- Beranda
- Stories from the Heart
DIBALIK JENDELA RUMAH WALET [TAMAT]
...
TS
dudatamvan88
DIBALIK JENDELA RUMAH WALET [TAMAT]
TRILOGI
OTHER STORY OF BORNEO
SEASON II
Salam penghuni Jagad KASKUS Terutama yang berada di Sub Forum SFTH
Hari ini ane nulis kisah kelanjutan dari cerita yang ane tulis sebelumnya mengenai hal - hal yang ane alami beberapa tahun yang lalu
Dan ane tetep mohon dengan sangat Kritik. Saran. Dan bimbinganya Buat ane yang Nubie ini.


![DIBALIK JENDELA RUMAH WALET [TAMAT]](https://s.kaskus.id/images/2017/09/30/9887347_201709301052350189.jpg)
OTHER STORY OF BORNEO
SEASON II
Salam penghuni Jagad KASKUS Terutama yang berada di Sub Forum SFTH
Hari ini ane nulis kisah kelanjutan dari cerita yang ane tulis sebelumnya mengenai hal - hal yang ane alami beberapa tahun yang lalu
Dan ane tetep mohon dengan sangat Kritik. Saran. Dan bimbinganya Buat ane yang Nubie ini.


Quote:
Quote:
![DIBALIK JENDELA RUMAH WALET [TAMAT]](https://s.kaskus.id/images/2017/09/30/9887347_201709301052350189.jpg)
Quote:
Quote:
PROLOG
Masih terngiang dengan jelas dikepalaku rasa sakit akan Kehilangan.
Semua yang aku miliki saat aku berjaya di jakarta hanya seperti cerita dongeng yang berakhir dengan tragis.
Rian mengajakku untuk merantau kekota Bontang.
Aku berharap bisa merubah hidupku saat aku menginjakan kaki di pulau terbeasar di indonesia ini.
Tapi semuanya tidak berjalan begitu lancar saat aku dan rian berkendara menyusuri Jalan Poros Sejauh 240 kilometer Dari kota Balikpapan menuju ke Kota Bontang.
Di kota ini aku Bertemu dengan lingkungan baru.
Bertemu dengan teman baru.
Dan hal yang tak pernah kubayangkan ternyata juga kualami di kota ini.
Akulah sang wakil janji itu.
Akankah semuanya akan berakhir disini???
Masih terngiang dengan jelas dikepalaku rasa sakit akan Kehilangan.
Semua yang aku miliki saat aku berjaya di jakarta hanya seperti cerita dongeng yang berakhir dengan tragis.
Rian mengajakku untuk merantau kekota Bontang.
Aku berharap bisa merubah hidupku saat aku menginjakan kaki di pulau terbeasar di indonesia ini.
Tapi semuanya tidak berjalan begitu lancar saat aku dan rian berkendara menyusuri Jalan Poros Sejauh 240 kilometer Dari kota Balikpapan menuju ke Kota Bontang.
Di kota ini aku Bertemu dengan lingkungan baru.
Bertemu dengan teman baru.
Dan hal yang tak pernah kubayangkan ternyata juga kualami di kota ini.
Akulah sang wakil janji itu.
Akankah semuanya akan berakhir disini???
Quote:
Quote:
Quote:
Diubah oleh dudatamvan88 25-11-2017 00:14
vanpad dan 39 lainnya memberi reputasi
40
948.8K
4.1K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dudatamvan88
#1652
TAMU YANG DIHARAPKAN
"Lah terus kita masuk lagi kesana??" ujarku panik dan kebingungan.
Aji mengerutkan dahinya sambil manatap bangunan itu.
"Iya" jawabnya singkat.
"Engga deh ji.. Engga lagi - lagi" ujarku pak menggeleng - gelengkan kepala.
Cukup lama keheningan tercipta diantara kami di pagi yang cerah ini hingga aji melangkah kedalam bengkel.
"Aku pulang dulu ndra.. Aku mau ngomong dulu sama pak dion" ujar aji tanpa menengok kearahku.
