Liburan Bareng Anggie Dan Sebuah Pengakuan (3)..

Selepas kepergian Nyi Durga Daksa, gw kembali ke dalam villa milik keluarga Anggie.. Disana, semua orang terlihat cemas menunggu kedatangan gw.. Anggie langsung berlari dan memeluk gw dengan erat.. Bayu Barata dan Nyi Laras Abang tampak mengulum sebuah senyuman kecil..

“Kamu ga kenapa-napa, beb?” Tanya Anggie sambil memeriksa tiap inci tubuh gw.

“Engga, sayank.. Udah, ga usah khawatir, aku baik-baik aja, koq” Jawab gw seraya mencolek hidungnya yang mancung dan mengajak cewe gw itu kembali ke arah teman-teman kami..

“Mam, gimana, setan apa yang dateng?” Tanya Rio yang sudah kembali ke posisi duduk tapi tempatnya berganti menjadi di tengah, bukan lagi di pinggir..

“Ga ada apa-apa, men.. Udah ahh jangan ngomongin setan mulu” Jawab gw sambil melirik ke arah Anggie..

“Gimana keadaan lu, Suluh?” Tanya gw seraya memegang bahunya..

Suluh tersenyum sesaat lalu melirik ke arah Nyi Laras Abang dan menganggukkan kepalanya.. Nyi Laras Abang yang seperti mengerti isyarat dari Suluh, tersenyum kembali lalu menghilang.. Bayu Barata pun sama, tak lama dari lenyapnya jin penjaganya Suluh, dia juga mohon diri untuk pamit..

“Men. Lu ambil jagung yang udah siap di dalam keranjang tadi.. Kita bakar jagung aja ya guys” Kata gw ke arah Rio..

Si kambing mengacungkan jempolnya dan bergegas pergi mengambil benda yang gw suruh.. Sementara Anggie terlihat berkasak-kusuk dengan Suluh.. Sesekali ia menatap gw dengan tatapan aneh.. Gw yakin Anggie pasti sedang menanyakan tentang kejadian gaduh yang berusan terjadi di luar..

Setelah beberapa jagung sudah di ambil Rio, gw segera pergi ke dapur untuk mengambil panggangan yang sempat gw tanyakan sebelumnya ke Anggie..

Suasana dapur sangat gelap.. Gw segera mengambil hp dari kantong sweater hitam dan menghidupkan lampu flashnya..

DEG.. Pandangan gw terpaku saat sinar lampu flash dari hp gw menyentuh sepasang kaki yang tak menapak lantai dapur yang sedang berdiri persis di hadapan gw.. Kaki tersebut nampak sangat kotor dipenuhi tanah basah.. Beberapa jarinya terlihat tak utuh alias tinggal tulang saja..

Gw terus menaikkan sinar lampu flash melewati sepasang kaki itu dan terus naik ke atasnya.. Celana sebatas betis yang dikenakan mahluk jahil di depan gw nampak kotor, begitu juga saat lampu flash menyinari baju nya yang sama-sama di penuhi tanah basah..

Gw sempat menarik nafas panjang dan menahannya sesaat, begitu hidung gw mencium bau sangat busuk yang sepertinya berasal dari mahluk tersebut.. Saat sinar flash hp gw tiba di bagian wajahnya, gw sempat tercekat melihat wajah pria dengan sebelah mata yang hilang sedang tersenyum menyeringai.. Wajahnya sangat rusak dipenuhi bekas luka sayatan benda tajam.. Ini bagian yang paling bikin gw malas.. Dengan santai, gw menutup hidung lalu mencoba bernafas kembali lewat mulut..

“Lu liet alat panggangan, kaga?” Tanya gw sambil menyinari wajah setan laki-laki tersebut yang berlumuran darah..

Mahluk itu membuka mulut yang kedua bibirnya terlihat tersayat.. Tampak tak satupun gigi yang tersisa di dalam sana, hanya lidahnya yang terjulur keluar.. Sesekali mahluk tersebut mengeluarkan suara, seperti hendak mengatakan sesuatu.. Gw yang mulai penasaran, mendekatkan wajah gw ke mulutnya..

“To..lo..ng” Ucap nya dengan suara terputus-putus..

