- Beranda
- Stories from the Heart
Gw berteman dengan Kolong Wewe..
...
TS
juraganpengki
Gw berteman dengan Kolong Wewe..


Salam Kenal gan and Sis.. Ane really fresh newbie nih.. Awalnya cuma jadi SR yg suka baca cerita2 yg keren-keren di Kaskus.. Sekarang ane nyoba buat nyalurin hobi menulis ane..Karena ane termasuk kategori penulis kacangan alias yg masih belajar, jadi harap maklum jika dari gaya penulisan dan bahasa serta jalan ceritanya bisa tiba2 ga nyambung.. Cerita ane ini fiksi koq..
Rules nya sama dengan Rules SFTH pada umumnya Gan and Sis..
PROLOG
Kata orang, setiap anak kecil yang di ambil Kolong wewe psikologisnya akan terganggu. Ada yg bilang jika sampai di beri makan oleh mahluk tersebut maka si anak akan bisu. Tapi yg terjadi dengan gw berbeda.. Justru itu lah yang menjadi Titik awal perubahan hidup gw saat menginjak remaja.. Banyak pengalaman yg gw rasakan terutama yang berhubungan dengan MEREKA...
Anak Hilang
Anak Hilang (2)..
Anak Hilang (3)..
Kolong Wewe..
kolong wewe (2)..
10 Tahun Kemudian..
Me and The Gank..
Apes Banget Gw Sama Rio..
Cleaning Service Sehari
Cleaning Service sehari (2)
Ngerokok Dulu kita, Men..
Hutan Bambu..
Mimpi..
Sekar Kencana..
Ki Suta...
Terbukanya Mata Bathin..
Para Penghuni Gedung Sekolah..
Aura.. Tanpa Kasih..
Kekuatan Mata Batin Yang Sama..
Serunya Ngerjain Sekar Dan Rio..
Viny Ayundha, Gw Sayang Lu, Tapi...
Mati Satu Tumbuh Seribu..
Me Versus Ramon..
Pengakuan Viny..
Ki Sabdo, Penjaga Gerbang Utara..
Tasya..
Ngerjain Rio, lagi....
Kisah Kasih Tak Sampai, Bayu Barata..
Pembalasan Ramon Dan Kesempatan Gw Menjajal Ilmu..
Rio, Orang Pertama Yang Tahu Rahasia Gw..
Maafin Aku, Sya...
Munculnya Calon Penjaga Batu Mustika Gerbang Selatan..
Bangun Donk, Sya...
Beraninya Keroyokan, Kampungan!!!
Pedang Jagat..
Munculnya Kedua Calon Penjaga Batu Mustika Terakhir..
Berkumpulnya Keempat Calon Penjaga Batu Mustika..
Empat Penjaga Gerbang...
Empat Penjaga Gerbang (2)...
Sekar Ikutan Nge'Lounge...
Terima Kasih, Tasya...
Masa Keterpurukan Apa Masa Move On???..
Masa Keterpurukan Apa Masa Move On??? (2)..
No Woman No Cry..
Anggie Angelita Hapsari, Will You Be My....
Retaknya Hubungan Persaudaraan..
Retaknya Hubungan Persaudaraan (2)...
Suluh, Gw Dan Rangga...
Pedihnya Sebuah Rasa Kehilangan...
Pedihnya Sebuah Rasa Kehilangan (2)..
Kami Akan Menjaga Mu Suluh...
Munculnya Pengganti Rangga...
Manisnya Anggie Gw..
Pertunangan Tasya Dengan Rasya Bin Kampret..
Hilangnya Suluh...
Kekuatan Batu Mustika Gerbang Barat...
Kekuatan Batu Mustika Gerbang Barat (2)...
Binar, Sang Juru Kunci...
Ungkapan Hati Tasya...
Liburan Bareng Anggie Dan Sebuah Pengakuan...
Liburan Bareng Anggie Dan Sebuah Pengakuan (2)..