Aku hanya bisa tertegun sambil memperhatikan kendaraan yang mulai ramai berlalu lalang.
Sesaat kemudian seraut wajah yang lemah lembut mulai nampak mendekat dengan senyuman manis di bibirnya.
"Pagi ros" ujarku seramah mungkin.
"Pagii" jawab rosa dengan senyum yang mengembang.
Dua hari sudah berlalu sejak insiden menhilangnya aji dan semuanya berjalan begitu normal tanpa gangguan yang fulgar dari mahluk halus di tempat ini.
Tapi jika aku memperhatikan. Entah kenapa sudah beberapa hari ini rosa terlihat sangat bahagia dengan senyum yang selalu mengembang di wajahnya setiap hari. Beberapa kali aku menanyakan kepadanya tetapi dia selalu mengatakan "Engga papa kok.. Biasa aja".
"Ga akan lama lagi dia pasti cerita" gumanku dalam hati sambil melanjutkan pekerjaanku.
Siang ini berlalu dengan pekerjaan yang cukup banyak.
Bengkel hari ini sangat ramai dan mekanik hanya aku seorang diri disini. Ada sekitar 11 motor yang ditinggalkan oleh pemiliknya untuk kuperbaiki dengan berbagai keluhan yang kucatat di binderku. Rosa hanya tersenyum sambil memandangiku yang sedang keteteran.
"Cemangat eeaaa" ujarnya dengan sumeringah.
"Bawel!!" jawabku singkat dengan nada emosi memikirkan jam berapa semua motor ini akan selesai kukerjakan.
"Sibuk mas?" suara seorang wanita muda berjilbab mengagetkanku saat sedang serius membongkar motor.
"Hoooooo.. Lusi??" ujarku kaget dan langsung mengusap keringat di wajah dengan kedua tanganku.
"Hahahahaaa.. Mas mukanya belepotan.. Kalo mau megang muka mbok ya liat - liat tanganya dulu" ujar lusi dengan tertawa terbahak - bahak.
Malu benar aku dibuatnya saat melihat ke kaca sepion dan memandangi wajahku yang berlumuran oli.
"Hhehe.. Ama siapa lus??" tanyaku bingung.
"Hoooy ndraa.. Sehat kah kau??" ujar suara yang kukenal sesaat sebelum lusi sempat menjawab.
Dan benar saja. Saat aku menengok ke arah suara itu ternyata mas said dan tisno sedang menuruni motor dan berjalan kearahku.
"Weeeeeeee.. Dijenguk suhuuu" ujarku sumeringah dan menghampiri mereka berdua.
Setelah bersalaman dan saling menanyakan kabar aku mempersilahkan mereka masuk ke bengkel untuk beristirahat.
"Ros.. Ambilkan nah minum tolong" ujarku pada rosa dan tanpa menjawabnya dia pun beranjak kedalam.
"Acara apa ini?? Pada kompak kesini??" ujarku saat kami duduk di dalam.
"Ini.. Lusi kangen katanya sama kau.. Tiap hari dia nanyakan tempat kau.. Aku takut dia berangkat sendiri kesini jadi aku antar lah.. Tapi si kutil satu ini juga mau ikut.. Jadilah kami bertiga" ujar mas said panjang lebar.
"ENGGA.. ENGGA GITU" ujar lusi panik dengan wajah memerah hingga kami bertiga tertawa geli dibuatnya.
Tak lama kemudian rosa datang dan duduk bergabung bersama kami sambil membawa air.
"Mas. Tis. Lus. Nanti aja ya ngobrolnya. Pas jam istirahat. Kerjaanku aku cicil dulu nah" ujarku sambil berdiri dan hendak meninggalkan mereka.
"Aku istirahat sek ndra. Nanti tak bantu" ujar tisno yang sedang menselonjorkan kakinya.
"Udah.. Kalian istirahatlah aja" jawabku sambil beranjak kedepan.
