- Beranda
- Stories from the Heart
Gw berteman dengan Kolong Wewe..
...
TS
juraganpengki
Gw berteman dengan Kolong Wewe..


Salam Kenal gan and Sis.. Ane really fresh newbie nih.. Awalnya cuma jadi SR yg suka baca cerita2 yg keren-keren di Kaskus.. Sekarang ane nyoba buat nyalurin hobi menulis ane..Karena ane termasuk kategori penulis kacangan alias yg masih belajar, jadi harap maklum jika dari gaya penulisan dan bahasa serta jalan ceritanya bisa tiba2 ga nyambung.. Cerita ane ini fiksi koq..
Rules nya sama dengan Rules SFTH pada umumnya Gan and Sis..
PROLOG
Kata orang, setiap anak kecil yang di ambil Kolong wewe psikologisnya akan terganggu. Ada yg bilang jika sampai di beri makan oleh mahluk tersebut maka si anak akan bisu. Tapi yg terjadi dengan gw berbeda.. Justru itu lah yang menjadi Titik awal perubahan hidup gw saat menginjak remaja.. Banyak pengalaman yg gw rasakan terutama yang berhubungan dengan MEREKA...
Anak Hilang
Anak Hilang (2)..
Anak Hilang (3)..
Kolong Wewe..
kolong wewe (2)..
10 Tahun Kemudian..
Me and The Gank..
Apes Banget Gw Sama Rio..
Cleaning Service Sehari
Cleaning Service sehari (2)
Ngerokok Dulu kita, Men..
Hutan Bambu..
Mimpi..
Sekar Kencana..
Ki Suta...
Terbukanya Mata Bathin..
Para Penghuni Gedung Sekolah..
Aura.. Tanpa Kasih..
Kekuatan Mata Batin Yang Sama..
Serunya Ngerjain Sekar Dan Rio..
Viny Ayundha, Gw Sayang Lu, Tapi...
Mati Satu Tumbuh Seribu..
Me Versus Ramon..
Pengakuan Viny..
Ki Sabdo, Penjaga Gerbang Utara..
Tasya..
Ngerjain Rio, lagi....
Kisah Kasih Tak Sampai, Bayu Barata..
Pembalasan Ramon Dan Kesempatan Gw Menjajal Ilmu..
Rio, Orang Pertama Yang Tahu Rahasia Gw..
Maafin Aku, Sya...
Munculnya Calon Penjaga Batu Mustika Gerbang Selatan..
Bangun Donk, Sya...
Beraninya Keroyokan, Kampungan!!!
Pedang Jagat..
Munculnya Kedua Calon Penjaga Batu Mustika Terakhir..
Berkumpulnya Keempat Calon Penjaga Batu Mustika..
Empat Penjaga Gerbang...
Empat Penjaga Gerbang (2)...
Sekar Ikutan Nge'Lounge...
Terima Kasih, Tasya...
Masa Keterpurukan Apa Masa Move On???..
Masa Keterpurukan Apa Masa Move On??? (2)..
No Woman No Cry..
Anggie Angelita Hapsari, Will You Be My....
Retaknya Hubungan Persaudaraan..
Retaknya Hubungan Persaudaraan (2)...
Suluh, Gw Dan Rangga...
Pedihnya Sebuah Rasa Kehilangan...
Pedihnya Sebuah Rasa Kehilangan (2)..
Kami Akan Menjaga Mu Suluh...
Munculnya Pengganti Rangga...
Manisnya Anggie Gw..
Pertunangan Tasya Dengan Rasya Bin Kampret..
Hilangnya Suluh...
Kekuatan Batu Mustika Gerbang Barat...
Kekuatan Batu Mustika Gerbang Barat (2)...
Binar, Sang Juru Kunci...
Ungkapan Hati Tasya...
Liburan Bareng Anggie Dan Sebuah Pengakuan...
Liburan Bareng Anggie Dan Sebuah Pengakuan (2)..
Liburan Bareng Suluh Dan Sebuah Pengakuan (3)
Pelet Si Bayang Bayang
Rampak Tantra...
Kedua Putra Yang terbuang, Rampak Tantra Dan Bimo..
Galau...
Terluka...
Tapa Brata...
Tapa Brata (2)...
Aku Kembali...
Empat Senjata Sakti...
Empat Senjata Sakti (2)...
Sebuah Permintaan Tolong..
Sebuah Permintaan Tolong (2)...
Bad Day For Love...
Sekar Kembali...
Pertarungan Tanpa Hati...
Pertarungan Tanpa Hati (2)...
Sebuah Pengakuan Dan Sebuah Kejutan, Yang...?
Sebuah Pengakuan Dan Sebuah Kejutan, Yang...? (2)
Cinta Tanpa Syarat...
Santet...
Santet (2)...
Datangnya Si Pengirim Santet...
Munculnya Ratu Kala Wanara...
Munculnya Ratu Kala Wanara (2)...
Pemberian Batu Mustika Penjaga Gerbang..
Melepas Mu...
The Last Moment With Her...
Pertempuran Terakhir...