Liburan Bareng Suluh Dan Sebuah Pengakuan (3)
Pelet Si Bayang Bayang
Rampak Tantra...
Kedua Putra Yang terbuang, Rampak Tantra Dan Bimo..
Galau...
Terluka...
Tapa Brata...
Tapa Brata (2)...
Aku Kembali...
Empat Senjata Sakti...
Empat Senjata Sakti (2)...
Sebuah Permintaan Tolong..
Sebuah Permintaan Tolong (2)...
Bad Day For Love...
Sekar Kembali...
Pertarungan Tanpa Hati...
Pertarungan Tanpa Hati (2)...
Sebuah Pengakuan Dan Sebuah Kejutan, Yang...?
Sebuah Pengakuan Dan Sebuah Kejutan, Yang...? (2)
Cinta Tanpa Syarat...
Santet...
Santet (2)...
Datangnya Si Pengirim Santet...
Munculnya Ratu Kala Wanara...
Munculnya Ratu Kala Wanara (2)...
Pemberian Batu Mustika Penjaga Gerbang..
Melepas Mu...
The Last Moment With Her...
Pertempuran Terakhir...
Pertempuran Terakhir (2)...
Pertempuran Terakhir (3)...
Pertarungan Terakhir (4)...
Puncak Pertempuran Terakhir...Lenyapnya Satu Angkara Murka (Tamat, jilid satu)
Diubah oleh juraganpengki 15-10-2017 22:10
alasjurik721 dan 57 lainnya memberi reputasi
56
752.3K
1.7K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
juraganpengki
#585
Pedihnya Sebuah Rasa Kehilangan (2)..
Sebuah gundukan tanah merah bertabur bunga warna warni yang mulai mengering menjadi suatu pemandangan yang menyesakkan dada gw.. Seonggok papan nisan bertuliskan nama Rangga Sukma Wiradana tertancap di ujung gundukan tanah tersebut.. Gw meraba papan nisan itu setelah membersihkannya dari sisa air hujan yang mengguyur semalam..
Kenangan tentang Rangga muncul di benak gw.. Saat pertama kali sukma kami bertemu.. Saat melompat dari lantai dua untuk mengejar Cindy.. Saat ia di butakan oleh cintanya ke Suluh dan bertempur melawan gw.. Dan yang terakhir saat Rangga berkali-kali masih meminta maaf ke gw sewaktu dalam perjalanan menuju rumah Suluh.. Sepertinya itu yang menjadi pertanda Rangga akan pergi untuk selamanya meninggalkan kami..
Bayang-bayang kenangan tersebut membuat dada gw terasa semakin sesak.. Tanpa sadar, airmata gw kembali menetes bersamaan dengan kedua tangan yang menggenggam tanah merah itu.. Pedihnya rasa kehilangan seorang saudara yang terjalin dari hubungan darah ratusan tahun silam, membuat gw sangat terpuruk..
“Gw janji sama lu, Rang.. Akan gw balaskan dendam ini, gw janji sama lu” Ucap gw sambil meremas sejumput tanah merah yang ada dalam genggaman tangan..
Sebuah sentuhan gw rasakan di bahu.. Dengan lemah, gw mencoba berdiri.. Anggie yang menemani gw untuk menemui Rangga di peristirahatannya yang terakhir, memegang tangan gw agar kuat berdiri..
Selama dua hari gw jatuh pingsan setelah bertempur melawan Nilam Segara.. Gw bahkan harus melewati pemakaman Rangga.. Untuk pergi ke makamnya pun gw harus memaksa Anggie dan kedua orang tua gw supaya mengizinkan.. Gw tahu mereka semua mengkhawatirkan kondisi gw yang masih sangat lemah.. Tapi gw tetap memaksa bahkan sempat membanting beberapa barang di kamar, hanya untuk melihat makam Rangga..
Di dalam mobilnya, Anggie terus terdiam sambil fokus mengemudikan kendaraannya.. Sepertinya ia enggan mengusik diamnya gw.. Hingga akhirnya gw sendiri yang harus memulai pembicaraan..
