- Beranda
- Stories from the Heart
[Action, Special Ability] Erik the Vampire Hunter
...
TS
Shadowroad
[Action, Special Ability] Erik the Vampire Hunter
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ane mau share novel buatan ane sendiri gan
Novel ane bergenre action, horror, romance, school-life dan supranatural
Inspirasi dapat dari alur game, film, anime, kehidupan, komik, mitologi, legenda dan novel yang pernah ane amati
Part 62: Erik dan Vela Versus Pengendali Tulang
Spoiler for Begini gan ceritanya::
Cerita ini tentang seorang remaja dari Jakarta yang keluarganya terbunuh karena kaum vampire. Cowok remaja ini bernama Erik Calendula. Setelah selamat dari bencana yang dibuat kaum vampire, dia lalu memohon pada Arthur Pendragon. Arthur adalah salah satu dari beberapa pemburu vampire yang menyelamatkan Erik. Dibakar oleh tangisan, amarah dan dendam atas kematian keluarganya, Erik meminta Arthur untuk mendidiknya agar menjadi seorang pemburu vampire. Erik berniat menghancurkan organisasi vampire penebar bencana yang menjadi penyebab kematian orang tuanya.
Arthur menyetujui permintaan Erik. Sebelum dididik, Erik dibawa ke markas pemburu vampire di Jakarta yang bernama Knights of the Silver Sword. Lebih singkatnya, organisasi ini biasa disebut Silver Sword. Setelah bergabung dengan Silver Sword dan dibekali pelatihan dari Arthur, karir Erik sebagai pemburu vampire dimulai. Seperti Arthur, Erik juga memiliki kemampuan untuk mengendalikan listrik.
Arthur menyetujui permintaan Erik. Sebelum dididik, Erik dibawa ke markas pemburu vampire di Jakarta yang bernama Knights of the Silver Sword. Lebih singkatnya, organisasi ini biasa disebut Silver Sword. Setelah bergabung dengan Silver Sword dan dibekali pelatihan dari Arthur, karir Erik sebagai pemburu vampire dimulai. Seperti Arthur, Erik juga memiliki kemampuan untuk mengendalikan listrik.
Spoiler for Daftar Isi:
Prolog: Hotel Indonesia
Part 1: Arthur Datang Menjenguk
Part 2: Sekolah
Part 3: Kekuatan Dietrich
Part 4: Amanda Myrna
Part 5: Kisah Raja Arthur
Part 6: Pelabuhan
Part 7: Ghoul
Part 8: Bersembunyi di Rumah Kosong
Part 9: Amanda sang Pembunuh
Part 10: Lightning Versus Sand
Part 11: Kematian Rudy
Part 12: Rumah Sakit
Part 13: Teman Sekelas
Part 14: Kunjungan Mario dan Maya
Part 15: Cerita di Malam Hari
Part 16: Serangan Vampire
Part 17: Sungai Kapuas
Part 18: Kelompok Elena Versus Taiyou no Kishi
Part 19: Lantai Tiga
Part 20: Maya Versus Callista
Part 21: Lantai Dua
Part 22: Serangan Balik
Part 23: Kekuatan Callista
Part 24: Rumah Bergaya Belanda
Part 25: Immortals
Part 26: Empat Pertanyaan
Part 27: Der Schwarze Stein
Part 28: Mantra Deprehensio
Part 29: Kelompok Elena Versus Si Ekor Kalajengking
Part 30: Kolam-kolam Air
Part 31: Hydromancer Magnus
Part 32: Sepulang Sekolah
Part 33: Mall Kemang
Part 34: Korban Vampire
Part 35: Chibi, Chernov dan Minsk
Part 36: Pengejaran
Part 37: Tim Erik dan Tim Maul Versus Geng James Wood
Part 37.1: Hutan Ilusi
Part 37.2: Eyes of Markmanship
Part 37.3: Sand Versus Fire
Part 37.4: Pedang dan Tameng Es
Part 37.5: Maul dan Vira Versus James Wood
Part 38: Arthur Versus Lu Bu
Part 39: Agen Ganda
Part 40: Rumah Darkwing Bersaudara
Part 41: Tiga Produk
Part 42: Di Perbatasan Uni Soviet
Part 42.1: Diego Versus Dragovich
Part 43: FlyHigh
Part 44: Pecandu dari Pluit's Boat
Part 45: Kartel Ching Yan
Part 46: Ervan Versus Werewolf
Part 47: Berlindung di Balik Mobil
