Kaskus

Story

setiawanariAvatar border
TS
setiawanari
Patahan Salib Bidadari
In the name of Allah, the beneficient, the merciful
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Patahan Salib Bidadari
Terimakasih untuk gambar sampulnya awayeye

Terimakasih Kaskus, khususnya untuk sub forum SFTH yang telah menyediakan tempat menampilkan sebuah cerita. Sebuah fasilitas yang akan saya gunakan untuk menulis dimulai dari hari ini hingga di hari-hari selanjutnya.

Terlepas dari nyata atau tidaknya cerita ini, adalah tidak terlalu penting karena sebagian dari kisah nyata dan sebagian dari imaginasi saya. Harapan saya tokoh-tokoh dalam cerita ini dapat menjadi inspirasi untuk para pembaca cerita yang saya tulis ini dapat menjadikan saya untuk terus berkreatifitas.

Mohon maaf jika materi dalam cerita ini nantinya ada kesalahan dan menyinggung pihak-pihak tertentu sekiranya nasihat, kritik dan saran dari agan/sista yang lebih berpengalaman selalu sangat saya harapkan.

Menemani istirahat untuk menghilangkan lelah setelah pulang kerja/sekolah/kuliah, atau saat sedang menunggu sesuatu mari kita baca ceritanya. Ditemani alunan musik dan segelas kopi/cokelat/susu/teh hangat kita kembali ke beberapa tahun yang lalu!!!.


PEMBUKA CERITA

Terpaku di dalam rasa cinta yang tak mungkin pudar, menanti cinta datang membawa arti sampai segenap organ ini berhenti.

Sore itu saat cuaca cerah di lantai 6 gedung akademisi yang melahirkan sarjana ekonomi terbaik aku termenung. Melamunkan manis, asam, asin dan pahitnya segala kehendak Tuhan yang dianugerahkan kepada salah satu ciptaanNya.

Manusia diberikan otak untuk berfikir dan menggunakan logika lalu diberikan hati untuk merasakan. Hati adalah malaikat sedangkan otak kadang menjadi iblis dan sangat sulit untuk mengontrolnya menjadi malaikat. Hati menjerit saat kita berbuat salah sedangkan otak adalah penyebab semua kesalahan yang dilakukan manusia. Malaikat dan iblis adalah gambaran dari manusia, sebagai simbol antara kebaikan dan kejahatan. Kebaikan tidak akan bersanding dengan kejahatan dan sebaliknya.

“Permisi Mas! Bisa pindah duduknya, lantainya mau di bersihkan!” Sapa seorang petugas cleaning service membuyarkan lamunanku.
“Oh, iya mas”. Jawabku sambil berlalu pergi menuju tempat parkir motor tepatnya dihalaman depan kampus.

Karamnya cinta ini
Tenggelamkanku diduka yang terdalam
Hampa hati terasa
Kau tinggalkanku meski ku tak rela
Salahkah diriku hingga saat ini
Kumasih mengharap
Kau tuk kembali………


Sore itu gerimis turun saat aku pulang, tak terasa sampai ditempat kos yang kebetulan hanya berjarak 10 menit dari kampus air hujan membasahi jaket jeans yang ku kenakan. Segera aku mengambil handuk dan membersihkan diri, bersiap untuk mengucapkan syukur kepada Yang Maha Kuasa. Dengan ritual sholat Ashar aku merasakan kedamaian yang tidak ada bandingannya, sebagai bentuk kepatuhan dan rasa syukur atas semua yang diberikan Tuhan baik itu berkah yang membuat hati senang maupun musibah sebagai ujian kepada hambanya agar menjadi sosok yang lebih kuat.

