- Beranda
- Stories from the Heart
Gw berteman dengan Kolong Wewe..
...
TS
juraganpengki
Gw berteman dengan Kolong Wewe..


Salam Kenal gan and Sis.. Ane really fresh newbie nih.. Awalnya cuma jadi SR yg suka baca cerita2 yg keren-keren di Kaskus.. Sekarang ane nyoba buat nyalurin hobi menulis ane..Karena ane termasuk kategori penulis kacangan alias yg masih belajar, jadi harap maklum jika dari gaya penulisan dan bahasa serta jalan ceritanya bisa tiba2 ga nyambung.. Cerita ane ini fiksi koq..
Rules nya sama dengan Rules SFTH pada umumnya Gan and Sis..
PROLOG
Kata orang, setiap anak kecil yang di ambil Kolong wewe psikologisnya akan terganggu. Ada yg bilang jika sampai di beri makan oleh mahluk tersebut maka si anak akan bisu. Tapi yg terjadi dengan gw berbeda.. Justru itu lah yang menjadi Titik awal perubahan hidup gw saat menginjak remaja.. Banyak pengalaman yg gw rasakan terutama yang berhubungan dengan MEREKA...
Anak Hilang
Anak Hilang (2)..
Anak Hilang (3)..
Kolong Wewe..
kolong wewe (2)..
10 Tahun Kemudian..
Me and The Gank..
Apes Banget Gw Sama Rio..
Cleaning Service Sehari
Cleaning Service sehari (2)
Ngerokok Dulu kita, Men..
Hutan Bambu..
Mimpi..
Sekar Kencana..
Ki Suta...
Terbukanya Mata Bathin..
Para Penghuni Gedung Sekolah..
Aura.. Tanpa Kasih..
Kekuatan Mata Batin Yang Sama..
Serunya Ngerjain Sekar Dan Rio..
Viny Ayundha, Gw Sayang Lu, Tapi...
Mati Satu Tumbuh Seribu..
Me Versus Ramon..
Pengakuan Viny..
Ki Sabdo, Penjaga Gerbang Utara..
Tasya..
Ngerjain Rio, lagi....
Kisah Kasih Tak Sampai, Bayu Barata..
Pembalasan Ramon Dan Kesempatan Gw Menjajal Ilmu..
Rio, Orang Pertama Yang Tahu Rahasia Gw..
Maafin Aku, Sya...
Munculnya Calon Penjaga Batu Mustika Gerbang Selatan..
Bangun Donk, Sya...
Beraninya Keroyokan, Kampungan!!!
Pedang Jagat..
Munculnya Kedua Calon Penjaga Batu Mustika Terakhir..
Berkumpulnya Keempat Calon Penjaga Batu Mustika..
Empat Penjaga Gerbang...
Empat Penjaga Gerbang (2)...
Sekar Ikutan Nge'Lounge...
Terima Kasih, Tasya...
Masa Keterpurukan Apa Masa Move On???..
Masa Keterpurukan Apa Masa Move On??? (2)..
No Woman No Cry..
Anggie Angelita Hapsari, Will You Be My....
Retaknya Hubungan Persaudaraan..
Retaknya Hubungan Persaudaraan (2)...
Suluh, Gw Dan Rangga...
Pedihnya Sebuah Rasa Kehilangan...
Pedihnya Sebuah Rasa Kehilangan (2)..
Kami Akan Menjaga Mu Suluh...
Munculnya Pengganti Rangga...
Manisnya Anggie Gw..
Pertunangan Tasya Dengan Rasya Bin Kampret..
Hilangnya Suluh...
Kekuatan Batu Mustika Gerbang Barat...
Kekuatan Batu Mustika Gerbang Barat (2)...
Binar, Sang Juru Kunci...
Ungkapan Hati Tasya...
Liburan Bareng Anggie Dan Sebuah Pengakuan...
Liburan Bareng Anggie Dan Sebuah Pengakuan (2)..
Liburan Bareng Suluh Dan Sebuah Pengakuan (3)
Pelet Si Bayang Bayang
Rampak Tantra...
Kedua Putra Yang terbuang, Rampak Tantra Dan Bimo..
