Saya akan berbagi keresahan segala keresahan di kampus. Bukan karena dosen atau teman tapi karena mereka yang tidak terlihat hehe. Saya itu tipikal orang yang tidak bisa fokus dengan satu hal, misalnya seperti dosen sedang menjelaskan saya tidak bisa fokus karena ditelinga saya banyak sekali bisikan gaib dan mata saya yang melihat banyak hal. Mulai dari aura, pedamping mereka sampai masalah mereka. Semakin saya fokus frekuensi saya semakin tinggi dan itu menyebabkan bentrokan energy saya dengan mereka semakin kuat. Saya pernah menolak dua beasiswa dari universitas karena alasan yang mungkin kata orang bodoh. Iya, karena ‘raja’ mereka yang memiliki frekuensi sangat tinggi, itu membuat saya tidak nyaman. Saya memilih kampus yang sekarang karena ‘raja’ mereka beragama muslim, dan banyak sekali yang menyerupai syekh. Jika dilihat dari sisi alam lain, kampus saya seperti perkampungan santri, seperti pesantren dan itu membuat saya nyaman. Tetapi disetiap tempat ada sisi positif dan negatifnya, Alhamdulillah ditempat saya banyak positifnya dan itu juga menjadi alasan mengapa saya masuk situ.

Dan saya pikir diganggu anak kecil itu lebih enak daripada genderuwo dan semacamnya. Ternyata tidak, jin yang menyerupai anak kecil itu lebih rese dan manja. Saya yang lagi dengerin dosen tiba – tiba ketimpuk batu, ternyata itu berasal dari anak kecil yang main ketapel. Mereka yang tiba – tiba menangis karena saya makan permen kiss sendirian. Mereka yang memeluk lalu mencium saya. Tingkah mereka lucu, jail tapi rupa mereka tidak karuan. Saya akan menceritakan salah satunya. Si Rama, dia anak kecil yang suka main ketapel. Dia menyerupai anak yang berusia 7 tahun, tangannya penuh dengan nanah dan luka bakar. Dia tidak sengaja terbakar di kebun belakang kampus saya. Mata kirinya hancur, bola matanya hilang. Rama sangat baik, dia jin muslim. Ketika saya mau sholat dimushola, saya melihat Rama yang mengulurkan tangannya sedang berdoa. Lagi – lagi hati saya bergetar melihat jin yang sangat taat kepada Allah. Setelah rapi berdoa Rama langsung keluar berlari kecil sambil membawa ketapelnya. Saya suka menemui Rama di toilet lantai dua. Dia selalu sendirian, karena rupanya yang tidak enak dipandang membuat dia tidak disukai teman sebangsanya. Rama anak yang manis, dia suka mengintip saya dari jendela dan tersenyum. Entah mengapa saya menemukan kedamaian dalam diri Rama. Dia suka bersholawat dengan suara melengking khas anak laki – laki. Dia memakai baju biru, gambarnya mobil dan celana jeans pendek.

Dia si Rama yang suka membawa ketapel kayu. Saat saya mengetik ini, tentu saya merasakan kontak batin antara saya dan si Rama. Rama sedang tersenyum menatap saya, dengan bibir tipisnya. Dan saya sekarang mulai merinding, Demi Tuhan sekarang dia berada disisi kanan saya, tersenyum. Melihat saya menulis cerita tentang dirinya. Seperti biasa dia membawa ketapel dan tumpukan krikil disaku celananya. Itulah mereka yang tak terlihat, bisa hadir dalam hitungan seperdetik. Dia teman kecil saya yang tidak terlihat. Masih banyak cerita inspiratif dari Rama, tapi rasanya saya harus mengakhiri cerita saya sampai disini. Karena Rama meminta saya untuk menemaninya melihat akuarium di ruang tamu saya. Kurang lebihnya mohon maaf, wassalam ☺