- Beranda
- Stories from the Heart
Gw berteman dengan Kolong Wewe..
...
TS
juraganpengki
Gw berteman dengan Kolong Wewe..


Salam Kenal gan and Sis.. Ane really fresh newbie nih.. Awalnya cuma jadi SR yg suka baca cerita2 yg keren-keren di Kaskus.. Sekarang ane nyoba buat nyalurin hobi menulis ane..Karena ane termasuk kategori penulis kacangan alias yg masih belajar, jadi harap maklum jika dari gaya penulisan dan bahasa serta jalan ceritanya bisa tiba2 ga nyambung.. Cerita ane ini fiksi koq..
Rules nya sama dengan Rules SFTH pada umumnya Gan and Sis..
PROLOG
Kata orang, setiap anak kecil yang di ambil Kolong wewe psikologisnya akan terganggu. Ada yg bilang jika sampai di beri makan oleh mahluk tersebut maka si anak akan bisu. Tapi yg terjadi dengan gw berbeda.. Justru itu lah yang menjadi Titik awal perubahan hidup gw saat menginjak remaja.. Banyak pengalaman yg gw rasakan terutama yang berhubungan dengan MEREKA...
Anak Hilang
Anak Hilang (2)..
Anak Hilang (3)..
Kolong Wewe..
kolong wewe (2)..
10 Tahun Kemudian..
Me and The Gank..
Apes Banget Gw Sama Rio..
Cleaning Service Sehari
Cleaning Service sehari (2)
Ngerokok Dulu kita, Men..
Hutan Bambu..
Mimpi..
Sekar Kencana..
Ki Suta...
Terbukanya Mata Bathin..
Para Penghuni Gedung Sekolah..
Aura.. Tanpa Kasih..
Kekuatan Mata Batin Yang Sama..
Serunya Ngerjain Sekar Dan Rio..
Viny Ayundha, Gw Sayang Lu, Tapi...
Mati Satu Tumbuh Seribu..
Me Versus Ramon..
Pengakuan Viny..
Ki Sabdo, Penjaga Gerbang Utara..
Tasya..
Ngerjain Rio, lagi....
Kisah Kasih Tak Sampai, Bayu Barata..
Pembalasan Ramon Dan Kesempatan Gw Menjajal Ilmu..
Rio, Orang Pertama Yang Tahu Rahasia Gw..
Maafin Aku, Sya...
Munculnya Calon Penjaga Batu Mustika Gerbang Selatan..
Bangun Donk, Sya...
Beraninya Keroyokan, Kampungan!!!
Pedang Jagat..
Munculnya Kedua Calon Penjaga Batu Mustika Terakhir..
Berkumpulnya Keempat Calon Penjaga Batu Mustika..
Empat Penjaga Gerbang...
Empat Penjaga Gerbang (2)...
Sekar Ikutan Nge'Lounge...
Terima Kasih, Tasya...
Masa Keterpurukan Apa Masa Move On???..
Masa Keterpurukan Apa Masa Move On??? (2)..
No Woman No Cry..
Anggie Angelita Hapsari, Will You Be My....
Retaknya Hubungan Persaudaraan..
Retaknya Hubungan Persaudaraan (2)...
Suluh, Gw Dan Rangga...
Pedihnya Sebuah Rasa Kehilangan...
Pedihnya Sebuah Rasa Kehilangan (2)..
Kami Akan Menjaga Mu Suluh...
Munculnya Pengganti Rangga...
Manisnya Anggie Gw..
Pertunangan Tasya Dengan Rasya Bin Kampret..
Hilangnya Suluh...
Kekuatan Batu Mustika Gerbang Barat...
Kekuatan Batu Mustika Gerbang Barat (2)...
Binar, Sang Juru Kunci...
Ungkapan Hati Tasya...
Liburan Bareng Anggie Dan Sebuah Pengakuan...
Liburan Bareng Anggie Dan Sebuah Pengakuan (2)..
Liburan Bareng Suluh Dan Sebuah Pengakuan (3)
Pelet Si Bayang Bayang
Rampak Tantra...
