- Beranda
- Stories from the Heart
Skenario dari Tuhan
...
TS
garis.putih
Skenario dari Tuhan
Skenario dari Tuhan
Rules Thread :
*. jangan banyak tanya fiksi atau kisah nyata, cukup dibaca, diterawang, dinikmati
*. jangan copy paste tanpa izin
*. jangan ini jangan itu, intinya jangan
langsung aja tanpa basa basi, ane numpang nulis
Spoiler for Prologue:
November 2015
“ Assalamualaikum..”
Sesaat prasetyo terdiam seribu basa, tatapan matanya masih memandang gelombang manusia yang berjalan mengelilingi ka’bah, sorot matanya yang semula terlihat tegar itu kini mulai tersamar oleh air mata yang mulai menggenangi kelopak matanya, mungkin ini adalah momen dimana prasetyo merasa tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya, sebuah ucapan salam dari seorang wanita yang selama ini telah menjadi harapan dalam setiap lantunan doanya
“ wa’alaikumsalam ”
Nada suara prasetyo terdengar bergetar seakan akan menggambarkan gejolak perasaan didalam hatinya, kini terlihat seorang wanita tengah duduk bersimpuh disampingnya, hijab putih serta cadar yang dikenakannya hanya menyisakan kedua bola mata yang terlihat begitu menyejukan
“ ayra ?” tanya prasetyo dengan setengah menebak dan berharap kalau tebakannya itu akan menjadi kenyataan
Lama wanita tersebut terdiam tanpa memberikan jawaban, hanya tatapan matanya yang memberikan gambaran bahwa sebuah senyum manis telah terlukis dan tersembunyi dibalik cadar putihnya, perlahan jari wanita tersebut mulai melepas tali pengikat cadar yang menutupi sebagian wajahnya, hingga akhirnya sebuah hembusan angin yang tidak terlalu kencang turut membantu menyingkap cadar yang kini sudah terlepas dari ikatannya
“ kamuuu ?”
Terlihat ekspresi ketidakpercayaan di wajah prasetyo begitu melihat wajah wanita yang kini sudah tidak lagi tertutup oleh cadar, sebuah wajah yang selama ini sudah sangat dia kenal dan telah telah banyak memberikan bantuan bagi prasetyo
“ iya aku…anindita, kamu kecewa pras ?” ucap dita seraya melemparkan senyumnya, cadar yang telah terlepas kini kembali dikenakannya
ini adalah sebuah kisah yang menceritakan perjalanan hidup prasetyo dalam menemukan cinta sejatinya, dan ketika doa serta harapannya itu kini mendapatkan sebuah jawaban, apakah prasetyo akan menemukan akhir yang bahagia ataukah akan ada lagi skenario lain dari tuhan untuk mengisi catatan perjalanan hidup prasetyo, dan semuanya itu ane rangkum dalam sebuah kisah yang berjudul Skenario dari Tuhan
“ Assalamualaikum..”
Sesaat prasetyo terdiam seribu basa, tatapan matanya masih memandang gelombang manusia yang berjalan mengelilingi ka’bah, sorot matanya yang semula terlihat tegar itu kini mulai tersamar oleh air mata yang mulai menggenangi kelopak matanya, mungkin ini adalah momen dimana prasetyo merasa tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya, sebuah ucapan salam dari seorang wanita yang selama ini telah menjadi harapan dalam setiap lantunan doanya
“ wa’alaikumsalam ”
Nada suara prasetyo terdengar bergetar seakan akan menggambarkan gejolak perasaan didalam hatinya, kini terlihat seorang wanita tengah duduk bersimpuh disampingnya, hijab putih serta cadar yang dikenakannya hanya menyisakan kedua bola mata yang terlihat begitu menyejukan
“ ayra ?” tanya prasetyo dengan setengah menebak dan berharap kalau tebakannya itu akan menjadi kenyataan
Lama wanita tersebut terdiam tanpa memberikan jawaban, hanya tatapan matanya yang memberikan gambaran bahwa sebuah senyum manis telah terlukis dan tersembunyi dibalik cadar putihnya, perlahan jari wanita tersebut mulai melepas tali pengikat cadar yang menutupi sebagian wajahnya, hingga akhirnya sebuah hembusan angin yang tidak terlalu kencang turut membantu menyingkap cadar yang kini sudah terlepas dari ikatannya
“ kamuuu ?”