Galau...
Terluka...
Tapa Brata...
Tapa Brata (2)...
Aku Kembali...
Empat Senjata Sakti...
Empat Senjata Sakti (2)...
Sebuah Permintaan Tolong..
Sebuah Permintaan Tolong (2)...
Bad Day For Love...
Sekar Kembali...
Pertarungan Tanpa Hati...
Pertarungan Tanpa Hati (2)...
Sebuah Pengakuan Dan Sebuah Kejutan, Yang...?
Sebuah Pengakuan Dan Sebuah Kejutan, Yang...? (2)
Cinta Tanpa Syarat...
Santet...
Santet (2)...
Datangnya Si Pengirim Santet...
Munculnya Ratu Kala Wanara...
Munculnya Ratu Kala Wanara (2)...
Pemberian Batu Mustika Penjaga Gerbang..
Melepas Mu...
The Last Moment With Her...
Pertempuran Terakhir...
Pertempuran Terakhir (2)...
Pertempuran Terakhir (3)...
Pertarungan Terakhir (4)...
Puncak Pertempuran Terakhir...Lenyapnya Satu Angkara Murka (Tamat, jilid satu)
Diubah oleh juraganpengki 15-10-2017 22:10
alasjurik721 dan 57 lainnya memberi reputasi
56
752.3K
1.7K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
juraganpengki
#535
Retaknya Hubungan Persaudaraan(2)...
“Rangga” Ucap gw yang memang sangat terkejut melihat kedua sosok yang menyerang gw barusan adalah Rangga dan Joko Ireng..
Sekar yang nampak tidak senang, melayang maju ke hadapan gw.. Kuku nya yang semula pendek mulai memanjang dengan sendirinya..
Gw segera mencegah Sekar, karena ingin mencari tahu terlebih dahulu alasan mereka menyerang.. Satu langkah gw ambil ke depan.. Pandangan gw menatap Rangga dengan tatapan penuh tanda tanya..
“Rang, lu yang barusan nyerang gw?” Tanya gw yang sebenarnya sudah tahu, tapi sangat berharap Rangga membantahnya..
Rangga tersenyum getir lalu dengan cepat ia berlari menuju ke arah gw.. Gw siapkan kuda-kuda untuk menerima serangannya..
BUGG!! Sebuah pukulan berhasil gw tahan dengan telapak tangan, di susul tendangan Rangga yang mengarah ke dada, dengan cepat gw silangkan kedua tangan untuk menahannya.. Gw terdorong satu langkah ke belakang, lalu melemparkan tendangan Rangga ke atas..
“Lu kenapa si?” Tanya gw sambil menangkis pukulan nya dengan lengan kanan..
Rangga tidak menjawab, ia terus melayangkan kembali beberapa serangan yang cukup berbahaya jika mengenai tubuh.. Gw masih saja mencoba untuk menghindar atau menangkis tanpa membalas satupun serangan darinya.. Hingga sebuah tendangan berhasil mendarat dilengan gw, yang membuat gw terlempar ke samping..
Gw bangkit kembali, meski lengan yang terkena tendangan Rangga barusan, membuat kebas tangan gw dari ujung jari hingga pangkal lengan.. Nafas gw mulai memburu.. Gw sempat melihat Sekar melayang dengan cepat ke arah Joko Ireng, Jin Penjaganya Rangga yang juga sudah tampak bersiap.. Namun segera gw berteriak untuk mencegah.. Sekar harus mengurungkan niatnya, dengan wajah kesal ia kembali melayang mundur dan duduk di atas sebuah batu besar..
“Gw tanya terakhir kali, kenapa lu nyerang gw?” Tanya gw yang mulai tersulut emosi..
Rangga yang berdiri tidak jauh dari gw terlihat menatap dengan tajam, sebuah senyuman aneh tersimpul di wajahnya.. Lalu dengan cepat, ia kembali berlari ke arah gw.. Kali ini gw memutuskan untuk melayani permainannya, gw tidak mau lagi menghindar tanpa membalas serangannya.. Bisa mati konyol kalau gw terus menghindar.. Gw langsung berlari menyambut serangan Rangga.. Kami berdua melompat di udara dengan kedua tangan terkepal..
