Empat Penjaga Gerbang..

“Bree, Lu abis pulang sekolah ada acara ga?” Tanya Rio ke gw yang sedang membalas pesan WA dari Tasya..
Gw meliriknya sesaat lalu kembali sibuk membalas pesan dari cewe gw.. Rio terlihat berdiri lalu melangkah pelan ke depan gw..

“Eh, itu Tasya” Katanya dengan tiba-tiba..

Pandangan mata gw seketika melihat ke arah depan.. Yang gw lihat malah Sekar sedang beruncang-uncang kaki di atas dahan pohon belimbing wuluh yang tertanam di depan pintu masuk sekolah.. Dengan cepat Rio merampas Hp gw dan memasukkannya ke dalam saku batik sekolah nya.. Gw langsung berdiri dan menatap tajam ke Rio.. Sepupu gw itu dengan wajah panik langsung mengambil kembali Hp gw dari saku dan menyodorkannya.. Gw yang memang sedang malas bercanda, kembali membuka pesan dari Tasya..

“Mam, lu koq berubah banget sekarang dah?” Tanya Rio dengan nada dingin..

Gw kembali melirik Rio yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu.. Gw membalas pesan Tasya lalu memasukkan hp gw ke kantong celana abu-abu yang gw pakai.. Pandangan Rio nampak kosong menatap ke depan..

“Semenjak lu punya kekuatan, lu udah jarang banget nongkrong sama Genk kita, Mam.. Jangan kan nongkrong, WA gw aja kadang-kadang ga di bales sama lu” Ucap Rio sambil melirik ke arah gw.. Seekor burung gereja nampak hinggap dan mematuk-matukan paruhnya ke tanah di hadapan kami.. Sementara Sekar melayang turun dan duduk di samping Rio.. Seolah ingin mendengarkan curhatannya.. Rio sempat menyentuh pundaknya yang mungkin meremang sambil menoleh ke arah Sekar yang tak bisa ia lihat..

Hati gw memang membenarkan perkataan sepupu gw itu.. Semenjak kehadiran Sekar yang mengungkap banyak misteri baru dalam kehidupan gw, sejak itu pula hampir setengah waktu gw tersita akan semua hal berbau mistis.. Gw jarang sekali ngobrol santai di kantin, nongkrong bareng di warung Teh Yuyun, bahkan beberapa kali gw sempat dipanggil wali kelas karena melalaikan tugas gw sebagai wali kelas..

“Gw juga bingung, Men.. Hidup gw berubah drastis banget.. Gw yang dulunya bukan siapa-siapa, sekarang berubah jadi kayak Brama Kumbara, Men” Jawab gw yang mulai merenungi perjalanan hidup gw sendiri..

“Gw kadang-kadang juga takut sama lu, Men.. Coba bayangin, gw itu orang yang tumbuh bareng, main bareng, gila-gilaan bareng, bisa sampe ngerasa takut sama lu” Ucapan Rio terasa menusuk lubuk hati gw..

Gw resapi tiap kalimat dari sepupu sekaligus sahabat gw dari kecil.. Gw memang seharusnya mampu menyeimbangkan antara kehidupan nyata (RL) dan yang gaib.. Namun semenjak munculnya Cindy dan Nilam Segara, perhatian gw selalu tertuju pada kedua mahluk lain alam tersebut..

Sekar yang menyimak ucapan Rio, melirik ke arah gw.. Seakan-akan ia menunggu jawaban apa yang di berikan oleh gw..

“Gw juga kangen masa-masa itu, Men.. Berasa bebas kaya ga ada beban” Ucap gw dengan lirih..

Rio menoleh ke arah gw dengan pandangan sedikit menyelidik.. Bayangan beberapa peristiwa diluar nalar yang sudah gw lewati selama ini, kembali muncul di dalam benak gw..

“Kita dugem ntar malem” Kata Rio singkat, lalu pergi meninggalkan gw begitu saja yang masih terbengong-bengong mendengar kalimatnya..

