Kaskus

Story

dudatamvan88Avatar border
TS
dudatamvan88
DIBALIK JENDELA RUMAH WALET [TAMAT]
TRILOGI
OTHER STORY OF BORNEO
SEASON II


Salam penghuni Jagad KASKUS Terutama yang berada di Sub Forum SFTH

Hari ini ane nulis kisah kelanjutan dari cerita yang ane tulis sebelumnya mengenai hal - hal yang ane alami beberapa tahun yang lalu

Dan ane tetep mohon dengan sangat Kritik. Saran. Dan bimbinganya Buat ane yang Nubie ini.
emoticon-Maaf Aganemoticon-Maaf Agan

Quote:


Quote:


DIBALIK JENDELA RUMAH WALET [TAMAT]


Quote:

Quote:




PROLOG

Masih terngiang dengan jelas dikepalaku rasa sakit akan Kehilangan.
Semua yang aku miliki saat aku berjaya di jakarta hanya seperti cerita dongeng yang berakhir dengan tragis.

Rian mengajakku untuk merantau kekota Bontang.
Aku berharap bisa merubah hidupku saat aku menginjakan kaki di pulau terbeasar di indonesia ini.
Tapi semuanya tidak berjalan begitu lancar saat aku dan rian berkendara menyusuri Jalan Poros Sejauh 240 kilometer Dari kota Balikpapan menuju ke Kota Bontang.

Di kota ini aku Bertemu dengan lingkungan baru.
Bertemu dengan teman baru.
Dan hal yang tak pernah kubayangkan ternyata juga kualami di kota ini.
Akulah sang wakil janji itu.
Akankah semuanya akan berakhir disini???


Quote:


Quote:


Quote:
nopel.megalodon
bandarlaguna
dodolgarut134
dodolgarut134 dan 38 lainnya memberi reputasi
39
946.3K
4.1K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.2KThread46.5KAnggota
Tampilkan semua post
dudatamvan88Avatar border
TS
dudatamvan88
#2535
ROH MANUSIA BIADAB
"Kaga bener ini.. Bentar.. Bentar... Mungkin ini cuman mimpi!!" gumanku dengan menepuk - nepuk pipiku tapi sama sekali tidak ada yang aku rasakan dan aku mencoba menarik nafas dalam - dalam tapi aku sekarang memang benar - benar tidak membutuhkan oksigen.
ini bukan tubuhku. ini adalah Rohku!!??
Tapi kenapa?? Kenapa ini terjadi lagi?? Bukankah aku sudah membuang semua yang kupelajari??
Amalan apa yang aku tidak sengaja lakukan hingga menjadi seperti ini??
Aaaaaaakkhhh..
Sejenak aku bingung memikirkan apa dan kenapa yang sebenarnya terjadi padaku. Tapi toh dalam keadaan seperti ini berteriak dan minta tolong siapa yang bisa mendengar??
Saat Aku memperhatikan sekelilingku. Walaupun diselimuti kabut tapi aku tau benar ini adalah bagian depan bengkel tempatku bekerja biasanya.