Aku kembali mengerjakan tugasku dan beberapa dan kemudian mas said dan tisno menyusul saat mereka sudah berganti pakaian.
Memang. Jika pekerjaan dikerjakan bersama - sama hasilnya akan lebih cepat. Tepat pada pukul dua siang kami telah menyelesaikan pekerjaan antrian motor yang berjejer menunggu untuk diperbaiki.
"Makasih banyak loh" ujarku pada mereka berdua.
"Santai aja ndra" ujar mas said sambil melangkah kedalam bengkel.
"Rame juga ya disini" ujar tisno yang bercucuran keringat.
Memang siang ini terasa begitu cerah dan menyengat.
Sepersekian detik aku melihat kearah lusi dan dia juga sedang melihat kearahku dan SSRRRTT.
"Kok tambah cakep aja sih tuh anak??" gumanku dalam hati sambil mengikuti langkah mas said.
Betapa terkejutnya aku saat melihat di ruang tengah sudah tersedia makanan yang cukup banyak.
"Siapa yang masak roos??" tanyaku bingung pada rosa yang sedang tersenyum sendiri ke arah handphonenya.
"Aku sama lusi tadi ndra.. Mereka bawa belanjaan ternyata kesini" jawab rosa tanpa menoleh kearahku.
"Lusi bisa masak??" tanyaku pada lusi yang juga sedang sibuk dengan handphonenya.
"Bii.. Bisa mas" ujarnya dengan menunduk sesaat setelah menoleh kearahku.
"Kamu keliatan cantik hari ini lus" selorohku tanpa memikirkanya dahulu Dan terang saja wajah lusi langsung memerah. "Eh.. Maap - maap" ujarku panik dan langsung berlari ke kamar mandi untuk mencuci tangan.
"Begoooo.. Ngomong apa sii gw!!" gerutuku dalam hati.
"Sudah.. Kau lamar saja ndra.. Aku lihat dia juga suka sama kamu kok" ujar mas said yang entah sejak kapan sudah ada dibelakangku.
"Hah?? Apa mas?? Mana mau dia sama duda?? Secara dia bening betul" ujarku lesu.
"Duda sih cuma tulisan di KTP.. Tapi hati yang ngerasain semuanya" jawabnya sambil menepuk pundakku.
Selesai makan kami berlima mengobrol di teras. Rosa sama sekali tidak canggung pada ketiga teman lamaku ini. Dia benar - benar mudah bergaul. Saat tisno melempar candaan rosa dengan mudah menimpalinya hingga kami berlima tertawa terbahak - bahak. Tapi aku dan lusi sama sekali tak bisa berbicara apapun. Sebab jika aku ataupun lusi yang berbicara pasti langsung ada kalimat yang menjerusmus kearah perjodohan yang diakhiri dengan kata "CIIIEEE" hingga membuat wajah lusi yang putih bersih itu memerah seperti tomat.
Ditengah obrolan rosa menceritakan keangkeran tempat ini dan kejadian menghilangnya aji. Mas said yang memang sebenarnya menyukai hal - hal yang berbau mistis tanpa henti meminta penjelasan yang lengkap dari aku dan rosa.
"Kenapa kau tak nelfon aku ndra??" ujarnya emosi dengan tatapan tajam kearahku.
"Mas said jauh.. Aku takut ganggu" ujarku.
"Yasudah.. Malam ini aku nginap disini ya.. Lusi kamu pulang berdua ya sore ini sama tisno.. Aku pengen merasakan aura - aura yang kata mereka angker disini" ujar mas said sambil membusungkan dadanya.
"Yakin mas?" tanya tisno ragu.
"Iya.." jawab mas said singkat.
Obrolan berlanjut hingga pukul setengah 5 sore saat tisno dan lusi berpamitan pulang.
Kelelahan jelas terlihat di wajah lusi. Aku ingin melarangnya pulang dan menginap disini. Tapi mengingat besok ia bekerja dan akan menginap diruangan yang mana akhirnya aku mengurungkanya.
Aku melangkah menemani lusi berjalan ke arah motor tisno.