Terlihat ekspresi ketidakpercayaan di wajah prasetyo begitu melihat wajah wanita yang kini sudah tidak lagi tertutup oleh cadar, sebuah wajah yang selama ini sudah sangat dia kenal dan telah telah banyak memberikan bantuan bagi prasetyo
“ iya aku…anindita, kamu kecewa pras ?” ucap dita seraya melemparkan senyumnya, cadar yang telah terlepas kini kembali dikenakannya
ini adalah sebuah kisah yang menceritakan perjalanan hidup prasetyo dalam menemukan cinta sejatinya, dan ketika doa serta harapannya itu kini mendapatkan sebuah jawaban, apakah prasetyo akan menemukan akhir yang bahagia ataukah akan ada lagi skenario lain dari tuhan untuk mengisi catatan perjalanan hidup prasetyo, dan semuanya itu ane rangkum dalam sebuah kisah yang berjudul Skenario dari Tuhan
Part 1 (Masa Perkuliahan)
Part 2 (Masa Perkuliahan)
Part 3 (Masa Perkuliahan)
Part 4 (Masa Perkuliahan)
Diubah oleh garis.putih 21-10-2017 11:39
anasabila memberi reputasi
1
5K
Kutip
30
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
garis.putih
#27
Spoiler for Part 4 (Masa Perkuliahan):
Pukul 24.00, rumah wawan
“ bimo bangs#at, gue enggak ngerti apa sih maunya orang itu ” maki wawan dengan geram begitu memasuki kamarnya, sesaat matanya terpaku menatap handphone yang berada di tangannya, hingga akhirnya setelah terdiam beberapa saat lamanya akhirnya wawan memutuskan untuk menghubungi bimo
Wawan : assalamualaikum bim, lu udah dirumah
Bimo : wa’alaikumsalam, udah wan, ada apaan lu nelepon gue malam malam gini kayak besok besok enggak bakal ketemu aja (terdengar bimo tertawa)
Wawan : tadi maksud lu itu apa bim, jujur aja gue enggak suka cara lu berbohong begitu sama prasetyo
Bimo : sorry wan gue terpaksa, jujur aja sebenarnya gue memang enggak berniat mengundang prasetyo karena memang alasan yang tadi gue jelaskan, gue mau kasih prasetyo waktu yang lebih banyak untuk ngurusin makalahnya, berhubung lu udah ngajak ya mau enggak mau akhirnya gue ajak
Wawan : ahh basi alasan lu itu bim, gue enggak tahu apa yang sebenarnya ada di otak lu itu, ingat bim.. prasetyo itu sahabat kita, oh ya satu lagi yang mau gue tanyakan
Bimo : apa
Wawan : lu jadian sama dita ?
Bimo : kalau jadian memangnya kenapa
Tanpa perlu menjawab kembali perkataan bimo, wawan segera memutuskan sambungan telepon, ada rasa geram yang dirasakannya
“ ternyata gue mempunyai sahabat seorang bangs#at ” maki wawan sambil melayangkan tinjunya ke arah dinding yang tidak mengerti dengan semua permasalahan ini
“ kasihan benar prasetyo, andai dia tau kalau candaan bimo itu hanyalah alat bagi bimo untuk mendekati dita, pasti prasetyo akan kecewa berat ” terlihat wawan kembali melihat layar handphone
“ gue yakin dia belum tidur, sebaiknya gue sms dia ”
Klik..sms terkirim
Beberapa bulan setelah semua kejadian itu, hari yang dinanti nanti oleh para mahasiswa/i yang telah memenuhi syarat kelulusan pun tiba, terlihat wajah wajah yang ceria dari para calon sarjana yang akan menjalani prosesi wisuda
“ kira kira prasetyo datang apa enggak ya ?” tanya dita, terlihat pandangannya mengamati keadaan sekitar untuk mencari keberadaan prasetyo
“ katanya sih datang ta, kemarin dia sempat nelepon gue ” ujar wawan
“ ahh palingan juga enggak datang, pasti malu dia melihat teman temannya sudah wisuda sedangkan dia belum ” ucap bimo dengan cueknya, sebuah cubitan halus dari dita mendarat mulus diperut bimo