“Lu kasih tau dulu dimana panggangan, baru gw tolongin lu” Kata gw mencoba menawar permintaanya..

Jin qorin yang menjelma menjadi sosok laki-laki yang mungkin ada sangkut pautnya dengan Villa milik keluarga Anggie itu menunjukkan tangannya ke sudut dapur.. Tangannya yang nampak buntung dan hanya tersisa lengannya saja masih mengucurkan darah segar.. Gw sempat bergidik melihat pemandangan cukup menguras keberanian tersebut, lalu berjalan ke arah yang mahluk itu tunjuk..

“Ya elah, mata gw di tutupin kalo gitu” Ucap gw yang baru sadar jika panggangan tersebut ternyata berada tidak jauh dari posisi gw berdiri..

Gw ambil panggangan dan mulai berjalan keluar dari dapur.. Setan pria bermata satu kembali muncul mencegat langkah gw..

“Ntar aje ya.. Gw mo manggang jagung dulu.. Lu jangan nongol sebelom gw selesai” Ucap gw sambil melangkah menembus tubuhnya..

“Kamu lama amat, beb ke dapur nya?” Tanya Anggie dengan menatap gw curiga..

“Ada setan mata satu di dapur, hiii” Kata gw sambil melingkarkan tangan di pinggang Anggie yang ramping..

Anggie yang nampak ketakutan langsung celingukan ke kiri dan kanan sambil merapatkan tubuhnya di badan gw.. Kedua tangannya malah bergantian sekarang yang melingkar ke pinggang gw..

Rio terlihat sudah mulai membuat bara dari batok kelapa kering.. Asap yang mulai mengepul membuat Anggie menggeser posisi duduk, sementara gw membantu menggeser-geser bara yang sudah menyala ke yang belum, agar merata.. Saat bara sudah menyala semua, Suluh yang ikut membantu, mulai meletakkan beberapa jagung yang sudah di olesi margarin oleh Anggie..

Gw hirup udara dari hidung dan mencoba menikmati bau harum jagung bakar yang sudah matang.. Rio yang mengipasi bara agar terus menyala, nampak sudah berkeringat.. Gw sempat tertawa melihat wajah sapupu gw itu yang mengkilap..

“Oke, jagung bakar sudah siap dinikmati” Ucap Rio dengan memegangi pangkal jagung terakhir yang di ambilnya dari atas panggangan..

Kami mulai menikmati jagung bakar ala kadarnya buatan kami bersama.. Rasanya sangat manis meski ada beberapa bagian yang terasa pahit karena hangus.. Suasana dingin khas daerah puncak terasa pas sekali dengan jagung bakar panas yang sedang kami nikmati bersama.. Tanpa terasa semua jagung tersebut sudah habis tak tersisa..

Kami sempat mengobrol santai dengan topik sederhana seputar kehidupan kami masing-masing.. Binar yang berdiri sedikit melayang dari lantai nampak antusias mendengarkan kami yang terkadang tertawa terbahak-bahak oleh suatu candaan..

Suluh terlihat menguap beberapa kali lalu izin untuk masuk kamar lebih dulu, di susul Binar yang melayang di sisinya.. Sementara, Rio yang masih ikut mengobrol dengan gw dan Anggie, terlihat sesekali melirik ke arah kami yang terus menempel..

“Gw masuk aja aaah, mending nonton TV di dalem daripada nonton orang pacaran” Ucap Rio dengan nada BT dan langsung ngeloyor pergi meninggalkan gw dan Anggie..

Selama beberapa saat, gw dan Anggie larut terdiam menikmati suasana yang kembali damai setelah sempat gaduh oleh kemunculan duo sanca sebelumnya..

“Beb, sejak kapan kamu berhubungan dengan semua hal yang gaib?” Tanya Anggie tiba-tiba sambil menyandarkan kepalanya di lengan gw..

Akhirnya Anggie menanyakan sesuatu yang selama ini gw simpan sebagai rahasia paling besar dalam hidup.. Dengan pandangan kosong menatap lampu-lampu rumah warga atau bangunan lain yang nampak gemerlap layaknya bintang, lisan gw mulai bercerita dari awal kisah tersebut dimulai..