“Dugem itu apa, Kang Mas?” Tanya Sekar yang sepertinya penasaran sambil memcuri-curi pandang ke tiket yang gw pegang..

Gw sempat pusing mencari jawaban yang tepat untuk menerangkan arti kata dugem ke Sekar..

“Dugem itu artinya kita nonton orang menari, dan kita juga boleh ikut menari bersama mereka” Jawab gw yang akhirnya menemukan definisi konyol dugem..

Sekar nampak tersenyum sumringah mendengar penjelasan gw.. Seketika dia melayang dan maju mendekati wajah gw..

“Aku senang menari, Aku boleh ikut, Kang Mas?” Tanya nya dengan antusias..

Gw Cuma tersenyum mendengar pertanyaannya barusan, kita liet nanti malem guys..

Tak berapa lama, gw mendapat beberapa pesan dari Rangga dan Ridho.. Mereka sudah sampai di sekolah gw.. Sesaat kemudian gw melihat mereka sedang bejalan memasuki gedung sekolah kami.. Gw juga melihat Naga Saksana, Nyi Laras Abang dan Joko Ireng berada di belakang ketiga anak manusia yang mereka jaga..

Sekar menggeser posisinya yang semula melayang dihadapan gw menjadi pindah ke samping.. Pandangan nya terlihat menatap sinis ke Nyi Laras Abang.. Yang di pandang pun demikian, sama-sama sinis melirik ke arah Sekar..

“Mau apa Jin genit itu kesini, Kang Mas?”Tanya Sekar sambil melipat kedua tangannya di dada..

Gw tidak mengindahkan pertanyaan Sekar yang menurut gw tidak terlalu penting.. Gw bangun dari tempat duduk dan menyongsong kedatangan ketiga saudara gw..

‘Gimana, Mam.. Kira-kira dimana tempat yang cocok buat kita berkumpul?” Tanya Rangga setelah memberi salam tos ke gw..

Suluh yang berdiri di samping kanan Rangga, nampak menjelajahi pandangannya ke seluruh penjuru sekolah gw.. Ridho yang berdiri di samping kiri Rangga terlihat membuka hp nya yang barusan berdering..

“Datanglah ke tempat ku, Ngger” Suara Ki Sabdo tiba-tiba terngiang di telinga gw..

“Ikut gw, kita pergi ke Gerbang Utara menemui Ki Sabdo, penjaga Gerbang Utara” Ucap gw yang lalu mengajak ketiga orang tersebut menuju ke sebuah ruangan kosong bekas perpustakaan yang ada di utara..

Setelah tiba di ruangan gelap tersebut, seperti saat pertama kali gw masuk ke sana, awalnya hanya ruangan kosong, gelap dan pengap yang kami lihat.. Tak berapa lama, ruangan itu berubah menjadi bangunan megah yang semua isinya berwarna biru.. Nampak Ki Sabdo terduduk di atas sebuah kursi besar lalu melayang mendekati kami berempat..

“Tugas pertama sudah kau jalanin dengan baik, Ngger.. Ketiga saudara mu Calon Penjaga Batu Mustika Gerbang Timur, Barat dan Selatan telah berhasil kau temukan” Ucap Ki Sabdo sambil tersenyum..

“Lalu, tugas apa lagi yang akan kami jalani, Kek?” Tanya Ridho..

“Pada saat ini kalian nanti akan bertemu semua Penjaga Gerbang, kami berempat akan menunjukkan inti gerbang yang di dalamnya terdapat Penjara Gaib yang berisi ribuan jin dari golongan hitam” Jawab Ki Sabdo dengan wajah menghadap Ridho, namun kedua matanya menatap kosong ke atas..

Kami berempat mengangguk paham, dan mengikuti Ki Sabdo duduk bersila.. Jin Penjaga Gerbang Utara itu nampak menyilangkan tangan di dadanya.. Mulutnya berkomat-kamit seperti sedang membaca sesuatu..

