- Beranda
- Stories from the Heart
Skenario dari Tuhan
...
TS
garis.putih
Skenario dari Tuhan
Skenario dari Tuhan
Rules Thread :
*. jangan banyak tanya fiksi atau kisah nyata, cukup dibaca, diterawang, dinikmati
*. jangan copy paste tanpa izin
*. jangan ini jangan itu, intinya jangan
langsung aja tanpa basa basi, ane numpang nulis
Spoiler for Prologue:
November 2015
“ Assalamualaikum..”
Sesaat prasetyo terdiam seribu basa, tatapan matanya masih memandang gelombang manusia yang berjalan mengelilingi ka’bah, sorot matanya yang semula terlihat tegar itu kini mulai tersamar oleh air mata yang mulai menggenangi kelopak matanya, mungkin ini adalah momen dimana prasetyo merasa tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya, sebuah ucapan salam dari seorang wanita yang selama ini telah menjadi harapan dalam setiap lantunan doanya
“ wa’alaikumsalam ”
Nada suara prasetyo terdengar bergetar seakan akan menggambarkan gejolak perasaan didalam hatinya, kini terlihat seorang wanita tengah duduk bersimpuh disampingnya, hijab putih serta cadar yang dikenakannya hanya menyisakan kedua bola mata yang terlihat begitu menyejukan
“ ayra ?” tanya prasetyo dengan setengah menebak dan berharap kalau tebakannya itu akan menjadi kenyataan
Lama wanita tersebut terdiam tanpa memberikan jawaban, hanya tatapan matanya yang memberikan gambaran bahwa sebuah senyum manis telah terlukis dan tersembunyi dibalik cadar putihnya, perlahan jari wanita tersebut mulai melepas tali pengikat cadar yang menutupi sebagian wajahnya, hingga akhirnya sebuah hembusan angin yang tidak terlalu kencang turut membantu menyingkap cadar yang kini sudah terlepas dari ikatannya
“ kamuuu ?”
Terlihat ekspresi ketidakpercayaan di wajah prasetyo begitu melihat wajah wanita yang kini sudah tidak lagi tertutup oleh cadar, sebuah wajah yang selama ini sudah sangat dia kenal dan telah telah banyak memberikan bantuan bagi prasetyo
“ iya aku…anindita, kamu kecewa pras ?” ucap dita seraya melemparkan senyumnya, cadar yang telah terlepas kini kembali dikenakannya
ini adalah sebuah kisah yang menceritakan perjalanan hidup prasetyo dalam menemukan cinta sejatinya, dan ketika doa serta harapannya itu kini mendapatkan sebuah jawaban, apakah prasetyo akan menemukan akhir yang bahagia ataukah akan ada lagi skenario lain dari tuhan untuk mengisi catatan perjalanan hidup prasetyo, dan semuanya itu ane rangkum dalam sebuah kisah yang berjudul Skenario dari Tuhan
“ Assalamualaikum..”
Sesaat prasetyo terdiam seribu basa, tatapan matanya masih memandang gelombang manusia yang berjalan mengelilingi ka’bah, sorot matanya yang semula terlihat tegar itu kini mulai tersamar oleh air mata yang mulai menggenangi kelopak matanya, mungkin ini adalah momen dimana prasetyo merasa tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya, sebuah ucapan salam dari seorang wanita yang selama ini telah menjadi harapan dalam setiap lantunan doanya
“ wa’alaikumsalam ”
Nada suara prasetyo terdengar bergetar seakan akan menggambarkan gejolak perasaan didalam hatinya, kini terlihat seorang wanita tengah duduk bersimpuh disampingnya, hijab putih serta cadar yang dikenakannya hanya menyisakan kedua bola mata yang terlihat begitu menyejukan
“ ayra ?” tanya prasetyo dengan setengah menebak dan berharap kalau tebakannya itu akan menjadi kenyataan
Lama wanita tersebut terdiam tanpa memberikan jawaban, hanya tatapan matanya yang memberikan gambaran bahwa sebuah senyum manis telah terlukis dan tersembunyi dibalik cadar putihnya, perlahan jari wanita tersebut mulai melepas tali pengikat cadar yang menutupi sebagian wajahnya, hingga akhirnya sebuah hembusan angin yang tidak terlalu kencang turut membantu menyingkap cadar yang kini sudah terlepas dari ikatannya
“ kamuuu ?”
