Kaskus

Story

vayu.vayuAvatar border
TS
vayu.vayu
SINDEN - A SONG FROM THE DEMON [HOROR]
sebelumnya, mohon maaf kepada para sepuh-sepuh sfth karena gw kembali lagi ke sini. dan terimakasih sebanyak-banyaknya kepada siapapun yang nanti sudi mampir, singgah dan membaca trit ini.
seperti biasa, mengikuti adat yang sudah ada, biarkan gw untuk sedikit berbasa-basi.


Spoiler for quest and ask:


Spoiler for RULES:


UNTUK YANG MAU MAMPIR KE BLOG GW, SILAHKAN KLIK -RUANG KOSONG-

lalu, mari, kita mulai cerita ini ... kisanak... siapkan kopinya.

Quote:
Diubah oleh vayu.vayu 04-10-2017 14:18
anasabilaAvatar border
padaswAvatar border
padasw dan anasabila memberi reputasi
1
24.4K
90
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52.1KAnggota
Tampilkan semua post
vayu.vayuAvatar border
TS
vayu.vayu
#73
JEJAK





Dibandingkan tidur di ruang tengah yang lebar dan tanpa sekat apapun, gw lebih memilih tidur di kamar teteh yang gw rasa lebih memberikan jaminan keamanan. Tapi nahas, keamanan yang gw harapkan akhirnya tak bisa gw dapatkan karena kecerobohan gw sendiri, ya, malam itu gw tidur tanpa menutup pintu. dan malam itu akhirnya gw harus membayarnya dengan harga yang mahal.

Dalam keheningan yang pekat, detak dari jarum jam seakan akan menggema memenuhi seisi kamar, berpadu dengan raungan jangkrik dan hewan hewan malam yang baru saja terjaga, juga suara dengkuran emak yang pulas di dalam kamarnya. Udara dingin yang masuk ke dalam selimut, akhrinya berhasil membuat gw membuka rapatnya mata. dalam keadaan setengah bermimpi, gw melirik jam dinding yang tergantung di samping poster sheila on seven, Pukul setengah dua dinihari. Dan sialnya, gw pengen kencing.

Turun ke lantai bawah di jam jam seperti ini jelas merupakan suatu upaya bunuh diri, maka seperti biasanya, gw bangkit berdiri, menghempaskan selimut lalu melangkah ke ruang tengah, membuka salah satu jendela dan berdiri di ambangnya. Dalam sekejap, udara yang lebih gigil datang menyergap. Bulu-bulu halus di sepanjang tengkuk gw meremang, bukan, bukan karena udara gigil yang kontan menyapa badan, tapi karena belum sempat gw membuka resleting celana, ujung mata gw menangkap sekelebatan sosok yang bergerak pelan di bawah samping rumah, di antara celah daun-daun singkong yang berkesiap. Sosok itu hitam, lebih hitam dari bapak, tingginya satu setengah orang dewasa. Tak ada warna lain di tubuhnya kecuali sepasang pendar sewarna merah senja yang nyaris seukuran kepalan tangan gw yang gemetar.

Selama lebih dari sepuluh menit, gw terpancang di ambang jendela, mengamati sosok hitam itu yang menyeret langkahnya menuju arah belakang rumah. Sampai akhirnya sosok itu menghilang dan tak terjangkau lagi oleh pandangan, gw segera menutup jendela, melangkah tergesa ke dalam kamar teteh, menarik selimut sampai menutupi seluruh badan. Persetan soal kencing atau leting celana yang masih terbuka.

Sepanjang malam, gw terus terjaga. Tak ada rasa kantuk atau perih di bola mata yang lebar terbuka. yang ada hanya suara nafas gw yang masih saling memburu, juga suara-suara lain yang entah dari mana arah datangnya.

Menjelang subuh, di antara gemrusuk speaker masjid dan langgar-langgar ynag baru saja dihidupkan, juga di jeda suara riuh kokok ayam jago yang bersahutan, samar, terdengar langkah dari lantai kayu ruang tengah, awalnya dari arah jendela yang tadi malam gw buka, lalu perlahan-lahan mendekat, rasanya ada hawa dingin yang bercokol di depan pintu kamar teteh. Sebuah hawa dingin yang hening, yang membuat nafas gw ikut tertahan. Dan setelah agak lama, terdengar lagi langkah langkah kaki, menjauh ke arah ruang tamu dan akhirnya menghilang. Lenyap tak terdengar lagi.

Saat adzan baru rampung berkumandang, gw tertidur dengan badan yang kuyup oleh keringat dingin. Namun tidur gw tidak berlangsung lama, karena pukul setengah enam, gw terbangun karena hasrat ingin kencing itu datang lagi. segera, dengan setengah berlari gw meninggalkan kasur dan selimut. Namun baru saja gw membuka pintu, langkah gw terhenti tiba tiba. Jendela ruang tengah terbuka. mata gw merunut karpet di hijau yang membentang di sepanjang ruang tengah, dari bawah jendela itu, ada bercak jejak dari tanah basah yang tipis berupa langkah kaki yang mungkin 4 kali besarnya jika dibandingkan kaki gw.

Gw yang tadinya hendak menuju lantai bawah untuk kncing, akhirnya memutar haluan ke kamar emak. Namun sesaimpainya di kamar emak, yang gw dapati hanyalah kosong, tak ada emak di atas kasurnya. Yang ada hanyalah selimutnya yang terkulai asal di atas bantal guling yang melintang janggal.

“maaak …” gw berteriak dengan jantung yang memompa darah dua kali lebih cepat dari biasanya. Membayangkan sosok macam apa yang meninggalkan jejak macam itu di ruang tengah pun sudah merupakan kengerian tersendiri, apa lagi membayangkan kalau sosok itu juga telah menculik emak gw yang mungkin sedang bermimpi tentang anak-anaknya yang sukses dan punya usaha warung nasi di mana-mana. Sial, seluruh tubuh mungil gw gemetar, namun segera saja berhenti begitu dari arah lantai bawah terdengar suara emak menyahut lembut.

“deekk, kamu udah bangun? Cepet mandi, terus ganti baju. Kamu sekolah kan?”

Tanpa menyahut lagi, gw segera berlari menghampiri emak, yang ternyata, sedang sibuk mengepel anak-anak tangga, dimana bercak tanah basah berupa jejak itu juga merebah di sana.

“mak, ini ada apa?” tanya gw setelah dengan berat menelan ludah.

“udah kamu cepet mandi, gak usah mikir macem macem, terus berangkat sekolah!” bukannya memberikan jawaban, emak malah memberikan titah, bahkan sepasang bola matanya tidak sedikitpun menatap gw yang berdiri di anak tangga pertama, di atas sebuah bercak tanah basah yang jelas jelas mewujud jejak begitu nyata. Brengsek.
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.