Mereka Bilang Gw Hilang..

Gw mengucek kedua mata yang terasa masih berat.. Suara orang ramai berbicara di luar kamar, terpaksa membuat gw bangkit dari tempat tidur.. Hp yang tergeletak di atas meja belajar segera gw raih.. Terlihat puluhan misscalled dari Ayah, Ibu, Rio juga Anggie terpampang di riwayat panggilan..

“Aneh banget nih orang rumah sama Anggie dan Rio, kenapa nelpon berkali-kali?” Tanya gw dengan suara lirih sambil menggaruk-garuk kepala, lalu mulai berjalan keluar kamar menuju dapur untuk mengambil makan dan minum..

Entah mengapa perut gw terasa sangat lapar dan rasa haus juga seakan akan mencekik tenggorokan gw setelah bangun dari tidur.. Seolah-olah sudah berhari-hari lambung dan tenggorokan ini belum terisi nasi serta air minum..

Pandangan gw sempat melirik ke arah jam dinding yang baru menunjukkan pukul 9 pagi.. Di luar pintu kamar, kembali langkah gw terhenti dan melihat beberapa orang sedang berbicara di teras rumah.. Paling juga Ayah sama tetangga yang sedang ngobrol.. Tanpa pikir panjang, gw melanjutkan langkah yang terhenti menuju dapur.. Di dapur, gw melihat Ibu sedang duduk termenung dengan posisi membelakangi..

Gw terus melangkah ke arah rak piring, tanpa menyapa ibu terlebih dahulu, untuk mengambil gelas sambil membuka beberapa pesan WA dari Anggie.. Dahi gw berkerut begitu melihat tanggal di kalender meja yang ada di atas lemari es, berbeda tiga hari dengan notifikasi tanggal pada pesan Anggie..

“Sekarang tanggal berapa Bu?” Tanya gw ke arah Ibu, untuk memastikan tanggal yang benar sambil terus melihat ke layar Hp..

“Abang, Ya Allah” Teriak Ibu yang langsung berlari dan memeluk gw dengan sangat erat..

Berkali-kali wanita itu menciumi pipi gw sambil menangis, lalu berteriak memanggil Ayah.. Gw yang tidak mengerti mengapa ibu berlaku sangat aneh, hanya memandangi nya penuh tanda tanya.. Ayah terlihat memasuki dapur bersama Om Hendra dan dua orang asing berjaket kulit warna hitam.. Dengan cepat Ayah juga memeluk gw sama eratnya seperti pelukan ibu tadi..

“Ada apa si, Yah.. Koq pada meluk-meluk segala?” Tanya gw ke ayah yang masih memeluk..

“Kamu darimana saja, Bang.. Pergi selama 3 hari tanpa pamit?” Jawab Ayah sambil memegangi kedua bahu gw, sementara pandangan gw menatap sosok laki-laki yang amat gw kagumi itu, dengan tatapan tak percaya..

“Hah!! Tiga hari? Abang ga kemana-mana.. Abang kan tidur di kamar, Yah” Jawab gw masih dengan tatapan heran..

Sesaat, Ayah menoleh ke Ibu dan ketiga orang yang berdiri di belakangnya.. Raut wajah Ayah terlihat seperti sedang mencoba menanyakan pendapat mereka..

“Biarkan dek Imam menenangkan dirinya sendiri, Pak, Bu.. Nanti baru kita tanyakan lagi” Ucap salah seorang berwajah asing namun nampak ramah, ke arah Ayah dan Ibu..

“Abang laper, Bu.. Ada makanan, ga?” Tanya gw ke arah ibu yang masih sesekali menyeka kedua matanya, dan langsung di jawab dengan sebuah anggukan kepala..

Gw segera di rangkul Ayah untuk duduk di bangku makan, sementara Ibu menyiapkan makanan.. Ayah, Om Hendra dan kedua orang asing tersebut duduk mengitari gw dengan menatap heran sejenak..

“Di makan ya sayang sampai habis, ibu sengaja memasak makanan kesukaan kamu tiap hari” Ucap Ibu seraya menyodorkan beberapa macam makanan di atas meja makan..

Pandangan gw menatap semangkuk sayur asem, beberapa potong ayam goreng, sambal terasi di mangkuk kecil, ikan asin dan sepapan Pete serta sepiring nasi yang masih mengepulkan uap air.

Tanpa basa-basi maupun berdo’a terlebih dahulu, gw langsung menyantap semua makanan kesukaan gw itu dengan lahap.. Semua orang yang menatap bingung, hanya gw beri seringai konyol dengan mulut dipenuhi makanan.. Tak berapa lama, semua makanan tersebut ludes tak tersisa..

“Ayah tadi bilang abang pergi selama tiga hari?” Tanya gw yang teringat pertanyaan Ayah beberapa saat lalu, sambil mengelap tangan yang sudah gw cuci di washtafel..

“Oke.. Kamu sudah tenang, Dek? Bisa saya ajukan beberapa pertanyaan?.. Oh iya, kenalkan nama saya Sersan Arief, yang ini rekan saya Sersan Budi.. Kami dari Kepolisian Sektor daerah sini” Kata laki-laki berjaket hitam, memperkenalkan diri dan rekannya sambil mengulurkan tangan ke arah gw yang sudah kembali ke bangku makan..

Gw langsung menjabatnya dengan tatapan penuh tanda tanya, sambil menganggukan kepala..

“Mengapa sampai ada dua orang polisi di rumah?” Tanya gw dalam hati..

“Baik, pertanyaan kami yang pertama.. Kemana kamu selama tiga hari, Dek?” Tanya Sersan Arief dengan wajah ramah..

