- Beranda
- Stories from the Heart
Gw berteman dengan Kolong Wewe..
...
TS
juraganpengki
Gw berteman dengan Kolong Wewe..


Salam Kenal gan and Sis.. Ane really fresh newbie nih.. Awalnya cuma jadi SR yg suka baca cerita2 yg keren-keren di Kaskus.. Sekarang ane nyoba buat nyalurin hobi menulis ane..Karena ane termasuk kategori penulis kacangan alias yg masih belajar, jadi harap maklum jika dari gaya penulisan dan bahasa serta jalan ceritanya bisa tiba2 ga nyambung.. Cerita ane ini fiksi koq..
Rules nya sama dengan Rules SFTH pada umumnya Gan and Sis..
PROLOG
Kata orang, setiap anak kecil yang di ambil Kolong wewe psikologisnya akan terganggu. Ada yg bilang jika sampai di beri makan oleh mahluk tersebut maka si anak akan bisu. Tapi yg terjadi dengan gw berbeda.. Justru itu lah yang menjadi Titik awal perubahan hidup gw saat menginjak remaja.. Banyak pengalaman yg gw rasakan terutama yang berhubungan dengan MEREKA...
Anak Hilang
Anak Hilang (2)..
Anak Hilang (3)..
Kolong Wewe..
kolong wewe (2)..
10 Tahun Kemudian..
Me and The Gank..
Apes Banget Gw Sama Rio..
Cleaning Service Sehari
Cleaning Service sehari (2)
Ngerokok Dulu kita, Men..
Hutan Bambu..
Mimpi..
Sekar Kencana..
Ki Suta...
Terbukanya Mata Bathin..
Para Penghuni Gedung Sekolah..
Aura.. Tanpa Kasih..
Kekuatan Mata Batin Yang Sama..
Serunya Ngerjain Sekar Dan Rio..
Viny Ayundha, Gw Sayang Lu, Tapi...
Mati Satu Tumbuh Seribu..
Me Versus Ramon..
Pengakuan Viny..
Ki Sabdo, Penjaga Gerbang Utara..
Tasya..
Ngerjain Rio, lagi....
Kisah Kasih Tak Sampai, Bayu Barata..
Pembalasan Ramon Dan Kesempatan Gw Menjajal Ilmu..
Rio, Orang Pertama Yang Tahu Rahasia Gw..
Maafin Aku, Sya...
Munculnya Calon Penjaga Batu Mustika Gerbang Selatan..
Bangun Donk, Sya...
Beraninya Keroyokan, Kampungan!!!
Pedang Jagat..
Munculnya Kedua Calon Penjaga Batu Mustika Terakhir..
Berkumpulnya Keempat Calon Penjaga Batu Mustika..
Empat Penjaga Gerbang...
Empat Penjaga Gerbang (2)...
Sekar Ikutan Nge'Lounge...
Terima Kasih, Tasya...
Masa Keterpurukan Apa Masa Move On???..
Masa Keterpurukan Apa Masa Move On??? (2)..
No Woman No Cry..
Anggie Angelita Hapsari, Will You Be My....
Retaknya Hubungan Persaudaraan..
Retaknya Hubungan Persaudaraan (2)...
Suluh, Gw Dan Rangga...
Pedihnya Sebuah Rasa Kehilangan...
Pedihnya Sebuah Rasa Kehilangan (2)..
Kami Akan Menjaga Mu Suluh...
Munculnya Pengganti Rangga...
Manisnya Anggie Gw..
Pertunangan Tasya Dengan Rasya Bin Kampret..
Hilangnya Suluh...
Kekuatan Batu Mustika Gerbang Barat...
Kekuatan Batu Mustika Gerbang Barat (2)...
Binar, Sang Juru Kunci...
Ungkapan Hati Tasya...
Liburan Bareng Anggie Dan Sebuah Pengakuan...
Liburan Bareng Anggie Dan Sebuah Pengakuan (2)..
Liburan Bareng Suluh Dan Sebuah Pengakuan (3)
Pelet Si Bayang Bayang
Rampak Tantra...
Kedua Putra Yang terbuang, Rampak Tantra Dan Bimo..
Galau...
Terluka...
Tapa Brata...
Tapa Brata (2)...
Aku Kembali...
Empat Senjata Sakti...
Empat Senjata Sakti (2)...
Sebuah Permintaan Tolong..
Sebuah Permintaan Tolong (2)...
Bad Day For Love...
Sekar Kembali...
Pertarungan Tanpa Hati...
Pertarungan Tanpa Hati (2)...