"mas"ujar suara seorang laki - laki memanggilku.
"Heeeee.. Tunggu bentar.. Ada yang bisa liat gw??" gumanku bingung dengan dada mulai berdebar - debar.
DEG
Sebuah tangan memegang pundakku ditengah kebingungan.
"Akhirnya kita bisa ngobrlol sekarang" ujar suara laki - laki yang tepat berada dibelakangku.
perlahan aku membalikan tubuh dan kini nampak seorang bapak yang sama sekali tidak asing tapi aku tidak mengenal namanya.
"Bapak??" ujarku gugup. "Bapak yang malem itu kan?? Yang malem - malem nemenin saya disini??" lanjutku dengan memberondong pertanyaan padanya.
Setelah aku memperhatikan dengan seksama aku sekarang benar - benar yakin jika orang yang ada di hadapanku saat ini adalah orang yang sama dengan sosok laki - laki yang tiba - tiba hilang ditengah malam beberapa hari yang lalu.
"Iya mas.. Saya hamid" ujarnya dengan mengulurkan tangan untuk mengajakku bersalaman.
Sedikit merinding aku mendengar jawaban dari pak hamid yang berarti adalah aku sedang mengobrol dengan??? Aakkhh sudahlah. Toh wujudku saad ini tak berbeda denganya.
"Indra pak" sahutku dengan menyambut uluran tanganya yang terasa sangat dingin waktu kugenggam.
"Saya tau kok namanya mas" ujarnya dengan tertawa kecil.
"Tapi bukanya bapak ini kalo ngomong pake bahasa jawa kan??" tanyaku bingung.
Dia tidak menjawab pertanyaanku dan hanya tersenyum kecil meski begitu terlihat walaupun dia tersemyum ada rona keresahan yang nampak dimatanya.
"Sebelumnya terima kasih sudah mengembalikan tia ke tempat yang semestinya tapi.. " ujarnya dan tiba - tiba berhenti saat melihat kearah bangunan disebrang bengkel.
"Bapak tau tiara?? Tapi kenapa pak??" ujarku sedikit penasaran.
"Saya orang tua tia mas indra.. Saya ga tau kenapa hingga jadi begini.. Yang saya tau sekarang saya terjebak disini hingga akhir nanti" ujarnya lesu.
"Maksud bapak??" ujarku dengan nada keras dan sedikit emosi karena mengetahui dia adalah orang tua tiara dan berarti dialah yang telah membunuhnya dengan keji.
"Saya dan istri saya melakukan perjanjian dengan ********.. Kami bergelimang Harta kemudian.. Tapi saya tidak tau jika perjanjian sebenarnya adalah darah kandung.. Karena dengan dia saya tidak memiliki anak maka dia mengambil anak saya dari istri saya yang pertama.. Saya sangat menyanyangi anak saya itu mas indra.. Maka saya tidak rela mengorbankanya.. Akhirnya saya putuskan untuk menjadi tumbal itu dengan menggorok leher saya sendiri.. Tapi perjanjian darah sudah terlanjur dilakukan dan ******** tetap meminta darah daging saya maka istri saya tetap mengambil tia. Dia mengikat tia dibangunan itu.
Mengahancurkan kakinya.. Mengambil cahaya di matanya.. Meninggalkan tia dalam sekaratnya.. Sedangkan saya.. Terjebak di perjanjian abadi dengan lingkaran waktu yang tak ada habisnya.. Raga saya memang mati.. Tapi roh saya akan terjebak disini hingga akhir.. " ujar pak hamid panjang lebar dengan menangis.
"Mending sekarang bapak pergi" ujarku dengan menahan emosi.
Telapak tanganku sudah mengepal sangat kuat menunggu hingga emosiku tidak dapat tertahankan lagi.
"Hukuman apa lagi mas indra yang lebih berat dari ini?? Saya melihat anak saya dihabisi tapi saya tidak bisa berbuat apapun.. Saya terjebak disini.. Hingga akhir dan sudah tidak ada pintu taubat.. Hukuman yang seperti apa lagi yang pantas karena neraka sudah dijanjikan di depan mata saya.." ujarnya dengan tangis yang semakin menjadi.
"Biar saya selesaikan sampai disini.. Siapa istri bapak itu??" tanyaku emosi.
"Sudah ga ada waktu mas indra.. Sekarang saya harus pergi.." ujar pak hamid dengan menunjuk ke arah bangunan di seberang bengkel dan mengelilingkan pandangan kesekelilingnya. "Tanah ini milik saya.. Hahahahahahaha" ujarnya tiba - tiba tertawa sepeti orang gila dengan darah yang keluar dari lehernya. Dia menggorok lehernya sendiri dengan sebuah parang yang bia dapat entah darimana dan dengan tertawa terbahak - bahak dan terkadang tersedak entah oleh parang itu atau oleh darah yang mengucur deras dari lehernya.
klining..klining..klining..
Perlahan suara delman mendekat dan semakin mendekat dan pak hamid perlahan hilang menyatu dengan kabut. tak ada rasa takut dan merinding seperti biasanya. Sekarang yang ada dalam pikiranku hanya rasa jijik dan marah kepada mahluk biadab bernama hamid dan istrinya yang telah tega membunuh anak tak berdosa hanya demi kekayaan dunia.
BLLEEEEESSSS
tiba - tiba suasana disekitaku menjadi gelap dan tubuhku terasa sangat lemas hingga aku tak mampu berdiri lagi.

"ndraaaaa.. Bangun.. Ada motor tuh" suara Rosa membangunkanku.
Saat aku membuka mata rosa sedang memandangiku dengan tatapan aneh. Aku melihat kesekeliling dan menepuk pipiku keras - keras dan memang terasa sakitnya.
"Bukan mimpi" gumanku dalam hati. "Bentar cuci muka dulu" ujarku sambil meninggalkan rosa menuju ke kamar mandi.

