Dendam Yang Terbalas...

Gw melirik ke arah Ridho yang nampak asyik mencomot sisa popcorn yang langsung di masukkan ke dalam mulutnya..

“Gw Ridho, dia yang namanya Imam” Jawab gw sambil menujuk ke arah saudara gw tersebut..

Gadis itu sesaat melihat Hp nya dan melirik Ridho, lalu tersenyum ke arah gw..

“Kamu bohong, jelas-jelas ini foto kamu” Sanggahnya seraya menunjukkan layar hp yang ia pegang..

Sesaat gw melihat Hp nya dan memang benar ada foto gw disana.. Entah dari mana dia mendapatkan foto tersebut..

“Lu siapa, koq bisa ada foto gw di Hp lu?” Tanya gw dengan wajah penasaran..

“Ga penting buat kamu tahu siapa aku, oke.. Maaf ya udah ganggu kalian” Jawab gadis itu sambil berjalan kembali ke arah dua kawannya..

Sebenarnya dalam hati gw ingin mengejar gadis itu dan menanyai nya lebih lanjut, perihal kepemilikannya akan foto gw.. Tapi dari samping Ridho terdengar memberi kode, gw melihatnya menggerakkan wajah ke arah depan, dimana para pengunjung mulai keluar berdesakan dari dalam pintu theatre..

Darah gw mulai berdesir begitu melihat sosok yang gw cari sedang bergandengan tangan dengan seorang gadis cukup cantik, yang kemungkinan adalah pacarnya..

“Kau bisa membuatnya sakit perut ingin buang air besar, Sekar?” Tanya gw sambil menatap tajam ke arah pemuda berkumis tipis itu..

“Mudah sekali, Kang Mas” Jawab Sekar dari samping..

Entah ajian apa yang digunakan Sekar, sehingga pemuda itu tampak pucat dan memegangi perutnya.. Gw segera bangkit bersama Ridho, menyusul pemuda itu ke kamar mandi bioskop.. Beberapa orang laki-laki, nampak sedang menunaikan hajatnya.. Gw dan Ridho berpura-pura antri untuk membuang hajat juga..

Ketika tidak ada lagi orang di dalam, kecuali kami bertiga.. Gw segera menyuruh Sekar untuk mengunci pintu kamar mandi dengan kekuatannya.. Ridho berdiri di depan pintu, sementara gw berdiri dengan bersandar di dinding, samping washtafel..

Tak lama terdengar suara kunci salah satu bilik toilet terbuka.. Pemuda itu sempat melirik gw dan Ridho, yang mulai berjalan mendekatinya..

“Mau apa lu berdua?” Tanya pemuda itu dengan wajah menantang, sementara gw terus menatapnya dengan sorot mata tajam..

Melihat kondisinya yang merasa terancam, pemuda tersebut melayangkan sebuah pukulan yang langsung gw tangkap dengan telapak tangan kanan, lalu memutar tangannya ke belakang punggung, dan mendorong pemuda itu hingga bagian depan tubuhnya menempel di dinding kamar mandi..

“Woyy, kalo lu mau duit, ambil aja semua di dompet gw..” Teriaknya dengan posisi yang sudah terkunci..

Dari luar mulai terdengar beberapa gedoran pintu oleh beberapa orang, yang mungkin ingin menggunakan kamar mandi ini..

“Bawa kami bertiga ke suatu tempat Sekar” Pinta gw tanpa menatap sedikit pun ke arah Jin Penjaga gw tersebut..

Selendang emas milik Jin Penjaga gw itu terbuka lebar menutupi kepala kami bertiga.. Pemuda itu sempat mencoba berontak, tapi cengkraman tangan gw yang sudah dialiri tenaga dalam, membuat aksi nya sia-sia.. Sesaat kemudian gw, Ridho dan pemuda itu sudah berpindah tempat ke sebuah area pemakaman, yang nampak sedikit temaram oleh lampu lima watt yang ada di beberapa titik..

Gw segera melepaskan kuncian di tangannya.. Untuk beberapa saat, pemuda tersebut memuntahkan isi perutnya beberapa kali, mungkin karena masih terpengaruh oleh perpindahan tempat yang di lakukan Sekar..

Untuk manusia biasa yang kosong tanpa memiliki tenaga dalam, perpindahan tempat dengan bantuan kekuatan mahluk gaib, memang akan menyedot energi dan dapat membuat kepala berputar layaknya perahu yang diombang ambingkan ombak di tengah laut..

Suasana area pemakaman terlihat sangat sunyi.. Suara jangkrik yang terkenal sebagai pemusik pada malam hari, sepertinya malas untuk membuat ramai tempat ini.. Yang terdengar malah suara burung hantu dan nyalakan anjing –anjing liar..

