Kaskus

Story

juraganpengkiAvatar border
TS
juraganpengki
Gw berteman dengan Kolong Wewe..
Gw berteman dengan Kolong Wewe..

Gw berteman dengan Kolong Wewe..



Salam Kenal gan and Sis.. Ane really fresh newbie nih.. Awalnya cuma jadi SR yg suka baca cerita2 yg keren-keren di Kaskus.. Sekarang ane nyoba buat nyalurin hobi menulis ane..Karena ane termasuk kategori penulis kacangan alias yg masih belajar, jadi harap maklum jika dari gaya penulisan dan bahasa serta jalan ceritanya bisa tiba2 ga nyambung.. Cerita ane ini fiksi koq..
Rules nya sama dengan Rules SFTH pada umumnya Gan and Sis..

PROLOG
Kata orang, setiap anak kecil yang di ambil Kolong wewe psikologisnya akan terganggu. Ada yg bilang jika sampai di beri makan oleh mahluk tersebut maka si anak akan bisu. Tapi yg terjadi dengan gw berbeda.. Justru itu lah yang menjadi Titik awal perubahan hidup gw saat menginjak remaja.. Banyak pengalaman yg gw rasakan terutama yang berhubungan dengan MEREKA...

Anak Hilang
Anak Hilang (2)..
Anak Hilang (3)..
Kolong Wewe..
kolong wewe (2)..
10 Tahun Kemudian..
Me and The Gank..
Apes Banget Gw Sama Rio..
Cleaning Service Sehari
Cleaning Service sehari (2)
Ngerokok Dulu kita, Men..
Hutan Bambu..
Mimpi..
Sekar Kencana..
Ki Suta...
Terbukanya Mata Bathin..
Para Penghuni Gedung Sekolah..
Aura.. Tanpa Kasih..
Kekuatan Mata Batin Yang Sama..
Serunya Ngerjain Sekar Dan Rio..
Viny Ayundha, Gw Sayang Lu, Tapi...
Mati Satu Tumbuh Seribu..
Me Versus Ramon..
Pengakuan Viny..
Ki Sabdo, Penjaga Gerbang Utara..
Tasya..
Ngerjain Rio, lagi....
Kisah Kasih Tak Sampai, Bayu Barata..
Pembalasan Ramon Dan Kesempatan Gw Menjajal Ilmu..
Rio, Orang Pertama Yang Tahu Rahasia Gw..
Maafin Aku, Sya...
Munculnya Calon Penjaga Batu Mustika Gerbang Selatan..
Bangun Donk, Sya...
Beraninya Keroyokan, Kampungan!!!
Pedang Jagat..
Munculnya Kedua Calon Penjaga Batu Mustika Terakhir..
Berkumpulnya Keempat Calon Penjaga Batu Mustika..
Empat Penjaga Gerbang...
Empat Penjaga Gerbang (2)...
Sekar Ikutan Nge'Lounge...
Terima Kasih, Tasya...
Masa Keterpurukan Apa Masa Move On???..
Masa Keterpurukan Apa Masa Move On??? (2)..
No Woman No Cry..
Anggie Angelita Hapsari, Will You Be My....
Retaknya Hubungan Persaudaraan..
Retaknya Hubungan Persaudaraan (2)...
Suluh, Gw Dan Rangga...
Pedihnya Sebuah Rasa Kehilangan...
Pedihnya Sebuah Rasa Kehilangan (2)..
Kami Akan Menjaga Mu Suluh...
Munculnya Pengganti Rangga...
Manisnya Anggie Gw..
Pertunangan Tasya Dengan Rasya Bin Kampret..
Hilangnya Suluh...
Kekuatan Batu Mustika Gerbang Barat...
Kekuatan Batu Mustika Gerbang Barat (2)...
Binar, Sang Juru Kunci...
Ungkapan Hati Tasya...
Liburan Bareng Anggie Dan Sebuah Pengakuan...
Liburan Bareng Anggie Dan Sebuah Pengakuan (2)..
Liburan Bareng Suluh Dan Sebuah Pengakuan (3)
Pelet Si Bayang Bayang
Rampak Tantra...
Kedua Putra Yang terbuang, Rampak Tantra Dan Bimo..
Galau...
Terluka...
Tapa Brata...
Tapa Brata (2)...
Aku Kembali...
Empat Senjata Sakti...
Empat Senjata Sakti (2)...
Sebuah Permintaan Tolong..
Sebuah Permintaan Tolong (2)...
Bad Day For Love...
Sekar Kembali...
Pertarungan Tanpa Hati...
Pertarungan Tanpa Hati (2)...
Sebuah Pengakuan Dan Sebuah Kejutan, Yang...?
Sebuah Pengakuan Dan Sebuah Kejutan, Yang...? (2)
Cinta Tanpa Syarat...
Santet...
Santet (2)...
Datangnya Si Pengirim Santet...
Munculnya Ratu Kala Wanara...
Munculnya Ratu Kala Wanara (2)...
Pemberian Batu Mustika Penjaga Gerbang..
Melepas Mu...
The Last Moment With Her...
Pertempuran Terakhir...
Pertempuran Terakhir (2)...
Pertempuran Terakhir (3)...
Pertarungan Terakhir (4)...
Puncak Pertempuran Terakhir...Lenyapnya Satu Angkara Murka (Tamat, jilid satu)
Diubah oleh juraganpengki 15-10-2017 22:10
pratamaraka5128Avatar border
beniasmaulhAvatar border
alasjurik721Avatar border
alasjurik721 dan 57 lainnya memberi reputasi
56
752.3K
1.7K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
juraganpengkiAvatar border
TS
juraganpengki
#1055