Part 48: Marga Asakura
Part 49: Hantu di Rumah Amanda
Part 50: Emmy Merah
Part 51: Pisau Dapur yang Melayang
Part 52: Lantai Dua
Part 53: Tim Sandra dan Dua Emmy
Part 54: Elektrokimia
Part 55: Aswatama
Part 56: Erik, Dietrich, Amanda Versus Arthur
Part 57: Erik, Dietrich, Amanda Versus Aswatama
Part 58: Napoleon Bonaparte dan Timnya
Part 59: Melacak
Part 60: Arthur Versus Jie Xiong
Part 61: Penyelamatan Professor Vaugh
Part 62: Erik dan Vela Versus Pengendali Tulang
Part 1: Arthur Datang Menjenguk
Part 2: Sekolah
Part 3: Kekuatan Dietrich
Part 4: Amanda Myrna
Part 5: Kisah Raja Arthur
Part 6: Pelabuhan
Part 7: Ghoul
Part 8: Bersembunyi di Rumah Kosong
Part 9: Amanda sang Pembunuh
Part 10: Lightning Versus Sand
Part 11: Kematian Rudy
Part 12: Rumah Sakit
Part 13: Teman Sekelas
Part 14: Kunjungan Mario dan Maya
Part 15: Cerita di Malam Hari
Part 16: Serangan Vampire
Part 17: Sungai Kapuas
Part 18: Kelompok Elena Versus Taiyou no Kishi
Part 19: Lantai Tiga
Part 20: Maya Versus Callista
Part 21: Lantai Dua
Part 22: Serangan Balik
Part 23: Kekuatan Callista
Part 24: Rumah Bergaya Belanda
Part 25: Immortals
Part 26: Empat Pertanyaan
Part 27: Der Schwarze Stein
Part 28: Mantra Deprehensio
Part 29: Kelompok Elena Versus Si Ekor Kalajengking
Part 30: Kolam-kolam Air
Part 31: Hydromancer Magnus
Part 32: Sepulang Sekolah
Part 33: Mall Kemang
Part 34: Korban Vampire
Part 35: Chibi, Chernov dan Minsk
Part 36: Pengejaran
Part 37: Tim Erik dan Tim Maul Versus Geng James Wood
Part 37.1: Hutan Ilusi
Part 37.2: Eyes of Markmanship
Part 37.3: Sand Versus Fire
Part 37.4: Pedang dan Tameng Es
Part 37.5: Maul dan Vira Versus James Wood
Part 38: Arthur Versus Lu Bu
Part 39: Agen Ganda
Part 40: Rumah Darkwing Bersaudara
Part 41: Tiga Produk
Part 42: Di Perbatasan Uni Soviet
Part 42.1: Diego Versus Dragovich
Part 43: FlyHigh
Part 44: Pecandu dari Pluit's Boat
Part 45: Kartel Ching Yan
Part 46: Ervan Versus Werewolf
Part 47: Berlindung di Balik Mobil
Part 48: Marga Asakura
Part 49: Hantu di Rumah Amanda
Part 50: Emmy Merah
Part 51: Pisau Dapur yang Melayang
Part 52: Lantai Dua
Part 53: Tim Sandra dan Dua Emmy
Part 54: Elektrokimia
Part 55: Aswatama
Part 56: Erik, Dietrich, Amanda Versus Arthur
Part 57: Erik, Dietrich, Amanda Versus Aswatama
Part 58: Napoleon Bonaparte dan Timnya
Part 59: Melacak
Part 60: Arthur Versus Jie Xiong
Part 61: Penyelamatan Professor Vaugh
Part 62: Erik dan Vela Versus Pengendali Tulang
Gan, setelah baca mohon komennya, ya
Ane sangat menerima kritik dan saran
Pertanyaan juga sangat dianjurkan, supaya agan2 dapat lebih memahami cerita yang rumit ini
Kalau terjadi kesalahan seperti tanda baca, kurang jelas, ketidak konsistenan cerita mohon diingatkan ya gan
Terima kasih gan
Diubah oleh Shadowroad 26-11-2017 06:31
2
86.8K
Kutip
544
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
Shadowroad
#523
Spoiler for Part 61: Penyelamatan Profesor Vaughn:
Erik, Dietrich dan Amanda memasuki rumah setelah berhasil lolos dari gempuran Jie Xiong. Mereka buru-buru mengambil sebuah kursi besar sebagai kover. Tiga anggota Silver Sword ini menggunakan pengendalian mereka untuk membantai para manusia anak buah Ching Yan. Para manusia yang tidak bisa mengendalikan apapun dan hanya menang jumlah. Hanya memberondong tiga anggota Silver Sword dengan peluru. Kursi, meja, kaca dan lantai berlubang-lubang karena ditembus oleh ratusan peluru.