"Makasih banyak udah mau naen kesini lus" ujarku pada lusi.
"Sama - sama mas.. Kemaren minta ijin libur bertiga trus diijinin.." jawab lusi. "Mas jangan lupa ya.. Kebontang.. Jadi kita ke sekambing" ujar lusi sembil menengok kearahku dengan senyum indah diwajahnya.
"Iya.. Aku kesana" ujarku.
Dari pinggir jalan raya aku melihat mereka menjauh dan menjadi titik dikejauhan kemudian menghilang.
Saat akan kembali kebengkel tanpa sengaja aku menengok ke arah jendela bangunan besar itu.
DEG
Seraut wajah anak perenpuan yang tampak sangat sedih menatap tajam kearahku.
Aku mengucek - ucek mataku agar memperjelas apa yang kulihat. Dan memang benar dia sedang menatap kearahku.
"Kamu kenapa??" ujarku pelan.
Tiba - tiba dia menempelkan telapak tanganya di kaca seperti orang yang melambaikan tangan. Hanya bedanya tanganya hanya diam dan tidak bergerak sama sekali.
"NDRAAA" suara mas said mengagetkanku. Dan saat aku menoleh ke arah jendela wajah tadi pun hilang entah kemana.
Entah kenapa rasa ngeri berganti menjadi iba saat aku mengingat kata - kata aji beberapa hari yang lalu dan aku melangkah kembali ke bengkel.
Pada pukul 5 rosa berpamitan pulang saat aku dan mas said merapihkan perkakas yang berantakan dan menutup bengkel.
"Bah.. Pantas aja kamu betah disini.. Lah yang nemani kamu janda manis kaya begitu" ujarnya dengan tertawa lebar saat rosa sudah jauh.
"Rejeki anak soleh" ujarku dengan tertawa.
"Nah.. Kamu pilih rosa atau lusi?? Perawan cantik janda menarik ini pilihanmu ndra" ujar mas said dengan tawa tanpa henti.
"Aku ngalah sama yang tua aja.. Mas said pilih mana?? Aku sisanya aja.. Hhehe" jawabku singkat dan membuat tawa di wajah mas said seketika menghilang.
"Sial kau.. Aku sudah punya di bontang sana.. Cuma bingung mau jual apa buat jujuranya" ujar mas said.
Tak terasa adzan magrib sudah terdengar dari kejauhan.
Mas said sedang fokus menonton berita di tv ke aku selesai mandi.
"Nonton apa mas??" ujarku basa - basa basi tapi tidak mendapat sahutan dari mas said. "Serius amat" gumanku dalam hati dan memasuki kamar
Jam sudah menunjukan pukul 8 malam saat aku dan mas said menikmati kopi dan beberapa batang rokok di teras bengkel.
Aku menceritakan semua pengalaman mengerikan yang terjadi disini dan mas said hanya menganggukan kepala dan berkata "Terus??".
JLEKTiba - lampu bengkel mati.
"Njegleg mas" ujarku pada mas said sambil menyalakan handphone untuk penerangan kami.
"Iya.. Yang lainya nyala kok" ujarnya sambil melihat titik - titik cahaya di kejauhan.
"Tunggu bentar aku nyalakan" ujarku sambil mencari sakelar listrik dikegelapan.
Belum beberapa saat aku meninggalkannya mas said berteriak histeris memanggil namaku.
"NDRAAAAAAAAAAAAAAA" teriaknya dengan sangat kencang.
klek
Setelah menyalakan listrik aku langsung berlari ke arah mas said.
"Kenapa mas??" ujarku bingung.
Mas said hanya diam sambil melihat kearah atap dari rumah kosong itu.
"Ada anak kecil ndra.. Pake baju putih.. Loncat dari atap.." ujarnya bergetar.
"Hah?? Serius mas??" ujarku panik dan langsung melihat ke rumah besar yang gelap itu.
Tiba - tiba aroma wangi melati yang cukup menyengat tercium disekitar kami.
