- Beranda
- Stories from the Heart
[Action, Special Ability] Erik the Vampire Hunter
...
TS
Shadowroad
[Action, Special Ability] Erik the Vampire Hunter
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ane mau share novel buatan ane sendiri gan
Novel ane bergenre action, horror, romance, school-life dan supranatural
Inspirasi dapat dari alur game, film, anime, kehidupan, komik, mitologi, legenda dan novel yang pernah ane amati
Part 62: Erik dan Vela Versus Pengendali Tulang
Spoiler for Begini gan ceritanya::
Cerita ini tentang seorang remaja dari Jakarta yang keluarganya terbunuh karena kaum vampire. Cowok remaja ini bernama Erik Calendula. Setelah selamat dari bencana yang dibuat kaum vampire, dia lalu memohon pada Arthur Pendragon. Arthur adalah salah satu dari beberapa pemburu vampire yang menyelamatkan Erik. Dibakar oleh tangisan, amarah dan dendam atas kematian keluarganya, Erik meminta Arthur untuk mendidiknya agar menjadi seorang pemburu vampire. Erik berniat menghancurkan organisasi vampire penebar bencana yang menjadi penyebab kematian orang tuanya.
Arthur menyetujui permintaan Erik. Sebelum dididik, Erik dibawa ke markas pemburu vampire di Jakarta yang bernama Knights of the Silver Sword. Lebih singkatnya, organisasi ini biasa disebut Silver Sword. Setelah bergabung dengan Silver Sword dan dibekali pelatihan dari Arthur, karir Erik sebagai pemburu vampire dimulai. Seperti Arthur, Erik juga memiliki kemampuan untuk mengendalikan listrik.
Arthur menyetujui permintaan Erik. Sebelum dididik, Erik dibawa ke markas pemburu vampire di Jakarta yang bernama Knights of the Silver Sword. Lebih singkatnya, organisasi ini biasa disebut Silver Sword. Setelah bergabung dengan Silver Sword dan dibekali pelatihan dari Arthur, karir Erik sebagai pemburu vampire dimulai. Seperti Arthur, Erik juga memiliki kemampuan untuk mengendalikan listrik.
Spoiler for Daftar Isi:
Prolog: Hotel Indonesia
Part 1: Arthur Datang Menjenguk
Part 2: Sekolah
Part 3: Kekuatan Dietrich
Part 4: Amanda Myrna
Part 5: Kisah Raja Arthur
Part 6: Pelabuhan
Part 7: Ghoul
Part 8: Bersembunyi di Rumah Kosong
Part 9: Amanda sang Pembunuh
Part 10: Lightning Versus Sand
Part 11: Kematian Rudy
Part 12: Rumah Sakit
Part 13: Teman Sekelas
Part 14: Kunjungan Mario dan Maya
Part 15: Cerita di Malam Hari
Part 16: Serangan Vampire
Part 17: Sungai Kapuas
Part 18: Kelompok Elena Versus Taiyou no Kishi
Part 19: Lantai Tiga
Part 20: Maya Versus Callista
Part 21: Lantai Dua
Part 22: Serangan Balik
Part 23: Kekuatan Callista
Part 24: Rumah Bergaya Belanda
Part 25: Immortals
Part 26: Empat Pertanyaan
Part 27: Der Schwarze Stein
Part 28: Mantra Deprehensio
Part 29: Kelompok Elena Versus Si Ekor Kalajengking
Part 30: Kolam-kolam Air
Part 31: Hydromancer Magnus
Part 32: Sepulang Sekolah
Part 33: Mall Kemang
Part 34: Korban Vampire
Part 35: Chibi, Chernov dan Minsk
Part 36: Pengejaran
Part 37: Tim Erik dan Tim Maul Versus Geng James Wood
Part 37.1: Hutan Ilusi
Part 37.2: Eyes of Markmanship
Part 37.3: Sand Versus Fire
Part 37.4: Pedang dan Tameng Es
Part 37.5: Maul dan Vira Versus James Wood
Part 38: Arthur Versus Lu Bu
Part 39: Agen Ganda
Part 40: Rumah Darkwing Bersaudara
Part 41: Tiga Produk
Part 42: Di Perbatasan Uni Soviet
Part 42.1: Diego Versus Dragovich
Part 43: FlyHigh
Part 44: Pecandu dari Pluit's Boat
Part 45: Kartel Ching Yan
Part 46: Ervan Versus Werewolf
Part 47: Berlindung di Balik Mobil