Sebuah Permintaan Tolong (2)...

DEG..

Denyut jantung gw tiba-tiba berdetak melambat, seiring kedua mata gw terpejam dengan sendirinya, begitu telunjuk mahluk itu menyentuh lengan.. Pandangan gw yang awalnya gelap, perlahan menjadi terang seiring kilasan-kilasan kisah hidup seseorang muncul..

Kilasan pertama yang gw lihat, adalah sosok seorang pemuda yang sedang menenangkan seorang gadis yang menangis sambil mengusap-usap perutnya..

“Aku akan menikahi mu, May.. Aku janji, beri aku waktu dua minggu.. Aku pasti akan bertanggung jawab” Terdengar suara pemuda itu yang samar-samar di tangkap oleh telinga gw, dari kilasan gambar yang sedang gw saksikan..

Lalu, dengan cepat kilasan gambar tersebut berganti tempat dan peristiwa berbeda, menjadi sosok pemuda tadi yang kali ini nampak sedang sangat gembira dan memeluk sepasang orang tua yang mungkin adalah kedua orang tuanya..

SETT..

Pandangan gw kembali menyaksikan kilasan gambar yang bergerak seperti menyaksikan sebuah reality show.. Kali ini suasananya ramai seperti di pasar, dengan banyak orang berlalu lalang.. Beberapa orang terlihat bertransaksi, ada pula yang sibuk memilih barang-barang dagangan.. Sementara, sosok Pemuda itu terlihat berada di sebuah toko perhiasan dengan kedua mata tak berkedip, memandangi sebuah cincin yang ia pegang, lalu mencium benda tersebut..

Kilasan gambar bergerak terakhir yang gw lihat, adalah saat pemuda itu mengendarai motor sport merahnya dengan cepat.. Beberapa kali ia berhasil menyusul kendaraan lain.. Nampak sekali pemuda itu sedang sangat terburu-buru..

Saat sebuah bus menghalangi jalannya, ia nampak menyalip kendaraan tersebut, tiba-tiba sebuah truk besar ikut menyalip dari arah berlawanan dan langsung menabrak motor nya.. Tanpa ampun si pemuda naas tersebut terpental ke belakang dan tubuhnya tergilas mobil lain saat terjatuh, sementara motornya jauh terseret truk.. Kedua telinga gw masih menangkap suara jeritan beberapa orang, lalu semua kembali menjadi kegelapan yang terlihat..