Waktunya istirahat, kurebahkan badan ini di kasur busa sebagai surga dunia yang paling indah, sambil memutar lagu menemaniku melepas lelah. Secangkir kopi hitam telah kusiapkan untuk menghangatkan suasana karena diluar hujan turun semakin deras. Kupandangi sebuah kalung berwarna emas berliontin salib yang bersanding dengan sebuah kalung perak berliontin lafaz Allah, tergantung dibawah poster foto Ibu Sundari Sukotjo tepat di tengah-tengah dinding kamar kosku. Masih menampakkan kilaunya meski kalung-kalung itu sudah hampir 4 tahun lamanya. Aku bangkit dari tempat tidur, meminum sedikit kopi hitam, sambil menarik nafas dalam sedalam yang aku mampu. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu di sore ini, ya aku merasakan suatu kerinduan yang luar biasa dengan pemilik kalung salib yang tergantung dikamarku, seorang yang sangat suka musik klasik, seseorang pecinta sepakbola, seseorang yang suka kopi hitam dan mungkin pernah mencintaiku walaupun tak pernah mengungkapkan sepatah katapun.

“Ya Tuhan hari ini aku kangen banget sama dia, meski tak sebesar kangen ku kepadaMu, tapi sungguh seolah-olah aku merasa sangat lemah dan sangat kehilangan. Hari ini tepat 4 bulan yang lalu dia beranjak pergi dari tempat ini, dia pergi untuk cita-citanya, untuk impiannya dan bodohnya aku belum sempat mengutarakan seluruh perasaanku kepadanya. Perbedaan keyakinanlah yang menghalangi, aku bahkan hanya bisa diam membisu saat ku ingin mengucapkan seluruh rasa cinta ini aku takut rasa cinta kepada makhluk ciptaanMu melebihi rasa cintaku padaMu. Tak kuasa air mata ini menetes, berusaha ku tahan tapi tak sanggup karena mungkin ini air mata rindu yang mencapai puncaknya.

Aku bukan seorang penulis tetapi hari ini tiba-tiba ingin sekali aku ingin sekali memainkan jariku di keyboard yang biasanya hanya kupakai untuk membuat tugas. Aku ingin menulis tentang dirimu tentang cerita kita, walaupun mungkin tidak berujung bahagia tidak apa karena mungkin dengan tulisan ini aku bisa mencurahkan segala isi hati dan kerinduanku kepada mu. Kenangan indah tentang hari-hari yang pernah kulalui dengan seorang bidadari yang telah merubah seluruh hidupku, meski meninggalkan perasaan yang terus menggantung entah sampai kapan. Bidadari yang datang di hidupku, menemaniku sejenak lalu pergi meninggalkan patahan salibnya di hidupku.


Mungkin suatu saat nanti
Kau temukan bahagia meski tak bersamaku
Bila nanti kau tak kembali
Kenanglah aku sepanjang hidupmu


Sekilas Gambar Tentang Aku
Harapan Sesuai dengan Kenyataan
Kerikil Kecil dan Awan yang Jauh
Pertemuan dengan Sahabat
Sepatu Mengawali Sebuah Impian
Dunia Kampus dan Teman Baru
Keluarga Kecil Bernama HALTE
Sesuatu Mengganggu Pesta Akhir Smester
Diantara Rasa Kagum dan Penasaran
Meluapnya Sebuah Emosi
Hubungan yang Semakin Dekat
Kegelisahan Menghadapi Perasaan yang Berbeda
Siang Menjadi Malam dan Sebaliknya
Perjalanan yang Semakin Indah