“ udah yuks kita masuk ” ajak bimo sambil menarik tangan dita tanpa memperdulikan ekspresi wajah wawan yang tampak kesal
Untuk sesaat kembali wawan mencoba mencari keberadaan prasetyo, setelah merasa yakin kalau prasetyo memang tidak ada akhirnya wawan pun memutuskan untuk segera memasuki ruangan wisuda
Inilah puncak kebahagian dari para orang tua ketika melihat anak anaknya telah berhasil menuntaskan jenjang pendidikannya hingga ke perguruan tinggi, cucuran keringat yang mereka korbankan seperti terbayar lunas ketika melihat anak yang menjadi harapan mereka telah sukses meraih titel sarjana, sebuah titel yang sebenarnya tidak terlalu begitu menjamin kesuksesan manusia dalam menjalani beratnya kehidupan ini
“ selamat ya sudah menjadi sarjana ” teriak prasetyo dengan sedikit mengagetkan, mendapati kehadiran prasetyo yang tiba tiba, dengan serempak bimo, dita dan wawan memberikan pelukannya
“ akhirnya yang ditunggu tunggu datang juga ” ujar dita dengan wajah ceria
“ gue pikir lu enggak bakal datang pras ”
“ pasti datanglah bim, seorang sahabat pasti akan memberikan yang terbaik untuk sahabatnya ” ucap wawan dengan agak memberikan sindiran kepada bimo
Atmosfer kegembiraan begitu terasa kental pada hari ini, hingga dapat menyamarkan garis garis keretakan yang mulai tercipta dalam persahabatan antara wawan, bimo dan prasetyo, setelah terlibat dalam gelak canda dan tawa yang agak lama, akhirnya bimo memutuskan pulang terlebih dahulu untuk mengantarkan orang tuanya, terlihat dita mencoba bercengkrama sebentar dengan kedua orang tua bimo
“ mereka beneran jadian ya ?” tanya prasetyo dengan setengah berbisik kepada wawan
“ sepertinya sih mereka jadian ” jawab wawan dengan ragu dan berharap prasetyo tidak mengetahui kalau dia sudah mengetahui hal ini, terlihat di kejauhan bimo melambaikan tangannya untuk berpamitan
“ ayo sedang bisik bisik apa ” canda dita begitu melihat wawan dan prasetyo menghentikan pembicaraannya
“ ohh iya, bagaimana dengan makalah kamu pras ?”tanya dita penuh keperdulian, prasetyo terdiam sesaat, tanpa disadarinya tatapan matanya terpaku pada sosok dita yang ada dihadapannya, pakaian tradisonal yang dikenakannya seperti menyatu serasi dengan bentuk tubuhnya, begitu juga dengan kalung pemberian bimo yang dikenakannya seolah olah semakin menambah aura kecantikan wajahnya, wawan yang memperhatikan tingkah laku prasetyo hanya bisa tertawa kecil tanpa ada keinginan untuk merusak khayalan prasetyo yang sedang teracuni oleh rasa kagum
“ hallo pras, ada yang salah ya sama penampilan aku ” tegur dita seraya menggerak gerakan telapak tangannya didepan wajah prasetyo
“ astaga, maaf ta, enggak ada yang salah dengan penampilan kamu, justru aku mau bilang kamu benar benar cantik hari ini ” ucap prasetyo dengan polos, sebuah kepolosan yang timbul karena rasa kagum yang sedang prasetyo rasakan adalah rasa kagumnya sebagai seorang sahabat
“ oh iya makalah aku juga tinggal menunggu penyempurnaan, mudah mudahan gelombang kedua nanti aku sudah bisa ikut wisuda ”
“ Alhamdulillah, kami semua pasti akan bantu kamu pras ” ucap dita dengan sungguh sungguh, sesaat mereka terdiam memperhatikan keadaan sekitar, terlihat beberapa peserta wisuda sudah mulai banyak yang meninggalkan lokasi wisuda
“ ta ”
“ ya pras ” jawab dita sambil menatap wajah prasetyo, ada keraguan dihati prasetyo begitu melihat tatapan mata dita yang menenangkan, keinginannya untuk menanyakan perihal alasan dita menjauhi dirinya selama kurun waktu dua bulan itu terpaksa praseto urungkan