Gw menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan.. Awalnya gw merasa aneh, menerima pertanyaan sama yang tadi sempat di tanyakan Ayah.. Kenapa semua orang bisa menanyakan keberadaan gw selama tiga hari.. Padahal gw sendiri merasa tidak pergi kemana mana dan hanya tidur setengah hari, bukan tiga hari hilang seperti yang mereka tanyakan..

“Saya hanya tidur, Om.. Itu pun sepengetahuan saya, hanya selama setengah hari saja saya tidur” Jawab gw sejujurnya..

Mereka semua nampak saling pandang, termasuk ibu dan ayah..

“Kejadian apa yang paling kamu ingat sebelum kamu tidur, Dek?” Kali ini Sersan Budi yang mengajukan pertanyaan..

Gw terdiam sesaat, mencoba mengingat sesuatu selepas mengantar Anggie ke bandara.. Seingat gw, setelah itu gw menjalani kehidupan sebagi seorang siswa di sekolah.. Beberapa kali gw menggali benak sendiri, kembali mencoba mencari ingatan yang barangkali terlupakan.. Tiba-tiba kepala gw terasa sakit seketika..

“Aduh!!!” Teriak gw tertahan, sambil memegang kepala yang terasa sakit..

“Ada apa, Bang.. Kepala kamu sakit?” Tanya Ibu dengan nada panik sambil memegang kening gw..

Gw yang masih merasakan nyeri di kepala, hanya mengangguk perlahan sambil memegangi kepala..

“Apa sebaiknya pertanyaan itu di tunda saja, Yah?” Tanya ibu ke arah ayah, yang langsung menoleh ke kedua polisi yang duduk berhadapan dengan nya..

“Bagaimana, Pak?” Tanya Ayah ke sersan Arief..

“Baiklah, mungkin kondisi Imam belum stabil betul.. Saya faham dan tak akan memaksanya.. Jika bapak mempunyai informasi lain, bisa langsung kontak saya” Jawab Sersan Arief sambil tersenyum..

Ayah mengangguk, lalu ikut berdiri hampir berbarengan dengan kedua perwira kepolisian tersebut.. Mereka bertiga mulai berjalan keluar dapur, diikuti Om Hendra yang sempat menatap heran ke arah gw..

“Gimana, udah enakan kepala kamu?” Tanya Ibu yang langsung gw jawab dengan anggukan kepala..

“Kamu bener ga inget apa-apa Bang?” Tanya Ibu yang masih berdiri di belakang sambil memijit kepala gw..

Gw terdiam sesaat, memikirkan pertanyaaan Ibu.. Apa benar gw sempat hilang selama tiga hari.. Apa iya gw sebego itu buat pergi tanpa memberi kabar sebelum atau sesudahnya.. Aah, kepala gw pusing jadi nya..

“Bu, abang ke kamar dulu yah.. Mau WA Anggie dulu” Ucap gw ke ibu yang memandang dengan sayu..

Di dalam kamar, gw langsung terduduk di atas ranjang dengan pandangan menatap sebuah photo gw dan Anggie yang berukuran besar.. Tiba-tiba hp yang berada di dalam saku celana pendek motif kotak-kotak, yag gw kenakan bergetar..

“Anggie, Video Call” Kata gw tersenyum..

“Hallo, yak.. Kangen yak sama aku?” Tanya gw sesudah mengusap gambar gagang telpon berwarna hijau di layar Hp..

“Heh!!! Ga usah sok-sok an manis di depan aku.. Kemana aja kamu selama tiga hari, hah? Jalan sama cewe laen, sampe lupa pulang?” Bentak Anggie dengan wajah bengis di layar Hp gw..

Gw sempat tergagap begitu mendengar bentakannya.. Mimpi apa gw semalam, niat hati pengen sayang-sayangan di Video Call, tapi yang di dapet malah bentakan..

“Heh, jawab kalo di tanya.. Apa perlu aku balik ke Indo lagi, buat interogasi kamu?” Bentak Anggie lagi, kali ini kedua matanya yang berbulu mata lentik terlihat melolot di layar Hp..

Buseeehh, abis makan apa sih nih cewek gw.. Belom lama kuliah di Amerika malah jadi temperamental gini..

Gw yang masih bingung hendak menjawab apa, hanya terdiam memasang wajah blo’on.. Di layar Hp gw, Anggie nampak mencoba menenangkan diri sendiri dengan menarik nafas beberapa kali..

Tiba-tiba, Anggie terdiam lalu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.. Samar-samar, isak tangis nya terdengar dari speaker Hp gw..

“Yaah, dia malah nangis” Ucap gw dalam hati sambil menggaruk kepala..

“Yank, jangan nangis donk.. Masa nangis sih.. Aku ga kemana-mana koq.. Ibu sama Ayah dan dua orang polisi juga tadi nanyain ke aku soal hilang nya aku.. Tapi demi Allah, aku ga ngerasa kemana-mana, Yank.. Aku Cuma tidur aja di kamar” Ucap gw yang ingin membelai rambut Anggie, tapi apa daya kami hanya berbicara lewat VC..

Beberapa saat, Anggie membuka wajahnya lalu mengambil Hp yang menampilkan wajahnya lebih dekat lagi..

“Bodo” Jawab Anggie singkat, lalu memutus sambungan VC nya..

“Yahh, dimatiin” Seru gw yang di susul dengan melemparkan Hp ke samping..

“Apa sih sebenernya yang terjadi sama gw?” Tanya gw setengah berbaring dengan kedua kaki masih menepak di lantai..