Kedua Putra Yang terbuang, Rampak Tantra Dan Bimo..
Galau...
Terluka...
Tapa Brata...
Tapa Brata (2)...
Aku Kembali...
Empat Senjata Sakti...
Empat Senjata Sakti (2)...
Sebuah Permintaan Tolong..
Sebuah Permintaan Tolong (2)...
Bad Day For Love...
Sekar Kembali...
Pertarungan Tanpa Hati...
Pertarungan Tanpa Hati (2)...
Sebuah Pengakuan Dan Sebuah Kejutan, Yang...?
Sebuah Pengakuan Dan Sebuah Kejutan, Yang...? (2)
Cinta Tanpa Syarat...
Santet...
Santet (2)...
Datangnya Si Pengirim Santet...
Munculnya Ratu Kala Wanara...
Munculnya Ratu Kala Wanara (2)...
Pemberian Batu Mustika Penjaga Gerbang..
Melepas Mu...
The Last Moment With Her...
Pertempuran Terakhir...
Pertempuran Terakhir (2)...
Pertempuran Terakhir (3)...
Pertarungan Terakhir (4)...
Puncak Pertempuran Terakhir...Lenyapnya Satu Angkara Murka (Tamat, jilid satu)
Diubah oleh juraganpengki 15-10-2017 22:10
alasjurik721 dan 57 lainnya memberi reputasi
56
752.3K
1.7K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
juraganpengki
#476
Masa Keterpurukan apa Masa Move On??? (2)..
“HAHAHA!!! Aku kagum dengan kehebatan mu anak muda!!!” Kata Manusia Api yang tubuhnya sudah kembali utuh dengan suara keras..
Gw yang sudah bersiap, berdiri dengan tegap di hadapannya.. Kedua tangan gw masih terkepal berisi tenaga dalam penuh..
“Dahulu, hanya satu orang yang sanggup memisahkan kepala dari tubuhku, namanya Jagat Tirta.. Aku ingat pemuda itu.. Sangat mirip dengan mu. Tak ku sangka pertempuran itu akan terulang untuk yang kedua kali” Ucap Manusia Api..
Mahluk yang berbentuk manusia namun terus menyala tersebut terlihat duduk bersila dengan kedua matanya yang terpejam.. Mulutnya nampak bergerak-gerak beberapa kali.. Tiba-tiba api yang menyelimuti tubuhnya berubah warna menjadi biru, hawa panasnya terasa semakin meningkat..
“Hati-hati, Kang Mas.. Wesi Geni sudah menghimpun kekuatannya secara penuh” Kata Sekar yang sampai ke batin gw..
Gw mengangguk faham lalu mulai duduk bersila juga.. “Pedang Jagat” Ucap gw dalam hati memanggil nama pedang yang bersemayam di bahu gw.. Sensasi hangat yang perlahan berubah panas mulai terasa di bahu.. Tangan kanan gw meraba ke arah bahu dan memegang pangkal Pedang Jagat yang sudah muncul..
SRIINGG!!! Suara dua bilah besi bergesekan untuk yang kedua kalinya terdengar saat gw mencabut Pedang Sakti itu dari bahu.. Cahaya putih nampak meyelimuti seluruh bagian Pedang Jagat.. Tenaga dalam gw pusatkan ke kedua tangan yang memegang gagang pedang tersebut..
Gw segera bangkit dan menghunus Pedang Jagat ke arah manusia api yang bernama Wesi Geni.. Mahluk itu nampak mundur satu langkah ke belakang dan menatap pedang yang ada di genggaman gw dengan tatapan nanar..
“Hari ini, Pedang Jagat akan membungkam mulut lu untuk selamanya, mahluk sialan” Kata gw dengan suara bergetar..
Dengan cepat gw berlari ke arah Wesi Geni dan menyabetkan Pedang Jagat ke arahnya.. Selarik sinar putih melesat keluar dari Pedang itu dan hendak menyambar tubuh mahluk tersebut.. Wesi Geni yang menyadari maut sudah mengintai segera melompat untuk menghindar sambil melemparkan dua bola api berwarna biru..