Pertempuran Terakhir (2)...
Pertempuran Terakhir (3)...
Pertarungan Terakhir (4)...
Puncak Pertempuran Terakhir...Lenyapnya Satu Angkara Murka (Tamat, jilid satu)
Diubah oleh juraganpengki 15-10-2017 22:10
alasjurik721 dan 57 lainnya memberi reputasi
56
752.3K
1.7K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
juraganpengki
#1318
Pemberian Batu Mustika Penjaga Gerbang..
Beberapa hari selepas kejadian itu, Rio bercerita ke gw bahwa ayahnya sudah benar-benar pulih.. Kemudian ada seorang laki-laki, rekan kerja ayahnya yang datang ke rumah mereka dan mengakui bahwa sakit yang di derita oleh Om Hendra adalah hasil santet yang ia kirimkan..
Gw sengaja tidak bercerita perihal kejadian yang membuat orang tersebut sangat jera, ke Rio.. Gw sempat terkejut begitu Rio memberikan amplop yang berisi uang ratusan sebanyak sepuluh lembar, kata Rio itu adalah hadiah dari Om Hendra buat gw karena telah mengenalkan seseorang yang bisa menyembuhkan sakit aneh ayahnya..
Awalnya gw menolak dengan alasan hubungan tali persaudaraan kami, tapi Rio terus memaksa karena amanat ayahnya.. Akhirnya gw berikan amplop tersebut ke ibu, yang juga terkejut dan sempat mendatangi rumah adiknya yaitu Tante Septi, mamahnya Rio..
Dengan keras Tante Septi menolak kembali uang pemberian Om Hendra untuk gw, dan ibu gw pun hanya bisa menerimanya.. Semua uang tersebut ibu serahkan kembali ke gw, namun gw tolak langsung karena memang ingin memberikannya ke ibu.. Ada rasa bangga timbul di hati gw saat melihat ibu tersenyum.. Gw bisa memberikan ibu sejumlah uang, meski belum bekerja..
Hari ini sepulang sekolah, gw berkumpul bersama ketiga saudara yaitu Suluh, Ridho dan Bimo di kediaman Suluh.. Gw sempat menceritakan kepada mereka tentang kekuatan Pedang Jagat Samudera yang berhasil melenyapkan Ratu Kala Wanara yang dahulu pernah membuat Suluh koma..
Mereka bertiga nampak antusias mendengar penuturan cerita gw, terutama Suluh yang nampak bersemangat karena memiliki dendam pribadi dengan sosok Ratu Kala Wanara..
“Kenapa lu ga panggil kita lewat batin, Mam? Seharusnya Jin wanita itu tewas di tangan gw” Gerutu Suluh yang langsung di colek hidungnya oleh Ridho..
“Dendam yang tak terbalas, hehe” Goda Ridho yang segera berpindah duduk saat Suluh hendak memukul lengannya, tapi bukan Suluh namanya jika belom bisa mendaratkan pukulannya, maka ia akan terus mengejar Ridho..
Gw dan Bimo tertawa melihat kelakuan Ridho yang selalu iseng sama Suluh..
“Jika Srengga Dipa dan Ratu Kala Wanara sudah tewas, berarti tinggal Jerangkong Api dan Raja Rampak yang masih tersisa sebagai tangan kanan Raja Siluman, iya kan?” Tanya Ridho sambil menahan sakit di lengannya akibat pukulan Suluh..
“Sama Nilam Segara, ia masih masuk ke dalam golongan Jin berilmu tinggi” Timpal Bimo dengan menatap kami semua satu persatu
“That’s right, guys” Jawab Ridho yang masih mengelus lengannya..
Saat kami semua terfokus ke pembicaraan Ridho barusan, tiba-tiba hawa dingin menusuk tulang menyergap tubuh kami masing-masing.. Gw menatap ketiga saudara gw yang sama-sama merasakan keanehan ini.. Ridho dan Bimo bahkan bersiap untuk mengeluarkan senjata saktinya.. Sementara, gw dan Suluh sepertinya ingin menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya..
Mendadak di hadapan kami berempat muncul asap biru yang perlahan-lahan membentuk sosok seseorang.. Tangan kanan gw sudah berada di atas bahu, untuk bersiap mengeluarkan Pedang Jagat Samudera..
Perlahan, asap biru tersebut mulai menipis dan membentuk sosok yang berdiri membungkuk.. Terdengar suara batuk beberapa kali dari sosok misterius yang masih di selimuti asap tipis berwarna biru..
“Tidak usah menggunakan senjata untuk menyambutku, Ngger” Ucap sosok yang ternyata adalah Ki Sabdo, Jin Penjaga Gerbang Utara..
Gw segera menarik tangan kanan gw yang sempat memegang pangkal Pedang Jagat Samudera yang sudah tersembul keluar dari bahu, lalu beringsut maju untuk mencium tangan Kakek itu..
TUKK!!!
Sebuah ketukan di kepala gw terasa cukup sakit, yang berasal dari pangkal tongkat biru yang di pegang Ki Sabdo..
