tyo.kartikoAvatar border
TS
tyo.kartiko
Titik Irasional dalam Rasionalitas. (Horror, Keluarga, True Story)


Halo agan-agan penghuni Kaskus, kususnya SFTH. Perkenalkan nama saya Tyo Kartiko (nama samaran tentunya hehehe). Selama ini saya hanya menjadi penikmat, alias silent reader dari SFTH, tp kali ini izinkan saya berbagi sepenggal kisah hidup yang semoga menarik buat disimak. Sebelumnya mohon maaf jika tulisannya agak berantakan, karena saya juga baruu belajar nulis hehehee.

Kisah yang saya alami ini terjadi berkisar tahun 1998, 2004, hingga 2006 ketika saya masih kelas 1 SMA. Sekarang saya sudah lulus kuliah dan bekerja btw. Cerita ini saya jamin 99% real, true story, kisah nyata karena saya alami sendiri. 1%-nya lagi bumbu2 jika saya lupa detail ceritanya hehehe..

Ohya, untuk updatenya saya usahkan bisa tiap hari gan... Tp dgn catatan tdk sedang lembur kerja yahh hehehehe. Doakan saja tetap istiqomah. Tapi saya janji bakal saya selesaikan cerita ini.

INDEX

Spoiler for INDEX:


Kalo tidak keberatan rate, share, komen dan cendolnya yah gan, biar tambah semangat nulisnya hehehee, makasih banyak... emoticon-Shakehand2

... Selamat Membaca ....
Diubah oleh tyo.kartiko 02-12-2017 15:41
eL89
ableh80
meqiba
meqiba dan 7 lainnya memberi reputasi
8
46.2K
186
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Tampilkan semua post
tyo.kartikoAvatar border
TS
tyo.kartiko
#17
Chapter 3 : Usaha Ayah untuk Menyembuhkan Ibu
Paska mendapat vonis dari dokter tentang kanker stadium III kepada Ibu, kami beserta keluarga besar mengadakan rembukan. Paman Yono, kakak tertua dari ibu, dan Tante Tami, adik dari ibu juga ikut memberi berbagai saran. FYI, Kakek dari Ibu sudah meninggal sejak ibu masih kuliah. Sedangkan Nenek dari ibu, meninggal ketika saya duduk di kelas 5 SD.

Atas berbagai saran dan masukan dari keluarga besar, Kami sekeluarga memutuskan untuk tidak mengambil jalan operasi maupun kemoterapi untuk menyembuhkan kanker Ibu. Jalan yang kami ambil adalah pengobatan tradisional China. Kebetulan Paman Yono punya kenalan seorang Tabib yang sudah sangat berpengalaman dalam menyembuhkan berbagai kanker/tumor dengan metode tradisional. Ayah dan Ibu akhirnya memilih metode ini dikarenakan tidak akan ada efek samping. Menurut berbagai keterangan, Obat trandisional China ini akan membunuh dan mengeringkan sel kanker, tanpa merusak sel-sel organ lain seperti hal nya Kemoterapi yg bisa merusak sel-sel organ lain. Selain itu, metode penyembuhan ini hanya perlu meminum semacam pil obat, tanpa perlu menjalain operasi atau tindakan2 medis lainnya.

Yang jadi masalah adalah harga dari sebotol obat ini lumayan mahal. 1 Botol, yang harus dihabiskan dalam 3 hari berharga sekitar 500rb, sedangkan minimal konsumsi obat ini adalah 3 bulan, bahkan sang Tabib menyarankan untuk mengkonsumsinya selama 5 bulan.

Itu artinya kami harus membeli setidaknya 50 botol obat, yang jika di total seharga 25jt rupiah. Uang sebesar itu di tahun 2004 sangatlah besar jika untuk ukuran orang yg bekerja sebagai pengajar. Akhirnya ibu harus merelakan sebagian uang tabungan beserta menjual beberapa perhiasan untuk menebus obat tersebut.

Singkat cerita, 5 bulan berlalu setelah Ibu mengkonsumsi obat tradisional China tersebut. Progres penyebaran kanker terhenti, bahkan kanker yg berada di payudara sebelah kanan Ibu sudah mengering dan bisa dikatakan mati. Dokter Edy yang memberiksa ibu juga terheran-heran. Bagaimana kanker yang sudah stadium III tersebut bisa mengering dalam waktu 5 bulan tanpa menjalain operasi maupun kemoterapi. Bahkan hasil checkup mengatakan Kanker yang diderita Ibu sudah MATI dan tidak ada lagi.

Saat itu akhirnya saya melihat raut wajah cerah beserta kegembiraan di Ibu. Ibu kembali menjadi perempuan energik, yang sangat berdedikasi di keluarga maupun dalam karirnya. Ayah juga kembali menjadi sosok yg ceria dan humoris, yg selalu memberi warna di keluarga kecil kami.