DUARR!!! Salah satu dari dua bola api biru itu berhasil menabrak cahaya putih dari Pedang Jagat.. Sementara satu bola api biru yang tersisa melesat ke arah gw.. Dengan cepat gw melompat dan menebas bola api biru tersebut dengan Pedang Jagat.. NYESS!!! Bola api biru nampak terbelah dua dan langsung menguap..
Sementara, Wesi Geni yang nampak mulai kelelahan kembali menyerang dengan empat kesaktiannya..
“Itu kelemahannya, Wesi Geni membutuh kan beberapa detik untuk mengumpulkan tenaganya kembali setelah menyerang, gw harus manfaatin waktu tersebut” Ucap gw dalam hati setelah mengetahui kelemahan lawan..
Dua kilatan api berwarna merah keluar dari kedua mata Wesi Geni di susul dua bola api biru yang kembali melesat dari telapak tangannya..
Gw berlari menjemput keempat pukulan Wesi Geni dengan menyabetkan Pedang Jagat sebanyak empat kali ke arah nya..
BLARR!!! BLARR!!! Dua kilatan api merah berhasil gw patahkan dengan mudah.. Tinggal dua bola api biru yang masih mengikuti pergerakan gw.. Sengaja gw berlari ke arah Wesi Geni yang terlihat jatuh tersungkur akibat benturan dua kesaktiannya dengan cahaya yag keluar dari Pedang Jagat..
HUPP!!! Kedua kaki gw terhentak di tanah sebagai pijakan untuk melompat.. Tubuh gw berputar dua kali di udara sebelum meluncur ke arah Wesi Geni dengan pedang yang terhunus..
“MAMPUS!!!” Teriak gw dengan suara lantang ke Manusia Api yang saat itu masih mencoba berdiri untuk mengumpulkan kekuatannya..
“JLEBBB!!!” Suara Pedang Jagat yang berhasil menusuk tepat di mulut Wesi Geni terdengar cukup keras, disusul erangan kematian mahluk tersebut yang menyayat hati..
KREESS!!! Gw langsung mencabut Pedang Jagat dari mulut Wesi Geni begitu dua bola api biru yang tersisa melesat ke arah kami.. Sekali lompatan gw lakukan untuk menghindar dan..
DUARR!!! Kedua bola api berwarna biru tepat menghantam tubuh tuannya hingga hancur menjadi abu..
“Hoss.. Hoss” Nafas gw terdengar memburu, lalu seketika tubuh gw terasa lemah dan membuat gw jatuh setengah berlutut dengan bertumpu pada Pedang Jagat yang tertancap di tanah..
Sekar dengan cepat menghampiri dan membantu gw memasukkan kembali Pedang Jagat ke bahu.. Tubuh gw yang awalnya terasa lemah karena kehilangan banyak tenaga, mendadak kembali mendapat tambahan Hawa Murni begitu Pedang Jagat sudah bersemayam lagi di dalam tubuh gw..
Gw langsung duduk bersila berusaha mengatur aliran darah dan hawa tubuh yang semula terasa panas.. Berangsur-angsur suhu tubuh gw kembali normal, dan kedua pandangan terasa berbalik seperti biasa..
Tatapan gw sempat memandangi sisa potongan-potongan tubuh Wesi geni yang terlihat masih mengepulkan asap tipis.. Lalu gw lemparkan pandangan gw ke arah Suluh yang sudah berdiri tegap dan Nyi Laras Abang pun sudah kelihatan pulih..
“Terima kasih, Ngger.. Atas bantuan mu” Kata Nyi Laras Abang begitu gw tiba di hadapan mereka..
Gw tersenyum sambil mengangguk ke arah Nyi Laras Abang, Suluh pun tersenyum manis meski masih memegangi bahu nya yang sedikit hitam.. Gw melirik ke Sekar yan berdiri di samping, memintanya menyembuhkan luka di bahu gadis tomboy tersebut..