BUGG!!! Kedua pukulan tangan kosong kami yang terisi tenaga dalam beradu di udara, gelombang bentrokan kedua pukulan tersebut membuat kami terdorong ke belakang.. Gw mendarat dengan setengah berlutut, lalu kembali melesat ke arah Rangga dengan melayangkan sebuah pukulan..
DUGG!!! Kepalan tangan gw di hadang oleh kedua punggung lengan Rangga.. Gw langsung berputar sambil melayangkan tendangan ke arah pinggangnya, namun kembali di tangkis oleh lutut nya yang ia naikkan.. Dengan satu hentakan kaki ke tanah, gw melompat dan berputar satu kali di udara lalu mengarahkan tendangan ke kepalanya.. Rangga menyilangkan kedua tangan di atas kepala untuk menahan tendangan gw.. Meski berhasil di tahan, namun tendangan yang berisi tenaga dalam itu, berhasil membuatnya jatuh berlutut di atas tanah merah..
Gw yang sudah kembali berpijak di atas tanah menatap Rangga dengan nanar.. Nafas gw terdengar masih memburu.. Di hadapan gw, Rangga yang sempat jatuh berlutut sudah kembali berdiri.. Pandangannya yang tajam bertemu dengan pandangan gw..
“Gw fikir kita bersaudara” Kata gw dengan nada tinggi..
“Gw ga punya saudara, yang nyakitin saudara sendiri.. Ini semua salah lu, gara-gara lu, Suluh pergi” Jawabnya dengan berteriak..
Gw terhenyak mendengar kalimat Rangga barusan, apa maksudnya yang bilang Suluh pergi gara-gara gw.. Saat pertanyaan memenuhi benak gw, dari arah depan, Rangga terlihat sudah duduk bersila dengan mata terpejam dan mulut bergerak-gerak..
“Hati-hati, Kang Mas.. Pemuda itu hendak mengeluarkan Tombak Geni atau Tombak Api Abadi” Ucap Sekar yang memperingatkan sambil mendekat..
Gw menggelengkan kepala, mencoba menepis kalimat Sekar.. Sudah semarah itu kah, Rangga hingga nekat menggunakan Tombak Geni ke gw.. Bahu gw terasa mulai hangat, seolah Pedang Jagat merespon terhadap Tombak Geni yang akan muncul..
Rangga yang masih duduk bersila, terlihat membuka matanya yang berubah putih.. Dari dadanya muncul sinar kuning keemasan yang berpendar.. Lalu kedua tangannya merobek kaus yang ia kenakan dan nampak sebuah pangkal benda berukuran panjang menyeruak dari dada Rangga.. Dengan cepat, salah satu dari calon penjaga Batu Mustika Penjaga Gerbang itu menarik keluar benda tersebut..
Pandangan gw terkesiap melihat sebuah benda panjang berwarna kuning keemasan sudah ada di genggaman kedua tangan Rangga.. Ujung mata tombak yang juga berwarna emas nampak berkilat saat tersentuh sinar bulan yang berpendar di langit yang cerah.. Tombak sakti tersebut di selimuti kobaran api berwarna biru yang seakan menyatu dengan tubuh Rangga..
Pandangan mata Rangga yang berwarna putih membuat gw bergidik.. Rambutnya yang sedikit gondrong, nampak bergerak-gerak tertiup angin.. Gw langsung duduk bersila dan menutup mata.. Hawa Panas yang keluar dari bahu gw, mulai mengalir ke seluruh tubuh.. Gw meraba bahu dan mengeluarkan Pedang Jagat yang pangkalnya sudah tersembul keluar dari bahu..
Seketika, pandangan gw berubah memerah seiring Pedang Jagat yang sudah terhunus di genggaman gw.. Cahaya putih yang menyelimuti Pedang tersebut, juga menyatu dengan tubuh gw.. Gw menatap Rangga yang sudah sejengkal melayang di atas tanah..
Sama sekali tidak gw sangka sebelumnya, jika Pedang Jagat akan gw gunakan untuk bertempur melawan saudara sendiri.. Tubuh gw perlahan juga mulai terasa ringan dan terangkat dua jengkal dari atas permukaan tanah..
