meta.morfosisAvatar border
TS
meta.morfosis
Rumah Bercat Putih
Hai para kaskuser mania penghuni forum SFTH...
kali ini izinkan ane kembali berbagi kasih..ehh..kisah yang mungkin tidak begitu menarik...., kisah yang akan ane share kali ini bermulai pada sebuah kisah kelam yang terjadi pada tahun 1986, hingga akhirnya sebuah misteri mengiringi roda perjalanan hidup dari sebuah keluarga
seperti biasa peraturan di thread ini sederhana, yaitu :
* hargai karya penulis dengan cara tidak mengcopy paste tanpa seizin dari penulis
* tidak ada perdebatan fiksi atau nyata, karena ini hanya sebuah cerita
* jika menyerah ketika saat membaca kisah ini silahkan melambaikan tangan, maka kru kami akan menghampiri anda
* gunakan air secukupnya dan jangan buang pembalut ke dalam toilet
* dan yang terakhir...selamat membaca kisah ini....



chapter demi chapter
Prologue
Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Epilog

Pertanyaan dan saran :
Line ID : meta.morfosis
IG : meta.jm.morfosis






Diubah oleh meta.morfosis 12-04-2018 16:10
sriwidyaning93
bukhorigan
anandaalvi27
anandaalvi27 dan 14 lainnya memberi reputasi
15
74.8K
282
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.1KAnggota
Tampilkan semua post
meta.morfosisAvatar border
TS
meta.morfosis
#4
Chapter 3