Tetapi....

Ternyata kegembiraan itu tidak berlangsung lama....

.....


Selang beberapa bulan, Ibu kembali mengajar dengan normal. Ayah juga kembali dengan kesibukannya dengan berbagai pementasaan drama maupun seni musik lainnya. Sedangkan saya saat itu sudah naik ke kelas 3 SMP. Ayah yang sedang melatih pementasan suatu drama untuk Porseni di kota kami tinggal, dikejutkan oleh telfon dari kantor tempat ibu bekerja.

“Pak Kartiko, Pak Kartiko, Ibu pak, Ibu jatuh pingsan” Bu Rukmini, rekan sekantor ibu menelfon Ayah dengan tergupuh-gupuh.

Ayah langsung saja memacu mobilnya untuk menuju kantor Ibu. Sesampainya dikantor Ibu, Ayah juga sangat bingung mendapati Ibu yang tak kunjung sadar. Akhirnya Ayah, dibantu beberapa rekan kerja Ibu membawa Ibu ke Rumah Sakit.

Sesampai di rumah sakit, dengan bantuan dokter akhirnya Ibu sadarkan diri. Ibu mengeluhkan kakinya yang tiba2 lemas dan tidak sanggup tuk dibuat berdiri, itulah kenapa tiba2 Ibu jatuh dan kemudian pingsan. Dokter Eko yang memeriksa Ibu langsung menyarankan Ibu untuk melakukan checkup.

Setelah menunggu beberapa jam, akhirnya hasil checkup ibu keluar. Dan ternyata......

Hasil checkup tersebut sangat amat mengejutkan kami...

Ternyata...

KANKER IBU TUMBUH LAGI!!!!

Sel kanker yg sebelumnya menyerang payudara kanan Ibu dan telah kering dan dinyatakan mati sekarang tumbuh dan berkembang lagi. Hanya saja kali ini sel kanker tersebut menyerang rahim ibu.

Dokter Eko yang kali ini menangani Ibu, sangatlah berbeda dengan dokter Edy. Dokter Eko tidak seramah dokter Edy yang masih memberi pilihan dan membuka berbagai kemungkinan2 lain bahkan diluar pengobatan modern.

“Pak, Bu, ini harus segara dilakukan tidakan operasi secepatnya. Saya tidak tahu apa yang bapak ibu konsumsi sebelumnya, tapi itu SAMA SEKALI TIDAK MEMBANTU” Dokter Eko menerangkan sambil dengan nada membentak. Dokter Eko memang tidak pernah mempercayai proses penyembuhan non medis atau obat2 alternatif tradisional.

“Entah apa itu dari China, dari India, tapi kalo tidak teruji secara medis, saya tidak pernah menyarankan itu Pak, Bu. ”

“Ini Bapak dan Ibu harus segera memutuskan, karena jika tidak dilakukan operasi secepatnya maka kondisi Ibu tidak lagi tertolong” Lanjut dokter Eko.

Sekali lagi, keceriaan itu terenggut di raut wajah orang tua kami. Ibu dan Ayah hanya termenung lesu mendengar “ancaman” dokter Eko.

“Oke dok, jika saya setujui tindakan operasi, kira2 apakah bisa menyembuhkan? Terus efek sampingnya apa saja?” Disaat seperti itu Ibu masih bisa bertanya kepada dokter Eko dengan tegas.

“Gini bu, jadi operasi yang akan dilakukan adalah dengan cara mengangkat rahim ibu. Efek samping yg pasti adalah, ibu tidak akan mungkin punya anak lagi.”

“Oke saya bisa terima, saya memang tidak berniat punya anak lagi dok, terus apakah ada yg lain?” Jawab Ibu dengan sedikit menyela.

“Kmngkinan yg lain sih akan ada sedikit efek di saluran kencing, jadi awal2 sehabis operasi kemungkinan ibu akan susah untuk buang air kecil, tetapi setelah itu akan normal kembali”

“Ok, saya minta waktu 1 jam untuk ngobrol dengan suami saya” Jawab Ibu.

Setelah mendengar penjelasan dokter Eko, Ibu bertanya bagaimana penapat Ayah. Saat itu ayah seperti kehabisan kata2, dan sepertinya Ayah jg cenderung mensetujui untuk dioperasi. Ibu menyempatkan menelfon beberapa saudara terlebih dahulu.

Tidak seperti sebelumnya, yang kami masih mencari alternatif lain, kali ini memang sepertinya jalan yang terbaik adalah menjalani operasi.

Singkat kata akhirnya Ibu menjalani operasi pengangkatan rahim.

Operasi berjalan dengan lancar, rahim beserta kanker yang menempel di rahim berhasil diangkat.

Tetapi............

Next Chapter : Hanya 6 bulan....
Diubah oleh tyo.kartiko 08-11-2017 13:49
meqiba
meqiba memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.