Terlihat ekspresi ketidakpercayaan di wajah prasetyo begitu melihat wajah wanita yang kini sudah tidak lagi tertutup oleh cadar, sebuah wajah yang selama ini sudah sangat dia kenal dan telah telah banyak memberikan bantuan bagi prasetyo
“ iya aku…anindita, kamu kecewa pras ?” ucap dita seraya melemparkan senyumnya, cadar yang telah terlepas kini kembali dikenakannya
ini adalah sebuah kisah yang menceritakan perjalanan hidup prasetyo dalam menemukan cinta sejatinya, dan ketika doa serta harapannya itu kini mendapatkan sebuah jawaban, apakah prasetyo akan menemukan akhir yang bahagia ataukah akan ada lagi skenario lain dari tuhan untuk mengisi catatan perjalanan hidup prasetyo, dan semuanya itu ane rangkum dalam sebuah kisah yang berjudul Skenario dari Tuhan
Part 1 (Masa Perkuliahan)
Part 2 (Masa Perkuliahan)
Part 3 (Masa Perkuliahan)
Part 4 (Masa Perkuliahan)
Diubah oleh garis.putih 21-10-2017 11:39
anasabila memberi reputasi
1
5K
Kutip
30
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
garis.putih
#9
Spoiler for Part 2 (Masa Perkuliahan):
Begitu tiba di rumah dita, tampak beberapa mobil dan motor yang sudah terpakir dengan sangat tidak beraturan, dengan sigap wawan mencoba mencari celah untuk memarkirkan mobil yang dikendarainya
“ cah gemblung, parkir pada sembarangan ” gerutu wawan yang kesal mendapati susahnya memarkirkan mobil, terlihat mata wawan memandang pada salah satu mobil yang sudah terparkir
“ wah sepertinya bimo udah datang tuh ” ujar wawan seraya memberikan isyarat matanya, seperti tidak menghiraukan perkataan wawan, prasetyo terlihat asik dalam kebimbangannya
“ koq lu malah bengong pras, ayo kita turun !” ajak wawan begitu melihat prasetyo yang masih terdiam didalam mobil, dengan agak ragu akhirnya prasetyo mulai beranjak dari dalam mobil, kembali ada keraguan dihati prasetyo begitu melihat bayangan dari beberapa tamu undangan yang membentuk silhoute hitam di atas gorden
“ duh kenapa lagi sih pras, ayoo ” kali ini wawan terlihat agak jengkel melihat prasetyo yang kembali terdiam, andai saat ini wawan bisa membaca apa yang sedang prasetyo pikiran tentang rasa kegelisahannya sebagai tamu yang tidak diundang, mungkin wawan bisa memaklumi semua kelakuan prasetyo malam ini
“ yakin aja pras, kalau sampai ada yang ngeledek lu, gue yang bakal jadi lawannya ” ucap wawan sambil mencoba merapatkan kerah kemeja yang dikenakannya sekedar untuk menghilangkan rasa dingin akibat hembusan angin malam, mungkin malam ini adalah pengalaman wawan untuk yang pertama kalinya mengalami perjalanan yang sebenarnya dekat tapi menghabiskan waktu yang lumayan lama
Kreeot…kreot..kreot..