“Kau masih saja tidak bisa merasakan kehadiran ku” Kata Ki Sabdo setengah bersungut, setelah memukul kepala gw dengan tongkatnya..
Gw hanya terdiam lalu kembali ke posisi semula sambil mengusap-usap kepala yang sedikit menyisakan rasa nyeri.. Ketiga saudara gw terlihat menyalami Ki Sabdo, kemudian terduduk kembali di samping gw.. Kami semua duduk bersila, berjejer menghadap Jin Penjaga Gerbang Utara..
“Ketahuilah, ngger, cah ayu.. Kedatangan ku kesini untuk menyampaikan kabar bahwa tepat tengah malam nanti, sukma kalian berempat akan melesat keluar dari raga dengan sendirinya dan akan berada di depan Gerbang Penjara Gaib” Ucap Ki Sabdo yang mulai duduk bersila di hadapan kami, namun melayang satu jengkal di atas lantai teras rumah Suluh..
“Apa yang akan sukma kami lakukan disana, Eyang?” Tanya Suluh dengan wajah tertunduk..
“Sukma kalian akan menerima Batu Penjaga Gerbang Penjara Gaib, yang..” Ucapan Ki Sabdo terpaksa terputus sejenak karena melihat Ridho mengacungkan tangannya
TUKK!!!
Sebuah pukulan dari tongkat biru yang di pegang Ki Sabdo memukul atas kepala Ridho, yang berhasil membuatnya mengurungkan niat untuk bertanya.. Sesaat, Ki Sabdo tersenyum melihat wajah Ridho yang masih meringis merasakan sakit sambil mengusap-usap atas kepalanya, lalu mulai meneruskan kalimatnya yang terhenti..
“Karena kematian Ratu Kala Wanara, Raja Siluman sepertinya sangat murka dan berniat untuk segera merebut keempat Batu Penjaga Gerbang Penjara Gaib yang akan kalian terima malam nanti.. Oleh karena itu, menurut Kakek Moyang kalian, pemberian Keempat Batu Mustika tersebut harus di percepat, dan waktu yang tepat adalah nanti malam” Jelas Ki Sabdo..
Kami semua sedikit bingung atas penjelasan Kakek Tua bergamis serba biru tersebut, namun tidak satupun dari kami berani untuk menanyakan lebih lanjut..
“Sekarang, pulang lah kalian dan lakukan tirakat selama kalian mampu, untuk lebih mempersiapkan lahir dan batin kalian..” Ucap Ki Sabdo menambahkan..
Kami serentak mengangguk, lalu tubuh Jin Penjaga Gerbang Utara itu nampak kembali terselimuti asap biru yang menandakan bahwa ia akan pergi ke asalnya.. Setelah sosok Ki Sabdo menghilang, kami semua bersiap untuk segera pulang ke rumah masing-masing..
Diatas motor CB* merah hadiah dari Anggie saat perjalanan pulang, gw memikirkan berbagai alasan untuk bisa melakukan tirakat di rumah, akhirnya gw berkesimpulan bahwa akan meminta izin ke orang tua gw untuk menginap di rumah Ridho..
Setibanya di rumah, matahari sudah nampak seperti kuning telur dengan membentuk bulatan sempurna yang menandakan hari mulai petang.. Gw segera mandi dan sebentar berbasa-basi dengan ibu.. Pada saat itulah gw mengutarakan niat untuk menginap di rumah Ridho, dan alhamdulillah ibu mengizinkan..
Selepas makan malam, gw langsung mengambil tas sekolah berisi buku pelajaran untuk esok hari, memakai sweater hitam dan topi baseball favorit.. Dengan agak cepat, gw laju kan motor sport merah menuju rumah Ridho.
“Gimana, mo sekarang aja apa ntar kita tirakatnya, Mam?” Tanya Ridho begitu gw memasuki kamarnya..
Gw melempar tas ke atas meja belajar Ridho dan merebahkan diri di ranjangnya sesudah membuka sweater.. Kedua mata gw menatap sepasang cicak yang sedang kimpoi sambil menempel di atap kamar Ridho..
“Lu ngerasa semua seperti terburu-buru ga, Dho?” Tanya gw yang masih memandangi kedua hewan yang masih asyik bercumbu..
“Ngerasa, sih.. Tapi kan tugas kita bukan buat ngerasain, Mam.. Tapi buat jalanin” Jawab Ridho sambil menyalakan AC kamarnya..
Gw menghela nafas panjang, lalu bangkit dari posisi berbaring menjadi duduk bersila, kemudian mulai meletakkan kedua tangan di atas dengkul..
“Eh, bentar donk.. Gw kunci kamar dulu, maen duluan aja lu, Mam” Kata Ridho seraya berjalan cepat ke arah pintu dan mengunci kamarnya dari dalam..
“Keluarga lu lagi ga ada, Dho?” Tanya gw sambil melirik ke arah Ridho yang sudah duduk bersila di samping gw..
“Pada ke rumah paman gw di puncak, yang dulu kita pernah kesana” Tanya gw yang memang tidak menemui satupun anggota keluarga Ridho..
