- Beranda
- Stories from the Heart
Ku Kejar Cintamu Sampai Garis Finish
...
TS
congyang.jus
Ku Kejar Cintamu Sampai Garis Finish

Tuhan tidak selalu memberi kita jalan lurus untuk mencapai suatu tujuan. Terkadang dia memberi kita jalan memutar, bahkan seringkali kita tidak bisa mencapai tujuan yg sudah kita rencanakan diawal. Bukan karena tuhan tidak memberi yg kita inginkan, tetapi untuk memberi kita yg terbaik. Percayalah, rencana Tuhan jauh lebih indah.
Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 13 suara
Siapa yang akan menjadi pemaisuri Raja?
Olivia
31%
Bunga
8%
Diana
15%
Zahra
15%
Okta
8%
Shinta
23%
Diubah oleh congyang.jus 04-03-2022 10:27
JabLai cOY dan 37 lainnya memberi reputasi
38
165.6K
793
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
congyang.jus
#224
Ditinggal Rabi
Pulang sekolah gw berdiam diri di balkon kamar mendengarkan musik. Gw duduk di kursi kayu dengan kaki yang gw selonjorkan di atas pembatas besi. Terlihat warna langit yang mulai menguning tanda akan bergantinya siang menjadi sore.
Karena bosan, gw putuskan untuk pergi ke bengkel. Gw buka almari pakaian, dan memilih2 celana yang akan gw kenakan. Ga mungkin kan, gw pergi main cuma koloran. Pilihan gw jatuh pada celana jeans pendek selutut. Pintu kamar gw diketuk saat hendak mengenakan celana.
"Mas, ada yang nyari.." teriak Zahra dari luar kamar
"Siapa?.." tanya gw
"Mbak Diana.." jawabnya
Gw keluar menuju balkon dan menengok ke halaman rumah. Terlihat sebuah motor yang sudah tidak asing lagi bagi gw. Benar, itu motor milik Ana
Diana? Ada apa dia sampai kesini. Bagaimana dia tahu gw pindah kesini. Padahal dia ga pernah gw ajak berkunjung ke rumah Mamah. "Pasti Mbak Oliv" bathin gw menebak siapa yang memberi tahu alamat rumah baru gw ini.
Dengan berlari kecil, gw melewati setiap anak tangga menuju ruang tamu yang berada di depan.
Gw duduk di depannya. "Apa kabar?" tanya gw berbasa-basi
"Baik ja, kamu baik kan?" tanya dia balik. Ekspresinya sulit gw jelaskan. Yang jelas nampak sedikit kesedihan di dalam hatinya.
"Ya ginilah.." jawab gw sekenanya sambil tersenyum kecil
Gw berdiri, hendak mengambil minum, namun Ana menahan. Dia bilang hanya sebentar. Gw semakin penasaran tujuan dia kesini untuk apa. Gw kembali duduk di sofa. Suasana menjadi hening sesaat.
Dia mengeluarkan secarik kertas dari tas kecilnya dan meletakkanya di meja kaca di depan gw. Gw mengamatinya sebentar.. Terpampang jelas nama dia dan laki-laki yang belakangan ini gw ketahui adalah orang ketiga dalam hubungan gw dengan Ana.
"Itu bukan anak ku kan?" tanya gw menatap matanya. Dia menggelengkan kepala, kepalanya menunduk. Matanya tidak berani menatap muka gw.
"Aku ga tahu ya, harus bersedih apa harus ikut bahagia" gw ambil asbak di meja sudut ruangan dan meletakkannya di meja depan gw.
"Mungkin ini karma ku ja" air matanya menetes. Kepalanya masih menunduk
Gw terdiam, hanya terdengar suara korek gas menyala dan pletikan dari tembakau yang terbungkus kertas putih
Apa mungkin ini memang karma yang ia dapat. Jujur ada perasaan yang susah gw gambarkan. Antara bahagia, sedih dan iri. Bahagia karena ia telah menemukan pendamping hidupnya, walaupun dengan cara yang sedikit terpaksa. Sedih karena Ana harus keluar sekolah sebagai konsekuensinya. Dan iri karena Ana harus duduk di pelaminan dengan orang lain. Sebenarnya rasa gw ke dia belum sepenuhnya hilang. Ada perasaan yang tertinggal ketika gw bertatap muka dengannya.
Suara isak tangisnya terdengar samar-samar.
