Perkelahian Empat Saudara dan Munculnya Raja Tungga..

Di atas sebuah ranjang tertutup seprai putih, yang di penuhi hamparan puluhan kelopak bunga kantil berwarna senada, gw merebahkan diri diatasnya.. Lelah sekali rasanya tubuh ini, setelah menyetir cukup lama ke arah Anyer..

Viny yang tersenyum sambil berdiri, perlahan mendekat dan ikut berbaring dengan posisi miring, menyanggah kepalanya dengan telapak tangan dari lengan kiri yang tertekuk.. Beberapa kali gadis itu meraba wajah gw yang membuat sensasi geli..

“Beb, seandainya semua ini hanya ilusi semata, kamu masih mau sama aku?” Tanya Viny sambil merebahkan kepalanya di dada gw yang bidang..

“Ini semua nyata, sayank.. Bukan ilusi.. Kamu ga jelas deh kadang-kadang” Jawab gw sembari mengambil bantal untuk menyanggah kepala..

Viny terdiam, sepertinya gadis itu sedang memikirkan sesuatu yang cukup berat..

“Yank.. Kamu ga bales ucapan aku barusan.. Ada apa, sih?” Tanya gw penasaran..

Cewe gw itu bangkit dari posisinya yang semula berada di atas dada gw, menjadi terduduk di pinggir ranjang.. Viny masih terdiam dengan duduk bersila dan menatap kosong ke arah lukisan pemandangan laut yang tergantung dihadapan kami.. Gw pun bangkit dan duduk dengan setengah kaki berada di atas lantai

“Jika ini semua bukan keinginan kamu gimana?” Tanya Viny lagi sambil menatap gw dengan tatapan aneh..

“Mulai deh ngomong ga jelas lagi..” Balas gw, lalu merebahkan tubuh kembali di atas ranjang..

Sehelai kelopak bunga kantil gw ambil dan menghirup aroma nya yang khas..

“Maksudnya, jika semua yang terjadi dengan kita, ada hubungannya dengan ilmu gaib kek pelet, gimana?” Tanya Viny yang masih menatap kosong ke arah lukisan..

Belum sempat gw menjawab, tiba-tiba Viny berteriak kesakitan sambil memegangi kepalanya..

“Yank, kamu kenapa?” Tanya gw sedikit panik, berusaha memegangi tubuh Viny yang terus meronta kesakitan..

Gw peluk tubuh ramping Viny yang masih terus meronta sambil berteriak memegangi kepalanya, hingga berangsur-angsur tenang..

“Kamu kenapa sih, Yank?” Tanya gw masih dengan wajah tegang..

Viny terdiam lalu menatap gw dengan sorot mata tajam.. Perlahan, gadis itu mendekatkan wajahnya dan melumat bibir gw dengan penuh nafsu.. Gw yang awalnya merasa aneh melihat kelakuan Viny, langsung hanyut dalam cumbuannya..

Dengan cepat, Viny berdiri dan mendorong tubuh gw hingga terhempas ke atas ranjang.. Gadis itu tersenyum menyeringai untuk sesaat, lalu duduk di atas kedua paha gw yang sebagian lutut hingga telapak kaki masih menapak di lantai..

BRETT!!!

Suara robekan kain saat kedua tangan Viny mengoyak kaus Ridho, yang gw kenakan, terdengar cukup kencang.. Viny yang masih menduduki kedua paha gw, tersenyum genit sejenak, lalu melemparkan potongan kaus Ridho ke samping..

Ciuman Viny mulai menghujani tubuh gw dari wajah hingga turun ke dada.. Lalu, gadis itu bangun dan turun dari ranjang.. Kedua mata gw sempat melihat Viny mulai membuka kancing celana jeans milik Ridho yang gw kenakan, dan melepaskan jeans tersebut, lalu melemparkannnya ke samping pula..

Hanya boxer yang menutupi tubuh gw saat ini.. Nafas gw kembali memburu, saat Viny menghujani perut gw yang sixpack dan terus turun ke bawah.. Boxer yang gw kenakan, tak luput dari kecupannya..

Kedua mata gw mulai terpejam, begitu Viny menurunkan boxer yang gw kenakan, hingga ke betis..

“Aaahh” Desahan gw terdengar saat kecupan gadis itu tiba di daerah sensitif..

Birahi gw mulai memuncak.. Dengan cepat gw bangun dan membekap tubuh Viny hingga terjatuh diatas tubuh gw.. Viny tertawa melihat gw yang tidak sabaran, lalu mengecup kening gw dengan lembut dan kembali terduduk di tepian ranjang.. Gw yang merasa sangat sangat kentang, langsung berbaring miring dan menyanggah kepala gw dengan telapak tangan..

“Koq berhenti,Yank.. Kentang nih.. Lanjut yuk?” Tanya gw dengan wajah memelas..

Viny tersenyum genit lalu menurun kan tubuhnya dan mengecup bibir gw tanpa melumatnya, kemudian kembali duduk bersila lagi di tepi ranjang..

“Beb, kamu mau lakuin sesuatu ga buat aku?” Tanya Viny dengan nada lirih..

“Apapun akan aku lakukan untuk mu, sayank” Jawab gw sambil mencoba membaringkan tubuh gadis itu..

Viny meronta untuk sesaat, lalu tertawa keras dan berdiri melangkah ke arah pintu..

“Aku mau berbicara jujur ke kamu, Beb” Ucap Viny sambil berdiri di depan pintu dan memandangi ombak yang menggulung lautan..

Perlahan, gw berjalan mendekatinya, dengan tubuh yang hanya tertutup boxer yang sudah gw naikkan lagi untuk menutupi ..