“Astaghfirullah” Ucap gw sambil mengucek kedua mata, setelah sosok tersebut melepaskan sentuhan jarinya di lengan gw..

Kepala gw sempat terasa sedikit pusing selepas kilasan gambar-gambar yang bergerak tadi menghilang dari pandangan gw.. Sesaat gw menoleh ke sosok yang masih melayang di samping..

“Kenapa lu ga bilang saja kalo butuh bantuan gw?” Tanya gw dengan tatapan tajam ke arahnya..

“Arrrgh” Sosok yang masih melayang itu membuka mulutnya yang berlumuran darah..

Gw tercekat begitu melihat di dalam mulut sosok itu nampak sepotong lidah yang hampir buntung .. Mungkin kecelakaan naas tadi yang membuat lidahnya seperti itu.. Pantas saja sejak awal mahluk tersebut hanya mengikuti saja tanpa mengeluarkan suara selain suara erangan.. Ternyata memang luka parah di mulut dan lehernya yang membuat ia tak mampu bersuara.. Gw sedikit merinding, mengingat gambar tadi yang menampilkan adegan saat tubuhnya terpental dan jatuh tergilas oleh mobil lain..

Gw mulai faham akan maksud sosok dengan tulang rusuk yang nampak amblas ke dalam itu, terus mengikuti..Ternyata ia hendak meminta tolong orang yang bisa melihat dan merasakan kehadirannya, meski gw belom tahu bentuk pertolongan seperti apa yang ia kehendaki..

Dengan menyebut nama Bayu Barata tiga kali dalam hati, gw panggil Bayu Barata yang langsung muncul dengan cepat.. Sosok pemuda korban kecelakaan terlihat melayang mundur begitu Bayu Barata menatapnya tajam.. Jelas sekali rasa takut memancar dari kedua matanya yang bengkak membiru ..

“Tenang lah, Jin Penjaga gw akan membantu lu.. Bayu, tolong tanyakan alasan tepatnya mengapa mahluk itu terus mengikuti aku?” Tanya gw sambil menatapnya..

Bayu Barata mengangguk, lalu mulai menatap tajam ke arah sosok yang bergolongan sama dengannya.. Perlahan, kedua mata sosok tersebut memutih.. Tubuhnya yang ditutupi jaket jeans biru dan celana panjang hitam dengan berlumuran darah, nampak sedikit bergetar.. Tetesan darah terlihat berceceran di lantai ruang UKS.. Tak beberapa lama, Jin Penjaga gw itu berbalik posisi, kembali menghadap gw..

“Maaf, Raden.. Jin qorin itu ingin Raden membantunya mencari sebuah cincin pernikahan yang terlempar ketika terjadi kecelakaan, benda itu saat ini masih ada di sekitar lokasi tersebut” Ucap Bayu Barata yang gw sambut dengan tatapan heran..

“Jika sudah ketemu, lu mau gw kasih tuh cincin ke wanita yang bernama May?” Tanya gw yang tiba-tiba teringat adegan saat pemuda itu mencoba meredakan tangisan seorang wanita dan berjanji akan menikahinya....

“Aaarghh” Suara sosok tersebut kembali keluar dari mulutnya yang dipenuhi darah, seakan mengiyakan pertanyaan gw barusan..

Gw menarik nafas panjang lalu mengeluarkannya dengan perlahan, setelah mengetahui dugaan yang gw tanyakan ternyata tepat..

“Bayu, bisakah kau mencari cincin tersebut dan membawanya kesini?” Pinta gw kembali kepada Bayu Barata yang langsung di sambut dengan anggukan kepalanya lagi..