“Yank, kamu ga usah nemuin aku dulu” Kata gw dengan nada dingin..
Anggie langsung menginjak rem saking terkejutnya mendengar ucapan gw.. Untungnya, tidak ada kendaraan lain di belakang mobil Anggie.. Sambil mengerutkan dahinya, Anggie menepikan mobilnya ke pinggir jalan..
“Kamu serius?” Tanya Anggie dengan tatapan penuh tanda tanya..
Gw hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.. Anggie nampak tak puas dengan jawaban gw yang tak jelas..
“Ada satu hal yang belum bisa aku ceritain ke kamu untuk saat ini.. Satu hal itu berkaitan dengan kematian Rangga” Ucap gw dengan pandangan kosong menatap ke depan..
Anggie yang memang tidak pandai menyembunyikan perasaannya terlihat cemberut.. Gw langsung meraih tangannya dan menggengamnya..
“Aku pasti bakal cerita, tapi sekarang bukan waktu yang tepat, yank.. Aku minta kamu mengerti yah” Kata gw sambil memandangnya..
Anggie menarik nafas dalam-dalam, lalu mengecup tangan gw yang masih menggenggam tangannya..
“Aku ngerti koq.. Tiap orang memang punya rahasia, tapi aku yakin kamu pasti akan bilang ke aku suatu saat nanti” Kata Anggie yang disertai senyuman manisnya..
Gw merasa lega mendengar jawaban Anggie, lalu menarik kepalanya dan mengecup keningnya dengan lembut..
“Suatu saat akan aku ceritakan semua rahasia ini” Ucap gw dalam hati..
Sesampainya gw di rumah, Ridho ternyata sudah menunggu kehadiran kami.. Dia membantu gw turun dari mobilnya Anggie dan memapah gw ke arah kursi santai yang ada di teras rumah..
“Lu udah lama, Dho?” Tanya gw sambil duduk di alah satu kursi..
Ridho yang duduk di sebelah gw hanya menggeleng.. Gw lihat Sekar sudah hadir dan berdiri bersandar di tiang penyangga rumah gw..
“Gw di beri kabar sama Anggie lewat hp lu tadi pagi, Mam.. Makanya gw langsung kesini karena Anggie bilang lu udah sadar” Jawabnya sambil menunjukan layar hp nya..
Gw menoleh ke Anggie yang juga sudah duduk di sebelah kanan.. Pacar gw itu tersenyum simpul..
“Sampai saat ini gw ga bisa menghubungi Suluh, Mam.. Gw dateng ke rumah nya juga sepi, entah kemana Suluh pergi” Kata Ridho dengan pandangan lesu..
Bayangan saat-saat Rangga meregang nyawanya di depan gw dan Suluh muncul di mata gw.. Kedua tangan gw mulai terkepal, namun Anggie langsung menggenggamnya dan berusaha meredakan emosi..
“Tunggu kondisi gw sampai betul-betul pulih, Dho.. Nanti kita cari Suluh sama-sama” Ucap gw yang di jawab oleh anggukan kepala Ridho..
“Kamu nanti sore jangan lupa ke kantor polisi, Beb” Kata Anggie..
Gadis itu memang sempat bercerita, selama gw pingsan dalam 2 hari, ada dua orang polisi yang mendatangi rumah gw dan hendak menanyakan kronologis penyebab kematian Rangga.. Nanti sore, gw harus mendatangi kantor mereka dan melapor diri sebagai saksi mata.. Mungkin Suluh juga sudah mereka datangi sebelumnya..
“Gw anter nanti, Mam” Kata Ridho menawarkan diri..
Gw menganggukkan kepala dan tersenyum ke arahnya..
Sore harinya, dengan diantar Ridho menggunakan mobil orangtua nya, gw mendatangi kentor kepolisian.. Seorang polisi muda yang mungkin beda usianya tidak jauh dari gw menyambut kami dan membawa kami ke pimpinannya..