Sebuah Pengakuan Dan Sebuah Kejutan, Yang...?
Sebuah Pengakuan Dan Sebuah Kejutan, Yang...? (2)
Cinta Tanpa Syarat...
Santet...
Santet (2)...
Datangnya Si Pengirim Santet...
Munculnya Ratu Kala Wanara...
Munculnya Ratu Kala Wanara (2)...
Pemberian Batu Mustika Penjaga Gerbang..
Melepas Mu...
The Last Moment With Her...
Pertempuran Terakhir...
Pertempuran Terakhir (2)...
Pertempuran Terakhir (3)...
Pertarungan Terakhir (4)...
Puncak Pertempuran Terakhir...Lenyapnya Satu Angkara Murka (Tamat, jilid satu)
Diubah oleh juraganpengki 15-10-2017 22:10
alasjurik721 dan 57 lainnya memberi reputasi
56
752.3K
1.7K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
juraganpengki
#1524
Pertempuran Terakhir (4)...
Dewi Arum Kesuma dan Raden Jaka Wastra nampak melesat kesana kemari sambil mengayunkan senjata masing-masing yang berupa Trisula dan Pedang Perak.. Entah berapa puluh Jin, anak buah Raja Siluman yang sudah berhasil mereka lenyapkan, yang pasti kedua utusan Kerajaan Laut Utara itu terlihat sangat bersemangat membinasakan musuh yang jumlahnya sudah jauh berkurang..
Tinggal satu musuh utama kami yaitu Raja Siluman yang sedang bertempur menghadapi Ki Suta, Ki Sabdo dan Ki Braja Sapta.. Ketiga mahluk dari golongan putih nampak sedikit kewalahan menghadapi kesaktian Raja Siluman.. Bahkan, dua garis jejak darah hitam yang mengering, terlihat di dua sudut bibir Ki Sabdo..
“Kau masih sanggup, Sabdo?” Tanya Ki Braja Sapta sambil memegang dada kirinya, yang langsung diikuti tatapan mata Ki Suta yang masih memilin Tasbih Putih, saat mereka bertiga melesat mundur untuk menyela waktu..
Sebuah anggukan di berikan Ki Sabdo dengan wajah pucat dan deru nafas yang terdengar tak beraturan..
“Sudah lama aku tidak merasakan pertempuran sengit seperti ini, Braja” Jawab kakek tua berbaju gamis serba biru..
Dari arah berlawanan, Raja Siluman nampak melesat berputar sambil mengayunkan Tombak saktinya tiga kali..
DESS.. DESS..DESS..
Suara tiga larik sinar hitam terdengar laksana letusan meriam, yang mengandung hawa sakti sangat tinggi, tiba-tiba melesat keluar dari tombak sakti milik Raja Siluman ke arah ketiga sosok mahluk bergolongan putih.. Gw yang masih menghadapi ratusan Jin, menyadari jika ketiga tokoh tersebut sedang berada dalam bahaya, langsung melompat sambil mengayunkan Pedang Jagat Samudera, mencoba menghalau tiga kesaktian Raja Siluman .. Selarik Sinar putih terbalut cahaya biru melesat dari ayunan Pedang Jagat Samudera, ke arah tiga sinar hitam..
Dari arah berbeda, Nyi Roro Ranggas juga mengibaskan kelima cakarnya di tangan kanan dan menghasilkan lima buah sinar merah, yang melesat ke arah sama dengan sinar putih dari Pedang Jagat Samudera.. Raden Jaka Wastra nampak melompat sambil memutar Pedang Peraknya, dua larik sinar perak juga meluncur dari Pedang sakti itu, menjadi satu dengan kelima sinar merah milik Nyi Roro Ranggas dan selarik sinar putih berbalut cahaya biru dari Pedang Jagat Samudera..
Delapan sinar berwarna warni gabungan delapan kekuatan dahsyat, dengan tepat menabrak tiga cahaya hitam milik Raja Siluman..
BUUMMM!!!
Sebuah ledakan maha dahsyat membuat seisi langit bercahaya terang di sertai kilatan petir dan suara gemuruh.. Gelombang ledakan tersebut menghanguskan ratusan Jin berkekuatan rendah, baik dari pihak kami maupun dari pihak musuh.. Gw juga sempat terdorong mundur karena hempasan gelombang ledakan.. Dari arah lain, Raja Siluman terseret beberapa tombak kebelakang, dan menahan tubuhnya sendiri menggunakan Tombak hitam miliknya..