Tiba-tiba sebuah angin besar muncul dari atas.. Semua benda yang ada di ruangan tempat kami duduk bersila terasa terguncang hebat, namun tak satupun benda tersebut yang jatuh.. Tubuh gw dan ketiga saudara gw bergoyang-goyang seperti berada di atas kapal yang diterjang ombak besar.. Ridho bahkan sampai memegangi lantai dengan kedua tangannya.. Tiga gulungan asap berwarna merah, hitam dan hijau muncul di samping Ki Sabdo, dan perlahan asap tersebut menjelma menjadi 3 sosok menyeramkan..

Sosok pertama adalah jin Penjaga Gerbang Barat bertubuh sangat tinggi dan besar, bahkan kepalanya sampai terpentok pada atap bangunan.. Bulu-bulu panjang menutupi sekujur tubuhnya.. Kukunya yang juga terlihat panjang dan hitam nampak mengkilap.. Matanya yang sebesar mangkuk, berwarna merah menyala dan memandangi kami satu persatu.. Hidung besarnya mendengus, mengeluarkan asap tipis berwarna hitam.. Di mulutnya terdapat dua taring panjang hingga hampir mencapai dagu..

Sosok kedua adalah Jin Penjaga Gerbang Timur, sesosok Kuntilanak yang sesekali tawanya terdengar melengking membuat nyeri gendang telinga.. Untung saja kami sudah menyalurkan tenaga dalam di telinga untuk meredam lengkingan tawa mahluk tersebut.. Kuntilanak Merah mengenakan baju seperti potongan kain panjang berwarna merah darah.. Rambut panjangnya yang kasar dan acak-acakan menyentuh lantai.. Kedua tangannya yang tertutup potongan kain yang ia kenakan hanya terlihat kuku-kukunya nya saja yang juga berwarna merah..

Wajah mahluk itu adalah bagian yang paling menakutkan.. Kedua bola matanya menjuntai keluar dari rongga yang hanya tersisa gumpalan darah.. Bagian hidung nampak berlubang besar,, dipenuhi ulat yang bergerak-gerak.. Bahkan beberapa dari hewan menjijkan itu berjatuhan di lantai..Gw yang memang merasa geli begitu melihat hewan tersebut langsung bergidik.. Mulut Kuntilanak Merah yang sangat lebar memiliki taring panjang dan berlumuran darah..

Jin Penjaga Gerbang Timur adalah yang paling enak dilihat menurut gw.. Wajah cantik nan ayu miliknya selalu tersenyum manis.. Rambutnya yang panjang terurai nampak berkilauan sangat cocok dengan mahkota besar berwarna keemasan dan dihiasi batu permata dengan warna hijau terang yang menutupi kepalanya.. Pakaian yang dikenakannya pun sangat menawan.. Baju berwarna senada dengan warna batu permata di mahkotanya hanya menutupi bagian dada hingga pangkal pusar.. Kedua belahan buah dadanya yang terlihat, menandakan isi di dalamnya berukuran besar..

Namun sayang, segala kesempurnaan yang di miliki Jin Wanita yang menurut Ridho bernama Nyi Durga Daksa itu menjadi merosot nilainya saat kedua kakinya harus berganti menjadi bagian bawah tubuh ular yang berukuran besar sampai ke ekor.. Setengah tubuh ularnya nampak melingkar, menumpu bagian tubuh atasnya yang tegak berdiri.. Sebuah tongkat berkepala Naga berwarna hijau terus dipegangi oleh Nyi Durga Daksa..

“Selamat datang para sahabat lama, Penjaga Gerbang 3 penjuru mata angin.. Dihadapan kalian sudah duduk bersila empat orang anak manusia yang telah dipilih oleh Maha Guru Suta.. Keempat anak manusia ini kelak yang akan menggantikan tugas keempat anak manusia pada masa 500 tahun yang lalu, untuk menjaga empat Batu Mustika” Ucap Ki Sabdo sambil menatap ketiga Jin Sakti yang baru hadir di wilayahnya..

