- Beranda
- Stories from the Heart
Di Persimpangan Musim Hujan
...
TS
mrskinny
Di Persimpangan Musim Hujan
Quote:
"Aku layaknya hujan, berusaha mencurahkan setiap tetes cinta yang tak terhitung tapi tak pernah sampai di rumahmu"
Quote:
Diubah oleh mrskinny 04-06-2018 02:16
anasabila memberi reputasi
1
7.8K
Kutip
40
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
mrskinny
#3
Bagian 2
Quote:
Benar saja, mimpi tidak dapat menggandrungi tidurku bahkan kantukpun sirna dengan kenangan yang terungkit.
Beberapa tahun lalu, ketika aku masih menggandrungi tugas akhirku saat kuliah, aku sering sekali memanjakan diri ke kedai, entah hanya menghibur diri ataupun mengerjakan tugas akhirku ini. Berat memang menjadi mahasiswa tingkat akhir, ketika tanggung jawab akan datang lebih banyak dan masa depan yang masih belum jelas bergelantungan di langit - langit, belum lagi hidup di kota yang sangat asing bagiku. Belakangan ini gara - gara menjadi mahasiswa semester akhir aku jadi sering mengunjungi tempat ibadah, cukup berdosanya aku karena bisa dikatakan aku datang bila ada butuhnya saja.
Setelah selesai peribadahanku lalu aku berjalan menuju kedai untuk berkopi ria dan memeriksa pekerjaan tugas akhirku. Suara lonceng kecil menyambut kedatanganku saat membuka pintu lalu kupesan kopi hitam, sambil aku menunggu, lalu aku buka pekerjaanku yang ternyata banyak sekali perbaikan. Banyak sekali noda merah spidol yang merusak hasil jerihpayah begadangku, terasa sangat kesal karena sudah kukorbankan waktu demi hal ini tetapi hasil yang didapat seperti tidak sepadan dengan jerihnya
"BRENGSEK!!!" aku berkeluh sambil mengepalkan tanganku yang berkali - kali memukul meja itu secara perlahan.
"Excuse me, sorry sir this is ur order, what can I do for you?" lamunanku buyar dan seketika aku merasa tak enak diri
"oh nope, I'm sorry for that, thank you by the way"dengan senyum lalu ku terima kopi yang telah ku pesan
Aku merasa semakin bodoh terduduk sendiri memandangi jalanan kota pada siang hari ini yang entah mengapa terlihat sepi, lalu sesambilnya kugoyangkan kopi dan hanya terpaku menatap kopi hitam ini. Entah kemana alamku berada aku cukup lama termengu di terik siang ini.
Perlahan aku seruput kopi yang membuatku sedikit tenang lalu kutinggalkan meja yang masih berisikan lembaran kerjaanku dan kopi hitam di kedai itu untuk sekedar membakar rokok-ku.
Ku bakar rokok ini lalu kuhembusan perlahan, tak terasa rokok ini sudah hampir menyentuh bagian filternya, lalu ketika aku melihat ke meja ku, aku terkejut karena terdapat seorang wanita di sana, segera kubuang puntung rokok dan bergegaslah menuju ke dalam kedai.
"Hi Adan! Asik ya tempat duduk di sini, pinter milih banget kamu Dan, oiya masih ingat akukan?" pikiranku yang tadinya kalap melihat mejaku terisi seorang wanita asing kini menjadi tenang karena seorang wanita asing itu adalah teman saatku pentas drama
"Ohaha iya ingat, aku kira kamu siapa. Kamu terlihat beda soalnya ketimbang saat drama, apa itu semua karena kostum mu yang hari ini tidak menggunakan gaun ala permai suri?" balasku sambil menyambut tanganya
"Ih, jangan diceritakan lagi" pipinya memerah
"Ohh jadi nama kamu tuh Satria Ramadan? bagus yaa" seketika ia membaca halaman depan pekerjaanku yang masih terpampang di meja dan sambil tersenyum dia mengcuapkanya.
Suara petir mengaum dan hujan kembali turun dengan deras, menghasilkan suara gemericik air yang terhempas kejendela kamarku.
Beberapa tahun lalu, ketika aku masih menggandrungi tugas akhirku saat kuliah, aku sering sekali memanjakan diri ke kedai, entah hanya menghibur diri ataupun mengerjakan tugas akhirku ini. Berat memang menjadi mahasiswa tingkat akhir, ketika tanggung jawab akan datang lebih banyak dan masa depan yang masih belum jelas bergelantungan di langit - langit, belum lagi hidup di kota yang sangat asing bagiku. Belakangan ini gara - gara menjadi mahasiswa semester akhir aku jadi sering mengunjungi tempat ibadah, cukup berdosanya aku karena bisa dikatakan aku datang bila ada butuhnya saja.
Setelah selesai peribadahanku lalu aku berjalan menuju kedai untuk berkopi ria dan memeriksa pekerjaan tugas akhirku. Suara lonceng kecil menyambut kedatanganku saat membuka pintu lalu kupesan kopi hitam, sambil aku menunggu, lalu aku buka pekerjaanku yang ternyata banyak sekali perbaikan. Banyak sekali noda merah spidol yang merusak hasil jerihpayah begadangku, terasa sangat kesal karena sudah kukorbankan waktu demi hal ini tetapi hasil yang didapat seperti tidak sepadan dengan jerihnya
"BRENGSEK!!!" aku berkeluh sambil mengepalkan tanganku yang berkali - kali memukul meja itu secara perlahan.
"Excuse me, sorry sir this is ur order, what can I do for you?" lamunanku buyar dan seketika aku merasa tak enak diri
"oh nope, I'm sorry for that, thank you by the way"dengan senyum lalu ku terima kopi yang telah ku pesan
Aku merasa semakin bodoh terduduk sendiri memandangi jalanan kota pada siang hari ini yang entah mengapa terlihat sepi, lalu sesambilnya kugoyangkan kopi dan hanya terpaku menatap kopi hitam ini. Entah kemana alamku berada aku cukup lama termengu di terik siang ini.
Perlahan aku seruput kopi yang membuatku sedikit tenang lalu kutinggalkan meja yang masih berisikan lembaran kerjaanku dan kopi hitam di kedai itu untuk sekedar membakar rokok-ku.
Ku bakar rokok ini lalu kuhembusan perlahan, tak terasa rokok ini sudah hampir menyentuh bagian filternya, lalu ketika aku melihat ke meja ku, aku terkejut karena terdapat seorang wanita di sana, segera kubuang puntung rokok dan bergegaslah menuju ke dalam kedai.
"Hi Adan! Asik ya tempat duduk di sini, pinter milih banget kamu Dan, oiya masih ingat akukan?" pikiranku yang tadinya kalap melihat mejaku terisi seorang wanita asing kini menjadi tenang karena seorang wanita asing itu adalah teman saatku pentas drama
"Ohaha iya ingat, aku kira kamu siapa. Kamu terlihat beda soalnya ketimbang saat drama, apa itu semua karena kostum mu yang hari ini tidak menggunakan gaun ala permai suri?" balasku sambil menyambut tanganya
"Ih, jangan diceritakan lagi" pipinya memerah
"Ohh jadi nama kamu tuh Satria Ramadan? bagus yaa" seketika ia membaca halaman depan pekerjaanku yang masih terpampang di meja dan sambil tersenyum dia mengcuapkanya.
Suara petir mengaum dan hujan kembali turun dengan deras, menghasilkan suara gemericik air yang terhempas kejendela kamarku.
0
Kutip
Balas