“Untung kursinya tahan peluru,” kata Amanda.
“Tak ada habisnya, Amanda. Aku ragu kita akan bertahan jika tidak menyerang duluan,” keluh Dietrich, “Bahkan aku tidak bisa menggunakan mata ilusiku untuk membungkam peluru-peluru mereka.”
Penjahat-penjahat dari kartel Ching Yan ini tak pernah menghentikan tembakan. Bahkan mereka semakin mendekat sedikit demi sedikit. Sepertinya mereka tahu cara menghadapi manipulator. Di saat selisih jarak makin mengecil, sebuah ide muncul di kepala Dietrich.
“Aku akan menyemburkan api. Saat mereka panik, tembak mereka!!” kata Dietrich sambil bergantian menatap Amanda dan Erik, “Dan tolong, jika apiku di luar kendali, bantu aku memadamkannya agar tidak terjadi kebakaran.”
“Beres!!” kata Erik dan Amanda bersamaan.
Dietrich mengumpulkan segenap energinya dan langsung menyemburkan apinya. Sekali sembur, hampir seperempat ruangan terbakar. Bahkan beberapa penjahat terkena jilatan api. Api berkobar membakar pakaian dan tubuh mereka. Mereka lari ke sana kemari sambil berteriak-teriak dan bergulung-gulung untuk memadamkan api. Salah satu dari mereka bergulung-gulung di karpet yang justru membuat ruangan tengah dilalap api. Kartel Ching Yan semakin panik. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. Memadamkan api atau tetap berusaha memburu para Silver Sword.
Di kesempatan emas seperti ini, para murid Arthur mengambil handgun dan menembaki kartel Ching Yan. Sambil tetap berlindung di balik kover tentunya. Erik maju dan bersembunyi di kamar setelah menghabisi merobek leher lawannya dengan listrik biru. Erik merebut submachinegun korbannya dan langsung saja menggunakannya untuk menembaki para penjahat. Amanda dan Dietrich merayap maju sedikit demi sedikit. Tembakan para penjahat tidak mampu melukai Amanda dan Dietrich karena barikade es buatan Amanda, mata para penjahat yang terhalang oleh kobaran api dan peluru-peluru mereka membentur perabotan. Keadaan ini mengacaukan akurasi mereka. Sebaliknya, Dietrich yang kemampuan menembaknya terbaik, tidak terlalu susah melubangi kepala mereka.
“Kita sudah menguasai ruang tamu!” kata Erik, “Tetap waspada jika ada jebakan, serangan dadakan atau serangan balik! Jangan gegabah!”
Karena suasana terlalu tenang, Erik dan timnya curiga untuk maju. Amanda menciptakan granat es dan Erik juga menciptakan granat listrik. Mereka melemparkannya tengah ruang keluarga. Beberapa detik kemudian, setelah granatnya meledak, jeritan beberapa orang lumayan mengejutkan tim Erik. Erik mengira kira-kira ada tujuh orang yang bersembunyi di dinding yang memisahkan ruang tamu dengan ruang keluarga. Taktik granat listrik tadi lumayan membuat mereka marah.