Kami berdua sudah berada dalam posisi siap menyerang.. Rangga terlihat sudah melayang dengan Tombak Geni yang telah terhunus, di lain pihak gw pun sama-sama menggenggam Pedang Jagat..
Hawa dari kedua senjata sakti tersebut seakan menarik awan-awan untuk berkumpul di langit atas kami yang semula cerah.. Sinar bulan seolah-olah takut untuk kembali berpendar dan bersembunyi di balik kumpulan awan hitam..
Suasana benar-benar hening.. Angin mulai berhembus kencang namun tak mampu menggoyahkan sehelai rambut gw maupun Rangga barang seinci.. Seperti ada suatu lingkaran yang mengurung diri kami..
Rangga tiba-tiba berteriak dan melesat ke arah gw sambil menghunus Tombak Geni.. Gw yang juga sudah mengumpulkan seluruh tenaga dalam, ikut melesat menyambutnya dengan mengayun kan Pedang Jagat satu kali ke arah Rangga..
Sebuah sinar putih berkelebat terang ke arah Rangga dengan cepat.. Dari Tombak Geni yang terhunus, keluar cahaya biru yang melesat ke arah sinar putih..
Mendadak, sebuah sinar emas yang tiba-tiba muncul dan berkekuatan dahsyat menabrak sinar putih dari Pedang Jagat dan sinar biru dari Tombak Geni..
DUARRR!!! Suara ledakan hebat terdengar keras, menghasilkan cahaya api yang membuat suasana terang-benderang untuk beberapa saat.. Tubuh gw dan Rangga terlempar beberapa tombak ke belakang dan jatuh terbanting dengan keras di atas tanah merah.. Kedua senjata kami pun terlepas, entah kemana..
Pandangan gw nampak gelap untuk beberapa saat.. Dada gw terasa remuk di dalamnya.. Setelah dapat melihat kembali meskipun buram, gw mencoba duduk bersila dengan di bantu oleh Sekar.. Gw mulai mengatur nafas dan menghimpun tenaga dalam yang sedikit tersisa.. Aliran hawa murni dari Sekar membuat keringat gw yang sebesar biji jagung mengalir deras.. Sebuah cairan terasa menetes dari hidung, gw terkejut saat menyeka cairan itu yang ternyata adalah darah..
Dilain pihak, Rangga terlihat memuntahkan sedikit darah dari mulut, sesudah di berikan asupan hawa murni dari Joko Ireng yang duduk dibelakangnya..
“Lancang sekali kalian!!!” Suara tegas namun berwibawa terdengar dari arah belakang kami..
Gw dan Rangga sama-sama menoleh ke arah sumber suara tersebut.. Disana, seorang laki-laki tua dengan tubuh masih nampak gagah, sedang berdiri melayang beberapa meter di atas tanah.. Baju gamis dan jenggot putihnya terlihat bergerak-gerak tersapu angin..
“Ki Suta” Ucap Sekar lirih lalu mundur kebelakang gw dengan wajah tertunduk..
Gw yang melihat Kakek Moyang kami sudah berada di sana, hanya bisa menundukkan pandangan.. Tatapan gw sempat melirik ke arah Rangga.. Pemuda tersebut nampak melirik gw juga.. Ada raut rasa penyelasan yang terlihat di mata kami berdua..
“Kalian sudah lancang, menggunakan dua Senjata Sakti untuk menyerang satu sama lain” Ucap Ki Suta yang suaranya menggetarkan lubuk hati gw..
“Ampuni kami, Eyang.. Kami memang bersalah” Kata gw dengan penuh penyesalan..
“Ampun, Eyang.. Aku lah yang memulai pertarungan tadi, Imam hanya membela diri” Ucap Rangga yang berusaha membela gw..
Kakek Moyang kami nampak tertegun mendengarkan ucapan gw dan Rangga.. Lalu jari telunjuk di tangan kanannya, beliau gerakkan ke atas..
SYUUTT!!! Tiba-tiba, Pedang Jagat dan Tombak Geni yang sempat terpental dari genggaman kami, melesat dari dua arah berbeda menuju ke arah Ki Suta dan berhenti tepat di samping kiri dan kanan Kakek Moyang kami tersebut.. Kedua senjata sakti itu nampak melayang-layang di atas udara..