Secepat kilat Bayu Barata melesat menembus dinding ruang UKS.. Gw kembali terduduk di atas tempat tidur yang biasa di gunakan untuk tempat istirahat siswa yang sakit.. Sejenak gw menatap sosok jelmaan Jin qorin yang nampak berdiri mematung memandang ke luar jendela ruang UKS..

Tak butuh waktu lama bagi Bayu Barata untuk meluluskan permintaan gw.. Ia pun muncul kembali dengan membawa sebuah cincin emas di telapak tangannya.. Gw mengambil cincin itu dan tertegun menatapnya.. Seharusnya, pemuda itu yang menyerahkan benda ini untuk di sematkan di jari manis wanita yang ia cintai.. Sayangnya, maut memisahkan mereka terlalu dini.. Manusia boleh berencana, namun Sang Maha Tinggi lah yang menentukan segalanya..

“Dia sempat mengatakan bahwa saat ini jasadnya sudah berada di rumah sakit X, Raden” Ucap Bayu Barata setelah melemparkan pandangannya kembali ke arah sosok yang masih melayang, menatap kosong ke luar jendela..

Gw terdiam memikirkan cara apa yang harus gw lakukan untuk membantu sosok gaib tersebut..

“Aku bisa membantu mu berpindah tempat dengan cepat, seperti saat kita menemui saudara perempuan mu yang akan menjaga Batu Mustika Penjaga Gerbang tempo hari, Raden” Kata Bayu Barata..

Gw memandang jin penjaga gw itu sambil mempertimbangkan saran darinya.. Saat ini gw sedang berada di sekolah, jika gw ikut Bayu Barata baik dengan raga kasar ataupun hanya sukma saja, akan terlalu riskan nantinya.. Berbeda situasinya saat gw berpindah tempat dengan bantuan Bayu Barata ke rumah Suluh beberapa hari lalu.. Saat itu gw berada di kamar, setelah memastikan bahwa tidak akan ada yang mengganggu, baru gw pergi ke rumah Suluh bersama Bayu Barata.. Lagi pula akan tidak baik efeknya jika gw harus berteleportasi terlalu sering bersama Bayu Barata..

“Sepertinya, aku sendiri yang harus pergi Bayu.. Mungkin dengan diantar seorang teman nanti” Jawab gw yang menolak saran Bayu Barata dan memutuskan untuk mencari lain..

Mendadak, siswi yang piket memasuki ruang UKS lagi.. Pandangannya menatap heran ke arah gw, yang sudah berdiri sambil memegang cincin yang dengan cepat gw sembunyikan dalam genggaman tangan..

Tanpa banyak bicara gw meninggalkan ruang UKS dan berjalan kembali menuju kelas..Gw memutuskan untuk kembali berpura-pura sakit.. Dengan memasang wajah lesu, gw menghadap ke pa Gozali meminta izin untuk pulang dengan alasan sakit.. Joni sengaja gw ajak sebagai orang yang akan mengantarkan gw pulang.. Joni nampak sedikit bingung, tapi mengangguk setuju begitu pak Gozali mengizinkan kami.. Setelah mendapat izin darinya, gw dan Joni bergegas menuju ke parkiran motor..

“Slow aja napa si, Mam jalan lu.. Ntar orang lain curiga klo lu Cuma sakit bo’ongan, bree” Gerutu Joni yang tertinggal beberapa langkah di belakang..

Gw berhenti melangkah namun menghiraukan keluhan Joni, malah menatap Bayu Barata dan sosok mahluk yang sedang mengharapkan bantuan.. Gw mulai berbicara lewat batin ke Bayu Barata untuk menyuruh sosok tersebut menunjukkan rumah gadis yang akan kami tuju.. Bayu Barata terlihat seperti sedang berkomunikasi dengan nya.. Setelah sosok itu mengangguk dengan bantuan kedua tangan memegangi lehernya yang patah, Bayu Barata memohon diri untuk pergi, karena ada satu hal yang ingin ia tanyakan ke Kakek Moyang gw..

“Lu lietin apaan si?” Tanya Joni sambil menoleh ke belakangnya..