Momen Menggelikan dan Warna Kehidupan
Dilema Menghadapi Ungkapan Perasaan
Tetangga di Sekitar Kami
Liontin Salib untuk Leher yang Indah
Kepedihan Cerita di Masa Lalu
Senyuman untuk Hati yang Terluka
Sosok yang Menjadi Pertanyaan
Mencoba Menghilangkan Trauma
Pelangi yang Hilang Bersama Turunnya Hujan
Malam Kebahagiaan Bersama Keluarga Kecil
Bidadari Kecil Kini Telah Dewasa
Kebahagiaan Kini Tinggal Prasasti
Semua Terjadi Sangat Cepat
Sebuah Cinta yang Salah
Surga yang Tak Layak untuk Dilihat
Rumput Dingin Di Bawah Bangku Taman
Pahitnya Sebuah Ucapan
Air Mata Menepis Kerasnya Kata-kata
Satu Langkah ke Arah Normal
Bertahan Hanya dalam Waktu Singkat
Semakin Tenggelam dalam Kedekatan
Lilin Kecil di Malam Penuh Kebahagiaan
Selamat Datang Kemarau
Kerinduan yang Teramat Dalam
Hembusan Angin Masa Lalu
Sayap yang Kuat Untuk Bidadari Kecil
Tinta Biru Menorehkan Luka
Berusaha Menyembunyikan Luka
Hilangnya Rasa Segan
Keberhasilan Tanpa Perayaan
Berharap Hanya Andai Saja
Serpihan Kenangan yang Menyiksa
Tempat Baru
Berita Baik Bersama Undangan
Selamat Menempuh Hidup Baru
Kesan yang Baik di Hari Pertama
Insiden Kecil dan Masa yang Telah Terlewati
Menutup Momen 4 Tahun Kebersamaan
Kotak Makan Siang
Keberanian Untuk Memulai
Pahitnya Sambutan Selamat Datang
Seperti Kembali ke Waktu Itu
Teka Teki dari Perhatian Sederhana
Cerita di Ujung Sore
Peneduh Panasnya Amarah
Mengungungkapkan tak Semudah Membayangkan
Titik Terang yang Terasa Gelap
Patahan Salib Bidadari
Terimakasih Untuk Masa yang Terlewati
Apa yang Sebenarnya Terjadi
Kembali Terjatuh
Dunia Ciptakan Keindahan
Dan Kebahagiaan [TAMAT]

Kata Penutup (Q&A)
Diubah oleh setiawanari 10-07-2018 17:35
calebs12Avatar border
nona212Avatar border
nona212 dan calebs12 memberi reputasi
3
111K
608
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
setiawanariAvatar border
TS
setiawanari
#120
Surga yang Tak Layak untuk Dilihat
Waktu terus berjalan kedepan dan hidup pun harus terus bertahan, bertahan untuk tetap menikmati manisnya nikmat dan menelan pahitnya cobaan.

Dalam kehidupan seseorang akan melewati masa yang berbeda dari dilahirkan, masa anak-anak, remaja, dewasa dan kemudian menua. Seiring berjalannya waktu kita akan menemukan banyak hal berbeda-beda. Hal-hal yang berbeda itu yang nantinya akan menjadi kenangan di masa yang telah kita lewati sebagai pelajaran untuk terus melanjutkan hidup.


Halte lagi halte lagi ini lah tempat yang hampir setiap hari aku singgahi dan beberapa bulan lagi mungkin akan aku tinggalkan seiring dengan berakhirnya masa kuliahku.


Disini ada cinta, persahabatan, rejeki, dan tentunya tempat terbaik untuk kita sejenak beristirahat saat jeda jam kuliah. Meskipun di akhir pekan tempat ini harus selalu kita kotori dengan kulit kacang.


“Gak berasa ya tahun ini tahun terakhir kita ada disini." kata Riski.
“Iya, itu ma elo dan yang lainnya gw sama Ambon masih banyak yang ngulang nih mungkin nambah 1 semester lagi." Kata Ari.
“Ya cuma 1 semester ma gak masalah kali Ri, angkatan kita juga masih banyak yang nambah sampai 3 semester.” Kataku.
“Tapi kayanya setelah kita lulus halte bakalan tambah ramai, sekarang aja udah banyak angkatan 2009 sama 2010 yang nongkrong disini." Kata Riski.
“Wah berarti tar Lo sama Ambon jadi kepala suku disini bro.” Kataku.
“Ah aku sih gak mau, ini terpaksa aja banyak aku ulang itu mata kuliah.” Jawab Ambon.
“Mending Lo nambah 3 semester lagi aja Mbon biar jadi juru kunci halte, hahahahaha." Kataku.
“Aaah bisa kali Abang becandanya tidak masalah tapi asal Abang juga nambah 3 smester gimana?" Kata Ambon.
“Ogah, gw aja kalau disini bisa 2 tahun, 2 tahun dah udah puyeng mikirin pelajaran." Kataku.


Ditengah-tengah pembicaraan kami datang Fajar dan Anisa.


