Empat Senjata Sakti...

Selama kurang lebih dua pekan, gw dirawat di rumah sakit.. Satu minggu sebagai perawatan saat gw koma, dan satu pekan lagi gw menjalani masa pemulihan di ruang perawatan.. Gw sempat memaksa pulang lebih cepat, namun ibu menolak karena semua biaya perawatan gw sudah di tanggung oleh seseorang, entah siapa yang pasti gw dan keluarga sangat berterimakasih atas bantuan dermawan itu..

Semua orang terdekat gw menjenguk di rumah sakit.. Dari mulai keempat sahabat baik gw yang datang bersama Viny, lalu teman sekelas gw bersama wali kelas hingga Tasya bersama kedua orang tuanya.. Anggie sempat melirik ketus ke arah Tasya yang sepertinya duduk sedikit lebih dekat ke arah gw.. Terasa sekali sengatan listrik dari pandangan Anggie beberapa kali menyambar ke arah Tasya.. Untung ada kedua orang tuanya Tasya, jika tidak gw ga tau Anggie akan berbuat apa ke gadis berhijab tersebut..

Tasya sempat membisikkan sesuatu yaitu permintaan maafnya karena sudah khilaf mengirimkan gw pelet Si Bayang Bayang tempo hari.. Melihat Tasya sedikit lama berbisik, Anggie dengan sengaja terbatuk-batuk dengan suara agak keras.. Tak lama gadis itu pun berpamitan bersama kedua orang tua nya, saat seorang perawat yang sepertinya di panggil oleh Anggie lewat tombol yang ada di samping tempat tidur rumah sakit, datang dan membawakan obat..

“Jenguk orang sakit tapi koq sambil modusin, pake bisik-bisik segala lagi.. Dia bisikin apa sih, Beb?” Tanya Anggie dengan tatapan tajam..

“Biasa aja, dia cuma bilang lekas sembuh yah sayang, gitu doank koq” Jawab gw sambil tertawa kecil dalam hati..

“Iiiih, tuh cewe emang harus di kasih pelajaran kek nya” Ucap Anggie yang langsung gw sambut dengan gelak tawa..

Pacar gw itu memang sangat-sangat pencemburu, terutama sama Tasya.. Entah apa sebabnya dia sampai bisa sebegitu sensi nya dengan Tasya, yang notabene memang mantan gw..

Hari ini tepat rencana kepulangan gw dari rumah sakit.. Anggie sendiri yang membawa mobil nya bersama gw di bangku kiri, sementara Ayah dan Ibu gw duduk di kursi belakang, Ayu kebetulan tidak ikut.. Jalan Raya Fatmawati nampak sedikit macet, mungkin terpengaruh oleh proyek MRT yang sedang di garap pemerintah di daerah Lebak Bulus, Jakarta Selatan..

Gw yang duduk terdiam sambil mengamati keadaan jalan, sesekali menjawab pertanyaan Anggie.. Kondisi gw boleh di bilang sudah 90 % membaik.. Hanya luka di punggung, bekas cabikan kuku Nilam Segara saja yang masih terasa nyeri karena belum kering benar.. Gw harus segera bertemu Ridho ,agar saudara gw itu bisa merapatkan luka yang sudah di jahit oleh dokter menjadi lenyap tak berbekas..

Setibanya di rumah, Ayah mencoba membantu gw berjalan namun gw tolak karena memang gw sudah merasa cukup kuat untuk melangkahkan kaki, meski ada sebuah kursi roda yang di bawa Anggie.. Satu dua langkah gwa tapaki, masih terasa nyeri sedikit di sendi lutut tapi tetap gw paksakan diri untuk berjalan hingga tiba di dalam kamar..

Anggie langsung membuka pintu kamar gw yang sudah rapi dan berbau harum.. Gw sempat kaget begitu melihat sebuah photo gw yang sedang merangkul Anggie terpasang dalam sebuah figura besar di dinding.. Gw melirik Anggie yang tersenyum sambil mengacungkan dua jari telunjuk dan jari tengahnya..

Beberapa jam Anggie menemani gw di kamar, ngobrol santai di teras dan bahkan sempat makan siang bersama dengan semua anggota keluarga gw.. Ayah sengaja mengambil cuti dan Ayu juga izin dari sekolah karen ingin menyambut kedatangan gw tadi..