Para anggota kartel Ching Yan muncul dari ruang keluarga dan menembaki Amanda dan Dietrich. Ada empat orang yang menyerang. Mereka maju membabi-buta dan seolah-olah tidak takut mati. Meski tubuh mereka lumpuh sebagian dan tertusuk oleh duri-duri es, meski peluru-peluru Amanda dan Dietrich menembus tubuh, mereka sama sekali tidak merasakan sakit. Dua orang di antara mereka kehabisan peluru dan langsung meraih sofa besar. Dilemparkannya sofa itu ke Amanda dan Dietrich. Dua anggota Silver Sword ini berhasil bertahan tapi tetap saja tak kuasa menghadapi amukan anggota kartel Ching Yan. Bahkan saking brutalnya, mereka mampu membuat Amanda dan Dietrich keluar rumah dan ruang tamu berhasil dikuasai oleh anggota kartel Ching Yan lagi. Menyisakan Erik yang masih bersembunyi di kamar.
Empat orang kartel Ching Yan itu beristirahat sejenak. Sambil beristirahat, mereka saling berbagi narkotik jenis methamphetamin yang dibuat oleh Vaughn. Bersama-sama mereka menggerus dan menghirup kristal haram itu. Semua perasaan gundah dan rasa sakit langsung hilang. Bahkan mereka mencabut duri-duri es dan peluru-peluru yang bersarang di tubuh mereka. Mengamati dari kolong ranjang, Erik sekarang paham kenapa para penjahat ini mendadak sakti dan bisa menahan rasa sakit.
“Kita serbu mereka?” tanya salah seorang.
“Tunggu aba-abaku,” kata penjahat yang bertubuh besar, “Mereka tak akan mengira kalau aku bisa melakukan ini ...”
Erik menganga dan membelalakkan mata tatkala melihatnya. Penjahat yang bertubuh besar itu mengeluarkan duri-duri yang terbuat dari tulangnya sendiri. Situasi ternyata tak semudah yang dikira setelah melihat kemampuan pengendalian tulang. Erik buru-buru meraih ponselnya dan memperingatkan dua temannya tentang pengendali tulang ini melalui chat grup.
“Berhati-hatilah, ada pengendali tulang di sini,” chat Erik, “Hanya satu orang, sih.”
Amanda memasang emot terkejut dan berkata, “Sumpah??? Kukira lawan kita hanya manusia biasa.”
“Bagaimana menghadapinya?”
“Sabar. Kita pikir bersama-sama. Dietrich masih merawat lengan dan kakiku yang tertembus peluru.”
“Yang jelas kita singkirkan dulu tiga anak buahnya. Kalian dimana?”
“Kami di luar pagar. Dari sini kami bisa melihat pertarungan Arthur dan Dark Path dari Cina itu.”
Murid-murid Arthur mulai berpikir untuk mengalahkan pengendali tulang ini. Selagi berpikir, Erik mengamati pergerakan para anggota Ching Yan. Beruntung, mereka tidak menyadari persembunyian Erik yang masih berada di bawah ranjang. Setelah tertawa-tawa seperti orang gila, kini para penjahat itu berjalan menuju ke teras. Erik juga bisa mendengar percakapan mereka.
“Bagaimana Vaughn?” tanya salah satu anggota Ching Yan.
“Dia dan anaa buahnya di lantai dua,” jawab pengendali tulang, “Dia kusuruh mengajari ahli kimia kita. Memang tidak langsung paham, tapi paling tidak kita memiliki pengetahuan Vaughn.”
Paham apa yang terjadi, Erik rasanya ingin langsung pergi menyelamatkan Vaughn. Kartel Ching Yan akan menguasai ilmu pembuatan narkotika milik James Wood. Setelah menguasai ilmunya, tentu kematian Vaughn dan anak buahnya tidak menjadi masalah.
“Baiklah, kita serbu bocah-bocah sialan itu,” kata si pengendali tulang.
Erik mengetik lagi, “Si pengendali tulang akan keluar. Bersiaplah.”
Para anggota Ching Yan keluar dan mulai menyerang lagi. Baru sampai teras, tusukan duri es dan tembakan Dietrich mengoyak kulit mereka. Mereka jatuh sesaat tapi segera bangkit lagi sambil menembaki tempat persembunyian Dietrich dan Amanda. Terjadi kontak senjata yang seru antara Ching Yan dan Silver Sword.