Gw mengangguk lalu mulai memejamkan kedua mata.. Semua anggota tubuh, mulai gw usahakan untuk serileks mungkin agar selaras dengan hati dan pikiran yang terfokus.. Samar-samar masih terdengar suara-suara hewan dari luar kamar Ridho, yang semakin lama semakin menghilang dan berganti dengan keheningan..
Entah berapa lama, gw dan Ridho bertirakat di dalam kamar.. Hingga, tiba-tiba sukma gw terasa seperti tersedot keluar dari raga dengan sendirinya.. Sukma Ridho terlihat sudah tersenyum sambil melayang di samping sosok Naga Saksana.. Gw segera memanggil Bayu Barata untuk menjaga raga gw yang akan berada dalam keadaan kosong.. Jin Penjaga gw yang kedua tersebut langsung muncul dan mengangguk seakan sudah faham akan tugasnya tanpa gw minta terlebih dahulu..
Gw sempat mengangguk ke arah Bayu Barata dan Naga Saksana lalu melesat bersama sukma Ridho menuju gedung sekolah.. Tak beberapa lama, kedua sukma kami tiba di tempat yang di tuju.. Disana, gw sudah melihat sukma Suluh dan Bimo yang masih melayang di depan bekas gedung perpustakaan tempat Ki Sabdo berada.. Beberapa penampakan mahluk halus terlihat menjauh dari kami seakan takut atas keberadaan kami semua disini..
Tiba-tiba pintu gedung bekas perpustakaan terbuka dengan sendirinya.. Disana, di hadapan kami sudah berdiri keempat Jin Penjaga Gerbang Utara, Timur, Barat dan Selatan.. Gw, Ridho, Suluh dan Bimo sama-sama terkejut saat merasakan sukma kami tersedot masuk ke dalam ruangan yang semua bagian dalamnya bernuansa warna biru, dan berhenti tepat di hadapan keempat Jin Penjaga Gerbang..
“Selamat datang kembali calon Penjaga Batu Mustika Gerbang Penjara Gaib.. Tepat tengah malam ini, kalian akan menerima tugas terakhir yaitu bersatunya raga kalian dengan Batu Mustika Penjaga Gerbang Barat, Timur, Utara dan Selatan” Ucap Ki Sabdo dengan suara penuh wibawa..
Kami semua mengangguk faham mendengar penjelasan beliau, lalu ketiga Jin Penjaga Gerbang Barat, Timur dan Selatan mulai melayang mendekat ke Bimo, Suluh dan Ridho.. Sementara Ki Sabdo juga mulai mendekat ke arah gw..
Perlahan, Jin Penjaga Gerbang Utara tersebut melemparkan tongkat birunya beberapa meter ke atas kami.. Lalu tongkat tersebut melayang berputar-putar di atas dan membentuk sebuah pola lingkaran berwarna biru yang mengurung tubuh gw dan Ki Sabdo di dalamnya..
Gw sempat melirik ke arah Ridho yang berada tidak jauh di samping.. Tubuh Ridho dan Nyai Durga Daksa juga sama-sama terkurung oleh lingkaran berwarna hijau terang yang berasal dari mahkota hijau milik Nyai Durga Daksa yang berputar-putar di atas kepala mereka..
“Pusatkan perhatian mu, Ngger.. Masing-masing dari kalian sudah terlindungi dalam lingkaran gaib yang kami buat.. Jangan fikirkan orang lain selain meminta kekuatan dari Allah SWT, agar pemberian Batu Mustika ini berjalan sesuai rencana” Ucap ki Sabdo yang mulai memejamkan kedua matanya..
Gw mengangguk faham kemudian mulai duduk bersila dengan kedua mata yang juga terpejam..
Sejenak gw mulai merasakan sensasi rasa dingin yang semakin lama semakin menjadi.. Sepertinya Batu Mustika Gerbang Utara akan segera muncul, seperti dahulu keempat Jin Penjaga Gerbang menunjukkan keempat Batu Mustika Gerbang untuk pertama kalinya..
“Ulurkan telapak tangan kanan mu, Ngger dan jangan kau coba buka mata sebelum ku perintahkan” Ucap Ki Sabdo dengan suara lembut..
Tubuh gw yang sudah seperti mati rasa karena dingin yang semakin menusuk tulang, berusaha mengulurkan tangan kanan meskipun dengan bergetar hebat.. Lantunan ayat suci Al-Qur’an sayup-sayup terdengar di telinga gw yang membuat hati ini lebih damai dan juga kuat.. Layaknya mendapat sebuah kekuatan baru, gw berusaha melawan sengatan rasa dingin yang semakin menusuk.. Gw sebut nama Pedang Jagat Samudera tiga kali dalam hati, untuk meminta hawa panas darinya..
Perlahan, bahu gw mulai menghangat dan rasa hangatnya mengalir ke seluruh tubuh untuk mengusir hawa dingin yang semakin lama semakin berkurang.. Tiba-tiba sebuah benda berbentuk bulat dengan hawa dingin luar biasa menyentuh telapak tangan gw yng sudah terulur ke depan.. Gw yakin benda tersebut adalah Batu Mustika Gerbang Utara yang saat ini berada di telapak tangan..