Gumpalan asap putih keluar dari mulut gw "ya aku cuma bisa berdoa buat kebahagiaanmu" ucap gw sok santai. Padahal hati gw emosi.
Terimaksih ternyata engkau memilihku untuk jadi sahabat baikmu. Dan engkau mengundangku untuk menghadiri acara pernikahanmu. Kita berdua sama-sama saling memanjatkan doa untuk kebaikan hidup kita. Dengan ucapan dan teriring doaku-doaku yang suci, tulus dan ikhlas
Menunggu Shinta berdandan, gw duduk di ruang tamu rumahnya. Nampak foto2 Shinta dan Tegar ketika Tegar masih bayi. Terlihat juga foto Shinta dengan pakaian adat daerah ketika memperingati hari kartini, dulu semasa masih Sekolah Dasar.
Bapaknya menghampiri gw yang sudah terkantuk2 saking lamanya Shinta dandan.
"Rokok ja.." ucapnya setelah menyalakan sebatang rokok
"Iya pak, udah ada kok.." gw mengeluarkan sebungkus rokok dan koreknya dari saku kemeja yang gw kenakan.
"Sekarang rokoknya bungkusan ya, biasanya juga malem2 ngecer disini" ucap beliau lagi dengan tawa, namun masih nampak wibawa. Gw tersenyum lebar
Datang seorang pembeli di warung. Bapak nya Shinta berjalan menuju warung dan melayani pelanggan tersebut.
"Yang nikahan temenmu ja?" tanya beliau sekembalinya dari warung
"Iya pak.." jawab gw
"Temen sekolah?" tanya dia lagi
"Iya.."
"Wis wis, anak muda jaman sekarang. Belum lulus udah pada nikah. Belum nikah udah hamil duluan" ucapnya, gw hanya tersenyum tipis
"Kamu jangan sampai kayak gitu loh, awas kalo sampai kamu buat Shinta hamil duluan.." ancam dia, namum dengan mimik muka bercanda
"Hahaha.. Ya ga bakal lah pak, mana berani saya" gw tertawa ringan
"Ayok yang.." ucap Shinta saat baru sampai di ruang tamu. Dia masih asik merapikan pakaian yang ia kenakan sehingga tak sadar kalau Bapaknya sudah menemani gw mengobrol sejak tadi.
"Panggilnya sayang sayangan sekarang
" ejek seorang Bapak ke putrinya yang sudah beranjak remaja
"Loh, kok ada bapak
" Shinta nampak terkejut dan malu "Sana masuk loh pak" Ditarik tangan Bapaknya agar meninggalkan kami berdua.
Gw tersenyum menahan geli melihat tingkah konyol Shinta dan Bapaknya. Jujur, gw lupa kapan terakhir bercanda dengan Bapak gw sendiri.
"Kamu kok cantik sih" kalimat yang terlontar spontan dari mulut gw
"Udah berapa cewek yang kamu bilang cantik?" matanya menatap gw tajam seakan haus akan jawaban.
"Lupa ehehe.." seketika ekspresi wajahnya berubah. Kedua tangannya dilipat. "Tapi kamu emang cantik kan, apalagi kalo duduk di pelaminan sama aku" wajahnya masih cemberut, namun sedikit memerah malu karena ucapan gw.
"Buruan berangkat yuk, bisa jadi udang rebus kamu gombalin mulu" dia berdiri menuju pintu, gw mengikutinya dari belakang.
*Tuiuit tuiuit* bunyi alarm mobil yang gw parkirkan di depan rumahnya.
"Loh naik mobil?" dia menghentikan langkahnya
"Kalo naik motor nanti dandanan kamu rusak lah hehe
" jawab gw, lalu menyalip langkahnya menuju mobil
Ia masuk ke dalam mobil. Seat belt langsung ia kenakan setelah duduk nyaman. "Dulu kemana2 mbonceng, sekalinya punya kendaraan langsung mobil"
"Mobil nya Papah kok" balas gw sembari menjalankan kendaraan roda empat ini menuju rumah yang dulu hampir selalu gw kunjungi di setiap sabtu malam.
Dari kejauhan, nampak tenda biru yang terpasang rapi. Gw dan Shinta sampai di tujuan. Kami saling bertatapan sebelum turun dari mobil. Gw mengangkat alis. Dia tersenyum, matanya agak disipit-sipitkan.