Part 48: Marga Asakura
Part 49: Hantu di Rumah Amanda
Part 50: Emmy Merah
Part 51: Pisau Dapur yang Melayang
Part 52: Lantai Dua
Part 53: Tim Sandra dan Dua Emmy
Part 54: Elektrokimia
Part 55: Aswatama
Part 56: Erik, Dietrich, Amanda Versus Arthur
Part 57: Erik, Dietrich, Amanda Versus Aswatama
Part 58: Napoleon Bonaparte dan Timnya
Part 59: Melacak
Part 60: Arthur Versus Jie Xiong
Part 61: Penyelamatan Professor Vaugh
Part 62: Erik dan Vela Versus Pengendali Tulang
Part 1: Arthur Datang Menjenguk
Part 2: Sekolah
Part 3: Kekuatan Dietrich
Part 4: Amanda Myrna
Part 5: Kisah Raja Arthur
Part 6: Pelabuhan
Part 7: Ghoul
Part 8: Bersembunyi di Rumah Kosong
Part 9: Amanda sang Pembunuh
Part 10: Lightning Versus Sand
Part 11: Kematian Rudy
Part 12: Rumah Sakit
Part 13: Teman Sekelas
Part 14: Kunjungan Mario dan Maya
Part 15: Cerita di Malam Hari
Part 16: Serangan Vampire
Part 17: Sungai Kapuas
Part 18: Kelompok Elena Versus Taiyou no Kishi
Part 19: Lantai Tiga
Part 20: Maya Versus Callista
Part 21: Lantai Dua
Part 22: Serangan Balik
Part 23: Kekuatan Callista
Part 24: Rumah Bergaya Belanda
Part 25: Immortals
Part 26: Empat Pertanyaan
Part 27: Der Schwarze Stein
Part 28: Mantra Deprehensio
Part 29: Kelompok Elena Versus Si Ekor Kalajengking
Part 30: Kolam-kolam Air
Part 31: Hydromancer Magnus
Part 32: Sepulang Sekolah
Part 33: Mall Kemang
Part 34: Korban Vampire
Part 35: Chibi, Chernov dan Minsk
Part 36: Pengejaran
Part 37: Tim Erik dan Tim Maul Versus Geng James Wood
Part 37.1: Hutan Ilusi
Part 37.2: Eyes of Markmanship
Part 37.3: Sand Versus Fire
Part 37.4: Pedang dan Tameng Es
Part 37.5: Maul dan Vira Versus James Wood
Part 38: Arthur Versus Lu Bu
Part 39: Agen Ganda
Part 40: Rumah Darkwing Bersaudara
Part 41: Tiga Produk
Part 42: Di Perbatasan Uni Soviet
Part 42.1: Diego Versus Dragovich
Part 43: FlyHigh
Part 44: Pecandu dari Pluit's Boat
Part 45: Kartel Ching Yan
Part 46: Ervan Versus Werewolf
Part 47: Berlindung di Balik Mobil
Part 48: Marga Asakura
Part 49: Hantu di Rumah Amanda
Part 50: Emmy Merah
Part 51: Pisau Dapur yang Melayang
Part 52: Lantai Dua
Part 53: Tim Sandra dan Dua Emmy
Part 54: Elektrokimia
Part 55: Aswatama
Part 56: Erik, Dietrich, Amanda Versus Arthur
Part 57: Erik, Dietrich, Amanda Versus Aswatama
Part 58: Napoleon Bonaparte dan Timnya
Part 59: Melacak
Part 60: Arthur Versus Jie Xiong
Part 61: Penyelamatan Professor Vaugh
Part 62: Erik dan Vela Versus Pengendali Tulang
Gan, setelah baca mohon komennya, ya
Ane sangat menerima kritik dan saran
Pertanyaan juga sangat dianjurkan, supaya agan2 dapat lebih memahami cerita yang rumit ini
Kalau terjadi kesalahan seperti tanda baca, kurang jelas, ketidak konsistenan cerita mohon diingatkan ya gan
Terima kasih gan
Diubah oleh Shadowroad 26-11-2017 06:31
2
86.8K
Kutip
544
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
Shadowroad
#508
Part 58: Napoleon Bonaparte dan Timnya
Spoiler for Part 58: Napoleon Bonaparte dan Timnya:
Satu bulan setelah latihan dengan Aswatama dan Arthur, kini Erik dan timnya mendapat misi baru. Misi mereka adalah menyelamatkan tiga ahli kimia yang disandera oleh kartel Ching Yan. Mereka dipaksa untuk menciptakan narkotika jenis baru yang layak bersaing melawan produk James Wood. Kasus kali ini membawa mereka ke Kota Bandung. Baru sampai di Bandung, Erik dan timnya langsung menginap di rumah seorang Immortal bernama Napoleon Bonaparte.
