tyo.kartikoAvatar border
TS
tyo.kartiko
Titik Irasional dalam Rasionalitas. (Horror, Keluarga, True Story)


Halo agan-agan penghuni Kaskus, kususnya SFTH. Perkenalkan nama saya Tyo Kartiko (nama samaran tentunya hehehe). Selama ini saya hanya menjadi penikmat, alias silent reader dari SFTH, tp kali ini izinkan saya berbagi sepenggal kisah hidup yang semoga menarik buat disimak. Sebelumnya mohon maaf jika tulisannya agak berantakan, karena saya juga baruu belajar nulis hehehee.

Kisah yang saya alami ini terjadi berkisar tahun 1998, 2004, hingga 2006 ketika saya masih kelas 1 SMA. Sekarang saya sudah lulus kuliah dan bekerja btw. Cerita ini saya jamin 99% real, true story, kisah nyata karena saya alami sendiri. 1%-nya lagi bumbu2 jika saya lupa detail ceritanya hehehe..

Ohya, untuk updatenya saya usahkan bisa tiap hari gan... Tp dgn catatan tdk sedang lembur kerja yahh hehehehe. Doakan saja tetap istiqomah. Tapi saya janji bakal saya selesaikan cerita ini.

INDEX

Spoiler for INDEX:


Kalo tidak keberatan rate, share, komen dan cendolnya yah gan, biar tambah semangat nulisnya hehehee, makasih banyak... emoticon-Shakehand2

... Selamat Membaca ....
Diubah oleh tyo.kartiko 02-12-2017 15:41
eL89
ableh80
meqiba
meqiba dan 7 lainnya memberi reputasi
8
46.2K
186
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.1KAnggota
Tampilkan semua post
tyo.kartikoAvatar border
TS
tyo.kartiko
#10
Chapter 2 : Enam Tahun kemudian, Vonis yg mengejutkan.(Mei 2004)
Spoiler for Baca Dulu:


Tidak terasa 6 tahun sudah kami menempati rumah tersebut. Paska kecelakaan yg membuat ayah harus mempensiunkan dini mobil sedan kesayangannya itu, nyaris tak ada kejadiaan aneh2 lagi sebenarnya. Kami sekeluarga hidup dengan tenang dan bahagia. Karir Ibu juga semakin meroket, mungkin karena sikap tegas dan disiplin beliau.

Tetapi masyarakat kampung sekitar masih tidak ada yg berani memasuki rumah kami. Menurut cerita mereka, rumah kami adalah keputren dari “danyang/leluhur“ desa itu. Paska pohon bambu besar dipotong, katanya banyak warga kampung yg didatangi mahkluk aneh2. Hal tersebut membuat “Bayan”, atau sesepuh desa membuat acara semacam ritual untuk memindahkan punden ke pohon beringin besar yg letaknya sekitar 50 meter di timur rumah kami.

Sebenernya sih antara pohon beringin dan pohon bambu (masyarakat kampung menyebutnya “Barongan Pring”) adalah satu komplek punden yg di sakralkan warga. Ketika ada acara bersih desa, ato ada warga kampung yg memiliki hajatan, pasti sebelumnya setor sesajen ke punden tersebut. Ketika krisis di tahun 1996, akhirnya pemilik sawah yang juga memiliki komplek punden menjual semua tanahnya ke pengembang untuk dijadikan perumahan. Alhasil di tahun 1998, punden yg berada di tengah sawah itu dibongkar dan diubah menjadi perumahan. Hingga menyisakan tanah kecil dan pohon beringin besar di sisi timur perumahan.

Antara penduduk kampung dan keluarga kami sebenrnya sih tidak ada masalah apa2. Orang tua saya bisa dibilang juga akrab dengan orang2 kampung sekitar. Bahkan mungkin bisa dibilang, orang2 kampung sangat hormat kepada ibu saya, dikarenakan ketegasan beliau di masyarakat.

Dalam urusan pekerjaanpun, ibu juga selalu menunjukan ketegasan dan kedisiplinan. Layaknya Pak Ahok, ada sebagian yg sangat suka dengan gaya beliau, ada juga sebagain yg sangat membenci. Beberapa kali ayah sering mengingatkan agar jangan terlalu keras, tetapi Ibu jarang menggubris. Jika bagi Ibu yg benar adalah A, maka bisa tidak bisa yg dilakukan haruslah A, tidak ada kompromi.

........

Siang itu seperti bisa, ayah dan ibu menjemput saya dan adek dari sekolah, kemudian mampir untuk mengantar ibu general checkup. Anyway, ibu saya ini orang yg sangat disiplin juga untuk urusan kesehatan. Beliau rutin 3 bulan sekali menjalani general checkup untuk sekedar mengetahui kondisi kesehatan. Mungkin karena dimasa mudanya, ibu termasuk orang yg hobi olahraga. Dulu beliau sebelum punya anak bahkan sering mengikuti lari marathon hingga puluhan Kilometer.

Kami sekeluarga sangatlah terkejut melihat hasil checkup dari Ibu. Dokter yg memeriksa menyatakan bahwa Ibu terkena KANKER PAYUDARA STADIUM III. Dokter Edi, dokter yg memeriksa Ibu juga sangat bingung.

“Ini tidak mungkin bu. Kanker stadium 3 ini tidak mungkin tiba2 muncul. Padahal hasil persika yg lalu masih bersih dan tidak ada apa2.” Terang Dokter Edi

“Iya dok, apa mungkin hasilnya keliru? 3 bulan lalu istri saya juga checkup tp hasilnya nihil dan tidak ada apa2” Ayah saya seakan tidak percaya.

“Iya pak, saya juga bingung, bagaimana benjolan kanker ini tiba2 muncul dan ibu juga tidak tahu”

Ketika itu ibu nya terdiam, menunduk dan menutup mata. Ibu tergolong orang yg tegar, tidak gampang menangis atau bersedih. Beliau tetap bisa berfikit rasional meski didalam kondisi yg sangat buruk sekalipun.

“Oke, oke, masalah bagaimana kanker ini tiba2 muncul bisa kita bahas nanti. Jadi sekarang opsi apa yang saya punya? Saya harus bagaimana dulu ini dok?” Tanya ibu yg berusaha untuk tegar kepada Dokter Edi.

“Hmmm.... Jadi kalo secara medis, kemungkinan yg bisa saya tawarkan adalah operasi pengangkatan payudara atau menjalani kemoterapi”

“Saat ini secara medis, tidak ada satupun metode yg bisa menjamin kesembuhan kanker secara 100% bu, tetapi kami bisa mengusahakan dengan cara operasi kankernya atau membunuh sel kanker dengan kemoterapi”

“Tetapi memang kemoterapi akan banyak efek samping”, Kemudian dokter Edi menyodorkan catatan tentang apa itu kemoterapi dan kemungkinan2 efek sampingnya.

Ketika itu ayah hanya melihat raut wajah Ibu yg tidak karuan. Saya sendiri juga bingung harus bereaksi bagaimana. Melihat Ayah dan Ibu yg berusaha untuk tegar sungguh membuat hati saya juga tak menentu.

Next Chapter, Usaha Ayah untuk Menyembuhkan Ibu
Diubah oleh tyo.kartiko 06-11-2017 14:51
meqiba
meqiba memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.