Di saat anggota Ching Yan terfokus pada lawan di depan, Erik keluar dari kamar. Erik memusatkan listrik biru di kedua tangannya. Setelah terkumpul, dia menembak si pengendali tulang. Maksud Erik adalah one hit one kill. Namun sayang, si pengendali tulang bukan lawan biasa. Dengan mudah si pengendali tulang mengelak dari listrik biru Erik. Erik buru-buru masuk kembali ke kamar tempat persembunyiannya tadi. Sekuat tenaga, dia menarik ranjang untuk mengganjal pintu.
“ADA SATU TIKUS!!!” teriak pengendali tulang.
Tiga anak buah pengendali tulang langsung menghentikan tembakan dan menoleh ke belakang. Di kesempatan seperti ini, Dietrich dan Amanda mencoba mengakhiri nyawa ketiganya. Sayangnya hanya satu yang berhasil dibunuh tepat di kepala. Sedangkan dua yang lainnya hanya terluka. Pengendali tulang itu melakukan kesalahan dengan meninggalkan dua anak buahnya dan memilih untuk mengejar Erik. Hasilnya, Dietrich dan Amanda berhasil melubangi kepala keduanya.
“Bagus, tiga lawan satu,” kata Amanda.
“Jangan senang dulu,” balas Dietrich, “Di dalam masih banyak.”
Terdiam beberapa detik, kemudian Amanda menyeringai, “Jangan sedih dulu, kan masih ada dua anak buah James Wood yang akan membantu kita.”
“Membantu kita apanya??!! Mereka dari tadi belum muncul.”
Pintu kamar tempat Erik bersembunyi rusak oleh cakar-cakar tulang yang keras dan tajam. Sesekali si pengendali tulang menembaki pintunya agar lebih mudah dibuka. Erik tidak bisa kabur. Tidak ada jendela di sini. Hanya ventilasi yang menghubungi kamar dengan ruang tamu. Paham bahwa lawannya kali ini tidak bisa dihadapi seorang diri, Erik memilih menunggu bantuan dari timnya.
“Kalian sudah membunuh tiga sampah itu,” kata pengendali tulang, “Mungkin kalian bisa mencoba ini.”
Mendengar kalimat itu, Erik tahu teman-temannya sudah datang. Tapi dirinya tidak tahu apa yang terjadi barusan. Dia hanya mendengar sesuatu yang keras saling berbenturan dan suara kayu besar yang jatuh. Semakin mencemaskan timnya, Erik melubangi pintu kamar dengan submachine gun yang berserakan di lantai. Begitu lubangnya cukup, Erik berusaha membukanya dengan paksa. Di ruang tamu ini, posisi para Silver Sword sudah mengepung si pengendali tulang.
“Sudah selesai? Petak umpetnya?” kata pengendali tulang, “Akhirnya keluar juga.”
Erik tidak merespon provokasinya. Otaknya terlalu penasaran kenapa tidak ada anggota Ching Yan lain yang datang mengatasi situasi ini. Mata Erik secara bergantian mengamati lantai pertama hingga tertinggi. Berusaha memeriksa apabila ada penjahat lain yang tiba-tiba datang menyerang.
“Tidak menghiraukanku?” kata pengendali tulang sambil menembakkan peluru-peluru tulang dari jarinya.
Erik berusaha menghindar. Karena serangannya begitu acak, dua dari lima peluru tulang itu menembus kulit Erik. Rasanya tidak sesakit peluru logam. Tapi lumayan mengganggu jika menembus kaki seperti sekarang.
Untungnya, di saat seperti ini, dua vampire dari Seven Diamond datang. Para murid Arthur bisa sedikit bernafas lega. Beban mereka berkurang dan misi bisa diselesaikan lebih cepat. Dua vampire itu datang dan langsung mengarahkan moncong senjata ke muka si pengendali tulang.