“ ini bukan waktu yang tepat ” ujar prasetyo dalam hati
“ ehhhh aku mau memberikan ini, aku kan janji mau kasih kamu hadiah ulang tahun ” ucap prasetyo sambil menyerahkan sebuah bungkusan, dengan ekspresi gembira dita segera membuka bungkusan itu tanpa meminta izin terlebih dahulu
“ kamu enggak salah ngasih kan pras ?” tanya dita sambil memperlihatkan benda yang ada ditangannya, sebuah hijab bermotif berwarna putih, terlihat prasetyo menggelengkan kepalanya sambil tersenyum
“ enggak ta, enggak ada yang salah, mungkin suatu saat nanti, dan itu juga kalau aku diberi kesempatan untuk melihatnya, aku berharap dapat melihat kamu mengenakan itu ”
“ terima kasih pras, insha allah ” ucap dita seraya memeluk erat hijab itu di tubuhnya
Genap sudah dua bulan prasetyo menjalani hari hari perkuliahannya seorang diri, kini tidak ada lagi sosok wawan, bimo dan dita yang biasa menemani harinya dengan berbagai macam kekonyolan, diantara ketiga sahabat prasetyo itu hanya bimo yang terkesan hilang ditelan bumi, sedangkan wawan walaupun hanya sesekali masih tetap berusaha menjaga komunikasi dengan prasetyo
Gumpalan asap rokok yang berwarna putih pekat terlihat membumbung di udara, sesekali tatapan mata prasetyo memperhatikan deretan mobil yang terjebak dalam kemacetan, sudah hampir satu minggu ini prasetyo terlihat sibuk dengan penyempurnaan makalahnya, dan sepertinya sebuah cafe kecil yang berada di pinggir sebuah jalan yang berada di sekitar lenteng agung kini dijadikan alternatif bagi prasetyo untuk membunuh rasa sepi sekaligus sebagai tempat prasetyo mendapatkan wifi gratis yang digunakan untuk sekedar mencari bahan penyempurnaan makalahnya
“ kopinya tambah lagi mas, kopi hitam tapi jangan terlalu manis ” pesan prasetyo kepada pelayan cafe, secangkir kopi yang terlihat sudah tandas seperti tidak cukup untuk menjadi teman prasetyo malam ini, kembali jari tangan dan tatapan mata prasetyo terlihat fokus menatap layar laptop, sepertinya kerutan yang terlihat muncul di dahi prasetyo menjadi sebuah indikasi jika penyempurnaan makalah yang sedang dikerjakannya membutuhkan pemikiran yang lebih
“ dorrr ! cie cie yang lagi serius ” terdengar suara wanita yang mencoba memberikan kejutannya
“ ehh ta, kirain enggak jadi datang ” ucap prasetyo dengan datar dan cuek, sejenak mata prasetyo memperhatikan dita yang tampak keki melihat prasetyo yang cuek dan tidak terkejut melihat kehadirannya, hal ini jelas memancing tawa prasetyo yang memang semenjak tadi ditahannnya
“ aku bercanda ta, udah duduk sini ” ucap prasetyo diantara gelak tawanya, dengan agak cemberut dita menghempaskan tubuhnya di kursi, kunci mobil yang ada di genggaman tangannya diletakannya di atas meja, bisa prasetyo lihat ekspresi rasa letih di wajah dita
“ macetnya pras, padahal aku tadi keluar kantor lebih awal ” terlihat dita mengeluarkan keluh kesahnya akan kemacetan yang selalu dialaminya, prasetyo hanya tersenyum tanpa bisa memberikan solusi atas permasalahan yang dita alami, karena memang sulit mengatasi masalah kemacetan ini, semua individu mempunyai sisi keegoisannya baik itu pengendara mobil, motor ataupun pedagang kali lima yang mengambil bahu jalan
“ bagaimana dengan makalah kamu ? ” ucap dita sambil menggeser kursinya ke sisi prasetyo, tatapannya terlihat memperhatikan makalah yang sedang di edit oleh prasetyo