“Hei Jar, Lo lama banget keluarnya?" Kataku.
“Lha bukannya cewe suka kalau keluarnya lama." Kata Fajar berbisik kepadaku.
“Njir, kebanyakan minum kopi jadi eror otak Lo maksudnya keluar kelas nying." Kataku
“Oooh tadi balikin buku dulu ke perpus." Kata Fajar.
“Hei Anisa, gimana?" Kataku.
“Gimana apanya sih Wan." Kata Anisa.
“Gimana dengan Fajar, rasanya gimana?" Kataku.
“Iiih Lo Wan emang fajar makanan." Jawab Anisa.
“Hahahahaha." Kami pun tertawa puas.
“Hallo semua." Kata Laura tiba-tiba datang bersama Rudi dan Sherly.
“Gimana sidangnya Kak Rudy?" Kata Anisa.
“Alhamdulillah, lancar Lulus gw Nis." Jawab Rudy
“Wiiihhh selamet ya Rud, semoga kita-kita cepet nyusul.” Kataku berdiri menyalaminya dan sedikit pelukan persahabatan.
“Iya thanks Wan!" Kata Rudi dan anak-anak yang lain pun memberikan ucapan selamat kepadanya.
“Oh iya, Nis Lo mau ikut gw gak?" Kata Laura.
“Kemana?" Jawab Anisa.
“Gw, Rudy sama Sherly mau ke tanah Abang cari batik buat di kasih ke komunitas pedagang disini, sebagai syukuran kelulusan Kak Rudy." Kata Laura.
“Ehhhmmm, gimana ya?" Kata Anisa melihat ke arah Fajar.
“Yaudah sana ikut?" Kata Fajar.
“Ikut sana Nis lagian kita juga mau ada rapat urusan bapak-bapak!" Kataku.
“Hahaha yaudah kita jalan dulu ya!" Kata Sherly dan mereka pun meninggalkan halte.

Aku terus memandang Sherly dan Laura berjalan ke tempat parkir, mereka tampak bahagia dan seperti tidak memikirkan apapun. Sedangkan aku, masih sering memikirkan hal yang tidak mungkin terjadi dengan kita.


“Yaelah udah gak usah diliatin, Lo sih cemen banget udah tau ada ikan didepan mata bukannya disamber malah didiemin doang." Kata Sandro yang tiba-tiba datang.
“Aaah masih banyak ikan diluar sana San, hahahaha, baru keluar Lo!?" Kataku
“Iya abis ngerjain presentasi kelompok buat besuk, oh iya gimana malem Minggu temen-temen seperti biasa kan?" Kata Sandro ke anak-anak.
“Ayok kita ma, lanjut.” Jawab Ambon.
Yang lain pun ikut menyanggupi.
“Eh bentar ikut gw bentar San, gw ada sesuatu.” Kataku mengajak sandro menjauh dari anak-anak.
“Apaan sih Wan, Lo orangnya suka aneh." Jawab Sandro.


Setelah kurasa jauh dari anak-anak aku mengeluarkan tiket yang diberikan Ninda beberapa waktu yang lalu.

“Menurut Lo ini tiket apa San?" Kataku.
“Tuan Awan, thanks for joint our event, Wow gila ternyata Lo.... Ah gila Lo Wan gw aja sayang buat beli tiket kaya gini, mahal banget, ini ma biasanya yg Dateng ekspatriat atau para pejabat, Lo nyolong dimana?" Kata Sandro.
“San serius ini, itu gw dapet dari Ninda samping temen kos gw itu.”
“Oh yg cewe cantik, seksi, mirip Naf* itu Wan? Masih disana dia?" Kata Sandro.
“Yaelah main nyama-nyamain orang aja, yaudah itu gak penting yang pengen gw tanya itu tiket apa?" Kataku.
“Oooh, Wan itu tiket masuk ke room kelas termahal di club malam atau diskotik, begitu Lo masuk biasanya Lo bakal ketagihan di kemudian hari." Kata Sandro.
“Ketagihan kok bisa?" Kata Sandro.
“Iya Wan, itu room bagaikan surga dunia begitu Lo masuk Lo akan diantar seperti raja oleh cewek super cantik super sexy bisa 2 bahkan lebih, sampai di room Lo akan disuguhi minuman yang super mahal dibandingkan minuman yg kita konsumsi tiap malam Minggu wine , vodka dan lain-lain dengan kualitas original. Selain minuman di dalam Lo juga bakal dikelilingi cewek-cewek cantik dan lo bebas mau Lo apain aja di dalem room itu karena itu sudah satu paket dengan harga tiket ini." Kata Sandro.