AKP Rimat yang menjadi Kepala Sektor kepolisian yang membawahi kecamatan tempat tinggal Rangga dengan ramah menyambut kami.. Setelah berbasa-basi sebentar dengan gw dan Ridho, beliau mulai menanyakan kronologis lengkap penyebab kematian Rangga..
Gw menceritakan apa yang memang harus gw ungkapkan.. Dari wajahnya, beliau nampak beberapa kali terkejut sekaligus heran mendengar penuturan gw..
“Penjelasan mengenai hal-hal di luar nalar ini juga sempat di ungkapkan oleh gadis yang bernama Suluh, bedanya sewaktu gadis itu bercerita, kondisinya masih sangat terguncang dek, Imam” Kata AKP Rimat..
Gw dan Ridho saling memandang, benar dugaan gw bahwa Suluh juga pernah datang dan melapor ke sini..
“Kami akan terus mengusut perkara ini, jika dek Imam punya suatu informasi tambahan, jangan sungkan untuk menghubungi saya” Kata AKP Rimat sambil menyerahkan kartu namanya..
Gw mengangguk dan mengambil sebuah kartu yang beliau sodorkan..
Di dalam mobil nya Ridho, gw kembali hanyut dalam lamunan..
“Kira-kira, kemana kita harus mencari Suluh, Mam? Gw udah coba menghubunginya lewat batin, namun gagal.. Bahkan gw sempat menyuruh Jin Penjaga gw, Naga Saksana untuk mencari keberadaan Suluh, namun hasilnya tetap sama” Kata Ridho yang sedang mengemudikan mobilnya sambil sesekali melirik gw..
“Sekar” Kata gw lirih..
Ridho menoleh kembali ke arah gw.. Menanti sambungan kalimat gw yang terputus..
“Seingat gw, Sekar punya cermin sakti yang bisa melihat keberadaan seseorang yang kita kehendaki.. Mungkin dengan bantuan cermin itu, kita bisa menemukan Suluh, Dho” Jelas gw kepada Ridho..
“Kita ke rumah gw aja, yah.. Sekalian gw mau transfer tenaga dalam sebagian ke lu, Mam.. Biar badan lu lebih kuat” Ajak Ridho yang langsung di sambut dengan anggukan kepala dari gw..
Setibanya di rumah Ridho yang cukup besar, gw langsung di ajaknya masuk ke dalam kamar.. Gw sempat terbengong-bengong melihat kondisi kamar nya yang luar biasa berantakan.. Sampai-sampai untuk duduk pun gw bingung harus dimana..
“Kenapa, Mam.. Lu bingung liet kamar gw ya?” Tanya Ridho sambil senyam-senyum..
Gw hanya menggeleng-gelengkan kepala karena merasa takjub dengan keberantakan kamar ini yang sungguh luar biasa, sambil berjalan menuju bangku belajarnya..
“Ambil tuh semvak lu, jorok banget lu jadi laki, Dho.. Kamar gw perasaan ga gini-gini amat” Ucap gw sambil menunjuk ke arah sebuah barang rahasia kaum gw, yaitu kaum adam yang ada di atas bengku belajar..
Ridho terkekeh dan langsung mengambil semvaknya yang bermotif army lalu melemparkannya ke dalam keranjang tempat pakaian kotor yang ada di balik pintu kamar..
“Gw yakin si Dewi, pacar lu itu pasti langsung pingsan, atau minimal kerasukan kalo sampai masuk kesini” Kata gw lagi sambil mengedarkan pandangan ke sekiling kamar Ridho yang setengah bagian dindingnya berwarna hitam da sebagian lagi berwarna biru..
Ridho tertawa terbahak-bahak mendengar pendapat gw akan kondisi kamarnya..
“Gw seneng lu udah kembali jadi Imam yang koplak” Sahut Ridho yang masih sesekali tertawa..