Selepas pukul 1 siang, Anggie pamit karena ada sebuah pesan dari Mamahnya yang menyuruh pacar gw itu untuk segera pulang.. Gw pun kembali ke kamar dan mencoba bertirakat sejenak guna mengumpulkan tenaga dalam hasil laku Tapa Brata gw beberapa hari lalu di Laut Utara.. Sesaat, fikiran gw tertuju pada Sekar yang detik ini sedang menjadi tawanan oleh Raja Siluman..

“Gw harus menyelamatkannya secepat mungkin” Ucap gw dalam hati dengan tekad kuat..

Tiba-tiba Bayu Barata muncul melayang di hadapan gw.. Jin Penjaga gw yang kedua itu sempat menatap dengan pandangan aneh..

“Ada apa, Bayu?” Tanya gw heran melihat tatapannya..

“Hawa kesaktian mu terasa sangat jauh meningkat, Raden.. Rupanya laku Tapa Brata mu membuahkan hasil” Ucap Bayu Barata sambil tersenyum..

Gw termenung sesaat, lalu kembali menatapnya..

“Kekuatan sehebat apapun tidak akan berguna, jika aku tak bisa menyelamatkan Sekar” Ucap gw dengan wajah lesu..

“Aku akan bantu sebisa mungkin Raden.. Sebaiknya kau segera menemui ketiga saudara mu” Ucap Bayu Barata dengan menatap kosong ke arah hutan bambu tempat dahulu Sekar tinggal..

Nampaknya bukan hanya gw seorang yang mengkhawatirkan keselamatan Sekar saat ini.. Gw yakin Bayu Barata yang dulu sempat mencintai Sekar pasti merasakan hal sama, atau mungkin lebih..

Gw keluar dari kamar sejenak untuk bilang ke ibu kalo gw mau istirahat dan tak ingin di ganggu oleh siapapun.. Ibu yang berfikir kondisi gw belum pulih benar, menngiyakan permintaan tersebut.. Lalu gw kembali ke dalam kamar, mengunci pintu dan jendela dari dalam..

“Bawalah aku ke tempat ketiga saudara ku berkumpul, Bayu” Pinta gw kearah Bayu Barata..

Jin Penjaga gw yang kedua itu mengangguk lalu memegang bahu kiri gw.. Secepat kilat kami sampai di rumah Suluh.. Gw lihat ketiga saudara gw sudah berkumpul bersama.. Mereka semua berdiri dan langsung memeluk gw satu persatu..

“Enakan meluk langsung pake raga ya, Mam.. Dari pada sukma kita doank yang berpelukan kek kemarin sewaktu di tempat Kakek Moyang kita.. Kalo gini kan, meluk Suluh berasa mentok jadinya” Gurau Ridho yang langsung di sambut oleh sikutan Suluh di perutnya..

“Jangan mulai, deh” Ucap Suluh dengan wajah jutek..

Gw tertawa melihat reaksi mereka masing-masing.. Kami pun mulai melangkah ke teras rumah Suluh yang memiliki empat buah bangku antik dengan ukiran indah.. Sesaat gw melihat Bimo yang belum mengeluarkan sepatah kata pun semenjak kehadiran gw.. Seperti ada yang ia fikirkan saat ini..

“Oh iya, Dho.. Sembuhin luka cakaran Kolong Wewe item alias Nilam Segara di punggung gw doank.. Lama sembuhnya nih, masih suka nyeri juga” Pinta gw yang langsung membuka kaus..

Suluh terlihat melemparkan pandangannya ke arah lain, begitu gw melepas kaus yang gw kenakan.. Ridho menendang kaki gw sekali sambil melirik ke arah Suluh..

“Sama saudara dilarang mupeng” Celetuknya yang langsung di balas oleh tatapan tajam dari Suluh..

Lalu, gadis itu mendadak masuk ke dalam tanpa berkata apapun..

“Mulut lu usil banget, Dho” Kata gw seraya balas menendang kaki nya..

Ridho nampak ikut cemberut lalu duduk di belakang gw.. Perlahan dia membuka perban yang masih menutupi luka gw di bagian punggung..

“Dalem juga kayanya luka lu, Mam” Ucap Ridho sambil menempelkan telapak tangannya di atas luka gw itu..

Sensasi aliran hawa hangat dari telapak tangannya, mulai merasuk menembus kulit luar dan perlahan menyebar ke seluruh bagian luka.. Tak berapa lama. Rasa nyeri yang selama ini seolah menjadi satu dengan luka tersebut, mulai tak lagi gw rasakan.. Gw kembali mengenakan kaus hitam yang gw letakkan di atas meja..