"Ndraaa.. Kamu nyium kah??" ujar mas sait dengan suara gemetaran.
"Iya mas.. Mau masuk kah??" ujarku sambil menghisap rokok dalam - dalam.
"Ndraaaaaaa.. Disampingmu siapa??" ujar mas said dengan suara yang sangat pelan.
DEG
Setelah mendengar ucapan mas said seketika itu bulu kudukku merinding. Aku sama sekali tak berani menoleh dan memejamkan mataku rapat - rapat.
Kesunyian tercipta diantara kami berdua. Selama beberapa saat kami diam dan kutebak jika mas said juga menutup kedua matanya rapat - rapat.
BRUMM suara mobil melintas mengejutkanku.
Perlahan aku memberanikan diri membuka mata dan melihat ke sekitarku.
"Kosong" ujarku pelan.
"Udah ilang kah ndra??" ujar mas said dengan mulut komat - kamit sambil memejamkan matanya.
"Ga ada apa - apa mas" ujarku sambil menepuk pundaknya.
Dia membuka matanya perlahan dan melihat ke sekeliling. "Masuk ndra.. Ngantuk aku" ujarnya pelan yang aku asumsikan dia ketakutan.
"Ayok" jawabku.
Mas said dengan langkah yang cepat meninggalkanku langsung menuju ke kamar.
Sesaat akan menutup pintu rolingdor sebuah mobil dengan plat KT yang kukenal berhenti di depan bengkel.
"Pak dion??" ujarku dengan senyum lebar.
Aji mengerutkan dahinya sambil manatap bangunan itu.
"Iya" jawabnya singkat.
"Engga deh ji.. Engga lagi - lagi" ujarku pak menggeleng - gelengkan kepala.
Cukup lama keheningan tercipta diantara kami di pagi yang cerah ini hingga aji melangkah kedalam bengkel.
"Aku pulang dulu ndra.. Aku mau ngomong dulu sama pak dion" ujar aji tanpa menengok kearahku.
Aku hanya bisa tertegun sambil memperhatikan kendaraan yang mulai ramai berlalu lalang.
Sesaat kemudian seraut wajah yang lemah lembut mulai nampak mendekat dengan senyuman manis di bibirnya.
"Pagi ros" ujarku seramah mungkin.
"Pagii" jawab rosa dengan senyum yang mengembang.
•••••••••••••••••
Dua hari sudah berlalu sejak insiden menhilangnya aji dan semuanya berjalan begitu normal tanpa gangguan yang fulgar dari mahluk halus di tempat ini.
Tapi jika aku memperhatikan. Entah kenapa sudah beberapa hari ini rosa terlihat sangat bahagia dengan senyum yang selalu mengembang di wajahnya setiap hari. Beberapa kali aku menanyakan kepadanya tetapi dia selalu mengatakan "Engga papa kok.. Biasa aja".
"Ga akan lama lagi dia pasti cerita" gumanku dalam hati sambil melanjutkan pekerjaanku.
Siang ini berlalu dengan pekerjaan yang cukup banyak.
Bengkel hari ini sangat ramai dan mekanik hanya aku seorang diri disini. Ada sekitar 11 motor yang ditinggalkan oleh pemiliknya untuk kuperbaiki dengan berbagai keluhan yang kucatat di binderku. Rosa hanya tersenyum sambil memandangiku yang sedang keteteran.
"Cemangat eeaaa" ujarnya dengan sumeringah.
"Bawel!!" jawabku singkat dengan nada emosi memikirkan jam berapa semua motor ini akan selesai kukerjakan.
"Sibuk mas?" suara seorang wanita muda berjilbab mengagetkanku saat sedang serius membongkar motor.
"Hoooooo.. Lusi??" ujarku kaget dan langsung mengusap keringat di wajah dengan kedua tanganku.
"Hahahahaaa.. Mas mukanya belepotan.. Kalo mau megang muka mbok ya liat - liat tanganya dulu" ujar lusi dengan tertawa terbahak - bahak.