Apakah si pengendali tulang ketakutan? Tentu tidak. Dia memang bukan pengendali logam yang bisa menghentikan peluru. Tapi bagi seorang pengendali tulang, asal kulit sekeras tulang, peluru-peluru bagikan mainan. Tubuhnya tetap tegak dan tanpa terlihat gemetar sedikit pun. Matanya yang tajam menatap mata lima lawannya dalam-dalam.
“Kalia bertiga ... Amanda, Dietrich dan Ezra ... pergilah!! Carilah Professor Vaughn! Biar aku dan Erik akan menghadapi yang di sini,” kata vampire wanita bernama Vela.
“Untung kursinya tahan peluru,” kata Amanda.
“Tak ada habisnya, Amanda. Aku ragu kita akan bertahan jika tidak menyerang duluan,” keluh Dietrich, “Bahkan aku tidak bisa menggunakan mata ilusiku untuk membungkam peluru-peluru mereka.”
Penjahat-penjahat dari kartel Ching Yan ini tak pernah menghentikan tembakan. Bahkan mereka semakin mendekat sedikit demi sedikit. Sepertinya mereka tahu cara menghadapi manipulator. Di saat selisih jarak makin mengecil, sebuah ide muncul di kepala Dietrich.
“Aku akan menyemburkan api. Saat mereka panik, tembak mereka!!” kata Dietrich sambil bergantian menatap Amanda dan Erik, “Dan tolong, jika apiku di luar kendali, bantu aku memadamkannya agar tidak terjadi kebakaran.”
“Beres!!” kata Erik dan Amanda bersamaan.
Dietrich mengumpulkan segenap energinya dan langsung menyemburkan apinya. Sekali sembur, hampir seperempat ruangan terbakar. Bahkan beberapa penjahat terkena jilatan api. Api berkobar membakar pakaian dan tubuh mereka. Mereka lari ke sana kemari sambil berteriak-teriak dan bergulung-gulung untuk memadamkan api. Salah satu dari mereka bergulung-gulung di karpet yang justru membuat ruangan tengah dilalap api. Kartel Ching Yan semakin panik. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. Memadamkan api atau tetap berusaha memburu para Silver Sword.
Di kesempatan emas seperti ini, para murid Arthur mengambil handgun dan menembaki kartel Ching Yan. Sambil tetap berlindung di balik kover tentunya. Erik maju dan bersembunyi di kamar setelah menghabisi merobek leher lawannya dengan listrik biru. Erik merebut submachinegun korbannya dan langsung saja menggunakannya untuk menembaki para penjahat. Amanda dan Dietrich merayap maju sedikit demi sedikit. Tembakan para penjahat tidak mampu melukai Amanda dan Dietrich karena barikade es buatan Amanda, mata para penjahat yang terhalang oleh kobaran api dan peluru-peluru mereka membentur perabotan. Keadaan ini mengacaukan akurasi mereka. Sebaliknya, Dietrich yang kemampuan menembaknya terbaik, tidak terlalu susah melubangi kepala mereka.
“Kita sudah menguasai ruang tamu!” kata Erik, “Tetap waspada jika ada jebakan, serangan dadakan atau serangan balik! Jangan gegabah!”
Karena suasana terlalu tenang, Erik dan timnya curiga untuk maju. Amanda menciptakan granat es dan Erik juga menciptakan granat listrik. Mereka melemparkannya tengah ruang keluarga. Beberapa detik kemudian, setelah granatnya meledak, jeritan beberapa orang lumayan mengejutkan tim Erik. Erik mengira kira-kira ada tujuh orang yang bersembunyi di dinding yang memisahkan ruang tamu dengan ruang keluarga. Taktik granat listrik tadi lumayan membuat mereka marah.
Para anggota kartel Ching Yan muncul dari ruang keluarga dan menembaki Amanda dan Dietrich. Ada empat orang yang menyerang. Mereka maju membabi-buta dan seolah-olah tidak takut mati. Meski tubuh mereka lumpuh sebagian dan tertusuk oleh duri-duri es, meski peluru-peluru Amanda dan Dietrich menembus tubuh, mereka sama sekali tidak merasakan sakit. Dua orang di antara mereka kehabisan peluru dan langsung meraih sofa besar. Dilemparkannya sofa itu ke Amanda dan Dietrich. Dua anggota Silver Sword ini berhasil bertahan tapi tetap saja tak kuasa menghadapi amukan anggota kartel Ching Yan. Bahkan saking brutalnya, mereka mampu membuat Amanda dan Dietrich keluar rumah dan ruang tamu berhasil dikuasai oleh anggota kartel Ching Yan lagi. Menyisakan Erik yang masih bersembunyi di kamar.