Kami berjalan ke arah keramaian tersebut. Tangan kanannya merangkul lengan kiri gw
"Ciyee bajunya couple an.." ucap Mbak Oliv yang berdua dengan Rico. Tangannya membawa mangkok berisi bakso
Shinta tersipu malu. Gw memandangi kemeja yang gw kenakan dan yang di kenakan Shinta. Gw memakai kemeja merah marun dan blue jeans. Dan ternyata warna kemeja gw sama dengan dress lengan panjang yang Shinta pakai.
"Kok bisa samaaan?" tanya gw ke Shinta. Dia hanya nyengir. "Mungkin Shinta sengaja menyamakan pakaian saat dandan tadi" bathin gw
Kami lanjut berjalan ke yang punya acara. "Kamu ga nangis kan? Haha" ledek Shinta saat berjalan menuju kedua pengantin.
Setegar mungkin aku menahan rasa sedih saat melihatmu di pelaminan. Duduk berdua bersama orang yang tidak pernah aku kenali sebelumnya
"Selamat yaa.. Semoga langgeng dan bahagia" gw ucapkan itu ke Ana dengan senyum sebahagia mungkin. Ana hanya senyum tak melontarkan sepatah kata pun.
Gw melangkah menuju sang mempelai pria. "Wis tau.."mungkin kalimat itu yang gw lontarkan jika gw cukup bodoh haha
"Jaga Ana baik2 bro.." gw salamin dia.
"Thanks udah dateng.." balasnya.. Gw tepuk bahunya, lalu gw dan Shinta turun dari panggung singgasana mencari makanan yang bisa dicicipi..
"Kamu mau apa?" tanya Shinta ke gw
"Emm, siomay aja deh.." jawab gw. Dari kejauhan, terlihat kawan2 sekolah gw sedang tertawa ria. Entah apa yang dibahas.
"Aku tunggu disana ya.." ucap gw ke Shinta sambil menunjuk kerumunan kawan2 gw. Dia mengangguk setuju
"Weh cuk, Mbak Oliv mana yak?" tanya ke salah satu kawan gw
"Pulang ama Rico kayaknya.." jawabnya
"Tuh si Rico main angkut kakak gw, mana kalo ngapel ga pernah bawain rokok.." gerutu gw
"Omong-omong, greget amat lo, dateng ke nikahan mantan sendirian.." kata kawan gw yang lainnya
"Ehehe.." Gw nyengir sembari menggaruk2 kepala yang tidak gatal
"Ini yang.." Shinta memberikan sepiring siomay di sela2 obrolan gw dan kawan2. Lalu dia asik sendiri dengan ice cream yang ia bawa.
Seketika kawan2 gw yang tadinya selalu mencibir jadi speechless. "Kenalin, Shinta.. Pacar gw" dengan ekspresi bangga, gw kenalin Shinta ke mereka..
Karena bosan, gw putuskan untuk pergi ke bengkel. Gw buka almari pakaian, dan memilih2 celana yang akan gw kenakan. Ga mungkin kan, gw pergi main cuma koloran. Pilihan gw jatuh pada celana jeans pendek selutut. Pintu kamar gw diketuk saat hendak mengenakan celana.
"Mas, ada yang nyari.." teriak Zahra dari luar kamar
"Siapa?.." tanya gw
"Mbak Diana.." jawabnya
Gw keluar menuju balkon dan menengok ke halaman rumah. Terlihat sebuah motor yang sudah tidak asing lagi bagi gw. Benar, itu motor milik Ana
Diana? Ada apa dia sampai kesini. Bagaimana dia tahu gw pindah kesini. Padahal dia ga pernah gw ajak berkunjung ke rumah Mamah. "Pasti Mbak Oliv" bathin gw menebak siapa yang memberi tahu alamat rumah baru gw ini.
Dengan berlari kecil, gw melewati setiap anak tangga menuju ruang tamu yang berada di depan.
Gw duduk di depannya. "Apa kabar?" tanya gw berbasa-basi
"Baik ja, kamu baik kan?" tanya dia balik. Ekspresinya sulit gw jelaskan. Yang jelas nampak sedikit kesedihan di dalam hatinya.
"Ya ginilah.." jawab gw sekenanya sambil tersenyum kecil
Gw berdiri, hendak mengambil minum, namun Ana menahan. Dia bilang hanya sebentar. Gw semakin penasaran tujuan dia kesini untuk apa. Gw kembali duduk di sofa. Suasana menjadi hening sesaat.