Untuk sejenak gue hanya bisa terpaku guna meyakinkan pendengaran gue ini, hingga akhirnya seiring dengan terdengarnya kembali suara yang sama, rasa keingintahuan gue atas suara tersebut, kini telah membuat gue menolehkan pandangan mata ini ke arah pintu kamar, nampak kini terlihat keberadaan dari pintu kamar yang masih dalam posisi tertutup rapat
“ fiuhh…”
Lega rasanya mendapati kenyataan ini, imajinasi menyeramkan yang tadi sempat hinggap di dalam pikiran gue ini kini seperti terlepas begitu saja dari pikiran gue ini
“ sinting....bisa bisanya gue berpikir seseram itu...” ucap gue sambil menertawai kebodohan ini, dan kini setelah merasa yakin bahwa tidak terjadi sesuatu yang aneh pada pintu kamar tersebut, gue kembali memutuskan untuk berjalan menuju ke kamar, tapi kembali lagi, baru saja beberapa langkah gue berjalan dari posisi gue berdiri saat ini, gue kembali mendengar adanya suara yang lain dari arah pintu kamar, dan hal ini telah menyebabkan langkah kaki gue ini kembali terhenti
...krekkkkkk……
Bagi gue, apa yang telah gue dengar saat ini, kini seperti mengingatkan gue akan bagian dari film horor yang memperlihatkan adegan dimana suara deritan mengiringi terbukanya daun pintu secara perlahan, dan kini begitu mendapati kenyataan tersebut, pikiran gue yang membayangkan akan hal hal yang menyeramkan, kini seperti mengombang ambing keinginan gue untuk menolehkan pandangan ini ke arah pintu kamar
“ bagaimana mungkin….mudah mudahan apa yang gue dengar ini hanyalah kesalahan pendengaran gue aja….?” gumam gue dalam hati seraya berusaha untuk menyingkirkan imajinasi menyeramkan dari dalam pikiran gue ini, dan kini diantara keberadaan pandangan mata gue yang telah menatap ke arah pintu kamar, sepertinya imajinasi menyeramkan yang tadi telah sempat menyingkir dari dalam pikiran gue ini, kini telah hadir kembali, begitu gue mendapati kenyataan bahwa daun pintu kamar yang berbahan dasar kayu jati tua itu kini tengah bergerak terbuka dengan cara yang perlahan
“ ahh gila...kenapa pikiran gue jadi berpikir yang aneh aneh seperti ini ya, semua kejadian aneh bisa saja terjadi jika memang hendak terjadi....”
Diantara imajinasi menyeramkan yang kini kembali gue singkirkan dari dalam pemikiran gue ini, dengan tanpa keraguan, gue berjalan ke arah pintu kamar tersebut, lalu mendorong pintu kamar agar terbuka lebih lebar lagi, dan kini seiring dengan pintu kamar yang telah terbuka dengan lebar, gue bisa melihat kondisi di dalam kamar yang terselimuti oleh kegelapan
“ gelapnya….” ucap gue seraya mencoba untuk mencari keberadaan saklar lampu kamar, tapi sepertinya lampu diruangan ini sudah mati, hal ini diperlihatkan dengan tidak menyalanya lampu kamar begitu gue menekan saklar lampu kamar
“ sial...” maki gue begitu mendapati kenyataan bahwa lampu kamar tidak bisa untuk dinyalakan, dan kini diantara selimut kegelapan yang menyelimuti pandangan gue serta udara yang terasa lembab dan basah akibat dari terlalu lamanya kamar ini tidak terjamah oleh keberadaan manusia, gue segera memasuki kamar dengan bermodalkan penerangan dari sebatang korek api yang kini telah gue nyalakan, dan diantara tabir kegelapan yang kini telah tersingkap oleh nyala api dari batangan korek api yang telah gue nyalakan, gue mendapati keanehan pada ruangan kamar ini, entah mengapa gue melihat keadaan di kamar ini sangat berbeda jauh dengan keadaan kamar kamar lainnya sebelum dibersihkan, kamar ini terlihat begitu tertata rapih dan bersih, bahkan gue tidak melihat adanya debu yang menyelimuti barang barang yang ada di kamar ini, sebuah tempat tidur berukuran tidak terlalu besar serta sebuah meja kecil yang berada disamping tempat tidur tersebut, terlihat begitu bersih seperti rutin dibersihkan
“ aneh...ahhh..sebaiknya gue melanjutkan melihat semuanya ini besok pagi…..” gumam gue pelan seraya mematikan nyala api dari batangan korek api yang mulai terasa memanasi jari tangan gue ini, dan kini diantara nyala api yang telah gue padamkan, gue segera beranjak pergi meninggalkan kamar dengan tidak lupa untuk menutup pintu kamar
Tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul tiga pagi, pikiran gue masih menerawang pada apa yang baru saja gue alami, diantara rasa mengantuk yang mulai menggelayuti kedua kelopak mata gue ini, untuk sejenak gue mencoba untuk kembali berpikir dengan jernih atas keanehan yang temui di dalam kamar itu, bagaimana mungkin barang barang yang ada di dalam kamar itu bisa sangat terjaga kebersihannya tanpa sedikit pun memperlihatkan tanda tanda bahwa semua barang barang tersebut telah ditinggalkan lama oleh pemiliknya, hingga akhirnya diantara ketiadaan jawaban untuk menjawab keanehan yang gue temui itu, tanpa gue sadari, gue mulai terlelap dengan turut serta membawa semua pertanyaan itu ke dalam alam mimpi
“ din….bangun din…..”
Perkataan yang terucap dari mulut mamah, kini mengiringi terdengarnya suara ketukan dari arah pintu kamar, mendapati hal tersebut, kini diantara pandangan mata gue yang masih terasa nanar, gue mendapati bahwa jam telah menunjukan pukul setengah enam pagi
“ iya mah…..” jawab gue seraya memejamkan kembali mata ini, rasanya gue belum terlalu lama terlarut dalam tidur lelap ini, hingga akhirnya diantara pejaman mata gue yang kembali membawa gue memasuki alam mimpi, terdengar suara panggilan dina dengan nada khasnya yang meninggi, dan hal ini jelas membuyarkan keinginan gue untuk melanjutkan tidur ini
“ banggg udin…bangun bang…sholat shubuh dulu….!!” teriak dina tanpa menghentikan ketukan tangannya pada daun pintu
“ iya…iya….” jawab gue dengan sedikit meradang, dan kini begitu gue membuka pintu kamar, terlihat keberadaan dina yang tengah memperlihatkan ekspresi wajah sumringah yang penuh dengan kemenangan
“ dasar bawel….”