“Darah muda kalian memang bersifat panas.. Aku menyayangkan sekali kalian harus bertempur melawan saudara sendiri.. Sebagai hukuman, aku akan menarik kembali kedua senjata sakti ini untuk sementara, jika sudah tiba waktunya, akan aku serahkan apa yang menjadi hak kalian” Ucap Ki Suta dengan pandangan tajam menatap ke arah gw dan Rangga..
Kami berdua hanya bisa tertunduk dan menyesali apa yang sudah terjadi..
“Rangga” Ucap gw yang memang sangat terkejut melihat kedua sosok yang menyerang gw barusan adalah Rangga dan Joko Ireng..
Sekar yang nampak tidak senang, melayang maju ke hadapan gw.. Kuku nya yang semula pendek mulai memanjang dengan sendirinya..
Gw segera mencegah Sekar, karena ingin mencari tahu terlebih dahulu alasan mereka menyerang.. Satu langkah gw ambil ke depan.. Pandangan gw menatap Rangga dengan tatapan penuh tanda tanya..
“Rang, lu yang barusan nyerang gw?” Tanya gw yang sebenarnya sudah tahu, tapi sangat berharap Rangga membantahnya..
Rangga tersenyum getir lalu dengan cepat ia berlari menuju ke arah gw.. Gw siapkan kuda-kuda untuk menerima serangannya..
BUGG!! Sebuah pukulan berhasil gw tahan dengan telapak tangan, di susul tendangan Rangga yang mengarah ke dada, dengan cepat gw silangkan kedua tangan untuk menahannya.. Gw terdorong satu langkah ke belakang, lalu melemparkan tendangan Rangga ke atas..
“Lu kenapa si?” Tanya gw sambil menangkis pukulan nya dengan lengan kanan..
Rangga tidak menjawab, ia terus melayangkan kembali beberapa serangan yang cukup berbahaya jika mengenai tubuh.. Gw masih saja mencoba untuk menghindar atau menangkis tanpa membalas satupun serangan darinya.. Hingga sebuah tendangan berhasil mendarat dilengan gw, yang membuat gw terlempar ke samping..
Gw bangkit kembali, meski lengan yang terkena tendangan Rangga barusan, membuat kebas tangan gw dari ujung jari hingga pangkal lengan.. Nafas gw mulai memburu.. Gw sempat melihat Sekar melayang dengan cepat ke arah Joko Ireng, Jin Penjaganya Rangga yang juga sudah tampak bersiap.. Namun segera gw berteriak untuk mencegah.. Sekar harus mengurungkan niatnya, dengan wajah kesal ia kembali melayang mundur dan duduk di atas sebuah batu besar..
“Gw tanya terakhir kali, kenapa lu nyerang gw?” Tanya gw yang mulai tersulut emosi..
Rangga yang berdiri tidak jauh dari gw terlihat menatap dengan tajam, sebuah senyuman aneh tersimpul di wajahnya.. Lalu dengan cepat, ia kembali berlari ke arah gw.. Kali ini gw memutuskan untuk melayani permainannya, gw tidak mau lagi menghindar tanpa membalas serangannya.. Bisa mati konyol kalau gw terus menghindar.. Gw langsung berlari menyambut serangan Rangga.. Kami berdua melompat di udara dengan kedua tangan terkepal..
BUGG!!! Kedua pukulan tangan kosong kami yang terisi tenaga dalam beradu di udara, gelombang bentrokan kedua pukulan tersebut membuat kami terdorong ke belakang.. Gw mendarat dengan setengah berlutut, lalu kembali melesat ke arah Rangga dengan melayangkan sebuah pukulan..
DUGG!!! Kepalan tangan gw di hadang oleh kedua punggung lengan Rangga.. Gw langsung berputar sambil melayangkan tendangan ke arah pinggangnya, namun kembali di tangkis oleh lutut nya yang ia naikkan.. Dengan satu hentakan kaki ke tanah, gw melompat dan berputar satu kali di udara lalu mengarahkan tendangan ke kepalanya.. Rangga menyilangkan kedua tangan di atas kepala untuk menahan tendangan gw.. Meski berhasil di tahan, namun tendangan yang berisi tenaga dalam itu, berhasil membuatnya jatuh berlutut di atas tanah merah..