“So, that’s my biggest secret in life sayank” Ucap gw saat selesai menceritakan kisah gw tanpa ada satu pun yang gw tutupi..

Anggie menghela nafas panjang dan melepaskan sandaranya dari bahu gw.. Gadis berambut sepunggung itu mengarahkan pandangannya ke depan..

“Sikap kamu bakal berubah setelah aku ceritakan semua, yank?” Tanya gw yang memang merasa cemas akan hal tersebut..

Anggie menoleh ke arah gw dan menggenggam jari-jari tangan kanan gw lalu menciumnya dengan lembut satu kali.. Pandangannya menatap sayu lalu sebuah senyuman indah mulai terlukis di wajahnya yang cantik..

“This love won’t be destroyed easily by a silly thing, trust me” Ucap Anggie seraya mengecup bibir gw..

Beberapa saat kami berdua hanyut dalam ciuman hingga Anggie membuka matanya dan melepaskan bibirnya dari bibir gw..

“Kamu kentut ya, beb?” Tanya Anggie sambil menutup hidungnya..

Gw menggeleng dan mulai mengedarkan indera penciuman gw yang memang menangkap aroma busuk yang mulai muncul.. Ternyata mahluk yang tadi gw temui di dapur sudah melayang di samping..

“To..long saya.. Jas..ad sayaa terku..bur di ba..wah sana” Ucapnya dengan terbata-bata sambil menunjuk ke arah sebuah pohon besar yang ada di luar Villa milik keluarga nya Anggie..

Gw segera menggunakan ilmu tembus pandang dan mencoba melihat apa yang sudah di tunjukkan oleh mahluk tersebut... Beberapa lamanya gw mengitari pandangan ke area pohon itu dan akhirnya melihat sebuah benda hitam berisi tulang belulang manusia..

“Kenapa, beb?” Tanya Anggie penasaran begitu gw mengeluarkan hp dan mencari kontak Kepala Polsek tempat Rangga tinggal, yang sempat gw temui terkait kematian saudara gw tersebut..

“Ada hantu minta tolong, yank” Ucap gw asal ke Anggie dan membuat cewe gw itu langsung merapatkan tubuhnya ke gw..

Gw langsung menelpon AKP Rimat dan langsung menceritakan apa yang gw lihat kepada beliau.. Laki-laki tersebut berjanji akan menghubungi Kapolsek di wilayah tempat Villa milik keluarga Anggie berada dan meminta kami untuk menunggu utusan dari kepolisian wilayah tersebut..

Selang satu jam kemudian, 2 buah mobil berwarna hitam dan sebuah ambulance datang ke Villa tempat kami berada.. Beberapa warga yang mungkin ketua lingkungan sekitar juga hadir.. Suluh, Rio dan Anggie mengikuti gw yang mulai menunjukkan tempat tulang belulang tersebut terkubur..

Setelah dilakukan penggalian, nampak sebuah karung berwarna hitam tertimbun cukup dalam persis di bawah pohon besar yang tumbuh di luar Villa.. Semua orang nampak tercekat melihat isi karung hitam tersebut begitu dibuka.. Didalamnya terdapat jasad seorang pria yang kedua tangannya terpotong dan wajahnya persis seperti sosok hantu yang saat ini berdiri di samping jasad yang sebagiannya hanya tinggal tulang belulang..

Pihak kepolisian sempat menanyakan beberapa pertanyaan ke kami, terutama ke gw yang merupakan orang pertama yang memberitahu posisi jasad itu berada.. Setelah semua pertanyaan itu kami jawab dengan sebenar-benarnya, kamipun dipersilakan kembali ke villa, dengan syarat harus lapor diri ke kantor kepolisian setempat esok hari..

Gw sempat menoleh ke arah hantu yang masih melayang di tempat jasadnya ditemukan.. Penampilannya sudah jauh lebih baik, dengan anggota tubuh yang lengkap dan baju yang bersih.. Sebuah senyuman tersungging di wajahnya yang sedikit bercahaya..

“Teriam kasih, dik” Ucapnya dengan suara yang langsung terbawa angin, lalu menghilang seiring tubuhnya ikut lenyap tak berbekas..