak ulangi lagi kalimat bapak tadi” Pinta Anggie dengan air mata yang mengambang..

“Sudah, Anggie.. Papah minta kamu masuk ke kamar sekarang.. Jangan dengarkan omongan mereka” Kata Papahnya dengan suara cukup keras..

Namun Anggie sama sekali tidak menggubris perintah orang tua nya barusan.. Wajahnya terlihat sangat sangat menunggu jawaban dari Ki An****i..

Ki An****i sendiri, menoleh sesaat ke arah gw dan Arya, seperti meminta persetujuan.. Gw dan Arya mengangguk kan kepala sabagai balasan..

“Iya, Nak.. Bapak ini seorang dukun.. Orang tua mu menyuruh bapak untuk memelet kamu dengan anak muda itu.. Tapi bapak sudah bertaubat.. Secara pribadi, bapak meminta maaf ke kamu, Nak” Jelas Ki An****i dengan wajah tertunduk..

Tubuh Anggie nampak mulai gemetaran menahan emosi.. Perlahan, gadis itu membalikkan tubuhnya ke hadapan seorang laki-laki, yang paling ia cintai dalam keluarga nya..

“Yang di bilang orang itu bohong kan, Pah? Ga mungkin Papah bisa serendah itu, iya kan Pah?” Tanya Anggie sambil memegangi lengan kanan Papahnya, dengan suara bergetar..

“Papah..” Ucapan Papahnya Anggie terdengar terputus karena ragu, lalu tenggelam dalam diamnya..

“Astaghfirullahhaladziem” Ucap Anggie yang terdengar samar karena mulutnya tertutup kedua telapak tangan..

“Maafkan Papah, sayang.. Papah terpaksa melakukan nya, semua itu demi kebaikan kamu” Jawab laki-laki yang seharusnya menjadi contoh dalam keluarga..

“Demi kebaikan aku yang mana, Pah.. Hah.. Yang mana?” Teriak Anggie sambil menangis..

“Selama ini, Papah selalu menjadi laki-laki yang paling aku sayangi di keluarga.. Tapi kelakuan rendah Papah menghancurkan semua nya.. Jika aku tahu Papah bisa serendah ini, aku lebih memilih terlahir sebagai anak yatim, dari pada punya orang tua seperti Papah” Teriak Anggie lagi, kali ini tangisannya semakin menjadi..

Tatapan kedua mata Papahnya Anggie nampak membesar karena terkejut.. Sepertinya laki-laki tersebut tidak menyangka putri kecil kesayangannya itu, akan mengucapkan rangkaian kalimat yang membuat hati nya hancur berkeping-keping..

Gw yang melihat Anggie histeris, segera mendekat dan memeluknya dengan erat.. Pandangan mata Papahnya nampak sangat terenyuh melihat Anggie yang masih menangis tersedu-sedu di dalam pelukan gw..

“Arya, makasih.. Lu sebaik nya pulang bersama Ki An****i.. Nanti gw temuin lu di tempat yang tadi” Bisik gw ke batinnya Arya..

Pemuda yang awalnya sempat gw anggap musuh itu, tersenyum sambil menganggukan kepala.. Lalu mengajak Ki An****i untuk meninggalkan rumah keluarganya Anggie.. Tak berapa lama, suara knalpot mobil Arya yang khas, terdengar mulai menjauh..

“Maafin Papah, Anggie.. Papah benar-benar menyesal” Ucap Papahnya lagi, dengan kedua mata mulai berkaca-kaca, sambil membelai rambut anaknya..

“Pergi!!! Aku ga mau lihat Papah!!!” Teriak Anggie seraya menampik belaian tangan Papahnya, lalu kembali membenamkan wajahnya di dada gw..

“Istighfar, Yank.. “ Bisik gw lirih ke telinga Anggie, sambil terus membelai kepalanya..

Dibelakang Anggie, Papahnya nampak tertunduk.. Sesekali kepalanya terangkat, menatap Anggie dengan dua butir airmata yang mengalir di pipinya.. Hati gw terketuk melihat laki-laki itu menangisi perbuatan salahnya..

“Udah sayank, maafin Papah kamu.. Biar gimana pun dia tetep Papah kamu” Bisik gw ke Anggie dengan suara lembut..

Dengan melangkah pelan, Papahnya Anggie mulai meninggalkan kami dan terus berjalan ke arah pintu.. Sesaat, sebelum melangkah keluar dari pintu rumahnya, kembali laki-laki itu menoleh ke arah kami dengan sorot mata yang sendu, diiringi gurat penyelasan di wajahnya..

Beberapa lama, Anggie menangisi sebuah kenyataan yang cukup pahit baginya.. Hingga lambat laun, Gadis itu berangsur-angsur bisa menguasai emosi.. Anggie menarik nafas nya dalam-dalam, sesudah gw melepaskan pelukan.. Dua kali gadis itu menyeka kedua mata nya yang masih basah dan nampak sembab..

“Koq udahan nangisnya, Beb? Padahal aku masih betah meluk kamu loh.. Ga apa-apa kemeja aku basah sama ingus kamu juga” Kata gw sengaja bercanda biar Anggie bisa kembali tersenyum..

“Aku lagi ga mau bercanda, Beb.. I’ve lost my sense of humor” Jawab Anggie dengan raut muka dingin, lalu berjalan ke arah sofa dan mengambil beberapa helai tissue untuk membuang cairan di hidungnya..

Gw membuntuti dan duduk di atas sofa, sementara Anggie meninggalkan gw ke kamar mandi untuk mencuci muka, lalu kembali ke sebelah gw sambil mengelap wajahnya dengan sebuah hand towel..

“Baru kali ini aku lihat kamu nangis, sampe bikin jelek wajah kamu, Yank” Canda gw lagi ke arah nya..

Dengan keras, Anggie mencubit pinggang gw sampai memerah.. Kemudian kembali termenung sambil memandang ke photo keluarga nya.. Beberapa kali gadis itu menghela nafas, mencoba meredakan sisa-sisa emosi nya yang tertinggal..

“Aku bener-bener ga nyangka Papah bisa ngelakuin hal itu, Beb.. Sakit banget perasaan aku, pas tahu Papah pelaku nya” Ucap Anggie sambil menggelengkan kepala nya, dan lagi-lagi meneteskan airmata..