Ketiga Jin yang baru di sambut oleh Ki Sabdo menatap ke arah kami secara bergantian.. Nyi Durga terlihat mengedip genit sesaat kearah gw, yang membuat gw sedikit terkejut..

“Sebaiknya kalian ubah dulu wujud menyeramkan kalian agar keempat anak manusia tersebut bisa leluasa untuk berbicara” Kata Ki Sabdo sambil terbatuk-batuk..

Ketiga Jin yang di maksud mengangguk setuju, lalu beberapa detik kemudian mereka sudah berubah wujud menjadi manusia selayaknya.. Jin bertubuh sangat tinggi berubah menjadi laki-laki dewasa yang tampan dan bertelanjang dada.. Jin Kuntilanak merah telah menjadi wanita cantik bergaun merah dengan wajah judes, dan Nyi Durga Daksa sudah merubah tubuh ularnya menjadi sepasang kaki panjang nan indah namun tertutup kain tenunan berwarna Hijau..

“Nama ku, Ki Braja Sapta, wanita cantik namun berair muka masam yang ada di samping ku bernama Nyi Roro Ranggas dan wanita ular itu bernama Nyi Durga Daksa” Kata Jin penjaga gerbang barat yang memperkenalkan ketiga temannya.. Nyi Roro Ranggas terlihat melotot saat digoda oleh Ki Braja Sapta..

“Mohon maaf jika kami lancang, beberapa waktu yang lalu kedua Jin penjaga kami bertempur melawan jin utusan Nilam Segara” Ucap Rangga dengan wajah sedikit tertunduk

Kedua mata Nyi Roro Ranggas menatap tajam ke arah Rangga..

“Jin perempuan yang sudah bersekutu dengan Raja Siluman sudah muncul rupanya?” Ucap Nyi Roro Ranggas lalu menoleh ke arah Nyi Durga Daksa..

“Apakah sebaiknya kita percepat rencana kita semula, Kakang Braja?” Tanya Nyi Durgaa Daksa yang terlihat berjalan menghampiri kami, namun berdiri tepat di samping gw..

Sekali lagi kedipan mata jin itu diberikannya ke gw.. Hati gw langsung berdebar, bukan karena suka namun lebih ke perasaan takut..

“Lebih baik kita tunggu langkah Nilam Segara selanjutnya.. Jika kita merujuk pada Ramalan Kuno, batu mustika yang selama ini kita jaga harus di berikan kepada mereka berempat dua purnama dari sekarang, bukan begitu Ki sabdo?” Kata Ki Braja Sapta yang langsung melirik ke arah Ki Sabdo..

Kakek tua tersebut hanya menganggukan kepalanya sambil mengusap-usap jenggotnya..

“Kamu mirip sekali dengan Jagat Tirta, cah bagus?” Tiba-tiba Nyi Durga Daksa berbisik lembut di telinga gw.. Bau mulutnya tercium sangat harum..

Gw yang masih deg-deg an hanya memberinya tatapan polos dan senyuman bodoh..

“Hentikan tingkah genit mu wanita ular, anak itu hanya titisan Jagat Tirta” Kata Nyi Roro Ranggas dengan nada ketus..

Nyi Durga Daksa nampak tidak suka dengan kalimat yang dilontarkan kuntilanak merah barusan.. Mata nya memandang Nyi Roro Ranggas dengan tajam..

“Sudahlah, jangan berkelahi di daerahku.. Kalian boleh pergi sekarang karena aku akan memberikan beberapa nasihat kepada mereka” Ucap Ki Sabdo yang sepertinya sudah sangat mengenal tingkah laku Nyi Roro Ranggas dan Nyi Durga Daksa..