Napoleon Bonaparte adalah Immortal dari Perancis. Semua orang tahu bahwa pria berambut klimis ini adalah mantan penakluk dari Perancis. Bisa dibilang Hitlernya Perancis. Kekalahannya di Eropa membuat persekutuan negara-negara mengasingkannya di Pulau Saint Helena. Bermodalkan pura-pura mati dan bantuan dari Nicholas Flamel, Napoleon berhasil kabur dari pengasingannya. Dia terus mengembara dan mencari ilmu. Cukup banyak para Immortal dari tanah Perancis yang menjadi gurunya seperti Nicholas Flamel dan Joan of Arc. Dari Nicholas Flamel dia belajar ilmu kimia dan seni sedangkan dari Joan dia belajar ilmu militer dan duel. Atas restu Nicholas Flamel dan Joan, dia berkelana lagi ke seluruh penjuru dunia. Dua tahun masa pengembaraan, Napoleon bertemu dengan Khidir yang mengajarkan kebijaksanaan. Baru ketika Perang Dunia Kedua meletus, Khidir mengutus Napoleon kembali ke Perancis untuk mempertahankan tanah airnya. Sang penakluk terus bekerja sebagai manipulator di Perancis. Pada akhir Perang Dingin, Tuhan memerintahkan Napoleon ke Indonesia dan bekerja sebagai Paladin.
Sudah dua puluh tahun ini Napoleon bekerja di Paladin. Dia bekerja di Departemen Sejarah dan Arkeologi sebagai pengajar hingga kini. Dengan CEO sebuah perusahaan penerbitan buku sebagai pekerjaan sampingannya. Perusahaan buku yang dikelola Napoleon adalah perusahaan milik Paladin. Dia tidak mau menjadi pemimpin tim lagi karena terlalu kecewa atas pengalamannya.
Erik dan timnya memasuki rumah Napoleon yang sangat besar. Di ruang tamu, mereka disambut oleh dokumen-dokumen yang berserakan. Napoleon buru-buru berjongkok dan merapikan dokumen-dokumen sebisanya.
“Maaf, sobat,” kata Napoleon, “Rumahku terlalu berantakan.”
“Tak apa,” kata Arthur yang buru-buru berjongkok dan menoleh ke trio muridnya, “Kalian bertiga, ayo bantu!”
“Apakah dokumen-dokumen ini perlu dikelompokkan, Tuan Napoleon?” tanya Amanda.
“Ah, ya,” kata Napoleon, “Tolong kelompokkan sesuai lambangnya, ya!”
“Dimana pembantumu?” tanya Arthur.
“Pulang kampung. Hanya aku dan istriku yang tinggal di sini,” jawab Napoleon.
“Aku juga tidak melihat istrimu.”
“Dia sedang menggantikanku di kantor.”
Dokumen-dokumen yang berserakan ini terbagi menjadi tiga lambang. Lambang Paladin, lambang Departemen Arkeologi dan lambang PT. Manuskrip Indonesia. Bisa dibilang, Napoleon kini sibuk mengerjakan tiga hal sekaligus.
“Maaf, jika nanti aku tidak bisa menemani kalian. Anggap saja rumah sendiri. Kalian bebas,” kata Napoleon, “Tugas-tugasku hampir selesai.”
“Apa tugasmu?” tanya Arthur.
“Ada lima puluh proposal investasi dan aku harus menyeleksi sepuluh yang terbaik. Kalau dari Departemen, cukup banyak sih, tapi ada satu yang menarik perhatianku. Para manipulator ketakutan dan berlarian keluar ketika menggali salah satu kuil Atlantis. Mereka mendengar raungan keras dari kedalaman kuil. Entah itu mutan penelitian Atlantis, dragon atau iblis kuno ... aku tak tahu. Lalu tugas dari Paladin, aku disuruh berpartisipasi pada rencana pemerataan manipulator di republik ini. Jadi aku harus memperhitungkan antara jumlah manipulator yang kita miliki dan manusia biasa.”