Gw tersenyum getir mendengar ucapannya.. Dalam hati gw memang membenarkan ucapan Ridho.. Gw harus kembali menjadi diri gw sendiri.. Tanpa harus terus hanyut dalam kesedihan karena kehilangan sosok Rangga.. Meski gw tetap harus membalaskan dendam untuk melenyapkan Nilam Segara..
“Lu pindah duduk di lantai, Mam.. Gw mau kasih tenaga dalam ke lu” Kata Ridho sambil duduk di atas lantai kamarnya..
Gw mengangguk dan langsung duduk bersila membelakangi nya.. Perlahan hawa murni yang keluar dari telapan tangan Ridho, mengalir hangat ke dalam tubuh gw.. Butir-butir keringat mulai menetes dari dahinya Ridho..
Setelah terasa lebih segar, gw kembali duduk di atas bangku belajarnya.. Lalu memanggil Sekar untuk hadir di sini..
Sebuah gundukan tanah merah bertabur bunga warna warni yang mulai mengering menjadi suatu pemandangan yang menyesakkan dada gw.. Seonggok papan nisan bertuliskan nama Rangga Sukma Wiradana tertancap di ujung gundukan tanah tersebut.. Gw meraba papan nisan itu setelah membersihkannya dari sisa air hujan yang mengguyur semalam..
Kenangan tentang Rangga muncul di benak gw.. Saat pertama kali sukma kami bertemu.. Saat melompat dari lantai dua untuk mengejar Cindy.. Saat ia di butakan oleh cintanya ke Suluh dan bertempur melawan gw.. Dan yang terakhir saat Rangga berkali-kali masih meminta maaf ke gw sewaktu dalam perjalanan menuju rumah Suluh.. Sepertinya itu yang menjadi pertanda Rangga akan pergi untuk selamanya meninggalkan kami..
Bayang-bayang kenangan tersebut membuat dada gw terasa semakin sesak.. Tanpa sadar, airmata gw kembali menetes bersamaan dengan kedua tangan yang menggenggam tanah merah itu.. Pedihnya rasa kehilangan seorang saudara yang terjalin dari hubungan darah ratusan tahun silam, membuat gw sangat terpuruk..
“Gw janji sama lu, Rang.. Akan gw balaskan dendam ini, gw janji sama lu” Ucap gw sambil meremas sejumput tanah merah yang ada dalam genggaman tangan..
Sebuah sentuhan gw rasakan di bahu.. Dengan lemah, gw mencoba berdiri.. Anggie yang menemani gw untuk menemui Rangga di peristirahatannya yang terakhir, memegang tangan gw agar kuat berdiri..
Selama dua hari gw jatuh pingsan setelah bertempur melawan Nilam Segara.. Gw bahkan harus melewati pemakaman Rangga.. Untuk pergi ke makamnya pun gw harus memaksa Anggie dan kedua orang tua gw supaya mengizinkan.. Gw tahu mereka semua mengkhawatirkan kondisi gw yang masih sangat lemah.. Tapi gw tetap memaksa bahkan sempat membanting beberapa barang di kamar, hanya untuk melihat makam Rangga..
Di dalam mobilnya, Anggie terus terdiam sambil fokus mengemudikan kendaraannya.. Sepertinya ia enggan mengusik diamnya gw.. Hingga akhirnya gw sendiri yang harus memulai pembicaraan..
“Yank, kamu ga usah nemuin aku dulu” Kata gw dengan nada dingin..
Anggie langsung menginjak rem saking terkejutnya mendengar ucapan gw.. Untungnya, tidak ada kendaraan lain di belakang mobil Anggie.. Sambil mengerutkan dahinya, Anggie menepikan mobilnya ke pinggir jalan..
“Kamu serius?” Tanya Anggie dengan tatapan penuh tanda tanya..
Gw hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban.. Anggie nampak tak puas dengan jawaban gw yang tak jelas..
“Ada satu hal yang belum bisa aku ceritain ke kamu untuk saat ini.. Satu hal itu berkaitan dengan kematian Rangga” Ucap gw dengan pandangan kosong menatap ke depan..