Malu benar aku dibuatnya saat melihat ke kaca sepion dan memandangi wajahku yang berlumuran oli.
"Hhehe.. Ama siapa lus??" tanyaku bingung.
"Hoooy ndraa.. Sehat kah kau??" ujar suara yang kukenal sesaat sebelum lusi sempat menjawab.
Dan benar saja. Saat aku menengok ke arah suara itu ternyata mas said dan tisno sedang menuruni motor dan berjalan kearahku.
"Weeeeeeee.. Dijenguk suhuuu" ujarku sumeringah dan menghampiri mereka berdua.
Setelah bersalaman dan saling menanyakan kabar aku mempersilahkan mereka masuk ke bengkel untuk beristirahat.
"Ros.. Ambilkan nah minum tolong" ujarku pada rosa dan tanpa menjawabnya dia pun beranjak kedalam.
"Acara apa ini?? Pada kompak kesini??" ujarku saat kami duduk di dalam.
"Ini.. Lusi kangen katanya sama kau.. Tiap hari dia nanyakan tempat kau.. Aku takut dia berangkat sendiri kesini jadi aku antar lah.. Tapi si kutil satu ini juga mau ikut.. Jadilah kami bertiga" ujar mas said panjang lebar.
"ENGGA.. ENGGA GITU" ujar lusi panik dengan wajah memerah hingga kami bertiga tertawa geli dibuatnya.
Tak lama kemudian rosa datang dan duduk bergabung bersama kami sambil membawa air.
"Mas. Tis. Lus. Nanti aja ya ngobrolnya. Pas jam istirahat. Kerjaanku aku cicil dulu nah" ujarku sambil berdiri dan hendak meninggalkan mereka.
"Aku istirahat sek ndra. Nanti tak bantu" ujar tisno yang sedang menselonjorkan kakinya.
"Udah.. Kalian istirahatlah aja" jawabku sambil beranjak kedepan.
Aku kembali mengerjakan tugasku dan beberapa dan kemudian mas said dan tisno menyusul saat mereka sudah berganti pakaian.
Memang. Jika pekerjaan dikerjakan bersama - sama hasilnya akan lebih cepat. Tepat pada pukul dua siang kami telah menyelesaikan pekerjaan antrian motor yang berjejer menunggu untuk diperbaiki.
"Makasih banyak loh" ujarku pada mereka berdua.
"Santai aja ndra" ujar mas said sambil melangkah kedalam bengkel.
"Rame juga ya disini" ujar tisno yang bercucuran keringat.
Memang siang ini terasa begitu cerah dan menyengat.
Sepersekian detik aku melihat kearah lusi dan dia juga sedang melihat kearahku dan SSRRRTT.
"Kok tambah cakep aja sih tuh anak??" gumanku dalam hati sambil mengikuti langkah mas said.
Betapa terkejutnya aku saat melihat di ruang tengah sudah tersedia makanan yang cukup banyak.
"Siapa yang masak roos??" tanyaku bingung pada rosa yang sedang tersenyum sendiri ke arah handphonenya.
"Aku sama lusi tadi ndra.. Mereka bawa belanjaan ternyata kesini" jawab rosa tanpa menoleh kearahku.
"Lusi bisa masak??" tanyaku pada lusi yang juga sedang sibuk dengan handphonenya.
"Bii.. Bisa mas" ujarnya dengan menunduk sesaat setelah menoleh kearahku.
"Kamu keliatan cantik hari ini lus" selorohku tanpa memikirkanya dahulu Dan terang saja wajah lusi langsung memerah. "Eh.. Maap - maap" ujarku panik dan langsung berlari ke kamar mandi untuk mencuci tangan.
"Begoooo.. Ngomong apa sii gw!!" gerutuku dalam hati.
"Sudah.. Kau lamar saja ndra.. Aku lihat dia juga suka sama kamu kok" ujar mas said yang entah sejak kapan sudah ada dibelakangku.
"Hah?? Apa mas?? Mana mau dia sama duda?? Secara dia bening betul" ujarku lesu.