“Memangnya berapa perbandingan antara manipulator dan manusia biasa?” tanya Erik.
“Negara ini memiliki tujuh ratus juta penduduk. Paladin memiliki satu juta empar ratus manipulator. Bisa dibilang, satu dari lima ratus penduduk negara ini manipulator.”
“Aku lebih tertarik kasus Departemen Arkeologi,” komentar Amanda.
“Dalam waktu dekat ini aku akan pergi ke kuilnya,” kata Napoleon yang dari Amanda lalu beralih menatap Arthur, “Seandainya ada Soren, Kingheart dan timnya ... ”
“Sudahlah, kawan,” hibur Arthur sambil menepuk bahu Napoleon, “Jika kau sangat bangga dengan Soren, Kingheart dan kawan-kawannya ... sebaiknya letakkan jabatan CEOmu dan mulailah mendidik tim lagi. Bentuk tim yang jauh lebih kuat.”
Napoleon menggeleng. Wajahnya diselimuti kekecewaan, “Aku tidak mau kecewa dan sedih lagi, Arthur.”
Dulu Napoleon mendidik sebuah tim yang sangat kuat. Saking kuatnya, tim ini menjadi bintang di Departemen Arkeologi dan Sejarah. Menyelesaikan misi-misi sulit sudah menjadi makanan sehari-hari. Tim kebanggan Napoleon ini terdiri dari lima orang. Dipimpin oleh yang terkuat bernama Soren Asclepios. Wakilnya yang menjadi ahli strategi bernama Kingheart Darkwing. Diikuti Tamara yang berperan speed-attack, Rachel sebagai sniper sekaligus penyihir dan Fatman sebagai tanker. Bertarung bersama, tertawa bersama, menangis bersama, tim ini melalui dan mengalami banyak hal. Bahkan ada kisah cinta antara Kingheart dan Tamara yang membawa mereka ke jenjang pernikahan.
Di puncak kejayaannya, tim didikan Napoleon berakhir tragis. Mereka berlibur bersama pasangan dan anak-anak di Pulau Bali. Hanya Kingheart dan Kesha (istri Soren) yang tidak ikut karena sedang ada misi membantu tim lain. Tiga orang Dark Path datang menyerang tim Soren. Dijebak, diserang mendadak dan tanpa persiapan penuh, tim ini hancur. Semua anggota tim Soren, termasuk pasangan dan anak-anak mereka, dimutilasi dengan kejam oleh tiga Dark Path ini. Kepala mereka dipenggal, ditusuk tombak dan digunakan untuk ritual sihir beraliran satanic. Tentu saja Kingheart dan Kesha tidak terima dengan peristiwa tragis ini. Dendam menenggelamkan mereka berdua. Kingheart dan Kesha menjadi Dark Path dan bersumpah untuk membalas dendam pada tiga orang Dark Path yang membunuh keluarganya.
“Kita bicarakan hal lain saja. Seperti ...,” Arthur terus menggali sisi kreatif otaknya, “Seperti ... Black Banquet War yang kemungkinan besar akan meletus.”
“Black Banquet, ya?” kata Napoleon seraya meletakkan tumpukkan dokumen terakhirnya di dekat dinding, “Apa menurutmu Kingheart dan Kesha akan ikut serta dalam peperangan nanti? Apakah dia berada di pihak Hinata-William atau Cain-Regulus?”
Arthur menepuk dahi. Padahal, maksudnya agar tidak membicarakan kenangan buruk Napoleon. Tapi malah membuat Napoleon menanyakan keberpihakan Kingheart dan Kesha. Pertanyaan Napoleon ada benarnya. Arthur juga mengenal Kingheart dan Kesha, meski tidak sedekat Napoleon. Napoleon sangat menyanyangi tim Soren seperti anak-anaknya sendiri. Dan yang tersisa sekarang tinggal Kingheart dan Kesha. “Dasar pahlawan gagal move on,” adalah isi otak Arthur sekarang.