Gw yang sudah kembali berpijak di atas tanah menatap Rangga dengan nanar.. Nafas gw terdengar masih memburu.. Di hadapan gw, Rangga yang sempat jatuh berlutut sudah kembali berdiri.. Pandangannya yang tajam bertemu dengan pandangan gw..
“Gw fikir kita bersaudara” Kata gw dengan nada tinggi..
“Gw ga punya saudara, yang nyakitin saudara sendiri.. Ini semua salah lu, gara-gara lu, Suluh pergi” Jawabnya dengan berteriak..
Gw terhenyak mendengar kalimat Rangga barusan, apa maksudnya yang bilang Suluh pergi gara-gara gw.. Saat pertanyaan memenuhi benak gw, dari arah depan, Rangga terlihat sudah duduk bersila dengan mata terpejam dan mulut bergerak-gerak..
“Hati-hati, Kang Mas.. Pemuda itu hendak mengeluarkan Tombak Geni atau Tombak Api Abadi” Ucap Sekar yang memperingatkan sambil mendekat..
Gw menggelengkan kepala, mencoba menepis kalimat Sekar.. Sudah semarah itu kah, Rangga hingga nekat menggunakan Tombak Geni ke gw.. Bahu gw terasa mulai hangat, seolah Pedang Jagat merespon terhadap Tombak Geni yang akan muncul..
Rangga yang masih duduk bersila, terlihat membuka matanya yang berubah putih.. Dari dadanya muncul sinar kuning keemasan yang berpendar.. Lalu kedua tangannya merobek kaus yang ia kenakan dan nampak sebuah pangkal benda berukuran panjang menyeruak dari dada Rangga.. Dengan cepat, salah satu dari calon penjaga Batu Mustika Penjaga Gerbang itu menarik keluar benda tersebut..
Pandangan gw terkesiap melihat sebuah benda panjang berwarna kuning keemasan sudah ada di genggaman kedua tangan Rangga.. Ujung mata tombak yang juga berwarna emas nampak berkilat saat tersentuh sinar bulan yang berpendar di langit yang cerah.. Tombak sakti tersebut di selimuti kobaran api berwarna biru yang seakan menyatu dengan tubuh Rangga..
Pandangan mata Rangga yang berwarna putih membuat gw bergidik.. Rambutnya yang sedikit gondrong, nampak bergerak-gerak tertiup angin.. Gw langsung duduk bersila dan menutup mata.. Hawa Panas yang keluar dari bahu gw, mulai mengalir ke seluruh tubuh.. Gw meraba bahu dan mengeluarkan Pedang Jagat yang pangkalnya sudah tersembul keluar dari bahu..
Seketika, pandangan gw berubah memerah seiring Pedang Jagat yang sudah terhunus di genggaman gw.. Cahaya putih yang menyelimuti Pedang tersebut, juga menyatu dengan tubuh gw.. Gw menatap Rangga yang sudah sejengkal melayang di atas tanah..
Sama sekali tidak gw sangka sebelumnya, jika Pedang Jagat akan gw gunakan untuk bertempur melawan saudara sendiri.. Tubuh gw perlahan juga mulai terasa ringan dan terangkat dua jengkal dari atas permukaan tanah..
Kami berdua sudah berada dalam posisi siap menyerang.. Rangga terlihat sudah melayang dengan Tombak Geni yang telah terhunus, di lain pihak gw pun sama-sama menggenggam Pedang Jagat..
Hawa dari kedua senjata sakti tersebut seakan menarik awan-awan untuk berkumpul di langit atas kami yang semula cerah.. Sinar bulan seolah-olah takut untuk kembali berpendar dan bersembunyi di balik kumpulan awan hitam..
Suasana benar-benar hening.. Angin mulai berhembus kencang namun tak mampu menggoyahkan sehelai rambut gw maupun Rangga barang seinci.. Seperti ada suatu lingkaran yang mengurung diri kami..