“ yeee…gue cuma disuruh bang…makanya tidur jangan macam kerbau…” ucap dina dengan cueknya lalu berjalan pergi menuju ke arah meja makan, mendapati hal tersebut, gue segera berjalan mengikuti dina, dan setibanya gue di ruangan makan, gue mendapati keberadaan bapak dan mamah yang tengah menikmati hidangan teh manis hangat yang ditemani oleh gorengan pisang
“ sholat shubuh dulu din…” tegur mamah yang berbalas dengan gelengan kepala bapak, mendapati hal itu, gue hanya tersenyum kecut, lalu meneruskan berjalan menuju ke arah kamar mandi, hingga akhirnya seiring dengan basuhan air dingin yang menyentuh wajah gue ini, rasa mengantuk yang gue rasakan saat ini kini mulai berangsur hilang
“ memangnya kamu tidur jam berapa din…” tanya bapak begitu gue telah selesai melaksanakan sholat , dan tanpa adanya sebuah perintah dari siapapun, terlihat dina membawakan segelas teh manis hangat dan menyajikannya dihadapan gue
“ masih marah bang…kalau masih marah..gue minum sendiri nih teh manisnya…” canda dina dengan tersenyum
“ udin baru bisa tidur sebelum shubuh pak…” jawab gue sambil menepiskan tangan dina yang mencoba untuk menarik gelas teh manis dari hadapan gue, dengan segera gue kini melahap beberapa potong pisang goreng yang masih terasa hangat
“ kenapa…?” tanya bapak seraya menyeruput teh manis hangatnya
“ kenapa apanya pak...?”
“ kenapa kamu enggak bisa tidur..mungkin kamu belum terbiasa dengan suasana rumah ini din…” ucap bapak melengkapi pertanyaannya, tapi untuk perkataan bapak kali ini, bapak menyelipkan sebuah kemungkinan yang menyebabkan gue tidak bisa tidur
“ mungkin pak….tapi….”
Diantara perkataan yang belum selesai terucapkan dari mulut gue ini, keinginan gue untuk menceritakan kepada bapak tentang kejadian yang telah gue alami semalam, kini mengiringi pergerakan gue yang beranjak dari kursi meja makan lalu berjalan menuju ke arah pintu kamar
“ loh kok terkunci…?” tanya gue dengan rasa heran seraya mencoba untuk mendorong pintu kamar, terlihat bapak, mamah dan dina memperhatikan tingkah laku gue ini dengan menunjukan ekspresi rasa bingung
“ pintu kamarnya bapak kunci lagi yah…?”
“ kamu ngomong apa sih din…?” jawab bapak balik bertanya, mendapati pertanyaan bapak tersebut, gue kembali duduk di kursi meja makan seraya mengarahkan pandangan ke wajah bapak
“ semalam pintu kamar itu bisa dibuka pak….udin lihat sendiri kok apa yang ada didalamnya…”
Seiring dengan jawaban yang terucap dari mulut gue ini, gue mulai menceritakan kepada bapak tentang kejadian yang telah gue alami semalam, dan tidak lupa juga gue menceritakan kepada bapak tentang barang barang yang gue lihat di dalam kamar tersebut
“ jangan mengada ada kamu din…sudah jelas jelas pintu kamar itu enggak bisa dibuka, baru hari ini bapak berencana memanggil tukang kunci guna membuka pintu kamar itu…” terang bapak, terlihat mamah dan dina hanya bisa terpaku dalam rasa bingungnya
“ tapi benar pak…semalam itu udin bisa masuk kedalam kamar itu…” ucap gue berusaha meyakinkan bapak, tapi sepertinya usaha gue untuk meyakinkan bapak harus berakhir dengan suatu usaha yang sia sia
“ sudah cukup…!!” hardik bapak yang sepertinya mulai merasa emosi karena mendapati gue yang masih merasa yakin dengan pengalaman yang gue alami itu
“ mungkin kamu hanya mimpi din…” ucap mamah berusaha mencairkan ketegangan antara gue dan bapak
“ jangan kamu merusak suasana di rumah ini dengan khayalan kamu itu, apa kamu enggak sadar din...kalau khayalan kamu itu akan membuat takut yang lainnya…” ujar bapak dengan nada suaranya yang sudah tidak meninggi lagi, mendapati hal tersebut, sepertinya saat ini, gue lebih memilih untuk tidak melanjutkan perbincangan ini
“ kalau kamu memang belum ingin melanjutkan kuliah kamu…sebaiknya kamu mencari kegiatan yang lain, yang mungkin bisa menghilangkan semua pikiran pikiran negatif itu....”
Selepas dari perkataannya itu, bapak kini memberikan beberapa alternatif kegiatan yang bisa gue lakukan di masa gue tidak menjalani perkuliahan ini, mulai dari kegiatan pengajian hingga kegiatan seni bela diri
“ baik pak…nanti akan udin pikirkan tentang kegiatan apa yang akan udin kerjakan...”
Selang beberapa saat setelah perkataan gue itu, terdengar suara tangisan anin dari dalam kamar, mendapati hal tersebut, mamah terlihat beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju ke kamarnya
Seiring dengan waktu yang terus berjalan, tepat pada pukul sepuluh pagi, gue masih belum mendapati kehadiran bapak beserta tukang kunci yang telah dikatakanoleh bapak akan membuka pintu kamar, mendapati hal tersebut, gue mencoba untuk mengisi waktu luang ini dengan membaca kembali beberapa buku materi kuliah yang pernah gue pelajari, dan sepertinya tempat tidur di kamar gue ini adalah pilihan yang terbaik untuk menghilangkan kejenuhan gue dalam menantikan kehadiran bapak
“ lagi apa lu bang…?” seiring dengan terdengarnya suara dina, terlihat kehadiran dina memasuki kamar, matanya kini terlihat mencoba untuk mencari tahu dengan apa yang tengah gue baca saat ini
“ lagi baca buku…masa gue lagi nyanyi…” jawab gue dengan sedikit tidak perduli, tapi semua ketidakperdulian gue itu sepertinya tidak menyurutkan keinginan dina untuk melanjutkan kembali semua ocehannya
“ bang….”
“ apa…?” jawab gue sambil melihat kearah dina yang tengah membuka jendela kamar
“ memangnya benar apa yang lu alami semalam itu ?” tanya dina dengan penuh rasa keingintahuannya
“ percuma gue jelasin juga, enggak bakal ada yang percaya sama gue…” jawab gue dengan sedikit jengkel
“ jangan ngomong begitu bang…gue percaya kok sama lu…”
“ hahhh…maksud lu...?” tanya gue dengan sedikit rasa tidak percaya atas perkataan yang baru saja dina ucapkan


Diubah oleh meta.morfosis 23-10-2019 13:34
OkkyVanessaM
meizhaa
nomorelies
nomorelies dan 9 lainnya memberi reputasi
10
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.