- Beranda
- Stories from the Heart
Gw berteman dengan Kolong Wewe..
...
TS
juraganpengki
Gw berteman dengan Kolong Wewe..


Salam Kenal gan and Sis.. Ane really fresh newbie nih.. Awalnya cuma jadi SR yg suka baca cerita2 yg keren-keren di Kaskus.. Sekarang ane nyoba buat nyalurin hobi menulis ane..Karena ane termasuk kategori penulis kacangan alias yg masih belajar, jadi harap maklum jika dari gaya penulisan dan bahasa serta jalan ceritanya bisa tiba2 ga nyambung.. Cerita ane ini fiksi koq..
Rules nya sama dengan Rules SFTH pada umumnya Gan and Sis..
PROLOG
Kata orang, setiap anak kecil yang di ambil Kolong wewe psikologisnya akan terganggu. Ada yg bilang jika sampai di beri makan oleh mahluk tersebut maka si anak akan bisu. Tapi yg terjadi dengan gw berbeda.. Justru itu lah yang menjadi Titik awal perubahan hidup gw saat menginjak remaja.. Banyak pengalaman yg gw rasakan terutama yang berhubungan dengan MEREKA...
Anak Hilang
Anak Hilang (2)..
Anak Hilang (3)..
Kolong Wewe..
kolong wewe (2)..
10 Tahun Kemudian..
Me and The Gank..
Apes Banget Gw Sama Rio..
Cleaning Service Sehari
Cleaning Service sehari (2)
Ngerokok Dulu kita, Men..
Hutan Bambu..
Mimpi..
Sekar Kencana..
Ki Suta...
Terbukanya Mata Bathin..
Para Penghuni Gedung Sekolah..
Aura.. Tanpa Kasih..
Kekuatan Mata Batin Yang Sama..
Serunya Ngerjain Sekar Dan Rio..
Viny Ayundha, Gw Sayang Lu, Tapi...
Mati Satu Tumbuh Seribu..
Me Versus Ramon..
Pengakuan Viny..
Ki Sabdo, Penjaga Gerbang Utara..
Tasya..
Ngerjain Rio, lagi....
Kisah Kasih Tak Sampai, Bayu Barata..
Pembalasan Ramon Dan Kesempatan Gw Menjajal Ilmu..
Rio, Orang Pertama Yang Tahu Rahasia Gw..
Maafin Aku, Sya...
Munculnya Calon Penjaga Batu Mustika Gerbang Selatan..
Bangun Donk, Sya...
Beraninya Keroyokan, Kampungan!!!
Pedang Jagat..
Munculnya Kedua Calon Penjaga Batu Mustika Terakhir..
Berkumpulnya Keempat Calon Penjaga Batu Mustika..
Empat Penjaga Gerbang...
Empat Penjaga Gerbang (2)...
Sekar Ikutan Nge'Lounge...
Terima Kasih, Tasya...
Masa Keterpurukan Apa Masa Move On???..
Masa Keterpurukan Apa Masa Move On??? (2)..
No Woman No Cry..
Anggie Angelita Hapsari, Will You Be My....
Retaknya Hubungan Persaudaraan..
Retaknya Hubungan Persaudaraan (2)...
Suluh, Gw Dan Rangga...
Pedihnya Sebuah Rasa Kehilangan...
Pedihnya Sebuah Rasa Kehilangan (2)..
Kami Akan Menjaga Mu Suluh...
Munculnya Pengganti Rangga...
Manisnya Anggie Gw..
Pertunangan Tasya Dengan Rasya Bin Kampret..
Hilangnya Suluh...
Kekuatan Batu Mustika Gerbang Barat...
Kekuatan Batu Mustika Gerbang Barat (2)...
Binar, Sang Juru Kunci...
Ungkapan Hati Tasya...
Liburan Bareng Anggie Dan Sebuah Pengakuan...
Liburan Bareng Anggie Dan Sebuah Pengakuan (2)..
Liburan Bareng Suluh Dan Sebuah Pengakuan (3)
Pelet Si Bayang Bayang
Rampak Tantra...
Kedua Putra Yang terbuang, Rampak Tantra Dan Bimo..
Galau...
Terluka...
Tapa Brata...
Tapa Brata (2)...
Aku Kembali...
Empat Senjata Sakti...
Empat Senjata Sakti (2)...
Sebuah Permintaan Tolong..
Sebuah Permintaan Tolong (2)...
Bad Day For Love...
Sekar Kembali...
Pertarungan Tanpa Hati...