"Duda sih cuma tulisan di KTP.. Tapi hati yang ngerasain semuanya" jawabnya sambil menepuk pundakku.
Selesai makan kami berlima mengobrol di teras. Rosa sama sekali tidak canggung pada ketiga teman lamaku ini. Dia benar - benar mudah bergaul. Saat tisno melempar candaan rosa dengan mudah menimpalinya hingga kami berlima tertawa terbahak - bahak. Tapi aku dan lusi sama sekali tak bisa berbicara apapun. Sebab jika aku ataupun lusi yang berbicara pasti langsung ada kalimat yang menjerusmus kearah perjodohan yang diakhiri dengan kata "CIIIEEE" hingga membuat wajah lusi yang putih bersih itu memerah seperti tomat.
Ditengah obrolan rosa menceritakan keangkeran tempat ini dan kejadian menghilangnya aji. Mas said yang memang sebenarnya menyukai hal - hal yang berbau mistis tanpa henti meminta penjelasan yang lengkap dari aku dan rosa.
"Kenapa kau tak nelfon aku ndra??" ujarnya emosi dengan tatapan tajam kearahku.
"Mas said jauh.. Aku takut ganggu" ujarku.
"Yasudah.. Malam ini aku nginap disini ya.. Lusi kamu pulang berdua ya sore ini sama tisno.. Aku pengen merasakan aura - aura yang kata mereka angker disini" ujar mas said sambil membusungkan dadanya.
"Yakin mas?" tanya tisno ragu.
"Iya.." jawab mas said singkat.
Obrolan berlanjut hingga pukul setengah 5 sore saat tisno dan lusi berpamitan pulang.
Kelelahan jelas terlihat di wajah lusi. Aku ingin melarangnya pulang dan menginap disini. Tapi mengingat besok ia bekerja dan akan menginap diruangan yang mana akhirnya aku mengurungkanya.
Aku melangkah menemani lusi berjalan ke arah motor tisno.
"Makasih banyak udah mau naen kesini lus" ujarku pada lusi.
"Sama - sama mas.. Kemaren minta ijin libur bertiga trus diijinin.." jawab lusi. "Mas jangan lupa ya.. Kebontang.. Jadi kita ke sekambing" ujar lusi sembil menengok kearahku dengan senyum indah diwajahnya.
"Iya.. Aku kesana" ujarku.
Dari pinggir jalan raya aku melihat mereka menjauh dan menjadi titik dikejauhan kemudian menghilang.
Saat akan kembali kebengkel tanpa sengaja aku menengok ke arah jendela bangunan besar itu.
DEG
Seraut wajah anak perenpuan yang tampak sangat sedih menatap tajam kearahku.
Aku mengucek - ucek mataku agar memperjelas apa yang kulihat. Dan memang benar dia sedang menatap kearahku.
"Kamu kenapa??" ujarku pelan.
Tiba - tiba dia menempelkan telapak tanganya di kaca seperti orang yang melambaikan tangan. Hanya bedanya tanganya hanya diam dan tidak bergerak sama sekali.
"NDRAAA" suara mas said mengagetkanku. Dan saat aku menoleh ke arah jendela wajah tadi pun hilang entah kemana.
Entah kenapa rasa ngeri berganti menjadi iba saat aku mengingat kata - kata aji beberapa hari yang lalu dan aku melangkah kembali ke bengkel.
Pada pukul 5 rosa berpamitan pulang saat aku dan mas said merapihkan perkakas yang berantakan dan menutup bengkel.
"Bah.. Pantas aja kamu betah disini.. Lah yang nemani kamu janda manis kaya begitu" ujarnya dengan tertawa lebar saat rosa sudah jauh.
"Rejeki anak soleh" ujarku dengan tertawa.
"Nah.. Kamu pilih rosa atau lusi?? Perawan cantik janda menarik ini pilihanmu ndra" ujar mas said dengan tawa tanpa henti.
