Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

setiawanariAvatar border
TS
setiawanari
Patahan Salib Bidadari
In the name of Allah, the beneficient, the merciful
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Patahan Salib Bidadari
Terimakasih untuk gambar sampulnya awayeye

Terimakasih Kaskus, khususnya untuk sub forum SFTH yang telah menyediakan tempat menampilkan sebuah cerita. Sebuah fasilitas yang akan saya gunakan untuk menulis dimulai dari hari ini hingga di hari-hari selanjutnya.

Terlepas dari nyata atau tidaknya cerita ini, adalah tidak terlalu penting karena sebagian dari kisah nyata dan sebagian dari imaginasi saya. Harapan saya tokoh-tokoh dalam cerita ini dapat menjadi inspirasi untuk para pembaca cerita yang saya tulis ini dapat menjadikan saya untuk terus berkreatifitas.

Mohon maaf jika materi dalam cerita ini nantinya ada kesalahan dan menyinggung pihak-pihak tertentu sekiranya nasihat, kritik dan saran dari agan/sista yang lebih berpengalaman selalu sangat saya harapkan.

Menemani istirahat untuk menghilangkan lelah setelah pulang kerja/sekolah/kuliah, atau saat sedang menunggu sesuatu mari kita baca ceritanya. Ditemani alunan musik dan segelas kopi/cokelat/susu/teh hangat kita kembali ke beberapa tahun yang lalu!!!.


PEMBUKA CERITA

Terpaku di dalam rasa cinta yang tak mungkin pudar, menanti cinta datang membawa arti sampai segenap organ ini berhenti.

Sore itu saat cuaca cerah di lantai 6 gedung akademisi yang melahirkan sarjana ekonomi terbaik aku termenung. Melamunkan manis, asam, asin dan pahitnya segala kehendak Tuhan yang dianugerahkan kepada salah satu ciptaanNya.

Manusia diberikan otak untuk berfikir dan menggunakan logika lalu diberikan hati untuk merasakan. Hati adalah malaikat sedangkan otak kadang menjadi iblis dan sangat sulit untuk mengontrolnya menjadi malaikat. Hati menjerit saat kita berbuat salah sedangkan otak adalah penyebab semua kesalahan yang dilakukan manusia. Malaikat dan iblis adalah gambaran dari manusia, sebagai simbol antara kebaikan dan kejahatan. Kebaikan tidak akan bersanding dengan kejahatan dan sebaliknya.

“Permisi Mas! Bisa pindah duduknya, lantainya mau di bersihkan!” Sapa seorang petugas cleaning service membuyarkan lamunanku.
“Oh, iya mas”. Jawabku sambil berlalu pergi menuju tempat parkir motor tepatnya dihalaman depan kampus.

Karamnya cinta ini
Tenggelamkanku diduka yang terdalam
Hampa hati terasa
Kau tinggalkanku meski ku tak rela
Salahkah diriku hingga saat ini
Kumasih mengharap
Kau tuk kembali………


Sore itu gerimis turun saat aku pulang, tak terasa sampai ditempat kos yang kebetulan hanya berjarak 10 menit dari kampus air hujan membasahi jaket jeans yang ku kenakan. Segera aku mengambil handuk dan membersihkan diri, bersiap untuk mengucapkan syukur kepada Yang Maha Kuasa. Dengan ritual sholat Ashar aku merasakan kedamaian yang tidak ada bandingannya, sebagai bentuk kepatuhan dan rasa syukur atas semua yang diberikan Tuhan baik itu berkah yang membuat hati senang maupun musibah sebagai ujian kepada hambanya agar menjadi sosok yang lebih kuat.