“Udah buruan ah, nanya mulu kaya wartawan lu” Sahut gw dengan menggerutu..

Joni yang mendengus sebal langsung mengeluarkan motornya.. Tanpa di perintah, gw pun segera membonceng di belakang.. Gw sempat menyuruh Joni untuk menggunakan helm, sementara gw mengambil helm yang ada di motor Mail dan langsung mengenakannya.. Joni awalnya terheran-heran melihat gw memakai helm, namun akhirnya melakukan hal yang sama..

“Ikutin dia, Men” Perintah gw kepada Joni..

“Ikutin tukang ojek maksud lu?” Tanya Joni sedikit bingung..

Astaga, gw lupa Joni kan ga bisa liet Sosok menyeramkan yang saat ini sedang melayang maju di depan kami..

“Maksud gw ikutin omongan gw nanti” Jawab gw beralasan..

Sosok tersebut terus melayang menunjukan jalan menuju rumah perempuan yang ia inginkan untuk gw temui.. Joni sempat bertanya begitu arah jalan yang kami ambil bukan menuju rumah gw.. Tapi gw hiraukan pertanyaannya barusan dengan pandangan tetap terpaku ke sosok tersebut..

Cukup lama kami berdua menyusuri jalan dengan panduan dari sosok yang masih melayang.. Beberapa titik kemacetan pun kami temui dan sosok tersebut ikut berhenti sambil terus melayang, dan tanpa terasa kami sudah memasuki kawasan Terogong, Jakarta Selatan, melewati sebuah sekolah Internasional tempat Anggie menimba ilmu..

Kebetulan di tanjakan tepat di depan sekolah tersebut, situasi jalan mulai padat merayap.. Sambil membonceng, gw edarkan pandangan ke arah sekolah itu, siapa tahu gw lihat Anggie.. Untuk beberapa saat leher gw memanjang, berusaha mencari Anggie.. Tapi yang keluar malah siswa-siswi keturunan kompeni.. Tiba-tiba mata gw menangkap sosok seperti Anggie sedang duduk berdua dengan seorang pemuda sebaya nya di sebuah cafe yang tidak jauh letaknya dari sekolah itu..

“Berhenti, Jon.. Buruan!!!” Ucap gw setengah berteriak sambil memukul bahunya..

Joni pun mulai menepi seiring tangan gw melambai ke arah kendaraan yang ada di belakang.. Sementara, mahluk yang tadi melayang terlihat berhenti dan melayang mendekat kembali ke arah gw dan Joni.. Sesaat setelah berhenti, gw langsung menajamkan pandangan dengan Ilmu Tembus Pandang ke Cafe yang ada di seberang jalan, ingin memastikan apakah benar Anggie yang tadi gw lihat secara sekilas..

Sosok Anggie yang tersenyum ke arah pemuda seumurannya itu, membuat rasa tidak enak muncul di dalam hati gw.. Mereka yang duduk saling berhadapan, nampak sedang hanyut dalam sebuah obrolan hangat.. Sesekali pemuda tersebut memegang tangan Anggie.. Pandangan gw langung sengaja gw tutup, karena rasa cemburu mulai memancing kedua tangan gw untuk terkepal dengan sendirinya..

“Aaarggh” Suara sosok menyeramkan yang masih melayang di samping, membuat gw langsung tersadar bahwa saat ini ada hal yang jauh lebih penting di banding menuruti rasa cemburu.. Lagi pula gw bisa menemui Anggie selepas membantu Jin yang cukup merepotkan ini..

“Jalan lagi, Jon” Perintah gw sambil kembali membonceng di belakang Joni..

“Kita mau kemana si, Mam?” Tanya Joni dengan nada mulai BT..

Gw hanya terdiam karena benak gw saat ini sedang terpecah dua.. Satu sisi ingin menemui Anggie dan menanyakan siapa orang yang ada di hadapannya tadi, satu sisi yang lain gw merasa harus membantu mahluk yang masih melayang di depan kami..