“Bicara apa, sayank.. Ngomong aja” Ucap gw sambil memeluk tubuh ramping Viny dari belakang dan menciumi lehernya..

“Aku tahu soal kamu dan ketiga saudara mu yang memiliki empat senjata pusaka dari Kakek Moyang kalian di masa silam” Ucap Viny yang sesekali menggelinjang kegelian saat gw mencium lehernya yang jenjang..

Gw berhenti menciumi leher Viny dan membalikkan tubuhnya hingga menghadap langsung ke gw..

“ Emang benar, yank.. Tapi apa hubungannya kita dengan tiga senjata milik ketiga saudara ku?” Tanya gw mulai penasaran..

“Aku juga punya Jin Pendamping yang bernama Raja Tungga, dia bilang jika kamu bisa meminta ketiga senjata pusaka milik tiga orang saudara mu, maka cinta kita akan abadi selamanya, Beb.. Kamu mau, kan?” Tanya Viny sambil melingkarkan kedua tangannya di leher gw..

Sesaat, gw terdiam memikirkan permintaan Viny barusan.. Benak gw yang sudah dibutakan oleh cinta ke gadis itu, membuat gw luluh dan meluluskan permintaannya..

“Baiklah, seperti yang aku bilang tadi, Yank.. Apapun akan aku lakukan untuk mu” Ucap gw yang di balas dengan lumatan bibir Viny di mulut gw..

“Beb, udah dulu yah.. Kamu panggil aja ketiga saudara mu.. Setelah kita mendapat senjata mereka, baru aku akan menyerahkan segala nya kepada mu” Pinta Viny yang membuat gw harus menahan gejolak birahi..

Akhir nya gw memutuskan, untuk segera memanggil ketiga saudara gw itu untuk datang kesini.. Gw bersama Viny mulai berjalan ke arah pantai lepas.. Gw terdiam memandangi lautan luas dengan ombaknya yang bergulung..

Suasana pantai terlihat sepi, karena matahari sudah berubah warna menjadi orange, yang menandakan senja hampir tiba.. Angin yang cukup kencang menyibak rambut panjang Viny.. Gw suruh Viny mundur beberapa meter di belakang.. Kedua mata gw terpejam dengan konsentrasi yang mulai terfokus memanggil nama Ridho, Bimo dan Suluh di dalam hati..

Kurang dari sepuluh menit setelah gw memanggil nama mereka, tiba-tiba muncul enam bayangan samar yang semakin lama semakin nyata membentuk tubuh Ridho, Bimo dan Suluh, beserta Naga Saksana, Nyai Lingga dan Nyi Laras Abang yang berdiri dibelakang mereka..

Gw tersenyum senang melihat ketiga saudara itu mau menuruti panggilan batin ini.. Segera gw berjalan mendekati mereka untuk menyalami satu persatu..

“Tetap disana, Mam!!” Bentak Suluh dengan tatapan tajam ke arah gw dan Viny yang masih berdiri beberapa meter di belakang gw..

Gw terkejut mendengar bentakan Suluh barusan.. Satu persatu dari ketiga saudara gw itu, menatap ke arah kami dengan sorot mata tajam..

“Apa maksud lu panggil kita kesini?” Tanya Suluh, masih dengan nada tinggi..

Gw tersenyum dingin mendengar pertanyaan Suluh, lalu berjalan satu langkah di depan..

“Gw cuma mau pinjam ketiga senjata kalian, itu saja” Jawab gw dengan nada datar..

Baik Ridho, Bimo dan Suluh terlihat saling berpandangan untuk sesaat, lalu Ridho maju ke depan satu langkah.. Jarak kami terpisah kira-kira sepuluh tombak..

“Maaf, Mam.. Kita ga bisa kasih pinjam senjata Pusaka pemberian Ki Suta.. Karena kita tahu lu hanya di hasut sama perempuan iblis yang berdiri dibelakang itu”

“Diam lu, Dho!!! Jangan bawa-bawa Viny” Bentak gw memotong kalimat Ridho, sambil menunjuk wajahnya

Emosi gw mulai tersulut mendengar Ridho menghina Viny barusan..

“Kalo lu semua ga mau pinjami senjata kalian, gw bakal ambil dengan paksa” Ucap gw, lalu melompat dengan tangan kanan terkepal ke arah Ridho..

Ridho nampak terkejut melihat gw menerjangnya, segera ia pasang kuda-kuda..

TAKK!!

Tangan kiri Ridho berhasil menangkis pukulan gw yang sudah berisi tenaga dalam penuh.. Gw berputar dan menyapu kaki kanan untuk menjatuhkan Ridho, tapi sepertinya Ridho sudah menduga serangan susulan gw tersebut, ia segera bersalto satu kali kedepan untuk menghindar..

Mengetahui sapuan kaki gw hanya menabrak udara kosong, gw kembali melompat ke arah depan dengan dua telapak tangan sudah terisi tenaga dalam.. Satu pukulan tangan kiri gw, berhasil di tangkis oleh tendangan Ridho, di susul pukulan tangan kosong pemuda itu, ke arah perut gw..

Dengan cepat gw tangkap tangan Ridho dengan tangan kanan, lalu berputar sambil melipat tangan kiri ke leher dan bersiap untuk melayangkan serangan lanjutan dengan sikut..

BUGG!!!

Sikut kiri gw berhasil mendarat di kepala kanan Ridho dan membuatnya jatuh tersungkur ke samping.. Dari arah belakang, Bimo menerjang dengan sebuah tendangan, sementara Suluh membantu Ridho untuk berdiri.. Gw bersalto dua kali ke samping, untuk menghindari tendangan Bimo..