“ tinggal beberapa penyempurnaan lagi pasti beres ” mendengar itu akhirnya dita mencoba membantu dengan mencoba memberikan beberapa referensi
itulah sekelumit kecil bantuan bantuan yang telah diberikan dita diantara sahabat sahabat prasetyo yang mulai menghilang dengan kesibukannya masing masing, hingga akhirnya setelah malam ini roda kehidupan kembali berputar, prasetyo dan impiannya untuk menjadi sarjana telah tercapai dalam kurun waktu beberapa bulan kemudian dan itu merupakan bagian awal dari skenario rapih yang tersusun oleh tuhan bagi perjalanan hidup prasetyo
“ bimo bangs#at, gue enggak ngerti apa sih maunya orang itu ” maki wawan dengan geram begitu memasuki kamarnya, sesaat matanya terpaku menatap handphone yang berada di tangannya, hingga akhirnya setelah terdiam beberapa saat lamanya akhirnya wawan memutuskan untuk menghubungi bimo
Wawan : assalamualaikum bim, lu udah dirumah
Bimo : wa’alaikumsalam, udah wan, ada apaan lu nelepon gue malam malam gini kayak besok besok enggak bakal ketemu aja (terdengar bimo tertawa)
Wawan : tadi maksud lu itu apa bim, jujur aja gue enggak suka cara lu berbohong begitu sama prasetyo
Bimo : sorry wan gue terpaksa, jujur aja sebenarnya gue memang enggak berniat mengundang prasetyo karena memang alasan yang tadi gue jelaskan, gue mau kasih prasetyo waktu yang lebih banyak untuk ngurusin makalahnya, berhubung lu udah ngajak ya mau enggak mau akhirnya gue ajak
Wawan : ahh basi alasan lu itu bim, gue enggak tahu apa yang sebenarnya ada di otak lu itu, ingat bim.. prasetyo itu sahabat kita, oh ya satu lagi yang mau gue tanyakan
Bimo : apa
Wawan : lu jadian sama dita ?
Bimo : kalau jadian memangnya kenapa
Tanpa perlu menjawab kembali perkataan bimo, wawan segera memutuskan sambungan telepon, ada rasa geram yang dirasakannya
“ ternyata gue mempunyai sahabat seorang bangs#at ” maki wawan sambil melayangkan tinjunya ke arah dinding yang tidak mengerti dengan semua permasalahan ini
“ kasihan benar prasetyo, andai dia tau kalau candaan bimo itu hanyalah alat bagi bimo untuk mendekati dita, pasti prasetyo akan kecewa berat ” terlihat wawan kembali melihat layar handphone
“ gue yakin dia belum tidur, sebaiknya gue sms dia ”
Klik..sms terkirim
Beberapa bulan setelah semua kejadian itu, hari yang dinanti nanti oleh para mahasiswa/i yang telah memenuhi syarat kelulusan pun tiba, terlihat wajah wajah yang ceria dari para calon sarjana yang akan menjalani prosesi wisuda
“ kira kira prasetyo datang apa enggak ya ?” tanya dita, terlihat pandangannya mengamati keadaan sekitar untuk mencari keberadaan prasetyo
“ katanya sih datang ta, kemarin dia sempat nelepon gue ” ujar wawan
“ ahh palingan juga enggak datang, pasti malu dia melihat teman temannya sudah wisuda sedangkan dia belum ” ucap bimo dengan cueknya, sebuah cubitan halus dari dita mendarat mulus diperut bimo
“ udah yuks kita masuk ” ajak bimo sambil menarik tangan dita tanpa memperdulikan ekspresi wajah wawan yang tampak kesal
Untuk sesaat kembali wawan mencoba mencari keberadaan prasetyo, setelah merasa yakin kalau prasetyo memang tidak ada akhirnya wawan pun memutuskan untuk segera memasuki ruangan wisuda
Inilah puncak kebahagian dari para orang tua ketika melihat anak anaknya telah berhasil menuntaskan jenjang pendidikannya hingga ke perguruan tinggi, cucuran keringat yang mereka korbankan seperti terbayar lunas ketika melihat anak yang menjadi harapan mereka telah sukses meraih titel sarjana, sebuah titel yang sebenarnya tidak terlalu begitu menjamin kesuksesan manusia dalam menjalani beratnya kehidupan ini