Awalnya Sekar seperti mau tidak mau menuruti permintaan gw dan sempat melirik ke arah Nyi Laras Abang dengan pandangan meremehkan.. Namun begitu gw menatap tajam ke arah Sekar, Jin penjaga gw itu langsung mengangguk dan segera melayang mendekati Suluh..
“Cuuhh!!!” Sekar meludahi telapak tangan nya sendiri.. Sebuah cairan berwarna hijau terang terkumpul di telapak tangan Sekar.. Gw sempat melirik ke arah Sekar seolah ingin memastikan tindakannya yang cukup menjijikan..
“Racun dari pukulan Wesi Geni hanya bisa di lawan dengan racun dari ludahku, Kang Mas” Ucap Sekar menjelaskan lalu mulai membalurkan ludahnya yang berwarna hijau ke seluruh permukaan bahu Suluh yang menghitam..
Suluh sempat terpekik sesaat sesudah Ludah itu menempel di lukanya.. Sebuah asap tipis berwarna hitam terlihat mengepul dari luka nya Suluh, lalu perlahan-lahan jejak hitam di bahu gadis tersebut mulai lenyap..
“Sudah selesai, seluruh racun dari pukulan Wesi Geni telah menguap” Ucap Sekar sambil tersenyum..
“Terimakasih, Sekar kencana” Kata Nyi Laras Abang dengan tulus..
“Sudah seharusnya kau mengucap itu kepadaku, Nyi”.. Jawab Sekar yang terdengar seperti mengejeknya..
Nyi Laras Abang terlihat menatap tajam ke arah Sekar dan mendengus kesal menerima ejekannya..
“Ya sudah, lebih baik sekarang kalian membawa kami keluar dari hutan bambu ini” Kata gw berusaha mencairkan suasana yang terasa sedikit memanas..
Sekar dan Nyi Laras Abang mengangguk serentak lalu mulai menyuruh gw dan Suluh untuk menutup mata..
Saat membuka mata kembali, gw sudah berada di sebuah rumah cukup besar dengan cat berwarna peach.. Rumah itu nampak unik karena dipenuhi ornamen-ornamen berupa benda antik.. Suluh yang sudah duduk di sebuah bangku berukir terdengar mempersilakan gw untuk duduk..
“Ini rumah ku, Mam” Kata Suluh sambil meluruskan kedua kakinya di atas meja..
Nyi Laras Abang dan Sekar yang semula berdiri nampak terdiam satu sama lain..
“Aku pamit dulu, Nak Suluh.. Gerah sekali rasanya berada di dekat seseorang” Ucap Nyi Laras Abang sambil melirik Sekar..
Suluh mengangguk dan tersenyum, lalu Nyi Laras Abang mulai melayang dan menghilang..
“Aku juga pergi dulu, Kang Mas.. Jika kau ingin kembali cukup panggil namaku saja” Kata Sekar lalu dengan cepat menghilang, padahal belum gw beri jawaban apapun..
Tinggal gw dan Suluh yang sama-sama terdiam..
“Lu tinggal sendiri disini?” Tanya gw mencoba membuka obrolan..
Suluh nampak menoleh sesaat lalu menarik nafas dalam-dalam..
“Selepas kedua orang tua ku berpisah, aku memang tinggal seorang diri disini.. Papah pernah mengirimkan seorang asisten rumah tangga untuk membantu beres-beres, namun ku tolak.. Aku lebih nyaman sendiri tanpa ada orang lain” Kata Suluh dengan mata menatap kosong ke depan..
“Eh, ngomong-ngomong Rangga kemana, kenapa ga Lu panggil saat pertempuran berlangsung” Tanya gw yang memang merasa heran, biasanya Rangga yang selalu berada dekat Suluh tapi kenapa malah gadis tersebut memanggil gw..
“Aku takut Rangga sepertinya salah faham dengan sikapku, Mam” Jawab Suluh sambil tertunduk..
Gw mengerutkan dahi karena tidak mengerti arah pembicaraan gadis yang saat ini duduk di samping gw..