Pertarungan Tanpa Hati (2)...
Sebuah Pengakuan Dan Sebuah Kejutan, Yang...?
Sebuah Pengakuan Dan Sebuah Kejutan, Yang...? (2)
Cinta Tanpa Syarat...
Santet...
Santet (2)...
Datangnya Si Pengirim Santet...
Munculnya Ratu Kala Wanara...
Munculnya Ratu Kala Wanara (2)...
Pemberian Batu Mustika Penjaga Gerbang..
Melepas Mu...
The Last Moment With Her...
Pertempuran Terakhir...
Pertempuran Terakhir (2)...
Pertempuran Terakhir (3)...
Pertarungan Terakhir (4)...
Puncak Pertempuran Terakhir...Lenyapnya Satu Angkara Murka (Tamat, jilid satu)
Diubah oleh juraganpengki 15-10-2017 22:10
alasjurik721 dan 57 lainnya memberi reputasi
56
752.3K
1.7K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.8KAnggota
Tampilkan semua post
TS
juraganpengki
#363
Pedang Jagat..
Hari minggu ini gw menyempatkan diri mencuci motor gw yang memang sudah nampak kumal.. Ayah sempat menemani gw sambil mencuci mobilnya juga.. Tak berapa lama motor gw nampak sudah bersih kembali, dan Ayah pun langsung memberikan selang penyemprot mobilnya beserta ember lengkap dengan lap basah..
Gw memandang heran ke Ayah yang terbirit-birit memasuki rumah sambil memegangi perutnya.. Dengan sedikit terpaksa gw melanjutkan pekerjaan ayah yang tertunda.. Selang 20 menit kemudian, mobil ayah pun sudah kinclong.. Karena tenggororkan gw terasa kering, gw pun memasuki rumah dan berjalan mengambil minum di dapur.. Disana, gw lihat ayah sudah duduk di bangku makan, menikmati sarapannya..
“Ayah kaco banget, pura-pura kebelet malah larinya ke dapur” Kata gw setengah menggerutu..
Ayah gw hanya tertawa mendengar keluhan anak pertamanya barusan..
“Sekali-kali cuciin mobil ayah, hitung-hitung nambah pahala Bang” Jawab Ayah lalu menyuap sesendok nasi goreng ke mulutnya..
“Yah, abang minta duit donk.. Mau main ke rumah saudaranya Ridho di daerah puncak, baliknya mungkin agak malem tapi” Kata gw dengan mulut masih mengunyah nasi goreng..
Tanpa basa-basi, ayah gw langsung mengeluarkan dompet di saku belakang celana pendeknya dan meletakkan 3 lembar uang ratusan di atas meja di hadapan gw.. Pagi tadi memang Ridho memang Wa ke gw, minta di antar ke rumah salah satu pamannya yang terletak di daerah puncak bogor.. Dia bilang mau mengantarkan undangan pernikahan sepupunya.. Gw juga sempat mengajukan nama Rio untuk ikut, Ridho pun setuju..
“Itu uang buat beli talas, wortel, kol, tomat sama boneka beruang buat adik kamu” Kata Ayah yang langsung membuat gw tersedak..
Ibu tertawa melihat gw, lalu menyodorkan segelas air putih.. Dengan cepat gw habiskan air minum tersebut untuk menghilangkan rasa pedas akibat tersedak barusan.. Gw menoleh dengan wajah cemberut ke ayah.. Sambil tertawa, laki-laki yang biarpun suka usil namun sangat gw rindukan sosoknya sekarang, menjawab jika omongannya barusan Cuma bercanda.. Coba di pikir aja, gan.. Duit 300 ribu tapi pesanan oleh-olehnya kaya orang mau buka warung sayuran..
Gw sengaja tidak mengajak Tasya karena Dewi pacarnya Ridho tidak bisa ikut.. Lagipula, kasihan si Kambing item kalo kami berdua mengajak pasangan.. Bisa coli di jok belakang dia nantinya, Hahaha.. Piss Mamen..
Kami bertiga sengaja memilih waktu jam 9 untuk berangkat ke puncak, disamping takut terjebak macet, kami juga ingin berlama-lama di sana nantinya.. Gw dengan Ridho sepakat untuk mencoba mengeluarkan Tasbih milik Jagat Tirta dan melihat langsung perubahan nya menjadi sebuah pedang..