Sementara, sosok Ki Suta, Ki Sabdo dan Ki Braja Sapta yang berada cukup dekat dengan ledakan tadi, terlihat terhempas jauh kebelakang.. Nyi Roro Ranggas sempat menangkap tubuh sahabatnya Ki Braja Sapta.. Nyai Durga Daksa yang masih berbentuk ular naga berukuran besar, membelit tubuh Ki Sabdo dengan ekornya agar tidak lebih jauh terhempas, dan Raden Jaka Wastra yang nampak sedikit pucat akibat terkena gelombang ledakan tadi, segera melesat ke arah sosok Ki Suta dan menangkap tubuh Kakek Moyang kami tersebut..
Di sisi lain, Raja Siluman mulai bangkit dengan kedua mata nya yang besar berwarna merah menyala, menatap kami penuh kebencian.. Aura hitam yang mengelilingi tubuhnya terasa semakin kuat, menandakan mahluk tersebut sudah benar-benar tenggelam dalam lautan amarah.. Sejenak, ia menoleh ke arah sisa-sisa pasukannya yang telah berkurang sangat jauh..
Ratusan mahluk yang menjadi pengikutnya pun tampak kelelahan dan menahan sakit akibat luka yang mereka dapat.. Sebagian lagi bahkan kehilangan anggota tubuh nya, baik itu tangan atau kaki.. Bau anyir darah hitam dari masing-masing pasukan semakin kuat menusuk indera penciuman..
“Aku berjanji akan menghabisi kalian semua” Ucap Raja Siluman dengan tatapan tajam, dengan cepat ia merubah diri nya menjadi raksasa berukuran sepuluh kali lipat dari ukuran tubuhnya semula..
Mahluk berwajah laksana Rahwana itu, nampak memejamkan kedua matanya yang besar.. Mulutnya yang terselip dua taring panjang, nampak berkomat kamit seiring telapak tangan kiri mengusap-usap perutnya yang buncit dengan pola memutar.. Semakin lama putaran tangannya di atas perut bertambah semakin cepat.. Tiba-tiba, dari jejak usapan telapak tangan Raja Siluman, tercipta sebuah lubang hitam di atas perutnya yang berukuran sangat besar..
Sebuah daya hisap yang kuat muncul secara tiba-tiba, dari dalam lubang hitam di perut Raja Siluman.. Semakin lama, daya hisap nya semakin kuat.. Beberapa Jin berkekuatan rendah nampak mulai terangkat ke atas dan melayang karena terkena daya hisap dari lubang hitam tersebut, hingga melesat masuk ke dalam nya..
“Astaga, itu Ajian Pusaran Angin Neraka.. Semuanya, segera melayang sejauh mungkin, gunakan senjata kalian masing-masing untuk berpegang.. Jika tidak tubuh kalian akan terhisap ke dalam lubang di perut Raja Siluman” Teriak Senopati Kerajaan Laut Utara, Raden Jaka Wastra, yang baru menyadari jika Raja Siluman sedang mengeluarkan Ajian pamungkasnya..
Kami semua sangat terkejut mendengar teriakan Senopati itu, lalu melesat menjauh dengan cepat, karena merasa daya hisap Ajian Pusaran Angin Neraka bertambah kuat.. Ki Suta yang sempat tercekat mendengar ucapan salah seorang utusan dari Kerajaan Laut Utara itu, terlihat melemparkan Tasbih Putih yang selama ini ada di tangannya..
Sesaat, Tasbih Putih milik Kakek Moyang kami, nampak melayang berputar-putar lalu berhenti tepat di satu titik jauh di belakang kami semua.. Bibir Ki Suta nampak berkomat kamit untuk sesaat.. Sebuah pemandangan menakjubkan terjadi dengan mendadak.. Tasbih Putih milik Kakek Moyang kami, yang sempat terhenti di atas udara, tiba-tiba mengeluarkan sinar putih yang melesat menembus angkasa, dan membentuk sebuah tiang tak berujung dengan ukuran tiga kali pelukan tangan, begitu sinar putih tersebut lenyap..
“Lekaslah berpegang ke Tiang Penyangga Langit” Teriak Ki Suta sambil melesat ke arah tiang yang ia sebut sebagai Tiang Penyangga Langit..
Beberapa Jin Wanita yang mempunyai selendang, melemparkan selendangnya yang langsung membelit Tiang Penyangga Langit, termasuk Sekar yang sempat menarik ekor Harimau jelmaan Bayu Barata, Nyi Roro Ranggas yang masih memegangi tubuh Ki Braja Sapta dan Dewi Arum Kesuma yang membawa Naga Saksana dan Nyai Lingga.. Berbeda dengan Nyi Durga Daksa beserta duo Sanca Prawira dan Sanca Dwira serta sisa-sisa pasukannya yang segera melesat, membelitkan ekornya ke Tiang yang tak berujung tersebut..