“ selamat ya sudah menjadi sarjana ” teriak prasetyo dengan sedikit mengagetkan, mendapati kehadiran prasetyo yang tiba tiba, dengan serempak bimo, dita dan wawan memberikan pelukannya
“ akhirnya yang ditunggu tunggu datang juga ” ujar dita dengan wajah ceria
“ gue pikir lu enggak bakal datang pras ”
“ pasti datanglah bim, seorang sahabat pasti akan memberikan yang terbaik untuk sahabatnya ” ucap wawan dengan agak memberikan sindiran kepada bimo
Atmosfer kegembiraan begitu terasa kental pada hari ini, hingga dapat menyamarkan garis garis keretakan yang mulai tercipta dalam persahabatan antara wawan, bimo dan prasetyo, setelah terlibat dalam gelak canda dan tawa yang agak lama, akhirnya bimo memutuskan pulang terlebih dahulu untuk mengantarkan orang tuanya, terlihat dita mencoba bercengkrama sebentar dengan kedua orang tua bimo
“ mereka beneran jadian ya ?” tanya prasetyo dengan setengah berbisik kepada wawan
“ sepertinya sih mereka jadian ” jawab wawan dengan ragu dan berharap prasetyo tidak mengetahui kalau dia sudah mengetahui hal ini, terlihat di kejauhan bimo melambaikan tangannya untuk berpamitan
“ ayo sedang bisik bisik apa ” canda dita begitu melihat wawan dan prasetyo menghentikan pembicaraannya
“ ohh iya, bagaimana dengan makalah kamu pras ?”tanya dita penuh keperdulian, prasetyo terdiam sesaat, tanpa disadarinya tatapan matanya terpaku pada sosok dita yang ada dihadapannya, pakaian tradisonal yang dikenakannya seperti menyatu serasi dengan bentuk tubuhnya, begitu juga dengan kalung pemberian bimo yang dikenakannya seolah olah semakin menambah aura kecantikan wajahnya, wawan yang memperhatikan tingkah laku prasetyo hanya bisa tertawa kecil tanpa ada keinginan untuk merusak khayalan prasetyo yang sedang teracuni oleh rasa kagum
“ hallo pras, ada yang salah ya sama penampilan aku ” tegur dita seraya menggerak gerakan telapak tangannya didepan wajah prasetyo
“ astaga, maaf ta, enggak ada yang salah dengan penampilan kamu, justru aku mau bilang kamu benar benar cantik hari ini ” ucap prasetyo dengan polos, sebuah kepolosan yang timbul karena rasa kagum yang sedang prasetyo rasakan adalah rasa kagumnya sebagai seorang sahabat
“ oh iya makalah aku juga tinggal menunggu penyempurnaan, mudah mudahan gelombang kedua nanti aku sudah bisa ikut wisuda ”
“ Alhamdulillah, kami semua pasti akan bantu kamu pras ” ucap dita dengan sungguh sungguh, sesaat mereka terdiam memperhatikan keadaan sekitar, terlihat beberapa peserta wisuda sudah mulai banyak yang meninggalkan lokasi wisuda
“ ta ”
“ ya pras ” jawab dita sambil menatap wajah prasetyo, ada keraguan dihati prasetyo begitu melihat tatapan mata dita yang menenangkan, keinginannya untuk menanyakan perihal alasan dita menjauhi dirinya selama kurun waktu dua bulan itu terpaksa praseto urungkan
“ ini bukan waktu yang tepat ” ujar prasetyo dalam hati
“ ehhhh aku mau memberikan ini, aku kan janji mau kasih kamu hadiah ulang tahun ” ucap prasetyo sambil menyerahkan sebuah bungkusan, dengan ekspresi gembira dita segera membuka bungkusan itu tanpa meminta izin terlebih dahulu
“ kamu enggak salah ngasih kan pras ?” tanya dita sambil memperlihatkan benda yang ada ditangannya, sebuah hijab bermotif berwarna putih, terlihat prasetyo menggelengkan kepalanya sambil tersenyum