Rasanya belum terlalu jauh wawan dan prasetyo melangkah, sebuah suara yang hampir menyerupai suara engsel pintu yang sudah berkarat terdengar samar samar, terlihat wawan celangak celinguk mencoba mencari arah sumber suara, ekspresi rasa takut terlihat di wajah wawan begitu melihat ka arah dedauan yang bergoyang terkena hembusan angin
“ suara apa itu pras ?” tanya wawan sambil melihat wajah prasetyo yang menampakan kepolosannya, terlihat deretan gigi putihnya diantara senyumnya yang mulai mengembang
“ loh kenapa lu malah nyengir pras ?” ujar wawan dengan rasa curiga, bayangan akan prasetyo yang kerasukan setan kini menjalari pemikirannya
“ maaf wan, itu suara dengkul aku, biasa kambuh kalau aku sedang grogi ataupun dalam cuaca dingin seperti ini ” terang prasetyo tanpa rasa bersalah dan terus melanjutkan langkahnya
“ astaga pras, gue udah ngebayangin yang enggak enggak, ternyata itu cuma suara dengkul lu ckckck ” ucap wawan bersambut gelak tawa
“ woiii, wan..pras !” teriak bimo dari kejauhan, lambaian tangannya memberi tanda agar wawan dan prsetyo mempercepat langkahnya
“ lu berdua kemana aja sih, ayo cepat masuk acaranya udah dimulai tuh ” ucap bimo sambil mengajak wawan dan prasetyo untuk segera memasuki rumah
Udara malam yang terasa dingin diluar sana kini tidak lagi prasetyo rasakan begitu langkah kakinya memasuki rumah, inilah untuk pertama kalinya prasetyo merasakan rasa canggung berada disebuah rumah yang sebenarnya adalah sebuah tempat yang sudah pernah prasetyo kunjungi beberapa kali, tapi kali ini semuanya terasa berbeda, prasetyo merasa menjadi orang yang teramat asing dirumah ini, tapi inilah kenyataan yang ada kehadiran prasetyo saat ini menyandang sebuah label sebagai tamu yang tak diundang
“ ayo semuanya kumpul disini ” teriak seorang wanita dan lelaki setengah baya dengan melambai lambaikan tangannya, bias prasetyo pastikan itu adalah orang tua dita, orang yang sebenarnya sudah sangat prasetyo kenal karena dulu memang prasetyo sering bermain ke rumah dita, entah itu untuk urusan menyelesaikan urusan kuliah ataupun bermain disaat waktu senggang
“ biar aku dibelakang aja wan ” bisik prasetyo mencoba menolak tarikan tangan wawan, tapi justru dengan tingkah laku prasetyo dan wawan yang saling menepiskan tarikan tangan diantara mereka, hal ini jelas memancing tatapan mata dari para tamu yang hadir dan yang jelas orang tua dita pun turut memperhatikan semua kekonyolan ini
“ pras ? prasetyo !” ucap mamah dita dengan ekspresi terkejut, mendapati kenyataan ini prasetyo segera menghampiri orang tua dita dengan terlebih dahulu mencoba menghilangkan rasa canggungnya
“ kamu kemana aja pras, koq sekarang tante lihat kamu jarang main kesini, kamu sedang sibuk kuliah ya ?” pertanyaan yang meluncur dari mulut mamah dita terdengar begitu bertubi tubi, prasetyo hanya bisa terdiam seribu basa, disaat ini prasetyo begitu bingung untuk menjawab semua pertanyaan itu
“ iya sibuk tante, sibuk kuliah ” ucap wawan mencoba mencairkan kebisuan mulut prasetyo
“ sibuklah, kan prasetyo sekarang harus mengejar ketinggalan makalahnya yang belum selesai, iya kan pras ” gurau bimo sambil mengeluarkan tawanya
Mak jlebb…
Gurauan bimo kali ini benar benar seperti gurauan yang datangnya bukan dari seorang sahabat, wawan yang menyadari perubahan praut wajah prasetyo segera mencoba mencairkan suasana dengan mengelus elus punggung prasetyo
“ enggak usah sensi pras, gue sama wawan pasti akan bantu lu koq ” canda bimo kembali dengan wajah bijaksananya
“ oh begitu, ya sudah yang penting tante sudah senang kamu sudah hadir malam ini ” ujar mamah dita, seraya mengajak yang lain untuk berkumpul