Ki Sabdo juga terlihat melesat sambil menghunus tongkat birunya yang tepat menusuk ke Tiang Penyangga Langit satu tombak di atas kepala Nyi Durga Daksa.. Di lain arah, Ridho nampak menarik pinggang Suluh sambil melemparkan ujung Cambuk Langit Selatan ke arah tiang ciptaan Ki Suta.. Tubuh mereka berdua melesat dengan cepat, begitu Ridho menarik pangkal Cambuk Saktinya yang sudah membelit Tiang Penyangga Langit..
Bimo dan gw sama-sama memerintahkan Senjata Sakti kami untuk meluncur ke arah tiang yang berdiri tegak jauh di belakang..
TRAAKK!!!
Suara retakan Tiang Penyangga Langit terdengar, begitu Pedang Jagat Samudera dan Tombak Geni milik gw dan Bimo menancap di atasnya.. Gw berada di posisi berdekatan dengan Dewi Arum Kesuma, yang membelitkan selendang kuningnya sempat memberi gadis itu sebuah senyuman manis..
Tapi malah di balas tatapan tajam oleh gadis Penjaga Gerbang Kerajaan Laut Utara itu.. Gw lihat dari atas ke bawah, kami semua menempel berpegangan menggunakan segala sesuatu untuk berpegangan di Tiang Penyangga Langit..
Sementara, Senopati Jaka Wastra terlihat mengeluarkan sebuah selendang berwarna biru laut yang terselip di belakang pinggang.. Dengan tubuh yang sedikit demi sedikit terseret, Raden Jaka Wastra memutar selendang biru itu ke arah depan..
Sebuah gelombang angin topan perlahan keluar dari selendang biru yang masih berputar di tangan Senopati Jaka Wastra.. Kekuatan angin topan tersebut seakan menolak daya hisap Ajian Pusaran Angin Neraka, hal ini terlihat dari tubuh puluhan Jin yang kembali melesat menjauh setelah sempat terseret ilmu hitam milik Raja Siluman.. Kami yang sudah berpegangan dengan menggunakan senjata masing-masing, mulai kembali waspada..
“Kita harus mencari cara lain, Selendang Samudera pemberian Penguasa Laut Utara, hanya mampu menahan Ajian Raja Siluman untuk sementara” Kata Dewi Arum Kesuma sedikit berteriak..
Gw yang berada di samping gadis cantik Penjaga Gerbang Kerajaan Laut Utara itu, mencoba mencari jalan keluar dari masalah besar yang sedang kami hadapi, tapi otak gw terasa buntu saat ini.
Dari arah Raja Siluman, terlihat mahluk itu menaikkan Tombak Saktinya..
DESS!!!
Selarik sinar hitam melesat dengan cepat ke arah Senopati Jaka Wastra, yang masih memutar Selendang Samudera pemberian junjungannya, yaitu Penguasa Laut Utara.. Menyadari sebuah serangan hebat sedang menuju ke arahnya, dengan cepat Senopati Kerajaan Laut Utara itu, melemparkan Pedang Peraknya menggunakan tangan kiri, ke arah sinar hitam untuk menghadang..
DUARR!!!
Sebuah ledakan hebat kembali terjadi, membuat suasana sesaat menyilaukan.. Raden Jaka Wastra nampak terpental jauh, seiring Pedang Perak dan Selendang Samudera di tangannya ikut terlempar, namun tubuh Raden Jaka Wastra langsung di tangkap dengan cepat oleh Dewi Arum Kesuma, yang sempat gw cegah untuk melepas pegangan dari selendang kuningnya.. Senopati Kerajaan itu segera melayang bangkit, lalu memanggil dua senjatanya untuk kembali.. Sementara Raja Siluman terlihat hanya tersurut satu tombak ke belakang..
Selepas Selendang Samudera tak mampu lagi menahan Ajian Pusaran Angin Neraka milik Raja Siluman, daya hisap luar biasa kembali menyergap kami semua..Suara angin menderu-deru yang menandakan daya hisap ajian milik Raja Siluman bertambah kuat.. Puluhan Jin pasukan manusia setengah ular dan Jin buaya putih serta pasukan harimau Bayu Barata, menjerit-jerit dan mengaum saat tubuh mereka tersedot ke dalam perut musuh utama kami..