Waktunya istirahat, kurebahkan badan ini di kasur busa sebagai surga dunia yang paling indah, sambil memutar lagu menemaniku melepas lelah. Secangkir kopi hitam telah kusiapkan untuk menghangatkan suasana karena diluar hujan turun semakin deras. Kupandangi sebuah kalung berwarna emas berliontin salib yang bersanding dengan sebuah kalung perak berliontin lafaz Allah, tergantung dibawah poster foto Ibu Sundari Sukotjo tepat di tengah-tengah dinding kamar kosku. Masih menampakkan kilaunya meski kalung-kalung itu sudah hampir 4 tahun lamanya. Aku bangkit dari tempat tidur, meminum sedikit kopi hitam, sambil menarik nafas dalam sedalam yang aku mampu. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu di sore ini, ya aku merasakan suatu kerinduan yang luar biasa dengan pemilik kalung salib yang tergantung dikamarku, seorang yang sangat suka musik klasik, seseorang pecinta sepakbola, seseorang yang suka kopi hitam dan mungkin pernah mencintaiku walaupun tak pernah mengungkapkan sepatah katapun.

“Ya Tuhan hari ini aku kangen banget sama dia, meski tak sebesar kangen ku kepadaMu, tapi sungguh seolah-olah aku merasa sangat lemah dan sangat kehilangan. Hari ini tepat 4 bulan yang lalu dia beranjak pergi dari tempat ini, dia pergi untuk cita-citanya, untuk impiannya dan bodohnya aku belum sempat mengutarakan seluruh perasaanku kepadanya. Perbedaan keyakinanlah yang menghalangi, aku bahkan hanya bisa diam membisu saat ku ingin mengucapkan seluruh rasa cinta ini aku takut rasa cinta kepada makhluk ciptaanMu melebihi rasa cintaku padaMu. Tak kuasa air mata ini menetes, berusaha ku tahan tapi tak sanggup karena mungkin ini air mata rindu yang mencapai puncaknya.

Aku bukan seorang penulis tetapi hari ini tiba-tiba ingin sekali aku ingin sekali memainkan jariku di keyboard yang biasanya hanya kupakai untuk membuat tugas. Aku ingin menulis tentang dirimu tentang cerita kita, walaupun mungkin tidak berujung bahagia tidak apa karena mungkin dengan tulisan ini aku bisa mencurahkan segala isi hati dan kerinduanku kepada mu. Kenangan indah tentang hari-hari yang pernah kulalui dengan seorang bidadari yang telah merubah seluruh hidupku, meski meninggalkan perasaan yang terus menggantung entah sampai kapan. Bidadari yang datang di hidupku, menemaniku sejenak lalu pergi meninggalkan patahan salibnya di hidupku.


Mungkin suatu saat nanti
Kau temukan bahagia meski tak bersamaku
Bila nanti kau tak kembali
Kenanglah aku sepanjang hidupmu


Sekilas Gambar Tentang Aku
Harapan Sesuai dengan Kenyataan
Kerikil Kecil dan Awan yang Jauh
Pertemuan dengan Sahabat
Sepatu Mengawali Sebuah Impian
Dunia Kampus dan Teman Baru
Keluarga Kecil Bernama HALTE
Sesuatu Mengganggu Pesta Akhir Smester
Diantara Rasa Kagum dan Penasaran
Meluapnya Sebuah Emosi
Hubungan yang Semakin Dekat
Kegelisahan Menghadapi Perasaan yang Berbeda
Siang Menjadi Malam dan Sebaliknya
Perjalanan yang Semakin Indah

