Kaskus

Story

kulon.kaliAvatar border
TS
kulon.kali
CERMIN
CERMIN
cover keren by. Awayaye

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Salam sejahtera.

Haloo , selamat pagi, siang dan malam bagi penghuni jagad Kaskus ini.
kali ini saya WN yang menggunakan akun Warisan ini, akan membagikan sebuah cerita yang berbeda dengan 100 Tahun Setelah Aku Mati.
cerita ini adalah cerita dari seorang, ehh maksud saya cerita ini dari dua orang tapi dari dua orang yang ....... Ahhh saya sendiri bingung kalau menjelaskannya secara singkat pada kalian, simak saja ya.

cerita ini lebih nyaman saya sebut sebagai fiksi. jadi jangan over kepo ya saudara-saudara.
dan jika mungkin ada yang "seakan" mengenal tokoh dalam cerita mohon tetap anggap cerita ini fiksi, oke??
cerita ini akan sedikit panjang. saya tidak tau seberapa panjang, dan seberapa lama saya bisa menulisnya. sebisa mungkin akan saya selesaikan sampai pada titik tertentu sesuai permintaan si penutur.
mohon jangan terlalu memburu, jika ada kentang mohon maaf karena keterbatasan saya,
pertanyaan lebih lanjut via ig : @wn.naufal
semoga hikmah dan pembelajaran yang mungkin ada dalam cerita ini bisa diambil oleh pembaca semua.


ini adalah cerita mereka, yang mengaku bernama WISNU MURTI, dan cerita ini dimulai!!

Daftar Isi :
1. Wisnu Murti
2. Aku Wisnu
3. Aku Murti
4. Beradu!
5. Tidak Ada Teman
6. Safe House
7. Mengejutkan Mereka
8. Bertemu Dengan Dajjal
9. Kepo!!
10.KAMI TIDAK INGIN DIPISAHKAN!!!
11.AKU TIDAK GILA!!!
12.KABUR
13.Realita
14.Cinta Yang Normal
15.Hujan Lokal
16.Jurney To The West
17.Harapan Baru
18.Aku Manusia!
19.Si Penggendong Beban Dan Payung Terbang

TANGGAL 6 DESEMBER UPDATE LAGI
Diubah oleh kulon.kali 05-12-2017 00:14
scorpiolamaAvatar border
bukhoriganAvatar border
dewisuzannaAvatar border
dewisuzanna dan 8 lainnya memberi reputasi
9
70.1K
280
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
kulon.kaliAvatar border
TS
kulon.kali
#223
KABUR!!
“Murti jangan lakukan itu!! Kita akan dapat masalah yang lebih besar dati ini!!” pekiku saat aku tau maksud murti hendak kabur..

“Aku tidak gila! Aku tidak mau disini !!”


-----

Tubuhku bergerak dengan sendirinya, dan aku tidak bisa berontak. Memang Murti lebih kuat dari pada aku dalam segi tekad, dan jika murti memiliki tubuh sendiri mungkin dia akan jauh lebih sempurna dari pada aku.
“Murti!” sekali lagi kubentak dia, namun sesuai dengan tipikalnya yang keras dia tak bergeming sama sekali.

Kamar itu tidak dikunci, Murti mengendap-endap sesekali matanya berkeliling melihat situasi untuk mencari celah bagaimana caranya keluar dari bangsal ini.
Dua orang berbaju putih nampak asik mengobrol di belakang meja pelayanan, Murti mengintip dari balik pintu yang dia buka sedikit..

“kita tidak bisa kabur dari sini!” teriakku kepadanya yang sudah kebal dari setiap ocehanku.

“kamu tau Nu? Kita harus keluar dari sini

Siang tadi..
Gadis sunda itu terlihat tersenyum dari kejauhan, lesung pipitnya menambahnya kian menawan. langkahnya makin cepat dan makin dekat denganku yang termangu dibawah pohon ketapang. Semakin dia memangkas jarak kian terlihat senyumnya pudar, membuat wajahnya menjadi semburat sedih dan seperti menahan tangis, dan begitu sampai persis didepanku dia genggam tangan ini dengan erat, lalu sambil menangis dia berkata.

“wisnu... kenapa bisa sampai begini”

Dadaku berdebar, darahku mengalir dengan cepatnya saat tangannya yang putih dan hangat begitu erat menggenggamku. Dia memanggilku Wisnu, mungkin tak sadar atau lupa kalau yang sedang didepannya ini bisa saja individu yang berbeda..
“Aku Murti...”jawabku setengah berbisik..

“siapapun kamu.. Wisnu, atau Murti aku gak peduli..yang kutau kamu itu Wisnu Murti” jawabnya sambil menunduk...

“putri.. kenapa kamu kesini?”

“apa itu pertanyaan yang kudu aku jawab?” timpalnya lagi.