Tiba-tiba, tubuh Dewi Arum Kencana yang hendak melesat kembali menggunakan selendang kuningnya ke arah Tiang Penyangga Langit, mulai terangkat dan tersedot ke dalam pusaran.. Senopati Kerajaan Laut Utara sedikit terlambat untuk menarik tangan Dewi Arum Kesuma.. Gadis yang berpakaian layaknya seorang puteri kerajaan itu, terdengar menjerit panik beberapa kali, saat tubuhnya semakin cepat tersedot ke arah Pusaran Angin Neraka..
Raden Jaka Wastra memusatkan seluruh tenaga dalamnya untuk menahan daya hisap Ajian Pusaran Angin Neraka, lalu melemparkan Selendang Samudera yang sudah kembali padanya, ke arah Dewi Arum Kesuma, dan berhasil menangkap gadis tersebut.. Senopati Kerajaan Laut Utara itu nampak berusaha menarik tubuh Dewi Arum Kesuma sekuat tenaga, namun luka dalam akibat benturan kesaktiannya dengan sinar hitam milik Raja Siluman beberapa saat lalu, membuat usahanya nampak sia-sia belaka.. Yang ada malah tubuh Raden Jaka Wastra juga mulai ikut terseret sedikit demi sedikit..
“Pegang tangan gw, Bim” Pinta gw ke Bimo yang menatap heran..
Gw yang tak mau hal-hal buruk terjadi pada kedua sosok yang sudah datang membantu atas panggilan gw sendiri, mencabut Pedang Jagat Samudera dan langsung melemparkan Pedang itu ke wajah Raja Siluman, sesaat setelah memegang erat lengan Bimo yang masih berpegangan ke Tombak Geni.. Tangan kanan gw bergerak gerak kesana-kemari selaras dengan gerakan Pedang Jagat Samudera..
TRAANGG!!!
Suara benturan Pedang Jagat Samudera terdengar saat tombak hitam Raja Siluman menangkisnya, dan membuat Pedang itu terpental jauh.. Tak berapa lama kemudian, Pedang Jagat Samudera kembali melesat dan tertancap di Tiang Penyangga Langit..
“Percuma kau gunakan Pedang Jagat Samudera untuk melawannya, karena hawa mereka berdua sama-sama panas.. Kau harus melawan Pusaran Angin Neraka dengan senjata berhawa dingin” Teriak Raden Jaka Wastra yang masih mencoba melawan daya hisap Pusaran Angin Neraka, sambil terus berusaha menarik Selendang Samudera yang membelit tubuh Dewi Arum Kesuma..
Kalimat Raden Jaka Wastra barusan, membuat gw mengurungkan niat untuk kembali menyerang Raja Siluman menggunakan Pedang Jagat Samudera..
Dewi Arum Kesuma dan Raden Jaka Wastra nampak melesat kesana kemari sambil mengayunkan senjata masing-masing yang berupa Trisula dan Pedang Perak.. Entah berapa puluh Jin, anak buah Raja Siluman yang sudah berhasil mereka lenyapkan, yang pasti kedua utusan Kerajaan Laut Utara itu terlihat sangat bersemangat membinasakan musuh yang jumlahnya sudah jauh berkurang..
Tinggal satu musuh utama kami yaitu Raja Siluman yang sedang bertempur menghadapi Ki Suta, Ki Sabdo dan Ki Braja Sapta.. Ketiga mahluk dari golongan putih nampak sedikit kewalahan menghadapi kesaktian Raja Siluman.. Bahkan, dua garis jejak darah hitam yang mengering, terlihat di dua sudut bibir Ki Sabdo..
“Kau masih sanggup, Sabdo?” Tanya Ki Braja Sapta sambil memegang dada kirinya, yang langsung diikuti tatapan mata Ki Suta yang masih memilin Tasbih Putih, saat mereka bertiga melesat mundur untuk menyela waktu..
Sebuah anggukan di berikan Ki Sabdo dengan wajah pucat dan deru nafas yang terdengar tak beraturan..
“Sudah lama aku tidak merasakan pertempuran sengit seperti ini, Braja” Jawab kakek tua berbaju gamis serba biru..
Dari arah berlawanan, Raja Siluman nampak melesat berputar sambil mengayunkan Tombak saktinya tiga kali..
DESS.. DESS..DESS..