“ ditaa, teman teman kamu sudah berkumpul nih ” teriak mamah dita, hingga akhirnya selang berapa lama terlihat seorang wanita menampakan dirinya dari dalam kamar
“ anindita ” gumam prasetyo dalam hati, ada kekaguman yang prasetyo rasakan begitu melihat dita, baru kali ini prasetyo melihat tampilan dita yang berbeda dari biasanya, kaos tangan panjang yang berwarna biru serta rok panjang berbahan dasar jeans seperti perpaduan yang serasi dengan kulitnya yang berwarna putih, belum lagi tekstur mukanya yang kecil dengan hidung yang agak sedikit mancung terlihat serasi dengan rambutnya yang berwarna hitam dan dibiarkan tergerai lurus menyentuh bahunya, sungguh bagi prasetyo mala mini dita bagaikan sebuah ciptaan tuhan dengan segala kesempurnaannya
“ duh cantiknya pras ” ujar wawan dengan mata yang nyaris tak berkedip, sekedar gambaran ashadiya anindita adalah seorang wanita yang terlahir dengan membawa garis keturunan turki yang berasal dari garis ayahnya
“ orang orang yang mukanya berantakan kayak kita ini pras, cocok banget memperbaiki keturunan sama orang model kayak dita ini ” ucap wawan setengah berbisik
“ berisik ” gerutu prasetyo sambil menyikut pergelangan tangan wawan, sesekali prasetyo memperhatikan tingkah laku yang para tamu yang lain, takut takut ada yang mendengar candaan mereka yang terdengar garing ini
Untuk sesaat dita terdiam sambil tersenyum memandangi tamu yang sudah hadir, hingga akhirnya ikut berkumpul mengelilingi meja, tampak terlihat kue ulang tahun yang tersaji indah tanpa berhiskan lilin yang menyala, diatas kue hanya tertulis nama ashadiya anindita beserta tahun kelahirannya yang menunjukan usianya telah menginjak dua puluh dua tahun, sebuah usia yang bisa dikatakan usia matang untuk usia seorang wanita
“ terima kasih untuk teman teman dita yang telah hadir di hari kelahiran dita, sebenarnya keluarga kami enggak pernah mengadakan acara seperti ini, tapi berhubung ada inisiatif dari salah satu sahabat dita yang merencanakan hal ini maka kami sangat menghargai hal itu ”
“ Sahabat dita ” tanya prasetyo dalam hati dengan sedikit terkejut, tatapan matanya yang saling berpandangan dengan wawan seolah olah saling bertanya siapakah yang dimaksud dengan sahabat dita ini, terlihat wawan mencoba memberikan isyarat tangan untuk menunjukan bahwa bukan dia penggagas dari inisiatif ini, hingga akhirnya disaat pemotongan dan pemberian kue untuk yang ketiga kalinya setelah untuk kedua orang tua dita, barulah terungkap siapakah penggagas inisiatif perayaan ulang tahun dita ini, dengan terlihat agak malu malu bahkan lebih tepat jika dikatakan dengan rasa bangga terlihat bimo menerima kue pemberian dari dita, ini sungguh sungguh diluar perkiraan dari prasetyo dan wawan, untuk kesekian kalinya terlihat wawan dan prasetyo saling berpandangan dengan rasa tidak percaya
Ada perasaan aneh yang begitu prasetyo rasakan malam ini, entah itu rasa geram, rasa grogi, rasa kesal, semuanya terasa begitu bercampur aduk, bagimana mungkin bimo yang notabene adalah sahabatnya sendiri yang sedari awal mencoba melemparkan candaan dengan menjodoh jodohkan dirinya dengan dita kini malah terlihat seperti sedang menjalin hubungan khusus dengan dita, bahkan ketika prasetyo mencoba bertanya perihal dita yang terlihat agak menjauh dari dirinya, bimo menjawab tidak tahu menahu dengan semua itu
“ aku sebaiknya nunggu kamu aja diluar wan ” ucap prasetyo tanpa bisa menyembunyikan kekecewaannya
“ jangan pras, lu tetap disini aja, ingat pras..berpikir positif ” wawan mencoba menarik pergelangan tangan prasetyo, tapi sepertinya keinginan prasetyo untuk segera beranjak pergi dari ruangan ini sudah tidak bias terbendung lagi hanya dengan genggaman tangan wawan yang mencoba menahannya
Kreeot…kreot..kreot..