Ahhh Putri... gadis ini adalah salah satu alasanku kenapa aku benar-benar tidak ingin berada disini, yaa karena jika aku disini dalam waktu lama artinya aku juga akan lama tak berjumpa dengan dia..
Tapi nampaknya hari ini ada obat itu datang, Putri yaa dia ada didepanku sekarang..
“aku Cuma diberi waktu sampai jam satu siang...”katanya sambil melirik jam tangan di pergelangannya.
“dan sekarang masih jam sembilan, artinya masih cukup waktu buat kita ngobrol” ucapnya sambil sedikit mengangkat kepalanya kearah wajahku..

“yaa... dan semoga waktu terasa lambat sampai jam satu nanti” batinku dalam hati...
--
“aku dibereitahu ayahmu kalau kamu dirawat disini” ujarnya sambil mengajaku duduk kursi beton.

“maksudmu orang yang mengirimku kesini yang bilang gitu kekamu?” balasku dengan sinis karena masih marah rasanya jika mengingat hal ini terjadi gara-gara keputusan ayah..

“Murti....” Wisnu memberikan kode dari dalam kepalaku agar lebih sopan jika bicara tentang ayahku..
Putri mengangguk pelan...

“udah aku duga kamu ga bakal seneng ada disni, emang bukan tempat yang menyenangkan sih” katanya sambil memandang sekeliling rumahsakit dengan benteng memutar ini, pagarnya tinggi dan diatans puncak pagar yang melingkari bangunan-bangunan disini tertancap kawat berduri. Membuatnya tak ubah seperti kompleks lembaga permasyarakatan.

“tapi Ayahmu itu bermaksud baik kok nu...”
“dan itu dibuktikan dengan mengirim anaknya kerumahsakit jiwa? Ahh maksudku anaknya.. bukan aku! Aku bahkan tidak dianggap manusia oleh keluargaku sendiri, atau mungkin tidak dianggap ada, hanya fantasi dan imajinasi dari Wisnu” kataku dengan suara menurun namun sedikit menekan.

Putri menggeleng, kerudung merah jambunya tertiup angin, membuatku dapat melihat rambut panjangnya yang selama ini tertutup rapat. Tangan halusnya yang dihias gelang kayu menyentuh pundak kecilku..

“yang kamu katakan itu sama sekali lain dari yang aku dengar lewat ayahmu murti” ucapnya dengan lembut.

“maksudmu?”
“ya tentunya Ayah dan Ibumu ingin yang terbaik buatmu, ingin kamu sembuh”
“dengan mengirimku kesini mereka hanya membuatku bertambah sakit…” jawab Murti denga perkataan seolah yang sedang mengatakannya adalah aku..
--
Hanya beberapa jam saja, sebuah pertemuan yang mungkin memporak-porandakan perasaan dari Murti. Bagaimana tidak, seorang gadis yang membuat Murti bias sedikit bersenang hati kini dating hanya untuk pergi. Yaa urusan bisnis keluarganya membuatnya begitu.
Murti sangat menyukai Putri, bukan perasaan biasa. Kamu tentunya tau maksudku.

Dan malam itu untuk sekian kalinya Murti membuat keputusan sepihak, yaitu kabur dari tempat ini..
--
Sebuah jendela kecil yang berada pada kamarku tidak pernah dikunci, namun cukup tinggi dan Murti dengan sangat hati-hati sudah menyusun kursi diatas meja untuk bias keluar dari kamar ini, sampai akhirnya kabur keluar. Demi apa? Hanya demi putri.
Ada sebuah perasaan aneh didalam diriku yang berasal dari Murti yang sulit kutafsirkan, seperti ada hal yang maha penting dan dia tidak boleh melewatkannya.
Setengah badanku sudah berada diluar jendela, tanganku meraih pipa air yang menempel di dinding luar untuk memudahkanku turun dari ketinggian lantai dua ini.
Brugggg..

Sedikit salah tumpuan dalam pendaratan namun itu tidak mengganggu niat Murti untuk keluar dari sini. Sebelumnya dia sudah mengamati celah demi celah rumah sakit ini dan aku tau kemana Murti akan mengarahkan tubuh ini.

Rumah sakit jiwa adalah tempat yang sama sekali berbeda dengan rumahsakit umum teman, kalian tau disini sangat sepi pengunjung. Menurutku ini sebuah ironi dimana pasien disini rata-rata adalah orang-orang yang terlanjur dicap sebagai warga Negara kelas keempat atau mungkin lebih parah dari itu, orang yang berada disini biasanya sudah disisihkan dari kehidupan sosialnya sengaja dijauhkan dengan dalih pengobatan. Padahal setauku yang mereka butuhkan hanyalah sekedar pendekatan yang baik dan psikoanalisis untuk setiap permasalahan yang merekaalami. Sama nasibnya dengan Wisnu Murti yang termarjinalkan oleh anggapan orang-orang disekitarnya, bahkan keluargaku sekalipun tidak bias berbuat banyak.
Murti adalah sosok yang lincah, akan jelas perbedaan saat aku menggunakan tubuh ini, dibandingkan saat murti menggunakanya, dia melakukan gerakan yang efisien dan sangat sigat. Lihatlah, sekarang dia tengah mengendap dengan sangat lihai, berusaha tidak mencolok perhatian satuan pengamanan disni sambil sesekali bersembunyi di sudut-sudut bangunan.
Sampai akhirnya Murti menemukan kesempatan itu.