Momen Menggelikan dan Warna Kehidupan
Dilema Menghadapi Ungkapan Perasaan
Tetangga di Sekitar Kami
Liontin Salib untuk Leher yang Indah
Kepedihan Cerita di Masa Lalu
Senyuman untuk Hati yang Terluka
Sosok yang Menjadi Pertanyaan
Mencoba Menghilangkan Trauma
Pelangi yang Hilang Bersama Turunnya Hujan
Malam Kebahagiaan Bersama Keluarga Kecil
Bidadari Kecil Kini Telah Dewasa
Kebahagiaan Kini Tinggal Prasasti
Semua Terjadi Sangat Cepat
Sebuah Cinta yang Salah
Surga yang Tak Layak untuk Dilihat
Rumput Dingin Di Bawah Bangku Taman
Pahitnya Sebuah Ucapan
Air Mata Menepis Kerasnya Kata-kata
Satu Langkah ke Arah Normal
Bertahan Hanya dalam Waktu Singkat
Semakin Tenggelam dalam Kedekatan
Lilin Kecil di Malam Penuh Kebahagiaan
Selamat Datang Kemarau
Kerinduan yang Teramat Dalam
Hembusan Angin Masa Lalu
Sayap yang Kuat Untuk Bidadari Kecil
Tinta Biru Menorehkan Luka
Berusaha Menyembunyikan Luka
Hilangnya Rasa Segan
Keberhasilan Tanpa Perayaan
Berharap Hanya Andai Saja
Serpihan Kenangan yang Menyiksa
Tempat Baru
Berita Baik Bersama Undangan
Selamat Menempuh Hidup Baru
Kesan yang Baik di Hari Pertama
Insiden Kecil dan Masa yang Telah Terlewati
Menutup Momen 4 Tahun Kebersamaan
Kotak Makan Siang
Keberanian Untuk Memulai
Pahitnya Sambutan Selamat Datang
Seperti Kembali ke Waktu Itu
Teka Teki dari Perhatian Sederhana
Cerita di Ujung Sore
Peneduh Panasnya Amarah
Mengungungkapkan tak Semudah Membayangkan
Titik Terang yang Terasa Gelap
Patahan Salib Bidadari
Terimakasih Untuk Masa yang Terlewati
Apa yang Sebenarnya Terjadi
Kembali Terjatuh
Dunia Ciptakan Keindahan
Dan Kebahagiaan [TAMAT]

Kata Penutup (Q&A)
Diubah oleh setiawanari 10-07-2018 10:35
calebs12
nona212
nona212 dan calebs12 memberi reputasi
3
110.7K
608
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.7KThread43.1KAnggota
Tampilkan semua post
setiawanariAvatar border
TS
setiawanari
#200
Tinta Biru Menorehkan Luka


Genap 2 bulan setelah pernikahan Putri aku memulai aktifitas kembali. Skripsi telah selesai tinggal siap untuk di presentasikan. Usahaku berjualan sepatu pun bertambah ramai banyak yang menawarkan tempat untuk di sewa. Namun aku memilih untuk terus berjualan di pasar kaget. Sesekali aku ikut dalam bazar-bazar yang diadakan beberapa komunitas.


Sebuah amplop cokelat tergeletak terselip di bawah pintu kamar hampir terinjak saat aku melangkah. Membuatku tertunda melanjutkan tugas, pulang dari jualan malam ini. Aku buka perlahan, aku baca kata demi kata tulisan tangan dalam surat ini.



Bersama Kalung salib ini aku titipkan hatiku.
Bersama surat ini aku titipkan sejuta kenangan untuk kau jaga
Bersama air mata aku melangkah mencoba berjalan sendiri

Dentingan gitar yang kau petik membuat pita suaraku terasa gatal untuk bernyanyi
Candamu yang kau tunjukkan begitu tulus membangkitkan syaraf ini untuk tertawa
Tanganmu yang tak begitu besar mampu memapah ku ke tempat seharusnya aku memejamkan mata
Bibirmu akan selalu terasa manis sampai kapanpun meski hanya sejenak kurasakan.

Semua yang kau lakukan menyembuhkan luka membawaku beranjak untuk kembali ke dunia yang penuh dengan keindahan.

Suatu ketika ditengah hutan belantara, kita tersesat dan kehabisan air.
Aku mengeluh merasakan haus yang sangat tak tertahankan.
Kau segera pergi mengumpulkan setetes demi setetes embun pagi sampai terkumpul satu tegukan dan kembali membawakannya untukku.

Tetapi ada pendaki lain yang membawakanku sebotol air oksigen yang sangat segar.
Aku meminum air yang dibawakannya dan menumpahkan air embun yang aku berikan.
Aku berkata
"Sudah cukup sakitkah kau berusaha untuk orang seperti aku?"