Suara tiga larik sinar hitam terdengar laksana letusan meriam, yang mengandung hawa sakti sangat tinggi, tiba-tiba melesat keluar dari tombak sakti milik Raja Siluman ke arah ketiga sosok mahluk bergolongan putih.. Gw yang masih menghadapi ratusan Jin, menyadari jika ketiga tokoh tersebut sedang berada dalam bahaya, langsung melompat sambil mengayunkan Pedang Jagat Samudera, mencoba menghalau tiga kesaktian Raja Siluman .. Selarik Sinar putih terbalut cahaya biru melesat dari ayunan Pedang Jagat Samudera, ke arah tiga sinar hitam..
Dari arah berbeda, Nyi Roro Ranggas juga mengibaskan kelima cakarnya di tangan kanan dan menghasilkan lima buah sinar merah, yang melesat ke arah sama dengan sinar putih dari Pedang Jagat Samudera.. Raden Jaka Wastra nampak melompat sambil memutar Pedang Peraknya, dua larik sinar perak juga meluncur dari Pedang sakti itu, menjadi satu dengan kelima sinar merah milik Nyi Roro Ranggas dan selarik sinar putih berbalut cahaya biru dari Pedang Jagat Samudera..
Delapan sinar berwarna warni gabungan delapan kekuatan dahsyat, dengan tepat menabrak tiga cahaya hitam milik Raja Siluman..
BUUMMM!!!
Sebuah ledakan maha dahsyat membuat seisi langit bercahaya terang di sertai kilatan petir dan suara gemuruh.. Gelombang ledakan tersebut menghanguskan ratusan Jin berkekuatan rendah, baik dari pihak kami maupun dari pihak musuh.. Gw juga sempat terdorong mundur karena hempasan gelombang ledakan.. Dari arah lain, Raja Siluman terseret beberapa tombak kebelakang, dan menahan tubuhnya sendiri menggunakan Tombak hitam miliknya..
Sementara, sosok Ki Suta, Ki Sabdo dan Ki Braja Sapta yang berada cukup dekat dengan ledakan tadi, terlihat terhempas jauh kebelakang.. Nyi Roro Ranggas sempat menangkap tubuh sahabatnya Ki Braja Sapta.. Nyai Durga Daksa yang masih berbentuk ular naga berukuran besar, membelit tubuh Ki Sabdo dengan ekornya agar tidak lebih jauh terhempas, dan Raden Jaka Wastra yang nampak sedikit pucat akibat terkena gelombang ledakan tadi, segera melesat ke arah sosok Ki Suta dan menangkap tubuh Kakek Moyang kami tersebut..
Di sisi lain, Raja Siluman mulai bangkit dengan kedua mata nya yang besar berwarna merah menyala, menatap kami penuh kebencian.. Aura hitam yang mengelilingi tubuhnya terasa semakin kuat, menandakan mahluk tersebut sudah benar-benar tenggelam dalam lautan amarah.. Sejenak, ia menoleh ke arah sisa-sisa pasukannya yang telah berkurang sangat jauh..
Ratusan mahluk yang menjadi pengikutnya pun tampak kelelahan dan menahan sakit akibat luka yang mereka dapat.. Sebagian lagi bahkan kehilangan anggota tubuh nya, baik itu tangan atau kaki.. Bau anyir darah hitam dari masing-masing pasukan semakin kuat menusuk indera penciuman..
“Aku berjanji akan menghabisi kalian semua” Ucap Raja Siluman dengan tatapan tajam, dengan cepat ia merubah diri nya menjadi raksasa berukuran sepuluh kali lipat dari ukuran tubuhnya semula..
Mahluk berwajah laksana Rahwana itu, nampak memejamkan kedua matanya yang besar.. Mulutnya yang terselip dua taring panjang, nampak berkomat kamit seiring telapak tangan kiri mengusap-usap perutnya yang buncit dengan pola memutar.. Semakin lama putaran tangannya di atas perut bertambah semakin cepat.. Tiba-tiba, dari jejak usapan telapak tangan Raja Siluman, tercipta sebuah lubang hitam di atas perutnya yang berukuran sangat besar..
Sebuah daya hisap yang kuat muncul secara tiba-tiba, dari dalam lubang hitam di perut Raja Siluman.. Semakin lama, daya hisap nya semakin kuat.. Beberapa Jin berkekuatan rendah nampak mulai terangkat ke atas dan melayang karena terkena daya hisap dari lubang hitam tersebut, hingga melesat masuk ke dalam nya..
“Astaga, itu Ajian Pusaran Angin Neraka.. Semuanya, segera melayang sejauh mungkin, gunakan senjata kalian masing-masing untuk berpegang.. Jika tidak tubuh kalian akan terhisap ke dalam lubang di perut Raja Siluman” Teriak Senopati Kerajaan Laut Utara, Raden Jaka Wastra, yang baru menyadari jika Raja Siluman sedang mengeluarkan Ajian pamungkasnya..