Anggie yang memang tidak pandai menyembunyikan perasaannya terlihat cemberut.. Gw langsung meraih tangannya dan menggengamnya..
“Aku pasti bakal cerita, tapi sekarang bukan waktu yang tepat, yank.. Aku minta kamu mengerti yah” Kata gw sambil memandangnya..
Anggie menarik nafas dalam-dalam, lalu mengecup tangan gw yang masih menggenggam tangannya..
“Aku ngerti koq.. Tiap orang memang punya rahasia, tapi aku yakin kamu pasti akan bilang ke aku suatu saat nanti” Kata Anggie yang disertai senyuman manisnya..
Gw merasa lega mendengar jawaban Anggie, lalu menarik kepalanya dan mengecup keningnya dengan lembut..
“Suatu saat akan aku ceritakan semua rahasia ini” Ucap gw dalam hati..
Sesampainya gw di rumah, Ridho ternyata sudah menunggu kehadiran kami.. Dia membantu gw turun dari mobilnya Anggie dan memapah gw ke arah kursi santai yang ada di teras rumah..
“Lu udah lama, Dho?” Tanya gw sambil duduk di alah satu kursi..
Ridho yang duduk di sebelah gw hanya menggeleng.. Gw lihat Sekar sudah hadir dan berdiri bersandar di tiang penyangga rumah gw..
“Gw di beri kabar sama Anggie lewat hp lu tadi pagi, Mam.. Makanya gw langsung kesini karena Anggie bilang lu udah sadar” Jawabnya sambil menunjukan layar hp nya..
Gw menoleh ke Anggie yang juga sudah duduk di sebelah kanan.. Pacar gw itu tersenyum simpul..
“Sampai saat ini gw ga bisa menghubungi Suluh, Mam.. Gw dateng ke rumah nya juga sepi, entah kemana Suluh pergi” Kata Ridho dengan pandangan lesu..
Bayangan saat-saat Rangga meregang nyawanya di depan gw dan Suluh muncul di mata gw.. Kedua tangan gw mulai terkepal, namun Anggie langsung menggenggamnya dan berusaha meredakan emosi..
“Tunggu kondisi gw sampai betul-betul pulih, Dho.. Nanti kita cari Suluh sama-sama” Ucap gw yang di jawab oleh anggukan kepala Ridho..
“Kamu nanti sore jangan lupa ke kantor polisi, Beb” Kata Anggie..
Gadis itu memang sempat bercerita, selama gw pingsan dalam 2 hari, ada dua orang polisi yang mendatangi rumah gw dan hendak menanyakan kronologis penyebab kematian Rangga.. Nanti sore, gw harus mendatangi kantor mereka dan melapor diri sebagai saksi mata.. Mungkin Suluh juga sudah mereka datangi sebelumnya..
“Gw anter nanti, Mam” Kata Ridho menawarkan diri..
Gw menganggukkan kepala dan tersenyum ke arahnya..
Sore harinya, dengan diantar Ridho menggunakan mobil orangtua nya, gw mendatangi kentor kepolisian.. Seorang polisi muda yang mungkin beda usianya tidak jauh dari gw menyambut kami dan membawa kami ke pimpinannya..
AKP Rimat yang menjadi Kepala Sektor kepolisian yang membawahi kecamatan tempat tinggal Rangga dengan ramah menyambut kami.. Setelah berbasa-basi sebentar dengan gw dan Ridho, beliau mulai menanyakan kronologis lengkap penyebab kematian Rangga..
Gw menceritakan apa yang memang harus gw ungkapkan.. Dari wajahnya, beliau nampak beberapa kali terkejut sekaligus heran mendengar penuturan gw..
“Penjelasan mengenai hal-hal di luar nalar ini juga sempat di ungkapkan oleh gadis yang bernama Suluh, bedanya sewaktu gadis itu bercerita, kondisinya masih sangat terguncang dek, Imam” Kata AKP Rimat..
Gw dan Ridho saling memandang, benar dugaan gw bahwa Suluh juga pernah datang dan melapor ke sini..