Kau hanya menjawab
"Saat ini cukup sakit, tetapi cepat habiskan air yang dibawakannya agar rasa hausmu hilang dan disaat kamu haus lagi aku akan tetap membawakanmu air meski tak sesuai yang kamu harapkan"

Cinta?
Ucapan hanyalah sebuah komunikasi verbal yang tidak penting untuk diungkapkan.
Cinta?
Tindakan ingin selalu membuat bahagia, menghapus air matanya, dan membuat hal baik menyertainya.

Argani Awan Narendra
Kau di berikan mata yang bisa kau sembunyikan saat menatapku.
Kau diberikan mulut yang terkunci rapat saat di berada beberapa centimeter di depanku.
Kau diberikan tangan yang selalu kau silangkan saat pikiranmu ingin memelukku saat aku merasakan dingin.

Sekuat hati kau coba menahannya mencoba mengalahkan isi hati dan pikiranmu.
Langkahmu terhenti saat sebuah keyakinan berbeda diantara kita menjadi pembatas.
Salib yang menjadi sandaranku tidak akan pernah bisa membuatmu teduh berada di bawahnya.

Berat langkahku beranjak dari pandang matamu tetapi inilah jalan yang harus kulalui.
Aku yakin cinta bukan hanya sekedar kenangan saat bersamamu, aku yakin lebih dari itu.

Terimakasih untuk semuanya, semua momen yang pernah kita jalani.
Maafkan aku yang tak pernah bisa membalas semua kebaikanmu.

Aku menyayangimu dan aku mencintaimu meski tak bisa memilikimu.

Aku pergi.
Herninda Rafaela Maharani.





Terasa sesak dadaku membaca kata demi kata tulisan indah bertinta biru ditangan gemetar ini.
Hingga air mata jatuh saat mata ini sampai di huruf terakhir.

"Ya Tuhan kenapa aku merasakan hal yang tak pernah kurasakan sebelumnya? Kenapa aku sakit Tuhaaaan, kenapa perasaanku seperti ini?" Batinku.

Segera ku ambil hp dari saku kiriku mencoba menghubungi Ninda namun ternyata nomornya sudah tidak aktif. Mencoba mengirim pesan singkat dengan harapan Ninda masih sempat membacanya.

Tergelatak tubuh ini di atas kasur menatap langit langit kamar yang tampak kosong. Hanya sesekali sebuah wajah terlintas. Aku memejamkan mata namun wajah itupun tak kunjung pergi. Terbersit pikiran ingin kembali menyiram rasa ini dengan alkohol. Segera aku urungkan karena suatu sebuah kesadaran alkohol tidak akan menghadirkan sosok itu kembali.

Trrrrrr......trrrrrr.......trrrrrrrrr.

Dering telepon berbunyi namun hingga beberapa kali aku diamkan. Terus berbunyi hingga akhirnya aku menyerah dan menjawabnya.

"Halo, assalamualaikum." Jawabku lemah.
"Walaikumsallam, Mas Awan. Lagi sibuk ya mas kok ngangkatnya lama?" Suara Indri melalui telepon.
"Enggak Ndri, lagi gak enak badan aja tadi hpnya di silent jadi gak kedengaran." Jawabku lemah.
"Boong, kalau Mbak Putri masih bisa Mas boongin tapi Indri gak bisa. Indri tau Mas lagi ada masalah, gak biasanya Mas Awan kaya gini."
"Bener Ndri, gak papa cuma capek aja ini abis jualan tadi. Kamu lagi ngapain kok belum bubu?"
"Awas kalau ada masalah gak mau cerita sama Indri. Lagi telpon Mas Awan hehehehehe."
"Iya udah tau maksudnya kok belum tidur gitu jam segini."
"Hmmmm belum lah Mas, eh Mas disini panas ya, terus jam segini masih berisik banget."
"Berisik, emang kamu lagi dimana Ndri malem-malem gini?" Kataku kaget beranjak dari tempat tidur.
"Tar kalau Indri kasih tau Mas kaget lagi terus marah sama Indri."
"Serius Ndri jangan becanda, kamu lagi dimana?"
"Hmmmmm, Mas keluar deh."