“Sepertinya Rangga menyimpan perasaan yang lain kepada ku” Ucap Suluh masih dengan pandangan tertunduk..
“Maksud nya Rangga suka sama lu, gitu?” Tanya gw penasaran..
Suluh mengangguk lalu menatap gw dengan pandangan aneh.. Gw yang awalnya penasaran dan menatapnya untuk menunggu jawaban Suluh, terpaksa melemparkan pandangan gw ke arah lain..
“Sepertinya begitu, padahal perasaan aku sudah tertambat ke orang lain” Ucap suluh dengan penuh perasaan..
Gw yang mendengar, kembali menoleh ke arah Suluh, tapi lagi-lagi tatapan anehnya membuat gw harus berfikir keras, ada maksud apa di balik tatapan Suluh..
“HAHAHA!!! Aku kagum dengan kehebatan mu anak muda!!!” Kata Manusia Api yang tubuhnya sudah kembali utuh dengan suara keras..
Gw yang sudah bersiap, berdiri dengan tegap di hadapannya.. Kedua tangan gw masih terkepal berisi tenaga dalam penuh..
“Dahulu, hanya satu orang yang sanggup memisahkan kepala dari tubuhku, namanya Jagat Tirta.. Aku ingat pemuda itu.. Sangat mirip dengan mu. Tak ku sangka pertempuran itu akan terulang untuk yang kedua kali” Ucap Manusia Api..
Mahluk yang berbentuk manusia namun terus menyala tersebut terlihat duduk bersila dengan kedua matanya yang terpejam.. Mulutnya nampak bergerak-gerak beberapa kali.. Tiba-tiba api yang menyelimuti tubuhnya berubah warna menjadi biru, hawa panasnya terasa semakin meningkat..
“Hati-hati, Kang Mas.. Wesi Geni sudah menghimpun kekuatannya secara penuh” Kata Sekar yang sampai ke batin gw..
Gw mengangguk faham lalu mulai duduk bersila juga.. “Pedang Jagat” Ucap gw dalam hati memanggil nama pedang yang bersemayam di bahu gw.. Sensasi hangat yang perlahan berubah panas mulai terasa di bahu.. Tangan kanan gw meraba ke arah bahu dan memegang pangkal Pedang Jagat yang sudah muncul..
SRIINGG!!! Suara dua bilah besi bergesekan untuk yang kedua kalinya terdengar saat gw mencabut Pedang Sakti itu dari bahu.. Cahaya putih nampak meyelimuti seluruh bagian Pedang Jagat.. Tenaga dalam gw pusatkan ke kedua tangan yang memegang gagang pedang tersebut..
Gw segera bangkit dan menghunus Pedang Jagat ke arah manusia api yang bernama Wesi Geni.. Mahluk itu nampak mundur satu langkah ke belakang dan menatap pedang yang ada di genggaman gw dengan tatapan nanar..
“Hari ini, Pedang Jagat akan membungkam mulut lu untuk selamanya, mahluk sialan” Kata gw dengan suara bergetar..
Dengan cepat gw berlari ke arah Wesi Geni dan menyabetkan Pedang Jagat ke arahnya.. Selarik sinar putih melesat keluar dari Pedang itu dan hendak menyambar tubuh mahluk tersebut.. Wesi Geni yang menyadari maut sudah mengintai segera melompat untuk menghindar sambil melemparkan dua bola api berwarna biru..
DUARR!!! Salah satu dari dua bola api biru itu berhasil menabrak cahaya putih dari Pedang Jagat.. Sementara satu bola api biru yang tersisa melesat ke arah gw.. Dengan cepat gw melompat dan menebas bola api biru tersebut dengan Pedang Jagat.. NYESS!!! Bola api biru nampak terbelah dua dan langsung menguap..
Sementara, Wesi Geni yang nampak mulai kelelahan kembali menyerang dengan empat kesaktiannya..
“Itu kelemahannya, Wesi Geni membutuh kan beberapa detik untuk mengumpulkan tenaganya kembali setelah menyerang, gw harus manfaatin waktu tersebut” Ucap gw dalam hati setelah mengetahui kelemahan lawan..