“Wah serem juga, gw belum pernah ke tempat beginian lagi, Lo mau gak anterin gw San?" Kataku
“Yaelah itu kan tiketnya cuma buat 1 orang Wan," kata Sandro.
“Yaudah tar gw tanyain Ninda tar gw bayarin tiketnya buat Lo, gimana!?" Kataku.
Hahahaha Lo mau bayarin, itu satu tiket harganya bisa 15-20juta Wan, dan lagian tiket kaya gitu biasanya terbatas gak semua orang bebas beli." Kata Sandro.
“Ooh mahal juga ya, terus gimana ya?" Kataku.
“Yang jadi pertanyaan kok Si Ninda itu kasih tiket ke Elu Wan? Emang dia kerja disana?" Kata Sandro.
“Gw juga gak tau, tapi seinget gw dia emang kerja di kafe daerah sana!" Kataku.
“Gini aja Wan kan gw pernah masuk ke diskotik ini tar Lo gw anter ke sana dan gw tunggu di bar nya, tar pas ke room Lo jalan sendiri gimana?" Kata Sandro.
“Ooh gitu yaudah, oke thanks San sebelumnya.” Kataku lalu kami kembali berkumpul dengan anak-anak Halte. Setelah kami menjelaskan ke anak-anak akhirnya mereka juga mau ikut gabung ke diskotik bersama Sandro malam Minggu nanti.




Entah seperti kisah kehidupan selanjutnya, setelah hari ini. Malam yang seharusnya gelap dan sunyi justru penuh dengan warna-warna lampu menyorot berputar mengiringi dentuman musik. Disini semua berjoget mengikuti irama yang dimainkan oleh tangan terampil memutar sebuah kotak berwarna hitam penuh dengan tombol. Dengan speaker kuping menggantung dileher sesekali kedua tangannya ia acungkan keatas seolah memberi aba aba lalu disambut teriakan dan tepuk tangan.


“Gila rame banget ya," Kata Sandro.
“Kalau sepi ma kuburan San," Balas Riski.
“Seumur-umur baru kali ini gw masuk ke tempat seperti ini, asik juga ternyata," Kataku.
“Hahahahahaha.” Disambut tawa Sandro, Fajar dan Riski.


Waktu menunjukkan pukul 23.45 aku melihat ke sekeliling penuh dengan orang yang berjoget, ada yang segerombolan ada yang bercengkrama antara pria dan wanita di setiap sofa sambil sesekali menenggak segelas minuman. Dengan setelan baju putih dan celana jeans berwarna cokelat lengkap dengan sepatu fantovel awalnya aku menyangka salah costum namun didalam ternyata semuanya memang menggunakan pakaian yang sama. Mungkin bisa dibilang dress code.


“Wan, jadwal Lo udah mau dimulai ayo gw anterin." Kata Sandro menarik tangan gw.
“Jadwal apaan?" Kataku berteriak karena memang suara musik sangat kencang sekali.

Aku mengikuti Sandro naik satu lantai hingga terhenti di depan pintu masuk ruangan yang berbeda. Sebuah lorong panjang dengan kamar kamar di samping kanan kiri lengkap dengan nomornya.

“Wan gw cuma bisa nganter sampai sini, nanti Lo tunjukkin tiket nya ke cewe itu (sambil menunjuk seorang wanita yang duduk di seperti penjaga tiket di sudut lorong) simpan gelang yang di beri pas masuk tadi jangan sampai ilang soalnya Lo bisa kena charge kalau ilang. Ntar saat udah selesai Lo SMS gw aja gw nunggu dibawah sama anak-anak.” Kata Sandro kemudian pergi kembali ke lantai bawah.
“Oke, thanks San.” Kataku berteriak dibalas oleh acungan jempol tangan Sandro.