Kami semua sangat terkejut mendengar teriakan Senopati itu, lalu melesat menjauh dengan cepat, karena merasa daya hisap Ajian Pusaran Angin Neraka bertambah kuat.. Ki Suta yang sempat tercekat mendengar ucapan salah seorang utusan dari Kerajaan Laut Utara itu, terlihat melemparkan Tasbih Putih yang selama ini ada di tangannya..
Sesaat, Tasbih Putih milik Kakek Moyang kami, nampak melayang berputar-putar lalu berhenti tepat di satu titik jauh di belakang kami semua.. Bibir Ki Suta nampak berkomat kamit untuk sesaat.. Sebuah pemandangan menakjubkan terjadi dengan mendadak.. Tasbih Putih milik Kakek Moyang kami, yang sempat terhenti di atas udara, tiba-tiba mengeluarkan sinar putih yang melesat menembus angkasa, dan membentuk sebuah tiang tak berujung dengan ukuran tiga kali pelukan tangan, begitu sinar putih tersebut lenyap..
“Lekaslah berpegang ke Tiang Penyangga Langit” Teriak Ki Suta sambil melesat ke arah tiang yang ia sebut sebagai Tiang Penyangga Langit..
Beberapa Jin Wanita yang mempunyai selendang, melemparkan selendangnya yang langsung membelit Tiang Penyangga Langit, termasuk Sekar yang sempat menarik ekor Harimau jelmaan Bayu Barata, Nyi Roro Ranggas yang masih memegangi tubuh Ki Braja Sapta dan Dewi Arum Kesuma yang membawa Naga Saksana dan Nyai Lingga.. Berbeda dengan Nyi Durga Daksa beserta duo Sanca Prawira dan Sanca Dwira serta sisa-sisa pasukannya yang segera melesat, membelitkan ekornya ke Tiang yang tak berujung tersebut..
Ki Sabdo juga terlihat melesat sambil menghunus tongkat birunya yang tepat menusuk ke Tiang Penyangga Langit satu tombak di atas kepala Nyi Durga Daksa.. Di lain arah, Ridho nampak menarik pinggang Suluh sambil melemparkan ujung Cambuk Langit Selatan ke arah tiang ciptaan Ki Suta.. Tubuh mereka berdua melesat dengan cepat, begitu Ridho menarik pangkal Cambuk Saktinya yang sudah membelit Tiang Penyangga Langit..
Bimo dan gw sama-sama memerintahkan Senjata Sakti kami untuk meluncur ke arah tiang yang berdiri tegak jauh di belakang..
TRAAKK!!!
Suara retakan Tiang Penyangga Langit terdengar, begitu Pedang Jagat Samudera dan Tombak Geni milik gw dan Bimo menancap di atasnya.. Gw berada di posisi berdekatan dengan Dewi Arum Kesuma, yang membelitkan selendang kuningnya sempat memberi gadis itu sebuah senyuman manis..
Tapi malah di balas tatapan tajam oleh gadis Penjaga Gerbang Kerajaan Laut Utara itu.. Gw lihat dari atas ke bawah, kami semua menempel berpegangan menggunakan segala sesuatu untuk berpegangan di Tiang Penyangga Langit..
Sementara, Senopati Jaka Wastra terlihat mengeluarkan sebuah selendang berwarna biru laut yang terselip di belakang pinggang.. Dengan tubuh yang sedikit demi sedikit terseret, Raden Jaka Wastra memutar selendang biru itu ke arah depan..
Sebuah gelombang angin topan perlahan keluar dari selendang biru yang masih berputar di tangan Senopati Jaka Wastra.. Kekuatan angin topan tersebut seakan menolak daya hisap Ajian Pusaran Angin Neraka, hal ini terlihat dari tubuh puluhan Jin yang kembali melesat menjauh setelah sempat terseret ilmu hitam milik Raja Siluman.. Kami yang sudah berpegangan dengan menggunakan senjata masing-masing, mulai kembali waspada..
“Kita harus mencari cara lain, Selendang Samudera pemberian Penguasa Laut Utara, hanya mampu menahan Ajian Raja Siluman untuk sementara” Kata Dewi Arum Kesuma sedikit berteriak..
Gw yang berada di samping gadis cantik Penjaga Gerbang Kerajaan Laut Utara itu, mencoba mencari jalan keluar dari masalah besar yang sedang kami hadapi, tapi otak gw terasa buntu saat ini.