Dia mengeluarkan secarik kertas dari tas kecilnya dan meletakkanya di meja kaca di depan gw. Gw mengamatinya sebentar.. Terpampang jelas nama dia dan laki-laki yang belakangan ini gw ketahui adalah orang ketiga dalam hubungan gw dengan Ana.
"Itu bukan anak ku kan?" tanya gw menatap matanya. Dia menggelengkan kepala, kepalanya menunduk. Matanya tidak berani menatap muka gw.
"Aku ga tahu ya, harus bersedih apa harus ikut bahagia" gw ambil asbak di meja sudut ruangan dan meletakkannya di meja depan gw.
"Mungkin ini karma ku ja" air matanya menetes. Kepalanya masih menunduk
Gw terdiam, hanya terdengar suara korek gas menyala dan pletikan dari tembakau yang terbungkus kertas putih
Apa mungkin ini memang karma yang ia dapat. Jujur ada perasaan yang susah gw gambarkan. Antara bahagia, sedih dan iri. Bahagia karena ia telah menemukan pendamping hidupnya, walaupun dengan cara yang sedikit terpaksa. Sedih karena Ana harus keluar sekolah sebagai konsekuensinya. Dan iri karena Ana harus duduk di pelaminan dengan orang lain. Sebenarnya rasa gw ke dia belum sepenuhnya hilang. Ada perasaan yang tertinggal ketika gw bertatap muka dengannya.
Suara isak tangisnya terdengar samar-samar.
Gumpalan asap putih keluar dari mulut gw "ya aku cuma bisa berdoa buat kebahagiaanmu" ucap gw sok santai. Padahal hati gw emosi.
Terimaksih ternyata engkau memilihku untuk jadi sahabat baikmu. Dan engkau mengundangku untuk menghadiri acara pernikahanmu. Kita berdua sama-sama saling memanjatkan doa untuk kebaikan hidup kita. Dengan ucapan dan teriring doaku-doaku yang suci, tulus dan ikhlas
*****
Menunggu Shinta berdandan, gw duduk di ruang tamu rumahnya. Nampak foto2 Shinta dan Tegar ketika Tegar masih bayi. Terlihat juga foto Shinta dengan pakaian adat daerah ketika memperingati hari kartini, dulu semasa masih Sekolah Dasar.
Bapaknya menghampiri gw yang sudah terkantuk2 saking lamanya Shinta dandan.
"Rokok ja.." ucapnya setelah menyalakan sebatang rokok
"Iya pak, udah ada kok.." gw mengeluarkan sebungkus rokok dan koreknya dari saku kemeja yang gw kenakan.
"Sekarang rokoknya bungkusan ya, biasanya juga malem2 ngecer disini" ucap beliau lagi dengan tawa, namun masih nampak wibawa. Gw tersenyum lebar
Datang seorang pembeli di warung. Bapak nya Shinta berjalan menuju warung dan melayani pelanggan tersebut.
"Yang nikahan temenmu ja?" tanya beliau sekembalinya dari warung
"Iya pak.." jawab gw
"Temen sekolah?" tanya dia lagi
"Iya.."
"Wis wis, anak muda jaman sekarang. Belum lulus udah pada nikah. Belum nikah udah hamil duluan" ucapnya, gw hanya tersenyum tipis
"Kamu jangan sampai kayak gitu loh, awas kalo sampai kamu buat Shinta hamil duluan.." ancam dia, namum dengan mimik muka bercanda
"Hahaha.. Ya ga bakal lah pak, mana berani saya" gw tertawa ringan
"Ayok yang.." ucap Shinta saat baru sampai di ruang tamu. Dia masih asik merapikan pakaian yang ia kenakan sehingga tak sadar kalau Bapaknya sudah menemani gw mengobrol sejak tadi.
"Panggilnya sayang sayangan sekarang
" ejek seorang Bapak ke putrinya yang sudah beranjak remaja"Loh, kok ada bapak
" Shinta nampak terkejut dan malu "Sana masuk loh pak" Ditarik tangan Bapaknya agar meninggalkan kami berdua.Gw tersenyum menahan geli melihat tingkah konyol Shinta dan Bapaknya. Jujur, gw lupa kapan terakhir bercanda dengan Bapak gw sendiri.