“Kingheart kemungkinan besar akan ikut. Dia bukan tipe orang yang berdiam diri ketika melihat peluang besar seperti ini. Tapi aku tidak tahu dia berada di pihak mana,” kata Arthur seraya bangkit dari duduknya dan memutuskan untuk menghentikan pembicaraan tentang Kingheart, “Dimana kamar kami, Napoleon?”
“Silahkan ke atas! Ada tiga kamar kosong,” kata Napoleon, “Lalu segera turun lagi! Aku memesan masakan khas Padang untuk kalian.”
Erik dan timnya menaiki tangga ke lantai dua. Pertanyaan demi pertanyaan terus bermunculan siapa sosok bernama Soren, Kingheart, Kesha dan lain-lain. Kenapa mereka begitu terkenal di masanya? Tim seperti apa mereka? Bagaimana kekuatannya? Bahkan indahnya motif porselen tangga dan lembuntnya tekstur anak tangga tidak terasa.
“Seperti apa sih tim didikan Napoleon?” pertanyaan dari Dietrich mewakili pertanyaan-pertanyaan yang bermunculan di kepala Erik.
“Aku mengenal beberapa hal dari tim didikan Napoleon,” kata Arthur sembari duduk di ranjang. Murid-muridnya duduk di lantai sambil mendengarkan Arthur, “Jarang ada orang yang memiliki dua sifat yang bertentangan, serius dan konyol. Dan jika kalian ingin menemukan orang bersifat seperti itu, dia adalah Soren. Mungkin di mata kalian, Leon ahli strategi yang cerdik dan kreatif. Tahukah kalian, salah satu orang yang mengajari Leon adalah Kingheart? Apalagi Leon dan Kingheart memiliki kesamaan: sama-sama Darkwing dan sama-sama pengendali api. Fatman ... cukup dua kata untuk mendeskripsikannya: gila makan. Aku pernah ke restoran bersama mereka. Ketika kami kekenyangan, mulut Fatman yang bagaikan black hole tidak pernah membiarkan ada makanan yang sia-sia. Pengendali nafsu makan Fatman adalah Rachel. Rachel sangat peduli pada timnya. Sifatnya yang keibuan membuat banyak pria tertarik padanya. Bahkan jumlah pria yang naksir Rachel melebihi jumlah Tamara. Padahal Tamara lebih cantik.”
“Secantik apakah Tamara?”
“Kau pernah melihat wajah Elsaria Darkwing, kan, Dietrich? Tamara lebih cantik dari Elsa,” jawaban Arthur membuat ketiga muridnya teperangah.
“Mungkin cowok-cowok terlalu minder,” tawa Amanda, “Terlalu cantik sih.”
“Berarti Kingheart termasuk pria yang beruntung bisa menikah dengan Tamara,” komentar Dietrich, “Aku ingin menjadi Dietrich.”
“Tidak juga,” Arthur menggeleng, “Tidak ada yang ingin menjadi Kingheart jalan hidupmu harus melihat kepala istri cantikmu dan anak tercintamu di ujung tombak. Lalu menjalani hidup sebagai monster yang dikonsumsi oleh kekuatan dendam.”
“Kalau dilihat dari sisi cantiknya, sih, kau benar, Dietrich,” komentar Erik.
“Lalu bagaimana dengan Kesha?” tanya Amanda.
“Kesha hanya istri Soren, bukan anggota tim Soren. Dulu Kesha bekerja di SID,” jawab Arthur, “Tapi dia sama seperti Kingheart ... tidak terima kematian tragis orang yang dicintai. Keputusannya untuk bergabung dengan Kingheart merupakan keputusan yang tepat.”
Arthur mengajak ketiga muridnya ke ruang makan yang berada di lantai satu. Semuanya sudah mendahului Erik. Erik berkata bahwa dia akan menyusul karena harus menata kamar tidurnya. Pesan Napoleon kepadanya agar jendela kamar dibuka. Sejak pembantu rumah tangga berlibur, jendela-jendela di lantai dua tidak pernah dibuka. Cahaya matahari langsung masuk dan suasana pengap di dalam kamar berkurang sedikit demi sedikit.
Tangan Erik meraih tas dan membukanya. Dia memindahkan pakaian dari tas ke dalam lemari. Sebuah pekerjaan mudah dan tak butuh waktu lama. Yang membuat lama adalah benda padat yang tak sengaja tersentuh oleh tangan Erik. Tak jelas benda macam apa. Penasaran, Erik mengambil dan mengeluarkannya. Disinari cahaya matahari, benda berwarna kehitaman ini ternyata buku yang sangat tebal.