Dari arah Raja Siluman, terlihat mahluk itu menaikkan Tombak Saktinya..
DESS!!!
Selarik sinar hitam melesat dengan cepat ke arah Senopati Jaka Wastra, yang masih memutar Selendang Samudera pemberian junjungannya, yaitu Penguasa Laut Utara.. Menyadari sebuah serangan hebat sedang menuju ke arahnya, dengan cepat Senopati Kerajaan Laut Utara itu, melemparkan Pedang Peraknya menggunakan tangan kiri, ke arah sinar hitam untuk menghadang..
DUARR!!!
Sebuah ledakan hebat kembali terjadi, membuat suasana sesaat menyilaukan.. Raden Jaka Wastra nampak terpental jauh, seiring Pedang Perak dan Selendang Samudera di tangannya ikut terlempar, namun tubuh Raden Jaka Wastra langsung di tangkap dengan cepat oleh Dewi Arum Kesuma, yang sempat gw cegah untuk melepas pegangan dari selendang kuningnya.. Senopati Kerajaan itu segera melayang bangkit, lalu memanggil dua senjatanya untuk kembali.. Sementara Raja Siluman terlihat hanya tersurut satu tombak ke belakang..
Selepas Selendang Samudera tak mampu lagi menahan Ajian Pusaran Angin Neraka milik Raja Siluman, daya hisap luar biasa kembali menyergap kami semua..Suara angin menderu-deru yang menandakan daya hisap ajian milik Raja Siluman bertambah kuat.. Puluhan Jin pasukan manusia setengah ular dan Jin buaya putih serta pasukan harimau Bayu Barata, menjerit-jerit dan mengaum saat tubuh mereka tersedot ke dalam perut musuh utama kami..
Tiba-tiba, tubuh Dewi Arum Kencana yang hendak melesat kembali menggunakan selendang kuningnya ke arah Tiang Penyangga Langit, mulai terangkat dan tersedot ke dalam pusaran.. Senopati Kerajaan Laut Utara sedikit terlambat untuk menarik tangan Dewi Arum Kesuma.. Gadis yang berpakaian layaknya seorang puteri kerajaan itu, terdengar menjerit panik beberapa kali, saat tubuhnya semakin cepat tersedot ke arah Pusaran Angin Neraka..
Raden Jaka Wastra memusatkan seluruh tenaga dalamnya untuk menahan daya hisap Ajian Pusaran Angin Neraka, lalu melemparkan Selendang Samudera yang sudah kembali padanya, ke arah Dewi Arum Kesuma, dan berhasil menangkap gadis tersebut.. Senopati Kerajaan Laut Utara itu nampak berusaha menarik tubuh Dewi Arum Kesuma sekuat tenaga, namun luka dalam akibat benturan kesaktiannya dengan sinar hitam milik Raja Siluman beberapa saat lalu, membuat usahanya nampak sia-sia belaka.. Yang ada malah tubuh Raden Jaka Wastra juga mulai ikut terseret sedikit demi sedikit..
“Pegang tangan gw, Bim” Pinta gw ke Bimo yang menatap heran..
Gw yang tak mau hal-hal buruk terjadi pada kedua sosok yang sudah datang membantu atas panggilan gw sendiri, mencabut Pedang Jagat Samudera dan langsung melemparkan Pedang itu ke wajah Raja Siluman, sesaat setelah memegang erat lengan Bimo yang masih berpegangan ke Tombak Geni.. Tangan kanan gw bergerak gerak kesana-kemari selaras dengan gerakan Pedang Jagat Samudera..
TRAANGG!!!
Suara benturan Pedang Jagat Samudera terdengar saat tombak hitam Raja Siluman menangkisnya, dan membuat Pedang itu terpental jauh.. Tak berapa lama kemudian, Pedang Jagat Samudera kembali melesat dan tertancap di Tiang Penyangga Langit..
“Percuma kau gunakan Pedang Jagat Samudera untuk melawannya, karena hawa mereka berdua sama-sama panas.. Kau harus melawan Pusaran Angin Neraka dengan senjata berhawa dingin” Teriak Raden Jaka Wastra yang masih mencoba melawan daya hisap Pusaran Angin Neraka, sambil terus berusaha menarik Selendang Samudera yang membelit tubuh Dewi Arum Kesuma..
Kalimat Raden Jaka Wastra barusan, membuat gw mengurungkan niat untuk kembali menyerang Raja Siluman menggunakan Pedang Jagat Samudera..
qthing12 dan 15 lainnya memberi reputasi
16