"Kamu kok cantik sih" kalimat yang terlontar spontan dari mulut gw
"Udah berapa cewek yang kamu bilang cantik?" matanya menatap gw tajam seakan haus akan jawaban.
"Lupa ehehe.." seketika ekspresi wajahnya berubah. Kedua tangannya dilipat. "Tapi kamu emang cantik kan, apalagi kalo duduk di pelaminan sama aku" wajahnya masih cemberut, namun sedikit memerah malu karena ucapan gw.
"Buruan berangkat yuk, bisa jadi udang rebus kamu gombalin mulu" dia berdiri menuju pintu, gw mengikutinya dari belakang.
*Tuiuit tuiuit* bunyi alarm mobil yang gw parkirkan di depan rumahnya.
"Loh naik mobil?" dia menghentikan langkahnya
"Kalo naik motor nanti dandanan kamu rusak lah hehe
" jawab gw, lalu menyalip langkahnya menuju mobilIa masuk ke dalam mobil. Seat belt langsung ia kenakan setelah duduk nyaman. "Dulu kemana2 mbonceng, sekalinya punya kendaraan langsung mobil"
"Mobil nya Papah kok" balas gw sembari menjalankan kendaraan roda empat ini menuju rumah yang dulu hampir selalu gw kunjungi di setiap sabtu malam.
Dari kejauhan, nampak tenda biru yang terpasang rapi. Gw dan Shinta sampai di tujuan. Kami saling bertatapan sebelum turun dari mobil. Gw mengangkat alis. Dia tersenyum, matanya agak disipit-sipitkan.
Kami berjalan ke arah keramaian tersebut. Tangan kanannya merangkul lengan kiri gw
"Ciyee bajunya couple an.." ucap Mbak Oliv yang berdua dengan Rico. Tangannya membawa mangkok berisi bakso
Shinta tersipu malu. Gw memandangi kemeja yang gw kenakan dan yang di kenakan Shinta. Gw memakai kemeja merah marun dan blue jeans. Dan ternyata warna kemeja gw sama dengan dress lengan panjang yang Shinta pakai.
"Kok bisa samaaan?" tanya gw ke Shinta. Dia hanya nyengir. "Mungkin Shinta sengaja menyamakan pakaian saat dandan tadi" bathin gw
Kami lanjut berjalan ke yang punya acara. "Kamu ga nangis kan? Haha" ledek Shinta saat berjalan menuju kedua pengantin.
Setegar mungkin aku menahan rasa sedih saat melihatmu di pelaminan. Duduk berdua bersama orang yang tidak pernah aku kenali sebelumnya
"Selamat yaa.. Semoga langgeng dan bahagia" gw ucapkan itu ke Ana dengan senyum sebahagia mungkin. Ana hanya senyum tak melontarkan sepatah kata pun.
Gw melangkah menuju sang mempelai pria. "Wis tau.."mungkin kalimat itu yang gw lontarkan jika gw cukup bodoh haha
"Jaga Ana baik2 bro.." gw salamin dia.
"Thanks udah dateng.." balasnya.. Gw tepuk bahunya, lalu gw dan Shinta turun dari panggung singgasana mencari makanan yang bisa dicicipi..
"Kamu mau apa?" tanya Shinta ke gw
"Emm, siomay aja deh.." jawab gw. Dari kejauhan, terlihat kawan2 sekolah gw sedang tertawa ria. Entah apa yang dibahas.
"Aku tunggu disana ya.." ucap gw ke Shinta sambil menunjuk kerumunan kawan2 gw. Dia mengangguk setuju
"Weh cuk, Mbak Oliv mana yak?" tanya ke salah satu kawan gw
"Pulang ama Rico kayaknya.." jawabnya
"Tuh si Rico main angkut kakak gw, mana kalo ngapel ga pernah bawain rokok.." gerutu gw
"Omong-omong, greget amat lo, dateng ke nikahan mantan sendirian.." kata kawan gw yang lainnya
"Ehehe.." Gw nyengir sembari menggaruk2 kepala yang tidak gatal
"Ini yang.." Shinta memberikan sepiring siomay di sela2 obrolan gw dan kawan2. Lalu dia asik sendiri dengan ice cream yang ia bawa.
Seketika kawan2 gw yang tadinya selalu mencibir jadi speechless. "Kenalin, Shinta.. Pacar gw" dengan ekspresi bangga, gw kenalin Shinta ke mereka..
Quote:
japraha47 dan 11 lainnya memberi reputasi
12