Ada sebuah lorong sempit yang dibiarkan terbuka sebagai saluran selokan rumah sakit menuju keluar, dan itu yang akan di manfaatkan murti untuk kabur, celah itu sempit saja, mungkin hanya selebar tiga hasta, tidak cukup untuk orang pada umumnya, namun murti beruntung memakai tubuh yang berukulan mungil ini..
Dengan memiringkan badan akhirnya Murti bias lolos ke halaman belakang rumah sakit yang ditumbuhi tanaman tebu milik sebuah perusahaan gula local.

“hah,, hahhhh..” murti mengatur nafasnya yang kepayahan karena usaha kabur tadi yang memang memerlukan tenaga dan kecepatan..

“bagus Murti, dan sekarang disinilah kita. Sedang menuju ke masalah yang lebih besar” kataku dengan bahasa yang terkesan menekan.

“aku tau nu, kita gak akan lama perginya.. kali ini tolong dukung aku. Izinkan aku bertemu putri sebelum dia pergi. Setelah itu kita akan kembali kesini” jawabnya dengan intonasi suara menurun.

Untuk sejenak aku ikut merasakan getaran itu, sebuah perasaan aneh yang dirasakan oleh Murti tentang bagaimana dia benar-benar memiliki perasaan yang lebih kepada putri hingga dia mau melakukan hal seperti ini..

“yahh.. kita sudah diluar sekarang, dan mau bagaimana lagi. Sebaiknya kita lakuakan ini dengan cepat” jawabku yang dibalas oleh gerakan berlari oleh murti..

Malam itu kami adalah pasien rumah sakit jiwa yang melarikan diri, maksudku kami adalah Wisnu Murti yang merasa tidak gila memutuskan kabur dari Rumahsakit jiwa…
--
Sekarang kami sudah berada di pinggir jalan raya setelah hampir 2 jam kabur dari rumah sakit itu, sengaja aku memilih jalan yang gelap dan tidak ramai agar ketika orang rumahsakit itu mengetahui pasien bernama Wisnu Murti kabur mereka akan kesulitan menemukan kami..
“jika kita tertangkap mau gimana Mur?” Tanya wisnu dari dalam kepalaku.

Aku tidak menjawabnya, karena aku pun berpikir demikian dan perasaan bingung serta kalut yang berputar di kepala dan batinku sudah lebih dari cukup untuk menjawab pertanyaan Wisnu.
Malam itu kami berada di sbuah perempatan jalan dengan lampu merah serta lalu lintas yang padat. Aku tidak terlalu paham dengan rute perjalanan yang kami tempuh untuk kembali, dan seberapa lama waktu yang dibutuhkan untuk sampai kerumah putri. Dingin, haus dan lapar serta perasaan takut juga bingung menambah kegelisahanku. Sampai tiba-tiba tubuh ini bergerak sendiri.

“aku tidak tau denganmu Murti, biasanya kamu lebih cepat mengambil keputusan dari pada aku” kata Wisnu sambil berjalan menghampiri sebuah mobil pickup yang berhenti karena lampu merah.
Wisnu Nampak tengah bicara dengan sopir mobil pengangkut peti berisi barang material itu dan ketika mendapat anggukan dari si sopir segera saja tubuh ini masuk kedalam bak belakang..

Mobil itu melaju dengan kencang, hawa dingin malam terasa menusuk tubuh yang dibalut daging tipis ini. Aku masih diam dan malah menyangsikan keputusanku sendiri karena kabur dari rumah sakit.
“bukankah jalan kita memang selalu begini Mur? Tidak pernah mudah, kamu sendiri pernah bilang begitu.. dan sekarang mari kita jalani ini sekarang. Kamu tidak akan pernah sendirian dan jangan pernah merasa sendirian, karena kita bukan Wisnu dan Murti, tapi kita ini adalah Wisnu Murti” ucap wisnu dari dalam kepala.

Teman, memang aku tidak memiliki tubuh aku hanyalah sebuah nyawa yang mungkin menjadi satu dengan tubuh kakakku, tapi benar juga katanya tiap situasi seperti ini harus aku hadapi aku tidak perlu merasa sendiri. Karena ditubuh yang sama ada orang yang tidak akan pernah meninggalkanku.
Malam itu, dalam perjalananku aku mencoba menyamarkan sebuah kalimat yang aku ucapkan dalam hati yang terdalam..
“Wisnu.. sampai kapan pun, kita berdua tidak akan terpisahkan”
black392
namakuve
namakuve dan black392 memberi reputasi
3
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.