Dua kilatan api berwarna merah keluar dari kedua mata Wesi Geni di susul dua bola api biru yang kembali melesat dari telapak tangannya..
Gw berlari menjemput keempat pukulan Wesi Geni dengan menyabetkan Pedang Jagat sebanyak empat kali ke arah nya..
BLARR!!! BLARR!!! Dua kilatan api merah berhasil gw patahkan dengan mudah.. Tinggal dua bola api biru yang masih mengikuti pergerakan gw.. Sengaja gw berlari ke arah Wesi Geni yang terlihat jatuh tersungkur akibat benturan dua kesaktiannya dengan cahaya yag keluar dari Pedang Jagat..
HUPP!!! Kedua kaki gw terhentak di tanah sebagai pijakan untuk melompat.. Tubuh gw berputar dua kali di udara sebelum meluncur ke arah Wesi Geni dengan pedang yang terhunus..
“MAMPUS!!!” Teriak gw dengan suara lantang ke Manusia Api yang saat itu masih mencoba berdiri untuk mengumpulkan kekuatannya..
“JLEBBB!!!” Suara Pedang Jagat yang berhasil menusuk tepat di mulut Wesi Geni terdengar cukup keras, disusul erangan kematian mahluk tersebut yang menyayat hati..
KREESS!!! Gw langsung mencabut Pedang Jagat dari mulut Wesi Geni begitu dua bola api biru yang tersisa melesat ke arah kami.. Sekali lompatan gw lakukan untuk menghindar dan..
DUARR!!! Kedua bola api berwarna biru tepat menghantam tubuh tuannya hingga hancur menjadi abu..
“Hoss.. Hoss” Nafas gw terdengar memburu, lalu seketika tubuh gw terasa lemah dan membuat gw jatuh setengah berlutut dengan bertumpu pada Pedang Jagat yang tertancap di tanah..
Sekar dengan cepat menghampiri dan membantu gw memasukkan kembali Pedang Jagat ke bahu.. Tubuh gw yang awalnya terasa lemah karena kehilangan banyak tenaga, mendadak kembali mendapat tambahan Hawa Murni begitu Pedang Jagat sudah bersemayam lagi di dalam tubuh gw..
Gw langsung duduk bersila berusaha mengatur aliran darah dan hawa tubuh yang semula terasa panas.. Berangsur-angsur suhu tubuh gw kembali normal, dan kedua pandangan terasa berbalik seperti biasa..
Tatapan gw sempat memandangi sisa potongan-potongan tubuh Wesi geni yang terlihat masih mengepulkan asap tipis.. Lalu gw lemparkan pandangan gw ke arah Suluh yang sudah berdiri tegap dan Nyi Laras Abang pun sudah kelihatan pulih..
“Terima kasih, Ngger.. Atas bantuan mu” Kata Nyi Laras Abang begitu gw tiba di hadapan mereka..
Gw tersenyum sambil mengangguk ke arah Nyi Laras Abang, Suluh pun tersenyum manis meski masih memegangi bahu nya yang sedikit hitam.. Gw melirik ke Sekar yan berdiri di samping, memintanya menyembuhkan luka di bahu gadis tomboy tersebut..
Awalnya Sekar seperti mau tidak mau menuruti permintaan gw dan sempat melirik ke arah Nyi Laras Abang dengan pandangan meremehkan.. Namun begitu gw menatap tajam ke arah Sekar, Jin penjaga gw itu langsung mengangguk dan segera melayang mendekati Suluh..
“Cuuhh!!!” Sekar meludahi telapak tangan nya sendiri.. Sebuah cairan berwarna hijau terang terkumpul di telapak tangan Sekar.. Gw sempat melirik ke arah Sekar seolah ingin memastikan tindakannya yang cukup menjijikan..
“Racun dari pukulan Wesi Geni hanya bisa di lawan dengan racun dari ludahku, Kang Mas” Ucap Sekar menjelaskan lalu mulai membalurkan ludahnya yang berwarna hijau ke seluruh permukaan bahu Suluh yang menghitam..
