Setelah kemunculan si pria gadis sunslik, secara tiba-tiba Bam pun kembali pada orbitnya. “Lu kenapa seminggu lalu susah dicarinya,” kalimat pertama yang diucapkan Bam saat menarikku secara paksa dari antrian foto copy di kantin FISIP.

Aku bengong. Seterunya Bam larut sendiri dalam ceritanya mengenai Konferensi Rakyat Indonesia. “Gue tu udah sms lu Cerah, dari minjem hp orang sih, sampe besoknya ngga ada kabar. Jangan salahin gue ngga ajak ya,” katanya antara membela diri dan kesal.

Konferensi Rakyat Indonesia atau KRI, ini event tahunan yang diadakan salah satu LSM lingkungan. Ini acara yang sangat seru karena masyarakat dari berbagai latar belakang mulai dari petani sampai miskin kota dari seluruh negeri berkumpul dalam satu forum. Lalu, mereka saling bertukar pikiran, berdiskusi, dan mengemukakan ide-ide cerdas tentang situasi nasional, dan isu-isu lingkungan terkini.

Tahun lalu, aku dan Bam mengikuti konferensi ini mewakili organisasi kami. Inilah alasan Bam menghilang ditelan bumi selama seminggu penuh.

Aku ingat seminggu lalu setelah kejadian bertemu Fefe di lantai enam ada sms masuk yang langsung kuhapus begitu saja. “L dmn? Bls cpt k Hp G ya. Thx.” Kurang lebih begitulah, sangat tidak jelas tanpa disertai nama pengirim.

Ternyata itu dari Bam yang meminjam handphone adik kelasnya, lalu si Bam yang handphonennya lain daripada kebanyakan orang itu lupa membawa chargeran, walhasil handphonenya mati total selama KRI berlangsung. Itulah sebab musabab hilangnya Bam selama seminggu.

“Eh iya, bukunya Fahrezi udah lu balikin belum? Kemaren tu gue seminggu bareng dia di KRI, nanyain kenapa ngga ada kabar dari lu,” pertanyaan spontan Bam mengingatkanku untuk menelpon si pria gadis sunslik siang itu juga.