Sekar dan Naga Saksana juga tahu kami akan menuju Puncak Bogor, mereka hanya berpesan jika telah tiba disana kami harus memanggil mereka.. Awalnya Kedua Jin Penjaga kami tersebut menolak untuk menarik tasbih yang tertanam di bahu gw, tapi setelah mendapat izin ke Kakek Moyang kami berdua, barulah mereka mengiyakan keinginan gw dengan Ridho..
Jalan menuju puncak sudah nampak merayap saat keluar dari gerbang Tol Ciawi.. Dari arah belawanan, mobil-mobil terlihat berhenti berbaris.. Rupanya sistem buka tutup sudah dimulai untuk mengurangi kemacetan..
Sementara, Rio sudah tertidur di bangku tengah dengan mulut terbuka.. Gw sempat menyumpalkan selembar uang 2000 an yang sudah gw pilin-pilin hingga memanjang, ke mulut Rio.. Sesaat dia bangun dan terbatuk batuk, lalu mengambil uang 2000 an dari mulutnya kemudian di masukkan ke kantong celana jeans yang ia kenakan.. Gw sama Ridho yang sedang mengemudikan mobilnya tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan si kambing..
Tak terasa kami sudah memasuki sebuah desa, yang letaknya berhadapan dengan pintu masuk Taman Wisata Cibodas.. Mobil Ridho terus melaju perlahan, karena jalan yang kami lalui agak sempit.. Kira-kira 15 menit kemudian mobil keluarganya Ridho berhenti di halaman sebuah rumah mirip Villa yang bercat putih.. Pohon-pohon pinus dengan rindangnya tertanam rapi di sekitar rumah tersebut..
Gw tarik nafas dalam-dalam saat keluar dari mobil, mencoba menghirup hawa sejuk yang ada di daerah ini.. Rio terlihat melemaskan otot-ototnya yang terasa kaku sehabis tidur.. Dan Ridho mulai berjalan ke arah rumah yang mungkin milik pamannya..
Seorang laki-laki berusia 30 an nampak menyambut Ridho dengan hangat.. Gw dan Rio pun ikut menyalami laki-laki tersebut, namun saat tangan gw menjabat tangannya, sebuah aliran seperti aliran listrik membuat gw segera melepaskan tangan beliau..
Pamannya Ridho terlihat tersenyum penuh arti lalu mengajak kami masuk ke dalam rumahnya.. Ridho yang berjalan beriringan dengan gw mendekatkan dirinya ke gw dan berbisik “Paman gw sama kayak kita, Mam”
Beberapa waktu setelah makan siang, kami terlibat obrolan santai bersama pamannya Ridho yang bernama Kang Idrus di ruang tamu.. Kebetulan istri dan anaknya sedang keluar dan baru kembali saat sore nanti, jadi di rumahnya hanya ada kami berempat..
“Kalian bukan hanya sekedar mengantarkan undangan kan, jauh-jauh dari Depok menuju puncak?” Tanya Kang Idrus seperti menyelidik..
Ridho yang masih menikmati teh hangat yang disuguhkan oleh pamannya nampak sedikit terkejut..
“Kami memang mau melakukan suatu hal bersifat gaib di bukit belakang rumah, om” Jawab Ridho terus terang..
Kang Idrus terlihat merubah posisi duduknya menjadi bersandar.. Lalu menyalakan sebatang rokok yang sudah di pegangnya.. Gw yang juga ingin merokok sempat meminta izin ke Kang Idrus.. Meski diizinkan beliau, gw dan Rio masih merasa sedikit sungkan..
“Sebelum melakukan suatu hal yang bersifat gaib, ada baiknya kedua penjaga kalian meminta izin terlebih dahulu ke penguasa daerah ini.. Seperti pepatah, dimana bumi dipjak disitu langit di junjung.. Tata krama tetap harus didahulukan” Pesan Kang Idrus dengan bijak.. Gw dan Ridho hampir mengangguk bersamaan..
Tepat sesudah Juhur, gw dan Ridho berpamitan untuk menuju sebuah bukit di belakang rumah pamannya.. Rio memutuskan untuk menunggu di rumah Kang Idrus..
“Lu mau jalan apa mau pake ilmu meringankan tubuh, Dho? Kalo jalan bakalan cape dan makan waktu juga” Ucap gw sedikit menantang..
“Gw belum bisa ilmu itu, Mam.. Gw pake ilmu lari cepat aja” Jawabnya dengan yakin..
“Oke, sehabis hitungan ketiga.. Kita mulai.. Kita lihat siapa yang paling cepet sampe ke gubuk kecil di bukit itu” Kata gw sambil menunjuk ke sebuah bangunan yang nampak seperti gubuk jika di lihat dari jarak kami berdiri, yang terpaut ratusan meter..