Suluh sempat terpekik sesaat sesudah Ludah itu menempel di lukanya.. Sebuah asap tipis berwarna hitam terlihat mengepul dari luka nya Suluh, lalu perlahan-lahan jejak hitam di bahu gadis tersebut mulai lenyap..
“Sudah selesai, seluruh racun dari pukulan Wesi Geni telah menguap” Ucap Sekar sambil tersenyum..
“Terimakasih, Sekar kencana” Kata Nyi Laras Abang dengan tulus..
“Sudah seharusnya kau mengucap itu kepadaku, Nyi”.. Jawab Sekar yang terdengar seperti mengejeknya..
Nyi Laras Abang terlihat menatap tajam ke arah Sekar dan mendengus kesal menerima ejekannya..
“Ya sudah, lebih baik sekarang kalian membawa kami keluar dari hutan bambu ini” Kata gw berusaha mencairkan suasana yang terasa sedikit memanas..
Sekar dan Nyi Laras Abang mengangguk serentak lalu mulai menyuruh gw dan Suluh untuk menutup mata..
Saat membuka mata kembali, gw sudah berada di sebuah rumah cukup besar dengan cat berwarna peach.. Rumah itu nampak unik karena dipenuhi ornamen-ornamen berupa benda antik.. Suluh yang sudah duduk di sebuah bangku berukir terdengar mempersilakan gw untuk duduk..
“Ini rumah ku, Mam” Kata Suluh sambil meluruskan kedua kakinya di atas meja..
Nyi Laras Abang dan Sekar yang semula berdiri nampak terdiam satu sama lain..
“Aku pamit dulu, Nak Suluh.. Gerah sekali rasanya berada di dekat seseorang” Ucap Nyi Laras Abang sambil melirik Sekar..
Suluh mengangguk dan tersenyum, lalu Nyi Laras Abang mulai melayang dan menghilang..
“Aku juga pergi dulu, Kang Mas.. Jika kau ingin kembali cukup panggil namaku saja” Kata Sekar lalu dengan cepat menghilang, padahal belum gw beri jawaban apapun..
Tinggal gw dan Suluh yang sama-sama terdiam..
“Lu tinggal sendiri disini?” Tanya gw mencoba membuka obrolan..
Suluh nampak menoleh sesaat lalu menarik nafas dalam-dalam..
“Selepas kedua orang tua ku berpisah, aku memang tinggal seorang diri disini.. Papah pernah mengirimkan seorang asisten rumah tangga untuk membantu beres-beres, namun ku tolak.. Aku lebih nyaman sendiri tanpa ada orang lain” Kata Suluh dengan mata menatap kosong ke depan..
“Eh, ngomong-ngomong Rangga kemana, kenapa ga Lu panggil saat pertempuran berlangsung” Tanya gw yang memang merasa heran, biasanya Rangga yang selalu berada dekat Suluh tapi kenapa malah gadis tersebut memanggil gw..
“Aku takut Rangga sepertinya salah faham dengan sikapku, Mam” Jawab Suluh sambil tertunduk..
Gw mengerutkan dahi karena tidak mengerti arah pembicaraan gadis yang saat ini duduk di samping gw..
“Sepertinya Rangga menyimpan perasaan yang lain kepada ku” Ucap Suluh masih dengan pandangan tertunduk..
“Maksud nya Rangga suka sama lu, gitu?” Tanya gw penasaran..
Suluh mengangguk lalu menatap gw dengan pandangan aneh.. Gw yang awalnya penasaran dan menatapnya untuk menunggu jawaban Suluh, terpaksa melemparkan pandangan gw ke arah lain..
“Sepertinya begitu, padahal perasaan aku sudah tertambat ke orang lain” Ucap suluh dengan penuh perasaan..
Gw yang mendengar, kembali menoleh ke arah Suluh, tapi lagi-lagi tatapan anehnya membuat gw harus berfikir keras, ada maksud apa di balik tatapan Suluh..
qthing12 dan 16 lainnya memberi reputasi
17