"Aku ngalah sama yang tua aja.. Mas said pilih mana?? Aku sisanya aja.. Hhehe" jawabku singkat dan membuat tawa di wajah mas said seketika menghilang.
"Sial kau.. Aku sudah punya di bontang sana.. Cuma bingung mau jual apa buat jujuranya" ujar mas said.
Tak terasa adzan magrib sudah terdengar dari kejauhan.
Mas said sedang fokus menonton berita di tv ke aku selesai mandi.
"Nonton apa mas??" ujarku basa - basa basi tapi tidak mendapat sahutan dari mas said. "Serius amat" gumanku dalam hati dan memasuki kamar
Jam sudah menunjukan pukul 8 malam saat aku dan mas said menikmati kopi dan beberapa batang rokok di teras bengkel.
Aku menceritakan semua pengalaman mengerikan yang terjadi disini dan mas said hanya menganggukan kepala dan berkata "Terus??".
JLEKTiba - lampu bengkel mati.
"Njegleg mas" ujarku pada mas said sambil menyalakan handphone untuk penerangan kami.
"Iya.. Yang lainya nyala kok" ujarnya sambil melihat titik - titik cahaya di kejauhan.
"Tunggu bentar aku nyalakan" ujarku sambil mencari sakelar listrik dikegelapan.
Belum beberapa saat aku meninggalkannya mas said berteriak histeris memanggil namaku.
"NDRAAAAAAAAAAAAAAA" teriaknya dengan sangat kencang.
klek
Setelah menyalakan listrik aku langsung berlari ke arah mas said.
"Kenapa mas??" ujarku bingung.
Mas said hanya diam sambil melihat kearah atap dari rumah kosong itu.
"Ada anak kecil ndra.. Pake baju putih.. Loncat dari atap.." ujarnya bergetar.
"Hah?? Serius mas??" ujarku panik dan langsung melihat ke rumah besar yang gelap itu.
Tiba - tiba aroma wangi melati yang cukup menyengat tercium disekitar kami.
"Ndraaa.. Kamu nyium kah??" ujar mas sait dengan suara gemetaran.
"Iya mas.. Mau masuk kah??" ujarku sambil menghisap rokok dalam - dalam.
"Ndraaaaaaa.. Disampingmu siapa??" ujar mas said dengan suara yang sangat pelan.
DEG
Setelah mendengar ucapan mas said seketika itu bulu kudukku merinding. Aku sama sekali tak berani menoleh dan memejamkan mataku rapat - rapat.
Kesunyian tercipta diantara kami berdua. Selama beberapa saat kami diam dan kutebak jika mas said juga menutup kedua matanya rapat - rapat.
BRUMM suara mobil melintas mengejutkanku.
Perlahan aku memberanikan diri membuka mata dan melihat ke sekitarku.
"Kosong" ujarku pelan.
"Udah ilang kah ndra??" ujar mas said dengan mulut komat - kamit sambil memejamkan matanya.
"Ga ada apa - apa mas" ujarku sambil menepuk pundaknya.
Dia membuka matanya perlahan dan melihat ke sekeliling. "Masuk ndra.. Ngantuk aku" ujarnya pelan yang aku asumsikan dia ketakutan.
"Ayok" jawabku.
Mas said dengan langkah yang cepat meninggalkanku langsung menuju ke kamar.
Sesaat akan menutup pintu rolingdor sebuah mobil dengan plat KT yang kukenal berhenti di depan bengkel.
"Pak dion??" ujarku dengan senyum lebar.
symoel08 dan 15 lainnya memberi reputasi
16
![DIBALIK JENDELA RUMAH WALET [TAMAT]](https://s.kaskus.id/images/2017/09/30/9887347_201709300850100467.jpg)
![DIBALIK JENDELA RUMAH WALET [TAMAT]](https://s.kaskus.id/images/2017/10/11/9931379_20171011035147.jpg)
![DIBALIK JENDELA RUMAH WALET [TAMAT]](https://s.kaskus.id/images/2017/10/08/9887347_201710080143290163.jpg)