Sementara Sekar langsung melayang, sambil menatap tajam ke beberapa sosok penampakan yang mulai muncul di sekitar area pemakaman ini

Setelah merasa sedikit baikan, pemuda itu terkejut bahkan sampai jatuh terduduk, begitu melihat tempat ia muntah tadi adalah batu nisan.. Pandangannya menatap ke sekitar area pemakaman, dengan tatapan tak percaya, lalu beralih ke arah gw dan Ridho yang sama-sama sudah duduk, di sisi sebuah makam yang telah di semen tiap pinggirnya..

“Si... Siapa sebenarnya kalian.. Kenapa gw bisa ada di kuburan tiba-tiba?” Tanya nya terbata-bata, dengan posisi masih terduduk di atas tanah kuburan..

Sebatang rokok gw keluarkan sebagai pereda emosi yang mulai terbit, melihat sosok yang sempat gw cari selama ini..

“Gw mau cerita in sesuatu, dengar baik-baik, karena lu harus menggali kembali ingatan beberapa bulan yang lalu” Ucap gw yang bukan merupakan jawaban dari pertanyaannya, sambil duduk di pinggir sebuah makam yang di semen..

“Beberapa bulan lalu, Sebuah motor yang dibonceng dua orang, di serempet oleh sebuah mobil hingga jatuh ke parit dan mengakibatkan salah satu penumpang nya meninggal.. Pengemudi mobil tersebut keluar, bukan untuk menolong atau setidaknya meminta maaf, tapi malah mengumpat kedua orang yang tak berdaya” Kalimat gw terhenti karena luapan emosi kembali menguat..

“Si pengemudi mobil kembali masuk ke dalam kendaraannya, karena takut melihat massa yang berdatangan, tanpa mengetahui jika salah satu korban kelalaiannya itu, sudah meninggal di tempat” Lanjut gw dengan suara mulai terdengar bergetar..

Pandangan gw melirik pemuda itu, yang nampak mencoba mengingat sesuatu

“Lu tahu siapa korban yang meninggal itu? Dia bokap gw”Ucap gw sambil menginjak sisa rokok yang masih mengepulkan asap dan langsung mengepalkan kedua tangan..

Wajah pemuda tersebut terlihat terkejut, dengan kedua bola mata yang membesar untuk sesaat.. Lalu perlahan dia bangkit sambil membersihkan bokongnya dari sisa tanah yang menempel.. Kemudian ia merogoh saku belakangnya dan membuka dompet.. Sebuah kartu atm ia sodorkan ke arah gw..

“Lu mau kompensasi berapa duit atas kematian bokap lu?” Tanya pemuda itu yang sudah sedikit lebih tenang..

Kedua mata gw membelalak mendengar kalimatnya barusan, dengan cepat gw berlari ke arahnya dan langsung mencengkram batang leher pemuda itu, hingga terangkat satu jengkal diatas tanah..

“Nyawa bokap gw, harusnya di tukar sama nyawa lu, baik!.. Cuihh” Ucap gw sambil meludahi wajahnya..

Cengkraman tangan gw membuat pemuda itu meronta-ronta, berusaha melepaskan lehernya dengan mencakar-cakar punggung tangan kanan gw.. Sedikit pun gw tidak merasakan sakit.. Malah dalam hati mulai muncul sensasi rasa puas, melihat pemuda itu mulai kehilangan tenaga secara perlahan..

“Udah, Mam.. Lepasin, dia bisa mati” Teriak Ridho yang langsung membuat gw tersadar, lalu melemparkan pemuda tersebut, hingga terbanting di atas tanah keras..

“Astaghfirullah” Ucap gw lirih lalu menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan..

Ridho nampak memungut dompet pemuda tersebut yang sempat terjatuh, saat gw mencekik lehernya tadi.. Sebuah KTP dikeluarkannya untuk melihat siapa sebenarnya identitas pemuda itu..

“Namanya Ryan, bree..” Ucap Ridho sambil melirik pemuda yang sudah mulai bergerak sadar dari pingsannya..

Gw mengangguk lalu mulai berjalan kembali menghampiri pemuda yang bernama Ryan, dan berjongkok di hadapannya..

“Apa sebenarnya mau kalian?” Tanya nya dengan nafas yang masih belum beraturan..

Gw tersenyum dingin untuk sesaat, lalu memegang kedua pipinya dengan jempol dan telunjuk tangan kanan..

“Gw mau lu mengakui semua perbuatan lu di depan aparat hukum” Jawab gw yang langsung di balas dengan gelengan kepala nya..

“Gw ga bisa, bulan depan gw mau nikah, bang.. Gw bisa bayar lu berapa pun yang lu minta” Ucapnya dengan wajah kembali menantang..

“Anji*g!! Lu kira semua bisa di beli pake duit, bangke” Bentak gw sambil mendorong tubuhnya hingga terjerembab ke belakang..

“Sekar, buka mata batin orang itu sekarang.. Dan panggil semua mahluk halus yang ada disini” Perintah gw dengan sedikit keras ke batinnya Sekar..