Tak berapa lama, sosok itu melayang berbelok memasuki sebuah gang kecil.. Gw langsung meyuruh Joni untuk berbelok ke arah yang sama.. Tak jauh dari pintu masuk gang yang ternyata buntu, sosok tersebut berhenti sambil menunjuk ke sebuah rumah cukup besar.. Gw segera meminta Joni untuk berhenti..

“Lu tunggu disini ya, Men” Pinta gw ke Joni yang langsung di balas anggukan..

Gw meninggalkan Joni yang mengeluarkan sebatang rokok dari saku jaketnya, dan berjalan menghampiri rumah yang masih di tunjuk oleh mahluk terebut.. Seorang gadis dengan wajah seperti dalam kilasan gambar, yang sempat di tunjukkan mahluk itu ketika kami masih berada di UKS, terlihat sedang duduk di teras ditemani seorang laki-laki paruh baya..

Sebelum mengucap salam, gw mencoba mengingat nama gadis.. Seingat gw pemuda itu memanggilnya dengan May..

“Waalaikum salam” Ucap gadis tersebut yang terlihat mulai berjalan menghampiri..

Pandangannya menatap heran ke arah gw yang memang asing baginya..

“Maaf, ini mbak May yah?” Tanya gw sambil masih berdiri di luar pagar..

“Iya, saya sendiri.. Adik ini siapa yah?”Jawabnya yang disusul dengan pertanyaan..

“Boleh saya masuk ke dalam, Mbak.. Biar lebih enak ngobrolnya” Tanya gw yang langsung di balas dengan senyuman kecil dan anggukan kepala, lalu wanita itu mengajak gw untuk mengikutinya berjalan ke arah teras..

Gw sempat menganggukan kepala sambil tersenyum, lalu menyalami mereka satu persatu...

“Adik siapa dan ada maksud apa datang ke sini?” Tanya laki-laki tersebut, diiringi tatapan mbak May yang juga terlihat masih bertanya-tanya..

Gw sempat bingung akan memulai darimana untuk menceritakan kabar duka ini, tapi begitu gw melihat sosok laki-laki yang menjadi korban kecelakaan itu sedang menatap sayu wajah Mbak May dari dekat, seketika itu pula keberanian gw muncul..

“Maaf pak, Mbak May.. Saya ini sebetulnya baru kenal dengan calon suami Mbak May”

“Mas Hendi maksud adik?” Pertanyaan Mbak May barusan spontan memotong ucapan gw yang baru tahu jika nama sosok tersebut adalah Hendi..

“Eh.. Iya, mbak.. Saya mau memberikan benda yang di titipkan oleh beliau untuk mbak” Lanjut gw yang langsung mengambil cincin dari saku celana SMA, dan menyodorkannya ke arah wanita itu..

“Loh, ini kan cincin yang kami pesan di toko perhiasan.. Mas Hendi nya memang kemana, Dik?” Tanya Mbak May penasaran sambil sesekali menatap cincin tersebut..

“Anu, Mbak.. Mas Hendi nya.. anu,.. Dia kecelakaan, mbak.. Saat ini jasadnya ada di rumah sakit X” Ucap gw dengan suara terbata-bata..


Laki-laki paruh baya yang ada di samping Mbak May tiba-tiba memukul meja di hadapan kami..

BRAKK!!!

“Kamu jangan macam-macam yah.. Jangan bercanda sama Maya” Bentak laki-laki itu sambil menunjuk-nunjuk ke wajah gw..

Gw yang sangat terkejut sempat mengepalkan tangan, namun segera gw lemaskan lagi, mengingat kedatangan gw dengan membawa kabar duka ke sebuah keluarga yang asing, akan sangat wajar jika responnya seperti tadi.. Mbak May juga terlihat terkejut, tapi lebih karena kabar yang gw sampaikan barusan.. Kedua matanya mulai berkaca-kaca..