Aku pun bergegas menuju ke wanita yang duduk di ujung lorong di belakang sebuah meja seperti meja kasir dan menunjukan selembar tiket dari Ninda.

“Selamat malam ada yang bisa dibantu.” Sapa ramah salah satu dari dua wanita yang kemudian berdiri keduanya memberi salam sambil tersenyum.
“Cantik-cantik sekali.” Batinku.
“Iya mbak saya mau yang sesuai dengan yang tertera di tiket itu." Kataku mengikuti apa yang di ajarkan Sandro.
“Dengan Tuan Awan, bisa lihat KTPnya pak?" Kata wanita itu dan akupun membuka dompet untuk menunjukkan KTP.

Kemudian datang 2 pria dengan postur tinggi besar memeriksa kantong baju dan celanaku. Mungkin memang ini SOP disini.

“Baik ini KTPnya Pak, biar saya antar menuju roomnya, mari Pak.” Kata wanita itu berjalan menuju salah satu pintu masuk ke sebuah ruangan dengan nomor pintu 08.


Lampu yang sedikit remang-remang ketika memasuki ruangan yang didominasi warna merah marun, karpet yang sangat tebal, terdapat sofa membentuk setengah melingkar lengkap dengan meja kaca dengan 6 botol bir diatasnya. Ruangan tampak seperti ruang tamu. Ada sebuah panggung kecil yang ditutup tabung kaca tepat menghadap ke sofa. Akupun duduk ditemani wanita itu.

“Maaf mbak sebelumnya, ini saya baru pertama kali booking room disini jadi selanjutnya bagaimana?" Kataku.
“Ooh seperti itu ya Pak? Baik saya akan jelaskan! Jadi untuk tiket yang bapak beli disini itu adalah tiket premium dengan beberapa menu yang bisa Bapak ambil. Disini bapak bisa memilih beberapa menu.” Kata wanita itu menyodorkan sebuah buku seperti sebuah menu.

Dan yang membuat saya takjub seperti mimpi adalah menu dalam buku tersebut adalah menu minuman yang selama ini hanya dalam benakku.

“Ya Tuhan apa yang sedang di lakukan Ninda terhadapku.” Batinku.

“Oh iya mbak saya ambil minuman ini aja, sama lychee segarnya 2 porsi.” Kataku. menunjuk sebotol redwine original Made in Prancis yang selama ini menjadi mimpiku.

Dibalas senyum oleh wanita itu.

“Sebelumnya mohon maaf pak, dengan tiket yang bapak beli bapak bisa ambil minuman ini bapak bisa ambil 2 sekaligus atau bisa diganti dengan minuman yang lain?" Kata wanita itu sambil menunjukkan beberapa minuman lain.
“Oh gitu, hmmmm kalau sisanya di bawa pulang bisa mbak?"
“Oooh bisa Pak tapi prosedurnya nanti akan di antar ke kediaman bapak 1-2hari kedepan tidak bisa dibawa langsung."
“Ooh yaudah gitu aja!"
“Baik kalau begitu silahkan Bapak cantumkan alamat pengiriman di sini.” Kata wanita itu memberikan kertas dan sebuah pulpen.

“Baik Pak, menu minuman sudah cukup ya Pak selanjutnya ini adalah beberapa teman yang bisa bapak pilih untuk menemani bersantai untuk yang lokal bapak bisa memilih 4 teman sedangkan untuk non lokal bapak bisa mengambil 2 saja silahkan Pak. Kalau bapak belum puas melihat fotonya saja bisa saya panggilkan kesini Pak!” Kata wanita itu menyodorkan buku berisi foto foto wanita nyaris telanjang.