Empat orang kartel Ching Yan itu beristirahat sejenak. Sambil beristirahat, mereka saling berbagi narkotik jenis methamphetamin yang dibuat oleh Vaughn. Bersama-sama mereka menggerus dan menghirup kristal haram itu. Semua perasaan gundah dan rasa sakit langsung hilang. Bahkan mereka mencabut duri-duri es dan peluru-peluru yang bersarang di tubuh mereka. Mengamati dari kolong ranjang, Erik sekarang paham kenapa para penjahat ini mendadak sakti dan bisa menahan rasa sakit.
“Kita serbu mereka?” tanya salah seorang.
“Tunggu aba-abaku,” kata penjahat yang bertubuh besar, “Mereka tak akan mengira kalau aku bisa melakukan ini ...”
Erik menganga dan membelalakkan mata tatkala melihatnya. Penjahat yang bertubuh besar itu mengeluarkan duri-duri yang terbuat dari tulangnya sendiri. Situasi ternyata tak semudah yang dikira setelah melihat kemampuan pengendalian tulang. Erik buru-buru meraih ponselnya dan memperingatkan dua temannya tentang pengendali tulang ini melalui chat grup.
“Berhati-hatilah, ada pengendali tulang di sini,” chat Erik, “Hanya satu orang, sih.”
Amanda memasang emot terkejut dan berkata, “Sumpah??? Kukira lawan kita hanya manusia biasa.”
“Bagaimana menghadapinya?”
“Sabar. Kita pikir bersama-sama. Dietrich masih merawat lengan dan kakiku yang tertembus peluru.”
“Yang jelas kita singkirkan dulu tiga anak buahnya. Kalian dimana?”
“Kami di luar pagar. Dari sini kami bisa melihat pertarungan Arthur dan Dark Path dari Cina itu.”
Murid-murid Arthur mulai berpikir untuk mengalahkan pengendali tulang ini. Selagi berpikir, Erik mengamati pergerakan para anggota Ching Yan. Beruntung, mereka tidak menyadari persembunyian Erik yang masih berada di bawah ranjang. Setelah tertawa-tawa seperti orang gila, kini para penjahat itu berjalan menuju ke teras. Erik juga bisa mendengar percakapan mereka.
“Bagaimana Vaughn?” tanya salah satu anggota Ching Yan.
“Dia dan anaa buahnya di lantai dua,” jawab pengendali tulang, “Dia kusuruh mengajari ahli kimia kita. Memang tidak langsung paham, tapi paling tidak kita memiliki pengetahuan Vaughn.”
Paham apa yang terjadi, Erik rasanya ingin langsung pergi menyelamatkan Vaughn. Kartel Ching Yan akan menguasai ilmu pembuatan narkotika milik James Wood. Setelah menguasai ilmunya, tentu kematian Vaughn dan anak buahnya tidak menjadi masalah.
“Baiklah, kita serbu bocah-bocah sialan itu,” kata si pengendali tulang.
Erik mengetik lagi, “Si pengendali tulang akan keluar. Bersiaplah.”
Para anggota Ching Yan keluar dan mulai menyerang lagi. Baru sampai teras, tusukan duri es dan tembakan Dietrich mengoyak kulit mereka. Mereka jatuh sesaat tapi segera bangkit lagi sambil menembaki tempat persembunyian Dietrich dan Amanda. Terjadi kontak senjata yang seru antara Ching Yan dan Silver Sword.
Di saat anggota Ching Yan terfokus pada lawan di depan, Erik keluar dari kamar. Erik memusatkan listrik biru di kedua tangannya. Setelah terkumpul, dia menembak si pengendali tulang. Maksud Erik adalah one hit one kill. Namun sayang, si pengendali tulang bukan lawan biasa. Dengan mudah si pengendali tulang mengelak dari listrik biru Erik. Erik buru-buru masuk kembali ke kamar tempat persembunyiannya tadi. Sekuat tenaga, dia menarik ranjang untuk mengganjal pintu.