“Astaghfirullah” Ucap gw dalam hati saat merasakan sakit teramat sangat muncul dari arah telapak tangan kanan..
Seluruh tubuh gw bergetar hebat menahan rasa sakit.. Berkali-kali gw coba mengalirkan hawa panas dari Pedang Jagat Samudera ke arah telapak tangan, namun tidak bisa, seperti ada suatu kekuatan yang menghalanginya.. Sempat timbul niat untuk membuka mata karena penasaran akan sumber rasa sakit yang saat ini menyerang, tapi mengingat pesan Ki Sabdo, gw terpaksa harus mengurungkannya..
“Bukalah matamu sekarang, Ngger” Ucap Ki Sabdo seiring rasa sakit yang tiba tiba lenyap begitu saja..
Gw membuka mata perlahan dan tercengang saat melihat bunga-bunga es terhampar di lantai dan mulai mencair.. Lalu tatapan mata gw terpana saat memandang telapak tangan gw yang memancarkan sinar biru terang..
“Batu Mustika Gerbang Utara sudah berpindah ke telapak tangan mu, Ngger” Kata Ki Sabdo sambil tersenyum..
“Aneh, mengapa gw tidak merasakan kekuatan baru di tubuh?” Tanya gw dalam hati seraya masih menatap sinar biru yang terpancar dari telapk tangan kanan gw yang perlahan meredup dan hilang..
“Batu Mustika itu bertindak sesuai keadaan hatimu.. Jika hati mu merasa sedang terancam maka Batu Mustika itu akan mengeluarkan kekuatan dengan sendirinya.. Satu hal lagi, saat ini Kakek Moyang mu sedang bersama Sekar dan seorang gadis bernama Binar yang merupakan Sang Juru Kunci” Kata Ki Sabdo yang sepertinya ssudah membaca isi hati gw barusan..
Gw mengangguk faham dan menoleh ke arah ketiga saudara gw yang masing-masing sedang mengulum senyuman.. Gw membalas senyuman mereka sesaat lalu melihat ke arah Ki Sabdo yang mulai melayang menjauh kembali bersama ketiga Jin Penjaga Gerbang..
“Dengan menyatunya Batu Mustika Gerbang Barat, Timur, Utara dan Selatan, maka dengan sendirinya pula kami akan menjadi penjaga kalian jika sewaktu-waktu kalian butuh pertolongan” Ucap Ki Sabdo yang di iringi senyuman dari Ki Braja Sapta, Nyi Roro Ranggas dan kedipan mata genit dari Nyi Durga Daksa ke arah gw..
Beberapa hari selepas kejadian itu, Rio bercerita ke gw bahwa ayahnya sudah benar-benar pulih.. Kemudian ada seorang laki-laki, rekan kerja ayahnya yang datang ke rumah mereka dan mengakui bahwa sakit yang di derita oleh Om Hendra adalah hasil santet yang ia kirimkan..
Gw sengaja tidak bercerita perihal kejadian yang membuat orang tersebut sangat jera, ke Rio.. Gw sempat terkejut begitu Rio memberikan amplop yang berisi uang ratusan sebanyak sepuluh lembar, kata Rio itu adalah hadiah dari Om Hendra buat gw karena telah mengenalkan seseorang yang bisa menyembuhkan sakit aneh ayahnya..
Awalnya gw menolak dengan alasan hubungan tali persaudaraan kami, tapi Rio terus memaksa karena amanat ayahnya.. Akhirnya gw berikan amplop tersebut ke ibu, yang juga terkejut dan sempat mendatangi rumah adiknya yaitu Tante Septi, mamahnya Rio..
Dengan keras Tante Septi menolak kembali uang pemberian Om Hendra untuk gw, dan ibu gw pun hanya bisa menerimanya.. Semua uang tersebut ibu serahkan kembali ke gw, namun gw tolak langsung karena memang ingin memberikannya ke ibu.. Ada rasa bangga timbul di hati gw saat melihat ibu tersenyum.. Gw bisa memberikan ibu sejumlah uang, meski belum bekerja..
Hari ini sepulang sekolah, gw berkumpul bersama ketiga saudara yaitu Suluh, Ridho dan Bimo di kediaman Suluh.. Gw sempat menceritakan kepada mereka tentang kekuatan Pedang Jagat Samudera yang berhasil melenyapkan Ratu Kala Wanara yang dahulu pernah membuat Suluh koma..
Mereka bertiga nampak antusias mendengar penuturan cerita gw, terutama Suluh yang nampak bersemangat karena memiliki dendam pribadi dengan sosok Ratu Kala Wanara..
“Kenapa lu ga panggil kita lewat batin, Mam? Seharusnya Jin wanita itu tewas di tangan gw” Gerutu Suluh yang langsung di colek hidungnya oleh Ridho..