“Maksudnya teman? Ooh gak usah mbak saya sendiri saja lagi pengen sendiri aja menikmati malam ini, hmmmm tapi itu gak bisa ditukar dengan paket minuman mbak?”
“Ooh mohon maaf sekali Pak kalau untuk yang ini berbeda ini tidak bisa ditukar, jadi bagaimana Pak atau Bapak mau mencoba 1 teman terlebih dahulu? Sayang lho pak ini sudah termasuk ke dalam paket dan tidak perlu takut pak mereka profesional jika nanti ada yang mengecewakan bapak bisa komplain untuk di tukar."
“Hmmmm, gak usah dulu mbak nanti kalau saya butuh saya panggil mbak kembali aja.”

"Baik pak, akan kami siapkan pesanannya dahulu nanti kalau ada perubahan atau tambahan informasi dan menu bapak hubungi saya dengan menekan tombol itu ya pak!" Kata wanita itu menunjuk tombol berwarna putih di atas meja kaca.

Oke, terimakasih mbak," Jawabku lalu wanita itu keluar dari ruangan.

" Gila masih muda dan ganteng gini di panggil bapak." Batinku.

Aku menyalakan sebatang rokok dan menikmati sebotol bir, suara gaduh dari luar ruangan sama sekali tidak terdengar dari sini. Beberapa saat kemudian minuman yang aku pesan diantar ke ruanganku.

Tidak perlu berlama-lama aku membuka botol itu menikmati nya mulai dari sesloki kecil. Luar biasa rasanya seperti tersiram air di dalam tenggorokan ini setelah menahan dahaga yang begitu lama. Aroma dan kerasnya alkohol menusuk rongga hidung diiringi keluar masuknya asap putih dari dan keluar hidung.


Musik mulai bergema di ruangan ini menambah gairah untuk terus meminum air surga ini menikmati waktu membuat lupa. Hilang ingatan berdiri diantara mimpi atau kenyataan. Di luar malam semakin larut menuju pagi tapi disini semuanya mungkin baru saja akan dimulai.

Benar baru saja dimulai dengan 2 orang wanita muncul diatas panggung menggunakan setelan baju seperti baju tentara tetapi sangat minim. Hanya mengenakan rok 1 jengkal diatas lutut dengan atasan tanktop bercorak loreng dan menggunakan topeng menutupi matanya. Keduanya meliuk liuk berjoget mengikuti irama masuk. Sungguh pemandangan yang sangat menggairahkan dan sebagai lelaki normal akupun merasakan reaksi menikmati semua dalam ketegangan.


Meskipun mengenakan penutup wajah dan dengan penerangan yang nyaris remang remang tidak dapat dipungkiri aku melihat 2 sosok wanita dengan tubuh indah nyaris sempurna. Setengah botol sudah aku habiskan minuman tanpa sadar aku melihat kedua wanita yang menari di atas panggung hanya mengenakan CD berwarna merah entah kapan mereka melepas semuanya. Terus dan terus menari sesekali mereka saling meraba bagian tubuh sensitif dan sesekali mereka berciuman bibir sangat panas.


Dalam pengaruh alkohol yang menekan bagian belakang kepala ini aku masih sepenuhnya tersadar dan mulai merasa gemetar. Sekilas aku ingat dengan seseorang aku mengingatnya salah satu penari dengan tato panda di bawah pundak itu. Meski dengan wajah sebagian tertutup aku mulai tahu semuanya. Warna kulitnya, rambutnya, tingginya, jari tangannya, bibirnya


“Ya Tuhan kamu adalah warna hitamku kamu Ninda.” Batinku.


Badanku mulai bergetar, sesak rasanya dada ini aku terdiam entah apa yang aku rasakan. Semakin mereka meliukkan tubuhnya semakin sesak dada ini dengan air mata yang mengalir tanpa suara dari dalam mulutku. Aku berdiri, segera beranjak dari sini, berharap semua ini hanya mimpi.


“Ya Tuhan kenapa aku harus menikmati sebuah cerita kelamnya kehidupan diantara ramai, tawa dan gemerlapnya cahaya lampu dengan warna yang silih berganti.”


Aku berlari meninggalkan tempat ini suara-suara yang memanggilku seolah tidak begitu jelas aku dengar.