“ enggak ta, enggak ada yang salah, mungkin suatu saat nanti, dan itu juga kalau aku diberi kesempatan untuk melihatnya, aku berharap dapat melihat kamu mengenakan itu ”
“ terima kasih pras, insha allah ” ucap dita seraya memeluk erat hijab itu di tubuhnya
Genap sudah dua bulan prasetyo menjalani hari hari perkuliahannya seorang diri, kini tidak ada lagi sosok wawan, bimo dan dita yang biasa menemani harinya dengan berbagai macam kekonyolan, diantara ketiga sahabat prasetyo itu hanya bimo yang terkesan hilang ditelan bumi, sedangkan wawan walaupun hanya sesekali masih tetap berusaha menjaga komunikasi dengan prasetyo
Gumpalan asap rokok yang berwarna putih pekat terlihat membumbung di udara, sesekali tatapan mata prasetyo memperhatikan deretan mobil yang terjebak dalam kemacetan, sudah hampir satu minggu ini prasetyo terlihat sibuk dengan penyempurnaan makalahnya, dan sepertinya sebuah cafe kecil yang berada di pinggir sebuah jalan yang berada di sekitar lenteng agung kini dijadikan alternatif bagi prasetyo untuk membunuh rasa sepi sekaligus sebagai tempat prasetyo mendapatkan wifi gratis yang digunakan untuk sekedar mencari bahan penyempurnaan makalahnya
“ kopinya tambah lagi mas, kopi hitam tapi jangan terlalu manis ” pesan prasetyo kepada pelayan cafe, secangkir kopi yang terlihat sudah tandas seperti tidak cukup untuk menjadi teman prasetyo malam ini, kembali jari tangan dan tatapan mata prasetyo terlihat fokus menatap layar laptop, sepertinya kerutan yang terlihat muncul di dahi prasetyo menjadi sebuah indikasi jika penyempurnaan makalah yang sedang dikerjakannya membutuhkan pemikiran yang lebih
“ dorrr ! cie cie yang lagi serius ” terdengar suara wanita yang mencoba memberikan kejutannya
“ ehh ta, kirain enggak jadi datang ” ucap prasetyo dengan datar dan cuek, sejenak mata prasetyo memperhatikan dita yang tampak keki melihat prasetyo yang cuek dan tidak terkejut melihat kehadirannya, hal ini jelas memancing tawa prasetyo yang memang semenjak tadi ditahannnya
“ aku bercanda ta, udah duduk sini ” ucap prasetyo diantara gelak tawanya, dengan agak cemberut dita menghempaskan tubuhnya di kursi, kunci mobil yang ada di genggaman tangannya diletakannya di atas meja, bisa prasetyo lihat ekspresi rasa letih di wajah dita
“ macetnya pras, padahal aku tadi keluar kantor lebih awal ” terlihat dita mengeluarkan keluh kesahnya akan kemacetan yang selalu dialaminya, prasetyo hanya tersenyum tanpa bisa memberikan solusi atas permasalahan yang dita alami, karena memang sulit mengatasi masalah kemacetan ini, semua individu mempunyai sisi keegoisannya baik itu pengendara mobil, motor ataupun pedagang kali lima yang mengambil bahu jalan
“ bagaimana dengan makalah kamu ? ” ucap dita sambil menggeser kursinya ke sisi prasetyo, tatapannya terlihat memperhatikan makalah yang sedang di edit oleh prasetyo
“ tinggal beberapa penyempurnaan lagi pasti beres ” mendengar itu akhirnya dita mencoba membantu dengan mencoba memberikan beberapa referensi
itulah sekelumit kecil bantuan bantuan yang telah diberikan dita diantara sahabat sahabat prasetyo yang mulai menghilang dengan kesibukannya masing masing, hingga akhirnya setelah malam ini roda kehidupan kembali berputar, prasetyo dan impiannya untuk menjadi sarjana telah tercapai dalam kurun waktu beberapa bulan kemudian dan itu merupakan bagian awal dari skenario rapih yang tersusun oleh tuhan bagi perjalanan hidup prasetyo
Diubah oleh garis.putih 21-10-2017 21:01
0
Kutip
Balas