“ pras !”
“ dengkul brengsek !” maki prasetyo begitu menyadari suara dengkulnya telah kembali menarik perhatian dari para tamu yang hadir
“ pras !” kembali terdengar suara wanita yang memanggil nama prasetyo, dan untuk kali ini prasetyo sudah sangat merasa yakin kalau suara wanita yang memanggil namanya ini adalah suara dari seorang wanita yang telah menghilang dari kehidupannya selama kurun waktu dua bulan ini
“ cah gemblung, parkir pada sembarangan ” gerutu wawan yang kesal mendapati susahnya memarkirkan mobil, terlihat mata wawan memandang pada salah satu mobil yang sudah terparkir
“ wah sepertinya bimo udah datang tuh ” ujar wawan seraya memberikan isyarat matanya, seperti tidak menghiraukan perkataan wawan, prasetyo terlihat asik dalam kebimbangannya
“ koq lu malah bengong pras, ayo kita turun !” ajak wawan begitu melihat prasetyo yang masih terdiam didalam mobil, dengan agak ragu akhirnya prasetyo mulai beranjak dari dalam mobil, kembali ada keraguan dihati prasetyo begitu melihat bayangan dari beberapa tamu undangan yang membentuk silhoute hitam di atas gorden
“ duh kenapa lagi sih pras, ayoo ” kali ini wawan terlihat agak jengkel melihat prasetyo yang kembali terdiam, andai saat ini wawan bisa membaca apa yang sedang prasetyo pikiran tentang rasa kegelisahannya sebagai tamu yang tidak diundang, mungkin wawan bisa memaklumi semua kelakuan prasetyo malam ini
“ yakin aja pras, kalau sampai ada yang ngeledek lu, gue yang bakal jadi lawannya ” ucap wawan sambil mencoba merapatkan kerah kemeja yang dikenakannya sekedar untuk menghilangkan rasa dingin akibat hembusan angin malam, mungkin malam ini adalah pengalaman wawan untuk yang pertama kalinya mengalami perjalanan yang sebenarnya dekat tapi menghabiskan waktu yang lumayan lama
Kreeot…kreot..kreot..
Rasanya belum terlalu jauh wawan dan prasetyo melangkah, sebuah suara yang hampir menyerupai suara engsel pintu yang sudah berkarat terdengar samar samar, terlihat wawan celangak celinguk mencoba mencari arah sumber suara, ekspresi rasa takut terlihat di wajah wawan begitu melihat ka arah dedauan yang bergoyang terkena hembusan angin
“ suara apa itu pras ?” tanya wawan sambil melihat wajah prasetyo yang menampakan kepolosannya, terlihat deretan gigi putihnya diantara senyumnya yang mulai mengembang
“ loh kenapa lu malah nyengir pras ?” ujar wawan dengan rasa curiga, bayangan akan prasetyo yang kerasukan setan kini menjalari pemikirannya
“ maaf wan, itu suara dengkul aku, biasa kambuh kalau aku sedang grogi ataupun dalam cuaca dingin seperti ini ” terang prasetyo tanpa rasa bersalah dan terus melanjutkan langkahnya
“ astaga pras, gue udah ngebayangin yang enggak enggak, ternyata itu cuma suara dengkul lu ckckck ” ucap wawan bersambut gelak tawa
“ woiii, wan..pras !” teriak bimo dari kejauhan, lambaian tangannya memberi tanda agar wawan dan prsetyo mempercepat langkahnya
“ lu berdua kemana aja sih, ayo cepat masuk acaranya udah dimulai tuh ” ucap bimo sambil mengajak wawan dan prasetyo untuk segera memasuki rumah