“Tapa Brata kalian gimana, berhasil kan?” Tanya Bimo tiba-tiba..

Gw mengangguk, di lain sisi Ridho mengacungkan jempolnya..

“Berarti Cuma gw yang ada sedikit kendala” Ucap Bimo dengan menatap kosong ke arah halaman rumah Suluh..

“Saat tiba di Puncak Merapi, gw dihadang sesosok mahluk yang sangat besar seperti raksasa dengan wajah mengerikan.. Sesuai petunjuk Kakek Moyang kita, gw keluarkan Tombak Geni sebagai tanda pengenal.. Awalnya raksasa tersebut mempersilakan gw untuk melakukan Tapa Brata, tapi saat gw mulai melangkah memasuki lingkaran pagar gaib yang mengelilingi Puncak Merapi, tiba-tiba Rampak Tantra terpental keluar dari raga gw” Kata Bimo dengan kalimat terhenti..

Gw dan Ridho yang sedari tadi mendengar penuturannya, saling pandang beberapa saat..

“Dada gw langsung terasa sakit begitu Rampak Tantra keluar.. Sepertinya jantung gw berhenti berdenyut.. Seketika gw jatuh terduduk karena lemas.. Gw sempat melihat Rampak Tantra mencoba menghancurkan Pagar gaib itu, tapi gagal.. Akhirnya dia pun melesat pergi meninggalkan gw” Sambung Bimo..

“Terus jantung lu gimana, Bim?” Tanya gw mulai penasaran..

Bimo terlihat menghela nafas panjang lalu menyingkap kaus biru yang ia kenakan.. Tepat di dada Bimo sebelah kiri, terlihat jejak sebuah titik hitam persis di jantungnya..

“Raksasa itu merobek dada gw dan entah, ia seperti mengambil sesuatu dari dalam jantung gw, Mam” Ucap Bimo lalu menurunkan kembali kausnya..

“Sejak itu, jantung gw bisa berdenyut dengan normal tanpa bantuan Rampak Tantra lagi, namun satu sisi sampai saat ini Jin Penjaga gw yang kedua itu belum juga muncul meski gw memanggilnya berulang-ulang” Kata Bimo dengan wajah sendu..

Terlihat sekali raut kesedihan muncul di wajahnya.. Gw bisa memahami perasaan Bimo yang sama seperti rasa kehilangan gw akan Sekar, namun bedanya Rampak Tantra pergi atas kemauan sendiri, dan Sekar pergi karena di tangkap dan di tawan oleh Raja Siluman..

“Gw yakin, suatu saat Rampak Tantra pasti kembali, Bim” Ucap gw mencoba membangkitkan semangat Bimo..

Ridho yang ikut bersimpati juga mulai menepuk bahunya Bimo beberapa kali.. Mendadak, Suluh kembali muncul dengan membawa senampan makanan dan minuman.. Sesekali gadis itu melirik jutek ke arah Ridho..

“Maafin gw ya, Suluh cantik” Ucap Ridho sambil mengulurkan tangan ke arah segelas sirup melon yang ada di hadapannya..

PLAKK!!!

Suluh dengan cepat menepis tangan Ridho.. Gw sempat membelalakan mata melihat reaksi Suluh.. Bimo pun seperti sama kagetnya dengan gw.. Sementara Ridho hanya mengelus-elus tangannya.. Sesaat, suasana antara kami berubah dingin..

“Gw maafin kalo lu mau bantuin cuci gelas nanti” Ucap Suluh sambil memberikan segelas air sirup berwarna hijau ke arah Ridho..

Ridho langsung terkekeh seraya menerima minuman itu.. Gw dan Bimo tersenyum melihat tingkah mereka berdua..

“Guys, gw punya senjata baru yang ajiib punya” Ucap Ridho yang tiba-tiba mengulurkan tangannya..

“Eh, nanti dulu.. Ada orang ga di rumah lu Suluh?” Tanya gw untuk memastikan tidak ada orang lain sebelum Ridho menunjukkan benda yang ia maksud..

Suluh terlihat menggelengkan kepala dan Ridho pun langsung melanjutkan aksinya yang tertunda.. Saudara gw yang merupakan Calon Penjaga Batu Mustika Gerbang Selatan itu nampak memejamkan kedua matanya.. Perlahan lengannya yang terulur bergetar lalu muncul sebuah pangkal benda, yang langsung di tariknya..