“Codex ... Necropolis ...?” kata Erik seraya mengeja judul bukunya.
Napoleon Bonaparte adalah Immortal dari Perancis. Semua orang tahu bahwa pria berambut klimis ini adalah mantan penakluk dari Perancis. Bisa dibilang Hitlernya Perancis. Kekalahannya di Eropa membuat persekutuan negara-negara mengasingkannya di Pulau Saint Helena. Bermodalkan pura-pura mati dan bantuan dari Nicholas Flamel, Napoleon berhasil kabur dari pengasingannya. Dia terus mengembara dan mencari ilmu. Cukup banyak para Immortal dari tanah Perancis yang menjadi gurunya seperti Nicholas Flamel dan Joan of Arc. Dari Nicholas Flamel dia belajar ilmu kimia dan seni sedangkan dari Joan dia belajar ilmu militer dan duel. Atas restu Nicholas Flamel dan Joan, dia berkelana lagi ke seluruh penjuru dunia. Dua tahun masa pengembaraan, Napoleon bertemu dengan Khidir yang mengajarkan kebijaksanaan. Baru ketika Perang Dunia Kedua meletus, Khidir mengutus Napoleon kembali ke Perancis untuk mempertahankan tanah airnya. Sang penakluk terus bekerja sebagai manipulator di Perancis. Pada akhir Perang Dingin, Tuhan memerintahkan Napoleon ke Indonesia dan bekerja sebagai Paladin.
Sudah dua puluh tahun ini Napoleon bekerja di Paladin. Dia bekerja di Departemen Sejarah dan Arkeologi sebagai pengajar hingga kini. Dengan CEO sebuah perusahaan penerbitan buku sebagai pekerjaan sampingannya. Perusahaan buku yang dikelola Napoleon adalah perusahaan milik Paladin. Dia tidak mau menjadi pemimpin tim lagi karena terlalu kecewa atas pengalamannya.
Erik dan timnya memasuki rumah Napoleon yang sangat besar. Di ruang tamu, mereka disambut oleh dokumen-dokumen yang berserakan. Napoleon buru-buru berjongkok dan merapikan dokumen-dokumen sebisanya.
“Maaf, sobat,” kata Napoleon, “Rumahku terlalu berantakan.”
“Tak apa,” kata Arthur yang buru-buru berjongkok dan menoleh ke trio muridnya, “Kalian bertiga, ayo bantu!”
“Apakah dokumen-dokumen ini perlu dikelompokkan, Tuan Napoleon?” tanya Amanda.
“Ah, ya,” kata Napoleon, “Tolong kelompokkan sesuai lambangnya, ya!”
“Dimana pembantumu?” tanya Arthur.
“Pulang kampung. Hanya aku dan istriku yang tinggal di sini,” jawab Napoleon.
“Aku juga tidak melihat istrimu.”
“Dia sedang menggantikanku di kantor.”
Dokumen-dokumen yang berserakan ini terbagi menjadi tiga lambang. Lambang Paladin, lambang Departemen Arkeologi dan lambang PT. Manuskrip Indonesia. Bisa dibilang, Napoleon kini sibuk mengerjakan tiga hal sekaligus.
“Maaf, jika nanti aku tidak bisa menemani kalian. Anggap saja rumah sendiri. Kalian bebas,” kata Napoleon, “Tugas-tugasku hampir selesai.”
“Apa tugasmu?” tanya Arthur.
“Ada lima puluh proposal investasi dan aku harus menyeleksi sepuluh yang terbaik. Kalau dari Departemen, cukup banyak sih, tapi ada satu yang menarik perhatianku. Para manipulator ketakutan dan berlarian keluar ketika menggali salah satu kuil Atlantis. Mereka mendengar raungan keras dari kedalaman kuil. Entah itu mutan penelitian Atlantis, dragon atau iblis kuno ... aku tak tahu. Lalu tugas dari Paladin, aku disuruh berpartisipasi pada rencana pemerataan manipulator di republik ini. Jadi aku harus memperhitungkan antara jumlah manipulator yang kita miliki dan manusia biasa.”