“Kami akan terus mengusut perkara ini, jika dek Imam punya suatu informasi tambahan, jangan sungkan untuk menghubungi saya” Kata AKP Rimat sambil menyerahkan kartu namanya..
Gw mengangguk dan mengambil sebuah kartu yang beliau sodorkan..
Di dalam mobil nya Ridho, gw kembali hanyut dalam lamunan..
“Kira-kira, kemana kita harus mencari Suluh, Mam? Gw udah coba menghubunginya lewat batin, namun gagal.. Bahkan gw sempat menyuruh Jin Penjaga gw, Naga Saksana untuk mencari keberadaan Suluh, namun hasilnya tetap sama” Kata Ridho yang sedang mengemudikan mobilnya sambil sesekali melirik gw..
“Sekar” Kata gw lirih..
Ridho menoleh kembali ke arah gw.. Menanti sambungan kalimat gw yang terputus..
“Seingat gw, Sekar punya cermin sakti yang bisa melihat keberadaan seseorang yang kita kehendaki.. Mungkin dengan bantuan cermin itu, kita bisa menemukan Suluh, Dho” Jelas gw kepada Ridho..
“Kita ke rumah gw aja, yah.. Sekalian gw mau transfer tenaga dalam sebagian ke lu, Mam.. Biar badan lu lebih kuat” Ajak Ridho yang langsung di sambut dengan anggukan kepala dari gw..
Setibanya di rumah Ridho yang cukup besar, gw langsung di ajaknya masuk ke dalam kamar.. Gw sempat terbengong-bengong melihat kondisi kamar nya yang luar biasa berantakan.. Sampai-sampai untuk duduk pun gw bingung harus dimana..
“Kenapa, Mam.. Lu bingung liet kamar gw ya?” Tanya Ridho sambil senyam-senyum..
Gw hanya menggeleng-gelengkan kepala karena merasa takjub dengan keberantakan kamar ini yang sungguh luar biasa, sambil berjalan menuju bangku belajarnya..
“Ambil tuh semvak lu, jorok banget lu jadi laki, Dho.. Kamar gw perasaan ga gini-gini amat” Ucap gw sambil menunjuk ke arah sebuah barang rahasia kaum gw, yaitu kaum adam yang ada di atas bengku belajar..
Ridho terkekeh dan langsung mengambil semvaknya yang bermotif army lalu melemparkannya ke dalam keranjang tempat pakaian kotor yang ada di balik pintu kamar..
“Gw yakin si Dewi, pacar lu itu pasti langsung pingsan, atau minimal kerasukan kalo sampai masuk kesini” Kata gw lagi sambil mengedarkan pandangan ke sekiling kamar Ridho yang setengah bagian dindingnya berwarna hitam da sebagian lagi berwarna biru..
Ridho tertawa terbahak-bahak mendengar pendapat gw akan kondisi kamarnya..
“Gw seneng lu udah kembali jadi Imam yang koplak” Sahut Ridho yang masih sesekali tertawa..
Gw tersenyum getir mendengar ucapannya.. Dalam hati gw memang membenarkan ucapan Ridho.. Gw harus kembali menjadi diri gw sendiri.. Tanpa harus terus hanyut dalam kesedihan karena kehilangan sosok Rangga.. Meski gw tetap harus membalaskan dendam untuk melenyapkan Nilam Segara..
“Lu pindah duduk di lantai, Mam.. Gw mau kasih tenaga dalam ke lu” Kata Ridho sambil duduk di atas lantai kamarnya..
Gw mengangguk dan langsung duduk bersila membelakangi nya.. Perlahan hawa murni yang keluar dari telapan tangan Ridho, mengalir hangat ke dalam tubuh gw.. Butir-butir keringat mulai menetes dari dahinya Ridho..
Setelah terasa lebih segar, gw kembali duduk di atas bangku belajarnya.. Lalu memanggil Sekar untuk hadir di sini..
qthing12 dan 13 lainnya memberi reputasi
14