Jin Penjaga gw itu untuk sesaat menatap gw dengan raut wajah tidak senang, namun tak lama kemudian ia melayang turun dan langsung menutup kedua mata Ryan.. Sementara Ryan sendiri terlihat megap-megap, mencoba melepaskan sesuatu tak kasat mata yang menutupi matanya..

“Aku telah membuka mata batinnya untuk sementara, Kang Mas.. Sekarang aku akan memanggil beberapa mahluk halus penunggu makam” Ucap Sekar yang sudah kembali melayang menghampiri gw sambil tersenyum penuh arti..

Gw mengangguk dan melihat Sekar mulai melayang sambil menaikkan jari tulunjuk tangan kanannya ke atas dengan mata terpejam dan mulut berkomat-kamit..

Pemuda yang bernama Ryan nampak membelalakan matanya ke arah Sekar, yang masih melayang.. Sepertinya, mata batin Ryan sudah benar-benar terbuka..

“Gw tanya sekali lagi, apa lu mau mengakui perbuatan lu di depan Polisi?” Teriak gw ke arah Ryan..

Sosok pemuda yang sudah seharusnya bertanggung jawab atas kematian Ayah, tetap menggelengkan kepala yang menandakan adanya sebuah penolakan, sambil terus menatap Sekar seperti tidak percaya..

Sesosok pocong berwajah penuh borok bernanah, dengan kedua bola mata yang keluar dan bergelantungan, terlihat melompat-lompat di belakang Ryan, berbarengan dengan suara lolongan anjing saling bersahutan..

Sosok hantu berupa seorang laki-laki yang berpakaian compang-camping, dengan beberapa bagian tubuhnya sudah tinggal tulang tanpa balutan daging dan kulit, terlihat bejalan terseok-seok menghampiri kami..

Ditambah satu sosok sundel bolong yang berwajah seputih kapas dengan rambut panjang menyapu tanah, sedang melayang berputar-putar diatas, sambil menggendong pocong bertubuh kecil..

Gw dan Ridho saling bertatapan melihat beberapa sosok menakutkan mulai muncul karena undangan Sekar..

“Apakah kau bisa memerintah mahluk-mahluk tersebut untuk mengepung pemuda itu, Sekar” Pinta gw sekali lagi ke Sekar..

Dengan sebuah anggukan, Sekar menjawab permintaan gw dan langsung memejamkan kembali kedua matanya.. Mungkin Jin Penjaga gw itu sedang berkomunikasi ke sosok-sosok menyeramkan yang mulai berjalan, melayang dan melompat..

“Lu liet di belakang sekarang” Ucap gw dengan senyum menyeringai ke arah Ryan..

Pemuda berkumis tipis tersebut menuruti apa yang gw ucapkan barusan, dan seketika jatuh terduduk lemas karena ketakutan, begitu melihat sosok pocong itu berada satu meter di hadapannya..

Saat ia kembali memutar tubuhnya menghadap kami, Ryan terdengar menjerit kencang, melihat sosok Sundel bolong dan hantu laki-laki dengan sebagian tubuh hanya tinggal tulang, berada sejengkal dari wajahnya..

Ryan langsung berlari menuju ke arah kami sambil terus menjerit, namun tiba-tiba terjatuh di atas sebuah makam yang tanahnya masih merah.. Pemuda itu kembali tersentak dan berteriak, saat ia melihat sesosok anak kecil berkulit sangat hitam dengan mulut berlumuran darah, sedang memegangi kaki kanannya..

“Ampun.. Ampuun.. Tolong ampuni saya.. Saya berjanji akan mengakui semua perbuatan saya ke polisi” Teriak Ryan yang terdengar berubah menjadi sebuah tangisan ketakutan..

Gw mulai berjalan kembali ke arahnya yang masih setengah terbaring di atas gundukan sebuah makam baru.. Sosok hantu berupa anak kecil itu, perlahan melepaskan cengkraman tangannya di pergelangan kaki kanan Ryan dan mulai menjauh, saat melihat gw berjalan mendekat..

Sosok mahluk halus yang lain pun, perlahan mulai nampak samar tubuhnya dan tak lama kemudian menghilang dengan sendiri nya..

Pegangan tangan gw di bahunya, membuat Ryan berteriak sekali lagi karena mengira ada hantu lain yang mencengkram nya.. Tapi saat ia membuka matanya, Ryan langsung memeluk kedua lutut gw sambil menangis..

“Saya minta maaf.. Memang semua salah saya, bang.. Saya habis minum-minum sebelum menyerempet motor itu.. Saya siap bertanggung jawab, bang.. Saya siap, asal saya jangan di ganggu lagi oleh hantu-hantu itu.. “ Ratap Ryan sambil terus memeluk lutut gw..

Tatapan mata gw menatap kosong ke area pemakaman yang sangat sunyi.. Sebuah rasa pedih kembali muncul, begitu mendengar kalimat Ryan yang mau mempertanggung jawabkan kelalaiannya hingga menyebabkan Ayah meninggal..

“Malam ini juga, gw antar lu ke kantor polisi” Ucap gw tanpa ekspresi..