“Memangnya berapa perbandingan antara manipulator dan manusia biasa?” tanya Erik.
“Negara ini memiliki tujuh ratus juta penduduk. Paladin memiliki satu juta empar ratus manipulator. Bisa dibilang, satu dari lima ratus penduduk negara ini manipulator.”
“Aku lebih tertarik kasus Departemen Arkeologi,” komentar Amanda.
“Dalam waktu dekat ini aku akan pergi ke kuilnya,” kata Napoleon yang dari Amanda lalu beralih menatap Arthur, “Seandainya ada Soren, Kingheart dan timnya ... ”
“Sudahlah, kawan,” hibur Arthur sambil menepuk bahu Napoleon, “Jika kau sangat bangga dengan Soren, Kingheart dan kawan-kawannya ... sebaiknya letakkan jabatan CEOmu dan mulailah mendidik tim lagi. Bentuk tim yang jauh lebih kuat.”
Napoleon menggeleng. Wajahnya diselimuti kekecewaan, “Aku tidak mau kecewa dan sedih lagi, Arthur.”
Dulu Napoleon mendidik sebuah tim yang sangat kuat. Saking kuatnya, tim ini menjadi bintang di Departemen Arkeologi dan Sejarah. Menyelesaikan misi-misi sulit sudah menjadi makanan sehari-hari. Tim kebanggan Napoleon ini terdiri dari lima orang. Dipimpin oleh yang terkuat bernama Soren Asclepios. Wakilnya yang menjadi ahli strategi bernama Kingheart Darkwing. Diikuti Tamara yang berperan speed-attack, Rachel sebagai sniper sekaligus penyihir dan Fatman sebagai tanker. Bertarung bersama, tertawa bersama, menangis bersama, tim ini melalui dan mengalami banyak hal. Bahkan ada kisah cinta antara Kingheart dan Tamara yang membawa mereka ke jenjang pernikahan.
Di puncak kejayaannya, tim didikan Napoleon berakhir tragis. Mereka berlibur bersama pasangan dan anak-anak di Pulau Bali. Hanya Kingheart dan Kesha (istri Soren) yang tidak ikut karena sedang ada misi membantu tim lain. Tiga orang Dark Path datang menyerang tim Soren. Dijebak, diserang mendadak dan tanpa persiapan penuh, tim ini hancur. Semua anggota tim Soren, termasuk pasangan dan anak-anak mereka, dimutilasi dengan kejam oleh tiga Dark Path ini. Kepala mereka dipenggal, ditusuk tombak dan digunakan untuk ritual sihir beraliran satanic. Tentu saja Kingheart dan Kesha tidak terima dengan peristiwa tragis ini. Dendam menenggelamkan mereka berdua. Kingheart dan Kesha menjadi Dark Path dan bersumpah untuk membalas dendam pada tiga orang Dark Path yang membunuh keluarganya.
“Kita bicarakan hal lain saja. Seperti ...,” Arthur terus menggali sisi kreatif otaknya, “Seperti ... Black Banquet War yang kemungkinan besar akan meletus.”
“Black Banquet, ya?” kata Napoleon seraya meletakkan tumpukkan dokumen terakhirnya di dekat dinding, “Apa menurutmu Kingheart dan Kesha akan ikut serta dalam peperangan nanti? Apakah dia berada di pihak Hinata-William atau Cain-Regulus?”
Arthur menepuk dahi. Padahal, maksudnya agar tidak membicarakan kenangan buruk Napoleon. Tapi malah membuat Napoleon menanyakan keberpihakan Kingheart dan Kesha. Pertanyaan Napoleon ada benarnya. Arthur juga mengenal Kingheart dan Kesha, meski tidak sedekat Napoleon. Napoleon sangat menyanyangi tim Soren seperti anak-anaknya sendiri. Dan yang tersisa sekarang tinggal Kingheart dan Kesha. “Dasar pahlawan gagal move on,” adalah isi otak Arthur sekarang.
“Kingheart kemungkinan besar akan ikut. Dia bukan tipe orang yang berdiam diri ketika melihat peluang besar seperti ini. Tapi aku tidak tahu dia berada di pihak mana,” kata Arthur seraya bangkit dari duduknya dan memutuskan untuk menghentikan pembicaraan tentang Kingheart, “Dimana kamar kami, Napoleon?”