Terdiam duduk di bangku sebuah taman di temani dinginnya malam 4 jam menuju pagi.

“Ninda, kenapa aku berharap untuk bisa memutar waktu, dan tidak pernah di pertemukan denganmu. Aku bukan siapa-siapa tetapi apa yang kau rasakan seolah aku ikut mersakan getirnya. Aku sama sepertimu tetapi pahitnya kehidupan tampaknya kamu yang memenangkannya, kamu lebih menderita dibanding aku.”


"Plaakkkk"


Sebuah tamparan keras dari seseorang yang tidak terlalu keras mendarat di pipi kiri membuyarkan lamunanku.

“Bodoh, kenapa Lo disini? Kenapa Lo kabur? Mana janji Lo? Katanya Lo masih mau deket sama gw tapi? Setelah Lo tau gw kaya gini kenapa? Lo geli? Lo jijik kan sama gw? Semuanya sama aja." Kata Ninda yang entah dari mana tiba-tiba Ninda muncul didepan gw.

“Nin, kok Lo disini? Denger gw dulu Nin, gw....."

“Udah gw udah tau Wan, ternyata Lo liat gw sama kaya yang lainnya, padahal gw ngerasa Lo berbeda Wan, ini yg terakhir gw lakuin Wan, gw mau sembuh gw mau normal dan Lo orang yang selalu kasih kasih gw semangat Lo orang yang beda ternyata, bulshit.” Kata Ninda sembari berlari meninggalkanku tapi aku memegang kuat tangannya.
“Nin, dengerin gw dulu Nin, dengerin gw, kasih gw bicara Nin, setelah itu terserah Lo." Bentakku.

“Oke - oke mau ngomong apa lagi? Semua udah jelas kan?"
“Belum belum jelas Nin, gw pergi bukan karena gw jijik gw pergi bukan karena gak mau bantu Lo tapi.....?”
“Tapi apa Wan? Apa?"
“Tapi gw kaget Nin, gw gak kuat Nin harus menikmati tubuh Lo tanpa sehelai benangpun dengan mata ini, gw gak kuat Nin liat orang dengan segala penderitaan nya menari telanjang di depan gw, gw nyerah Nin, hampir setiap malam kita tidur bareng Nin hanya dibatasi tembok mana mungkin gw bisa lihat Lo dalam kondisi kaya tadi. Mana mungkin gw sanggup melihat orang yang tiap hari cerita tentang pahit dan getirnya kehidupan yang dia alami menari seperti itu?" Kataku menjelaskan Ninda pun sepertinya mulai mengerti lalu duduk di bangku taman akupun mengikutinya.

“Jadi, inilah gw Wan dengan segala kelainan ini, inilah pekerjaan gw Wan, sebagai bentuk kekecewaan dengan kehidupan." Kata Ninda mulai meneteskan air mata yang membuatku bingung apa yang harus aku lakukan.

Memeluknya pun aku tak sanggup karena aku sadar kita bukan siapa-siapa.

“Gw tahu Nin, siapapun Lo, seperti apapun Lo, dan bagaimanapun itu semua, Lo tetep Ninda yang gw kenal, gw akan tetap ada saat Lo butuh Nin, Lo ingetkan kalau kita sama, kita senasib dan mungkin semua ini udah diatur Nin." Kataku lalu memegang pipi yang mungkin terlihat memerah.

“Sorry ya Wan, atas kejadian tadi gw udah salah nilai Lo, karena emosi.” Jawab Ninda menyandarkan kepalanya di pundakku.
“ Iya gakpapa Nin, gw juga minta maaf soalnya tadi pergi gitu aja, janji gw selalu sama Nin, gw gak bakal jauhi Lo, cuma jangan paksa mata ini untuk lihat hal kaya tadi." Jawabku rasanya ingin sekali memeluknya tetapi ada sesuatu hal yang sepertinya menahanku.

Hanya keheningan karena kami saling diam.


"Ehm....ehmm.... "


Terdengar ada orang datang memecah keheningan pembicaraan ku dengan Ninda.
g.gowang
g.gowang memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.