“Tolong bilang kalo adik sedang bercanda, iya kan?” Tanya Mbak May dengan nada suara bergetar..

“Demi Allah, saya menyampaikan apa yang harus saya sampaikan.. Kalau bapak dan mbak tidak percaya, silakan datang ke rumah sakit X” Jawab gw lirih..

Mbak Maya langsung menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan dengan menatap tak percaya ke arah gw, dua butir air mata mulai menetes di pipinya.. Sementara laki-laki paruh baya yang sepertinya bapak dari Mbak Maya terlihat mengeluarkan hp dari saku kemejanya..

“Sebentar Maya, ayah coba telpon Bukde Siti yang kebetulan bekerja disana sebagai perawat.. Kamu tetap disini, kalo sampai kamu berbohong, saya jamin kamu akan sangat menyesal” Ancam laki-laki tersebut sambil membuka hp nya dan mulai berbicara dengan seseorang..

Mbak Maya nampak mencoba menguasai emosi dan menunggu kabar dari bapaknya yang masih berbicara dengan seseorang lewat HP..

Gw melirik mahluk yang masih melayang di dekat mbak Maya.. Matanya yang bengkak membiru, memandang Mbak Maya masih dengan tatapan sendu.. Mendadak, kedua mata ayah Mbak Maya melotot seiring telapak tangan kiri menutup mulutnya sendiri..

“Gimana, Yah.. Dia bohong kan, Ayah.. Mas Hendi ga apa-apa kan, Ayah?” Tanya Mbak Maya sambil memegang tangan kanan ayahnya..

“Innalillahii waa innailaihi radziun” Ucap laki-laki itu dengan suara bergetar seiring dengan Hp yang ada di genggamannya jatuh ke lantai..

“Enggak! Ayah pasti salah denger.. Bukde Siti pasti salah orang, Ayah.. Ga mungkin Mas Hendi meninggal, Ayah” Ucap Mbak Maya dengan tatapan kosong sambil menggeleng-gelengkan kepala berusaha menampik sebuah kenyataan pahit yang harus ia terima..

“Ikhlaskan Mas mu, Maya.. Ikhlaskan, nak” Ucap laki-laki paruh baya tersebut sambil membelai kepala anak perempuannya..

“Engga, Ayah.. Mas Hendi ga boleh mati.. Mas Hendi ga boleh ninggalin Maya dan anaknya, ayah.. MAS HENDI..!!!!”

Mbak Maya seketika berteriak memanggil-manggil nama Mas Hendi sambil memeluk ayahnya, hingga membuat beberapa tetangganya yang mendengar teriakan pilu mbak May mulai berdatangan.. Tak lama kemudian Mbak Maya jatuh pingsan.. Suasana yang mendadak menjadi hiruk pikuk, memaksa gw untuk meninggalkan tempat itu.. Gw sempat melirik ke arah sosok Mas Hendi yang kali ini tersenyum sambil melambaikan tangannya..

“Semoga arwah mu di tempatkan di tempat terbaik di sisi Nya, Mas” Do’a gw dalam hati..

Gw segera berjalan ke arah Joni yang nampak heran melihat orang-orang mulai berdatangan dan berjalan menuju rumah yang tadi sempat gw datangi..

“Lu abis ngapain si, Men.. Koq orang-orang malah pada dateng, terus tadi gw denger ada suara cewe jerit-jerit gitu, ada apaan si?” Pertanyaan Joni gw balas hanya dengan sebuah acungan jempol lalu menyuruhnya lekas meninggalkan tempat tersebut..

Tinggal satu urusan gw yang belum selesai, yaitu mendatangi Anggie dan menanyakan langsung tentang pemuda tadi kepadanya.. Tapi sayang, sepertinya gw harus lebih bersabar untuk menahan niat gw tadi.. Karena begitu tiba di Cafe tersebut, sosok keduanya sudah tak nampak..
sampeuk
dodolgarut134
qthing12
qthing12 dan 12 lainnya memberi reputasi
13
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.