“Silahkan ke atas! Ada tiga kamar kosong,” kata Napoleon, “Lalu segera turun lagi! Aku memesan masakan khas Padang untuk kalian.”
Erik dan timnya menaiki tangga ke lantai dua. Pertanyaan demi pertanyaan terus bermunculan siapa sosok bernama Soren, Kingheart, Kesha dan lain-lain. Kenapa mereka begitu terkenal di masanya? Tim seperti apa mereka? Bagaimana kekuatannya? Bahkan indahnya motif porselen tangga dan lembuntnya tekstur anak tangga tidak terasa.
“Seperti apa sih tim didikan Napoleon?” pertanyaan dari Dietrich mewakili pertanyaan-pertanyaan yang bermunculan di kepala Erik.
“Aku mengenal beberapa hal dari tim didikan Napoleon,” kata Arthur sembari duduk di ranjang. Murid-muridnya duduk di lantai sambil mendengarkan Arthur, “Jarang ada orang yang memiliki dua sifat yang bertentangan, serius dan konyol. Dan jika kalian ingin menemukan orang bersifat seperti itu, dia adalah Soren. Mungkin di mata kalian, Leon ahli strategi yang cerdik dan kreatif. Tahukah kalian, salah satu orang yang mengajari Leon adalah Kingheart? Apalagi Leon dan Kingheart memiliki kesamaan: sama-sama Darkwing dan sama-sama pengendali api. Fatman ... cukup dua kata untuk mendeskripsikannya: gila makan. Aku pernah ke restoran bersama mereka. Ketika kami kekenyangan, mulut Fatman yang bagaikan black hole tidak pernah membiarkan ada makanan yang sia-sia. Pengendali nafsu makan Fatman adalah Rachel. Rachel sangat peduli pada timnya. Sifatnya yang keibuan membuat banyak pria tertarik padanya. Bahkan jumlah pria yang naksir Rachel melebihi jumlah Tamara. Padahal Tamara lebih cantik.”
“Secantik apakah Tamara?”
“Kau pernah melihat wajah Elsaria Darkwing, kan, Dietrich? Tamara lebih cantik dari Elsa,” jawaban Arthur membuat ketiga muridnya teperangah.
“Mungkin cowok-cowok terlalu minder,” tawa Amanda, “Terlalu cantik sih.”
“Berarti Kingheart termasuk pria yang beruntung bisa menikah dengan Tamara,” komentar Dietrich, “Aku ingin menjadi Dietrich.”
“Tidak juga,” Arthur menggeleng, “Tidak ada yang ingin menjadi Kingheart jalan hidupmu harus melihat kepala istri cantikmu dan anak tercintamu di ujung tombak. Lalu menjalani hidup sebagai monster yang dikonsumsi oleh kekuatan dendam.”
“Kalau dilihat dari sisi cantiknya, sih, kau benar, Dietrich,” komentar Erik.
“Lalu bagaimana dengan Kesha?” tanya Amanda.
“Kesha hanya istri Soren, bukan anggota tim Soren. Dulu Kesha bekerja di SID,” jawab Arthur, “Tapi dia sama seperti Kingheart ... tidak terima kematian tragis orang yang dicintai. Keputusannya untuk bergabung dengan Kingheart merupakan keputusan yang tepat.”
Arthur mengajak ketiga muridnya ke ruang makan yang berada di lantai satu. Semuanya sudah mendahului Erik. Erik berkata bahwa dia akan menyusul karena harus menata kamar tidurnya. Pesan Napoleon kepadanya agar jendela kamar dibuka. Sejak pembantu rumah tangga berlibur, jendela-jendela di lantai dua tidak pernah dibuka. Cahaya matahari langsung masuk dan suasana pengap di dalam kamar berkurang sedikit demi sedikit.
Tangan Erik meraih tas dan membukanya. Dia memindahkan pakaian dari tas ke dalam lemari. Sebuah pekerjaan mudah dan tak butuh waktu lama. Yang membuat lama adalah benda padat yang tak sengaja tersentuh oleh tangan Erik. Tak jelas benda macam apa. Penasaran, Erik mengambil dan mengeluarkannya. Disinari cahaya matahari, benda berwarna kehitaman ini ternyata buku yang sangat tebal.
“Codex ... Necropolis ...?” kata Erik seraya mengeja judul bukunya.
0
Kutip
Balas