Rangga tiba-tiba berteriak dan melesat ke arah gw sambil menghunus Tombak Geni.. Gw yang juga sudah mengumpulkan seluruh tenaga dalam, ikut melesat menyambutnya dengan mengayun kan Pedang Jagat satu kali ke arah Rangga..
Sebuah sinar putih berkelebat terang ke arah Rangga dengan cepat.. Dari Tombak Geni yang terhunus, keluar cahaya biru yang melesat ke arah sinar putih..
Mendadak, sebuah sinar emas yang tiba-tiba muncul dan berkekuatan dahsyat menabrak sinar putih dari Pedang Jagat dan sinar biru dari Tombak Geni..
DUARRR!!! Suara ledakan hebat terdengar keras, menghasilkan cahaya api yang membuat suasana terang-benderang untuk beberapa saat.. Tubuh gw dan Rangga terlempar beberapa tombak ke belakang dan jatuh terbanting dengan keras di atas tanah merah.. Kedua senjata kami pun terlepas, entah kemana..
Pandangan gw nampak gelap untuk beberapa saat.. Dada gw terasa remuk di dalamnya.. Setelah dapat melihat kembali meskipun buram, gw mencoba duduk bersila dengan di bantu oleh Sekar.. Gw mulai mengatur nafas dan menghimpun tenaga dalam yang sedikit tersisa.. Aliran hawa murni dari Sekar membuat keringat gw yang sebesar biji jagung mengalir deras.. Sebuah cairan terasa menetes dari hidung, gw terkejut saat menyeka cairan itu yang ternyata adalah darah..
Dilain pihak, Rangga terlihat memuntahkan sedikit darah dari mulut, sesudah di berikan asupan hawa murni dari Joko Ireng yang duduk dibelakangnya..
“Lancang sekali kalian!!!” Suara tegas namun berwibawa terdengar dari arah belakang kami..
Gw dan Rangga sama-sama menoleh ke arah sumber suara tersebut.. Disana, seorang laki-laki tua dengan tubuh masih nampak gagah, sedang berdiri melayang beberapa meter di atas tanah.. Baju gamis dan jenggot putihnya terlihat bergerak-gerak tersapu angin..
“Ki Suta” Ucap Sekar lirih lalu mundur kebelakang gw dengan wajah tertunduk..
Gw yang melihat Kakek Moyang kami sudah berada di sana, hanya bisa menundukkan pandangan.. Tatapan gw sempat melirik ke arah Rangga.. Pemuda tersebut nampak melirik gw juga.. Ada raut rasa penyelasan yang terlihat di mata kami berdua..
“Kalian sudah lancang, menggunakan dua Senjata Sakti untuk menyerang satu sama lain” Ucap Ki Suta yang suaranya menggetarkan lubuk hati gw..
“Ampuni kami, Eyang.. Kami memang bersalah” Kata gw dengan penuh penyesalan..
“Ampun, Eyang.. Aku lah yang memulai pertarungan tadi, Imam hanya membela diri” Ucap Rangga yang berusaha membela gw..
Kakek Moyang kami nampak tertegun mendengarkan ucapan gw dan Rangga.. Lalu jari telunjuk di tangan kanannya, beliau gerakkan ke atas..
SYUUTT!!! Tiba-tiba, Pedang Jagat dan Tombak Geni yang sempat terpental dari genggaman kami, melesat dari dua arah berbeda menuju ke arah Ki Suta dan berhenti tepat di samping kiri dan kanan Kakek Moyang kami tersebut.. Kedua senjata sakti itu nampak melayang-layang di atas udara..
“Darah muda kalian memang bersifat panas.. Aku menyayangkan sekali kalian harus bertempur melawan saudara sendiri.. Sebagai hukuman, aku akan menarik kembali kedua senjata sakti ini untuk sementara, jika sudah tiba waktunya, akan aku serahkan apa yang menjadi hak kalian” Ucap Ki Suta dengan pandangan tajam menatap ke arah gw dan Rangga..
Kami berdua hanya bisa tertunduk dan menyesali apa yang sudah terjadi..
qthing12 dan 15 lainnya memberi reputasi
16