“Dendam yang tak terbalas, hehe” Goda Ridho yang segera berpindah duduk saat Suluh hendak memukul lengannya, tapi bukan Suluh namanya jika belom bisa mendaratkan pukulannya, maka ia akan terus mengejar Ridho..
Gw dan Bimo tertawa melihat kelakuan Ridho yang selalu iseng sama Suluh..
“Jika Srengga Dipa dan Ratu Kala Wanara sudah tewas, berarti tinggal Jerangkong Api dan Raja Rampak yang masih tersisa sebagai tangan kanan Raja Siluman, iya kan?” Tanya Ridho sambil menahan sakit di lengannya akibat pukulan Suluh..
“Sama Nilam Segara, ia masih masuk ke dalam golongan Jin berilmu tinggi” Timpal Bimo dengan menatap kami semua satu persatu
“That’s right, guys” Jawab Ridho yang masih mengelus lengannya..
Saat kami semua terfokus ke pembicaraan Ridho barusan, tiba-tiba hawa dingin menusuk tulang menyergap tubuh kami masing-masing.. Gw menatap ketiga saudara gw yang sama-sama merasakan keanehan ini.. Ridho dan Bimo bahkan bersiap untuk mengeluarkan senjata saktinya.. Sementara, gw dan Suluh sepertinya ingin menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya..
Mendadak di hadapan kami berempat muncul asap biru yang perlahan-lahan membentuk sosok seseorang.. Tangan kanan gw sudah berada di atas bahu, untuk bersiap mengeluarkan Pedang Jagat Samudera..
Perlahan, asap biru tersebut mulai menipis dan membentuk sosok yang berdiri membungkuk.. Terdengar suara batuk beberapa kali dari sosok misterius yang masih di selimuti asap tipis berwarna biru..
“Tidak usah menggunakan senjata untuk menyambutku, Ngger” Ucap sosok yang ternyata adalah Ki Sabdo, Jin Penjaga Gerbang Utara..
Gw segera menarik tangan kanan gw yang sempat memegang pangkal Pedang Jagat Samudera yang sudah tersembul keluar dari bahu, lalu beringsut maju untuk mencium tangan Kakek itu..
TUKK!!!
Sebuah ketukan di kepala gw terasa cukup sakit, yang berasal dari pangkal tongkat biru yang di pegang Ki Sabdo..
“Kau masih saja tidak bisa merasakan kehadiran ku” Kata Ki Sabdo setengah bersungut, setelah memukul kepala gw dengan tongkatnya..
Gw hanya terdiam lalu kembali ke posisi semula sambil mengusap-usap kepala yang sedikit menyisakan rasa nyeri.. Ketiga saudara gw terlihat menyalami Ki Sabdo, kemudian terduduk kembali di samping gw.. Kami semua duduk bersila, berjejer menghadap Jin Penjaga Gerbang Utara..
“Ketahuilah, ngger, cah ayu.. Kedatangan ku kesini untuk menyampaikan kabar bahwa tepat tengah malam nanti, sukma kalian berempat akan melesat keluar dari raga dengan sendirinya dan akan berada di depan Gerbang Penjara Gaib” Ucap Ki Sabdo yang mulai duduk bersila di hadapan kami, namun melayang satu jengkal di atas lantai teras rumah Suluh..
“Apa yang akan sukma kami lakukan disana, Eyang?” Tanya Suluh dengan wajah tertunduk..
“Sukma kalian akan menerima Batu Penjaga Gerbang Penjara Gaib, yang..” Ucapan Ki Sabdo terpaksa terputus sejenak karena melihat Ridho mengacungkan tangannya
TUKK!!!
Sebuah pukulan dari tongkat biru yang di pegang Ki Sabdo memukul atas kepala Ridho, yang berhasil membuatnya mengurungkan niat untuk bertanya.. Sesaat, Ki Sabdo tersenyum melihat wajah Ridho yang masih meringis merasakan sakit sambil mengusap-usap atas kepalanya, lalu mulai meneruskan kalimatnya yang terhenti..
“Karena kematian Ratu Kala Wanara, Raja Siluman sepertinya sangat murka dan berniat untuk segera merebut keempat Batu Penjaga Gerbang Penjara Gaib yang akan kalian terima malam nanti.. Oleh karena itu, menurut Kakek Moyang kalian, pemberian Keempat Batu Mustika tersebut harus di percepat, dan waktu yang tepat adalah nanti malam” Jelas Ki Sabdo..
Kami semua sedikit bingung atas penjelasan Kakek Tua bergamis serba biru tersebut, namun tidak satupun dari kami berani untuk menanyakan lebih lanjut..
“Sekarang, pulang lah kalian dan lakukan tirakat selama kalian mampu, untuk lebih mempersiapkan lahir dan batin kalian..” Ucap Ki Sabdo menambahkan..
Kami serentak mengangguk, lalu tubuh Jin Penjaga Gerbang Utara itu nampak kembali terselimuti asap biru yang menandakan bahwa ia akan pergi ke asalnya.. Setelah sosok Ki Sabdo menghilang, kami semua bersiap untuk segera pulang ke rumah masing-masing..