Udara malam yang terasa dingin diluar sana kini tidak lagi prasetyo rasakan begitu langkah kakinya memasuki rumah, inilah untuk pertama kalinya prasetyo merasakan rasa canggung berada disebuah rumah yang sebenarnya adalah sebuah tempat yang sudah pernah prasetyo kunjungi beberapa kali, tapi kali ini semuanya terasa berbeda, prasetyo merasa menjadi orang yang teramat asing dirumah ini, tapi inilah kenyataan yang ada kehadiran prasetyo saat ini menyandang sebuah label sebagai tamu yang tak diundang
“ ayo semuanya kumpul disini ” teriak seorang wanita dan lelaki setengah baya dengan melambai lambaikan tangannya, bias prasetyo pastikan itu adalah orang tua dita, orang yang sebenarnya sudah sangat prasetyo kenal karena dulu memang prasetyo sering bermain ke rumah dita, entah itu untuk urusan menyelesaikan urusan kuliah ataupun bermain disaat waktu senggang
“ biar aku dibelakang aja wan ” bisik prasetyo mencoba menolak tarikan tangan wawan, tapi justru dengan tingkah laku prasetyo dan wawan yang saling menepiskan tarikan tangan diantara mereka, hal ini jelas memancing tatapan mata dari para tamu yang hadir dan yang jelas orang tua dita pun turut memperhatikan semua kekonyolan ini
“ pras ? prasetyo !” ucap mamah dita dengan ekspresi terkejut, mendapati kenyataan ini prasetyo segera menghampiri orang tua dita dengan terlebih dahulu mencoba menghilangkan rasa canggungnya
“ kamu kemana aja pras, koq sekarang tante lihat kamu jarang main kesini, kamu sedang sibuk kuliah ya ?” pertanyaan yang meluncur dari mulut mamah dita terdengar begitu bertubi tubi, prasetyo hanya bisa terdiam seribu basa, disaat ini prasetyo begitu bingung untuk menjawab semua pertanyaan itu
“ iya sibuk tante, sibuk kuliah ” ucap wawan mencoba mencairkan kebisuan mulut prasetyo
“ sibuklah, kan prasetyo sekarang harus mengejar ketinggalan makalahnya yang belum selesai, iya kan pras ” gurau bimo sambil mengeluarkan tawanya
Mak jlebb…
Gurauan bimo kali ini benar benar seperti gurauan yang datangnya bukan dari seorang sahabat, wawan yang menyadari perubahan praut wajah prasetyo segera mencoba mencairkan suasana dengan mengelus elus punggung prasetyo
“ enggak usah sensi pras, gue sama wawan pasti akan bantu lu koq ” canda bimo kembali dengan wajah bijaksananya
“ oh begitu, ya sudah yang penting tante sudah senang kamu sudah hadir malam ini ” ujar mamah dita, seraya mengajak yang lain untuk berkumpul
“ ditaa, teman teman kamu sudah berkumpul nih ” teriak mamah dita, hingga akhirnya selang berapa lama terlihat seorang wanita menampakan dirinya dari dalam kamar
“ anindita ” gumam prasetyo dalam hati, ada kekaguman yang prasetyo rasakan begitu melihat dita, baru kali ini prasetyo melihat tampilan dita yang berbeda dari biasanya, kaos tangan panjang yang berwarna biru serta rok panjang berbahan dasar jeans seperti perpaduan yang serasi dengan kulitnya yang berwarna putih, belum lagi tekstur mukanya yang kecil dengan hidung yang agak sedikit mancung terlihat serasi dengan rambutnya yang berwarna hitam dan dibiarkan tergerai lurus menyentuh bahunya, sungguh bagi prasetyo mala mini dita bagaikan sebuah ciptaan tuhan dengan segala kesempurnaannya
“ duh cantiknya pras ” ujar wawan dengan mata yang nyaris tak berkedip, sekedar gambaran ashadiya anindita adalah seorang wanita yang terlahir dengan membawa garis keturunan turki yang berasal dari garis ayahnya