Tanpa memutuskan telepon aku membuka pintu kamarku dan sosok adik terakhirku berdiri di depan pintu dengan tas ransel di punggung dan sebuah kardus kecil di tangan kanannya.

" Astaga, ini mimpi kah aku? Indri? Ini bener kamu? Kok bisa ada disini?" Kataku memegang kedua pundaknya mencoba meyakinkan jika ini bukan mimpi.
" Iya ini Indri mas, Laras Indri Mayangsari adikmu adik Mbak Putri." Jawab Indri.
" Ya Tuhan, kamu.... Kok bisa sampai sini." Kataku memeluk Indri.
" Iya mas, aku naik kereta." Jawab Indri terisak.

Aku pun mengajaknya masuk meletakkan barang bawain Indri. Membuatkannya teh hangat.

" Ndri? Kok bisa kamu kesini? Kamu ninggalin kakakmu?" Kataku
" Ah Mbak Putri udah sama Mas Wahyu kok mas, lagian aku udah minta izin dan diizinin. Pak Lek sama Bu Lek juga udah kasih izin." Jawab Indri.
" Tapi kenapa kok kamu gak kasih kabar ke Mas kalau kamu kesini kan Aku bisa jemput."
" Ihhh aku gak mau repotin kamu Mas, nanti malah gak surprise kalau aku kasih tau."
" Opo to surprise-surprise segala, kalau kamu ada apa-apa gimana coba?"
" Enggak lah mas, Indri kan udah gede hehehehe. Oh iya surprise yang pertama bentar lagi mas Awan bakal punya keponakan."
" Jadi Putri udah hamil. Alhamdulillah mudah-mudahan sehat terus."
" Amiiiin terus untuk surprise yang kedua gak tau mas Awan setuju atau enggak. Kalau mas Awan gak setuju Indri ikut keputusan Mas Awan."
" Lho ngomong aja belum masa setuju gak setuju."
" Gini Mas beberapa waktu lalu Indri ikut SNPTN dan di terima di UN*. Indri pengen kuliah Mas, sama kaya Mas Awan. Menurut kamu gimana Mas? Boleh tak?" Kata Indri dengan wajah penuh harap.

Tanpa menjawab pun aku memeluknya untuk yang kesekian kali.

" Boleh Ndri, boleh! Mas udah coba masuk ke universitas negeri tapi gagal dan kamu bisa. Mas Awan bakal urus semuanya."

" Alhamdulillah, makasih Mas, makasih. Oh iya untuk biaya pendaftaran Indri udah nyiapin tabungan Indri Mas dari uang yang selalu Mas kirim ke kampung."
" Lah emang cukup?"
" Lebih dari cukup, hehehehehehe."
" Anak pinter!" Kataku mengusap-usap kepalanya yang tertutup jilbab. Kami pun berbincang hingga larut malam.

Sebuah kebetulan atau Tuhan masih mendengar doaku. Tuhan telah memberikan balasan baik atas apa yang kutanam. Lelah punggung ini saat harus selalu menggendongnya. Teriris hati ini saat menjawab pertanyaan " ibu dimana? Indri kangen ibu". Tangis mata ini saat dia menangis merindukan dan ingin bertemu dengan mereka. Kini semuanya dia balas dengan kebanggaanku memilikinya.

Kini disaat hati ini merasa lemah tak berdaya menahan gejolak perasaan, Tuhan mengirimkan aku malaikat kecil yang sudah tumbuh dewasa. Dia datang menenangkan hati ini. Meskipun tidak sepenuhnya menutup luka setidaknya kehadirannya mampu menjadi semangatku untuk terus menantang dunia.

Kami terlelap dalam kedekatan yang lama sekali tidak pernah kami rasakan. Berharap saat membuka mata dunia dunia masih berputar, agar kami masih bisa terus berpijak, mencari kebahagiaan di atasnya.
g.gowang
g.gowang memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.