Diatas motor CB* merah hadiah dari Anggie saat perjalanan pulang, gw memikirkan berbagai alasan untuk bisa melakukan tirakat di rumah, akhirnya gw berkesimpulan bahwa akan meminta izin ke orang tua gw untuk menginap di rumah Ridho..
Setibanya di rumah, matahari sudah nampak seperti kuning telur dengan membentuk bulatan sempurna yang menandakan hari mulai petang.. Gw segera mandi dan sebentar berbasa-basi dengan ibu.. Pada saat itulah gw mengutarakan niat untuk menginap di rumah Ridho, dan alhamdulillah ibu mengizinkan..
Selepas makan malam, gw langsung mengambil tas sekolah berisi buku pelajaran untuk esok hari, memakai sweater hitam dan topi baseball favorit.. Dengan agak cepat, gw laju kan motor sport merah menuju rumah Ridho.
“Gimana, mo sekarang aja apa ntar kita tirakatnya, Mam?” Tanya Ridho begitu gw memasuki kamarnya..
Gw melempar tas ke atas meja belajar Ridho dan merebahkan diri di ranjangnya sesudah membuka sweater.. Kedua mata gw menatap sepasang cicak yang sedang kimpoi sambil menempel di atap kamar Ridho..
“Lu ngerasa semua seperti terburu-buru ga, Dho?” Tanya gw yang masih memandangi kedua hewan yang masih asyik bercumbu..
“Ngerasa, sih.. Tapi kan tugas kita bukan buat ngerasain, Mam.. Tapi buat jalanin” Jawab Ridho sambil menyalakan AC kamarnya..
Gw menghela nafas panjang, lalu bangkit dari posisi berbaring menjadi duduk bersila, kemudian mulai meletakkan kedua tangan di atas dengkul..
“Eh, bentar donk.. Gw kunci kamar dulu, maen duluan aja lu, Mam” Kata Ridho seraya berjalan cepat ke arah pintu dan mengunci kamarnya dari dalam..
“Keluarga lu lagi ga ada, Dho?” Tanya gw sambil melirik ke arah Ridho yang sudah duduk bersila di samping gw..
“Pada ke rumah paman gw di puncak, yang dulu kita pernah kesana” Tanya gw yang memang tidak menemui satupun anggota keluarga Ridho..
Gw mengangguk lalu mulai memejamkan kedua mata.. Semua anggota tubuh, mulai gw usahakan untuk serileks mungkin agar selaras dengan hati dan pikiran yang terfokus.. Samar-samar masih terdengar suara-suara hewan dari luar kamar Ridho, yang semakin lama semakin menghilang dan berganti dengan keheningan..
Entah berapa lama, gw dan Ridho bertirakat di dalam kamar.. Hingga, tiba-tiba sukma gw terasa seperti tersedot keluar dari raga dengan sendirinya.. Sukma Ridho terlihat sudah tersenyum sambil melayang di samping sosok Naga Saksana.. Gw segera memanggil Bayu Barata untuk menjaga raga gw yang akan berada dalam keadaan kosong.. Jin Penjaga gw yang kedua tersebut langsung muncul dan mengangguk seakan sudah faham akan tugasnya tanpa gw minta terlebih dahulu..
Gw sempat mengangguk ke arah Bayu Barata dan Naga Saksana lalu melesat bersama sukma Ridho menuju gedung sekolah.. Tak beberapa lama, kedua sukma kami tiba di tempat yang di tuju.. Disana, gw sudah melihat sukma Suluh dan Bimo yang masih melayang di depan bekas gedung perpustakaan tempat Ki Sabdo berada.. Beberapa penampakan mahluk halus terlihat menjauh dari kami seakan takut atas keberadaan kami semua disini..
Tiba-tiba pintu gedung bekas perpustakaan terbuka dengan sendirinya.. Disana, di hadapan kami sudah berdiri keempat Jin Penjaga Gerbang Utara, Timur, Barat dan Selatan.. Gw, Ridho, Suluh dan Bimo sama-sama terkejut saat merasakan sukma kami tersedot masuk ke dalam ruangan yang semua bagian dalamnya bernuansa warna biru, dan berhenti tepat di hadapan keempat Jin Penjaga Gerbang..
“Selamat datang kembali calon Penjaga Batu Mustika Gerbang Penjara Gaib.. Tepat tengah malam ini, kalian akan menerima tugas terakhir yaitu bersatunya raga kalian dengan Batu Mustika Penjaga Gerbang Barat, Timur, Utara dan Selatan” Ucap Ki Sabdo dengan suara penuh wibawa..
Kami semua mengangguk faham mendengar penjelasan beliau, lalu ketiga Jin Penjaga Gerbang Barat, Timur dan Selatan mulai melayang mendekat ke Bimo, Suluh dan Ridho.. Sementara Ki Sabdo juga mulai mendekat ke arah gw..
Perlahan, Jin Penjaga Gerbang Utara tersebut melemparkan tongkat birunya beberapa meter ke atas kami.. Lalu tongkat tersebut melayang berputar-putar di atas dan membentuk sebuah pola lingkaran berwarna biru yang mengurung tubuh gw dan Ki Sabdo di dalamnya..