“ orang orang yang mukanya berantakan kayak kita ini pras, cocok banget memperbaiki keturunan sama orang model kayak dita ini ” ucap wawan setengah berbisik
“ berisik ” gerutu prasetyo sambil menyikut pergelangan tangan wawan, sesekali prasetyo memperhatikan tingkah laku yang para tamu yang lain, takut takut ada yang mendengar candaan mereka yang terdengar garing ini
Untuk sesaat dita terdiam sambil tersenyum memandangi tamu yang sudah hadir, hingga akhirnya ikut berkumpul mengelilingi meja, tampak terlihat kue ulang tahun yang tersaji indah tanpa berhiskan lilin yang menyala, diatas kue hanya tertulis nama ashadiya anindita beserta tahun kelahirannya yang menunjukan usianya telah menginjak dua puluh dua tahun, sebuah usia yang bisa dikatakan usia matang untuk usia seorang wanita
“ terima kasih untuk teman teman dita yang telah hadir di hari kelahiran dita, sebenarnya keluarga kami enggak pernah mengadakan acara seperti ini, tapi berhubung ada inisiatif dari salah satu sahabat dita yang merencanakan hal ini maka kami sangat menghargai hal itu ”
“ Sahabat dita ” tanya prasetyo dalam hati dengan sedikit terkejut, tatapan matanya yang saling berpandangan dengan wawan seolah olah saling bertanya siapakah yang dimaksud dengan sahabat dita ini, terlihat wawan mencoba memberikan isyarat tangan untuk menunjukan bahwa bukan dia penggagas dari inisiatif ini, hingga akhirnya disaat pemotongan dan pemberian kue untuk yang ketiga kalinya setelah untuk kedua orang tua dita, barulah terungkap siapakah penggagas inisiatif perayaan ulang tahun dita ini, dengan terlihat agak malu malu bahkan lebih tepat jika dikatakan dengan rasa bangga terlihat bimo menerima kue pemberian dari dita, ini sungguh sungguh diluar perkiraan dari prasetyo dan wawan, untuk kesekian kalinya terlihat wawan dan prasetyo saling berpandangan dengan rasa tidak percaya
Ada perasaan aneh yang begitu prasetyo rasakan malam ini, entah itu rasa geram, rasa grogi, rasa kesal, semuanya terasa begitu bercampur aduk, bagimana mungkin bimo yang notabene adalah sahabatnya sendiri yang sedari awal mencoba melemparkan candaan dengan menjodoh jodohkan dirinya dengan dita kini malah terlihat seperti sedang menjalin hubungan khusus dengan dita, bahkan ketika prasetyo mencoba bertanya perihal dita yang terlihat agak menjauh dari dirinya, bimo menjawab tidak tahu menahu dengan semua itu
“ aku sebaiknya nunggu kamu aja diluar wan ” ucap prasetyo tanpa bisa menyembunyikan kekecewaannya
“ jangan pras, lu tetap disini aja, ingat pras..berpikir positif ” wawan mencoba menarik pergelangan tangan prasetyo, tapi sepertinya keinginan prasetyo untuk segera beranjak pergi dari ruangan ini sudah tidak bias terbendung lagi hanya dengan genggaman tangan wawan yang mencoba menahannya
Kreeot…kreot..kreot..
“ pras !”
“ dengkul brengsek !” maki prasetyo begitu menyadari suara dengkulnya telah kembali menarik perhatian dari para tamu yang hadir
“ pras !” kembali terdengar suara wanita yang memanggil nama prasetyo, dan untuk kali ini prasetyo sudah sangat merasa yakin kalau suara wanita yang memanggil namanya ini adalah suara dari seorang wanita yang telah menghilang dari kehidupannya selama kurun waktu dua bulan ini
0
Kutip
Balas