“ADA SATU TIKUS!!!” teriak pengendali tulang.
Tiga anak buah pengendali tulang langsung menghentikan tembakan dan menoleh ke belakang. Di kesempatan seperti ini, Dietrich dan Amanda mencoba mengakhiri nyawa ketiganya. Sayangnya hanya satu yang berhasil dibunuh tepat di kepala. Sedangkan dua yang lainnya hanya terluka. Pengendali tulang itu melakukan kesalahan dengan meninggalkan dua anak buahnya dan memilih untuk mengejar Erik. Hasilnya, Dietrich dan Amanda berhasil melubangi kepala keduanya.
“Bagus, tiga lawan satu,” kata Amanda.
“Jangan senang dulu,” balas Dietrich, “Di dalam masih banyak.”
Terdiam beberapa detik, kemudian Amanda menyeringai, “Jangan sedih dulu, kan masih ada dua anak buah James Wood yang akan membantu kita.”
“Membantu kita apanya??!! Mereka dari tadi belum muncul.”
Pintu kamar tempat Erik bersembunyi rusak oleh cakar-cakar tulang yang keras dan tajam. Sesekali si pengendali tulang menembaki pintunya agar lebih mudah dibuka. Erik tidak bisa kabur. Tidak ada jendela di sini. Hanya ventilasi yang menghubungi kamar dengan ruang tamu. Paham bahwa lawannya kali ini tidak bisa dihadapi seorang diri, Erik memilih menunggu bantuan dari timnya.
“Kalian sudah membunuh tiga sampah itu,” kata pengendali tulang, “Mungkin kalian bisa mencoba ini.”
Mendengar kalimat itu, Erik tahu teman-temannya sudah datang. Tapi dirinya tidak tahu apa yang terjadi barusan. Dia hanya mendengar sesuatu yang keras saling berbenturan dan suara kayu besar yang jatuh. Semakin mencemaskan timnya, Erik melubangi pintu kamar dengan submachine gun yang berserakan di lantai. Begitu lubangnya cukup, Erik berusaha membukanya dengan paksa. Di ruang tamu ini, posisi para Silver Sword sudah mengepung si pengendali tulang.
“Sudah selesai? Petak umpetnya?” kata pengendali tulang, “Akhirnya keluar juga.”
Erik tidak merespon provokasinya. Otaknya terlalu penasaran kenapa tidak ada anggota Ching Yan lain yang datang mengatasi situasi ini. Mata Erik secara bergantian mengamati lantai pertama hingga tertinggi. Berusaha memeriksa apabila ada penjahat lain yang tiba-tiba datang menyerang.
“Tidak menghiraukanku?” kata pengendali tulang sambil menembakkan peluru-peluru tulang dari jarinya.
Erik berusaha menghindar. Karena serangannya begitu acak, dua dari lima peluru tulang itu menembus kulit Erik. Rasanya tidak sesakit peluru logam. Tapi lumayan mengganggu jika menembus kaki seperti sekarang.
Untungnya, di saat seperti ini, dua vampire dari Seven Diamond datang. Para murid Arthur bisa sedikit bernafas lega. Beban mereka berkurang dan misi bisa diselesaikan lebih cepat. Dua vampire itu datang dan langsung mengarahkan moncong senjata ke muka si pengendali tulang.
Apakah si pengendali tulang ketakutan? Tentu tidak. Dia memang bukan pengendali logam yang bisa menghentikan peluru. Tapi bagi seorang pengendali tulang, asal kulit sekeras tulang, peluru-peluru bagikan mainan. Tubuhnya tetap tegak dan tanpa terlihat gemetar sedikit pun. Matanya yang tajam menatap mata lima lawannya dalam-dalam.
“Kalia bertiga ... Amanda, Dietrich dan Ezra ... pergilah!! Carilah Professor Vaughn! Biar aku dan Erik akan menghadapi yang di sini,” kata vampire wanita bernama Vela.
0
Kutip
Balas