Sebuah pelajaran yang tak akan pernah didapat saat duduk di bangku sekolah. Sebuah pelajaran yang tak akan pernah tertulis di buku panduan manapun di dunia ini tentang pertanyaan mendasar dari sebuah kehidupan semua mahluk hidup diseluruh alam semesta.
Roh.
Dimana letak roh?? Kepala?? Jantung?? Paru - paru?? Hati / liver?? Dada??
Bukan.
Roh ada di seluruh tubuh.
Hidup dan mengatur setiap sel yang bergerak untuk menopang kehidupan raga. Baik yang secara sadar maupun tidak. Otak dengan pikiranya. Jantung dengan detakanya. Paru - paru dengan nafasnya. Dan seluruh organ kehidupan yang ada pada mahluk hidup di muka bumi.
Walaupun memang ada organ - organ vital di tubuh manusia yang bila terkena serangan maka akan seketika itu pula mati. Tapi itu hanya sekedar alat penunjang kehidupan raga yang memang memiliki fungsi yang cukup vital bagi kehidupan yang tanpanya semua organ sel di tubuh menjadi tak berarti dan perlahan roh meninggalkanya pergi.
Aku sedikit merinding saat dulu pak aksa mengatakan perlahan karena berarti semua orang akan merasakan pedihnya kematian walaupun kematianya itu datang secara mendadak.
Hal itulah yang memungkinkan dari perilmuan kehidupan abadi seperti rawa rontek yang dengan paksa mengikat roh agar tidak meninggalkan potongan jasad yang terpotong agar bisa menyambung kembali.
Tapi sekekal apapun manusia mencoba raga akan selalu membusuk dan roh tetap akan meninggalkanya.
"Gw musti minta bantuan pak aksa.. ini semua musti diakhirin" gumanku dalam hati sambil membasahi wajahku dengan air.

Setelah mengerjakan beberapa kendaraan yang mampir di bengel tanpa terasa hari sudah semakin sore. Aku memperhatikan rosa dari siang ini raut wajahnya begitu berbinar - binar seperti saat orang mendapatkan kabar bahagia.
"Gombalan rian hebat" pikirku dalam hati.
Hingga akhirnya jam menunjukan pukul lima sore saat rosa berpamitan pulang. Aku sengaja tidak menggodanya tentang pengakuan rian agar dia sendiri yang akan mengakuinya nanti.
"Tapi kalo dipikir - pikir ternyata rian normal.. Hhehehehehe.." gumanku dengan tertawa kecil sambil membenahi bengkel.

Adzan magrib terdengar dikejauhan saat aku keluar dari kamar mandi. Malam ini aku berniat sedikit mengamalkan apa yang dulu pernah kupelajari dan akhirnya kubuang saat berguru pada pak aksa. Malu rasanya untuk menemui beliau lagi. Tapi toh malam itu beliau datang menjengukku.
Tapi sedari siang aku memikirkan kata - kata pak hamid. Apa sebenya yang ia maksud dengan "tanah ini milik saya??" apakah dia menjadi penguasa di wilayah ini?? Sepertinya tidak.. Bahkan setelah mati pun orang seperti dia tidak berguna. Lalu apakah kata - kata itu mempunyai artian sebenarnya?? Yang memang bangunan di depan sana sudah pasti miliknya.
"Aaaaaaakkkkkkhhh.. Solat.. Solat" gerutuku pada diriku sendiri.

DUG.. DUG.. DUG..
suara ketukan atau lebih tepatnya gedoran di pintu roling dor mengagetkanku.
"Siapa magrib - magrib gini??" pikirku sembari beranjak untuk membuka pintu.
DUG.. DUG.. DUG.. "Ndraaaaaaaaaaaaaa.. Buruaaaann.. Sepiii iniiii.. Geelaapp woooooiii.." teriak suara yang kukenal adalah suara rian.
"IYAAAAA" teriakku sambil membuka pintu.
Setelah pintu terbuka rian tersenyum dengan sangat lebarnya sambil menaik turunkan alis.
"Napa lu?? Kesurupan??" ujarku bingung..
"Temenin gw yok" ujarnya dengan senyum yang lebar.
"Magrib cook.. Kemana??" tanyaku dengan wajah penuh selidik.
"iyaaaaa.. Temenin gw ayooo.." ujarnya dengan melangkah ke arah si mbah.
"KEMANAAAAA?? EEETT DAH!!" ujarku emosi.
"Temenin gw kerumah rosa.. Gw mau ngomong ke orang tuanya.. Gw mau nikahin dia" ujar rian dengan senyum yang sama seperti saat aku membuka pintu tadi.
"Hoooooooooo.. Serius lu??" ujarku dengan melongo dan mata melotot yang pasti nampak sangat dungu.
jenggalasunyi
dodolgarut134
symoel08
symoel08 dan 16 lainnya memberi reputasi
17
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.