Gw sempat melirik ke arah Ridho yang berada tidak jauh di samping.. Tubuh Ridho dan Nyai Durga Daksa juga sama-sama terkurung oleh lingkaran berwarna hijau terang yang berasal dari mahkota hijau milik Nyai Durga Daksa yang berputar-putar di atas kepala mereka..
“Pusatkan perhatian mu, Ngger.. Masing-masing dari kalian sudah terlindungi dalam lingkaran gaib yang kami buat.. Jangan fikirkan orang lain selain meminta kekuatan dari Allah SWT, agar pemberian Batu Mustika ini berjalan sesuai rencana” Ucap ki Sabdo yang mulai memejamkan kedua matanya..
Gw mengangguk faham kemudian mulai duduk bersila dengan kedua mata yang juga terpejam..
Sejenak gw mulai merasakan sensasi rasa dingin yang semakin lama semakin menjadi.. Sepertinya Batu Mustika Gerbang Utara akan segera muncul, seperti dahulu keempat Jin Penjaga Gerbang menunjukkan keempat Batu Mustika Gerbang untuk pertama kalinya..
“Ulurkan telapak tangan kanan mu, Ngger dan jangan kau coba buka mata sebelum ku perintahkan” Ucap Ki Sabdo dengan suara lembut..
Tubuh gw yang sudah seperti mati rasa karena dingin yang semakin menusuk tulang, berusaha mengulurkan tangan kanan meskipun dengan bergetar hebat.. Lantunan ayat suci Al-Qur’an sayup-sayup terdengar di telinga gw yang membuat hati ini lebih damai dan juga kuat.. Layaknya mendapat sebuah kekuatan baru, gw berusaha melawan sengatan rasa dingin yang semakin menusuk.. Gw sebut nama Pedang Jagat Samudera tiga kali dalam hati, untuk meminta hawa panas darinya..
Perlahan, bahu gw mulai menghangat dan rasa hangatnya mengalir ke seluruh tubuh untuk mengusir hawa dingin yang semakin lama semakin berkurang.. Tiba-tiba sebuah benda berbentuk bulat dengan hawa dingin luar biasa menyentuh telapak tangan gw yng sudah terulur ke depan.. Gw yakin benda tersebut adalah Batu Mustika Gerbang Utara yang saat ini berada di telapak tangan..
“Astaghfirullah” Ucap gw dalam hati saat merasakan sakit teramat sangat muncul dari arah telapak tangan kanan..
Seluruh tubuh gw bergetar hebat menahan rasa sakit.. Berkali-kali gw coba mengalirkan hawa panas dari Pedang Jagat Samudera ke arah telapak tangan, namun tidak bisa, seperti ada suatu kekuatan yang menghalanginya.. Sempat timbul niat untuk membuka mata karena penasaran akan sumber rasa sakit yang saat ini menyerang, tapi mengingat pesan Ki Sabdo, gw terpaksa harus mengurungkannya..
“Bukalah matamu sekarang, Ngger” Ucap Ki Sabdo seiring rasa sakit yang tiba tiba lenyap begitu saja..
Gw membuka mata perlahan dan tercengang saat melihat bunga-bunga es terhampar di lantai dan mulai mencair.. Lalu tatapan mata gw terpana saat memandang telapak tangan gw yang memancarkan sinar biru terang..
“Batu Mustika Gerbang Utara sudah berpindah ke telapak tangan mu, Ngger” Kata Ki Sabdo sambil tersenyum..
“Aneh, mengapa gw tidak merasakan kekuatan baru di tubuh?” Tanya gw dalam hati seraya masih menatap sinar biru yang terpancar dari telapk tangan kanan gw yang perlahan meredup dan hilang..
“Batu Mustika itu bertindak sesuai keadaan hatimu.. Jika hati mu merasa sedang terancam maka Batu Mustika itu akan mengeluarkan kekuatan dengan sendirinya.. Satu hal lagi, saat ini Kakek Moyang mu sedang bersama Sekar dan seorang gadis bernama Binar yang merupakan Sang Juru Kunci” Kata Ki Sabdo yang sepertinya ssudah membaca isi hati gw barusan..
Gw mengangguk faham dan menoleh ke arah ketiga saudara gw yang masing-masing sedang mengulum senyuman.. Gw membalas senyuman mereka sesaat lalu melihat ke arah Ki Sabdo yang mulai melayang menjauh kembali bersama ketiga Jin Penjaga Gerbang..
“Dengan menyatunya Batu Mustika Gerbang Barat, Timur, Utara dan Selatan, maka dengan sendirinya pula kami akan menjadi penjaga kalian jika sewaktu-waktu kalian butuh pertolongan” Ucap Ki Sabdo yang di iringi senyuman dari Ki Braja Sapta, Nyi Roro Ranggas dan kedipan mata genit dari Nyi Durga Daksa ke arah gw..
qthing12 dan 11 lainnya memberi reputasi
12