Ridho terlihat mengangguk.. Dia Mulai menarik nafasnya beberapa kali dan menyiapkan kuda-kuda untuk memulai ajian lari cepatnya..
“Satu.. Dua.. Tiga!!!” Gw langsung menghentakkan kaki ke tanah, tubuh gw melompat tinggi ke depan dan mendarat mulus di sebuah pohon pinus.. HUPP!!! Gw membuat batang pohon pinus sebagai pijakan untuk mendorong tubuh gw dan melompat untuk kedua kalinya ke depan.. Pandangan gw sempat melihat tubuh Ridho yang nampak berlari sangat cepat laksana bayangan, sudah berada beberapa meter menyusul gw dari bawah..
Di lompatan kedua, gw hinggap di atas pucuk sebatang pohon cemara dengan berpijak hanya pada satu kaki.. Tubuh gw sempat bergoyang keras karena terdorong hembusan angin cukup kencang.. Gw mencoba menyeimbangkan tubuh dan kembali berkonsentrasi.. Gw layang kan pandangan ke bawah, berusaha mencari keberadaan Ridho.. Beberapa penduduk lokal sempat berteriak ketakutan dari arah perkebunan teh
“Sial, hebat juga dia” Puji gw dalam hati begitu melihat Ridho kembali menyusul gw dari bawah..
Gw pusat kan sebagian besar tenaga dalam pada satu kaki gw yang bertumpu di atas pucuk cemara, pandangan gw terfokus ke arah gubuk kecil yang mulai nampak jelas, karena jaraknya sudah mulai dekat.. Satu kali lompatan kecil sebagai daya pendorong gw hentakan, membuat pucuk pohon tersebut merunduk ke arah bawah, dan dengan kekuatan penuh gw kembali hentakan kaki gw pada pucuk pohon cemara, saat pucuk tersebut hendak kembali tegak berdiri, gw pun melompat jauh dengan tubuh berputar bergulung-gulung di udara..
BRAKK!!! Tubuh gw terhempas menabrak atap gubuk yang terbuat dari daun kelapa, dan terus meluncur kebawah menimpa sebuah balai bambu hingga hancur berantakan.. Tubuh gw tertutupi serpihan atap yang hancur.. Gw segera bangkit sambil memegangi pinggang yang terasa nyeri.. Beberapa luka gores di lengan gw terlihat mengeluarkan darah..
“Lu ga apa-apa, Mam?” Tanya Ridho yang baru sampai.. Nafasnya terdengar tak beraturan..
Gw yang masih membersihkan diri dari sisa-sisa serpihan daun kelapa kering bekas atap gubuk hanya menggelengkan kepala.. Ridho sempat tertawa begitu melihat bagian atas gubuk yang bolong dan balai bambu yang sudah berantakan sehabis tertimpa badan gw..
“Lu lompatnya ga pake perhitungan, Mam.. Gubuk sama balai orang abis jadi sasaran tuh” Ucap Rio yang meledek gw..
“Ngomong mulu lu, kayak vokalist tahu Bulet” Kata gw membalas ledekannya Ridho..
Gw segera keluar dari dalam gubuk yang dalamnya sudah nampak tak karuan.. Lalu berdiri di luar menatap hamparan pohon-pohon pinus dan beberapa pohon cemara yang berbaris rapi.. Matahari yang sepertinya sedang malas bersinar nampak bersembunyi di balik tumpukan awan berwarna biru.. Mendung di langit arah barat mulai nampak menghampiri.. Gw segera memanggil Sekar.. Hembusan angin yang membawa harum bunga kenanga tercium di hidung gw.. Gw lihat Sekar sedang duduk di atas sisa pinggir atap gubuk..
Ridho yang melihat kehadiran Sekar langsung terdiam dan memejamkan matanya.. Tiba-tiba, Naga Saksana muncul dengan wajah aslinya, seorang pria muda berwajah tampan memakai Pakaian biru.. sebuah pedang bersarung warna hitam terselip di pinggangnya..
“Sudah siap, Kang Mas?” Tanya Sekar sambil melayang turun mendekati gw..
Ridho dan Naga Saksana juga mendekat.. Gw mengangguk perlahan untuk memberitahukan bahwa gw sudah siap.. Tiba-tiba, pandangan gw menangkap beberapa penampakan mahluk gaib seperti kera sedang mengintip dari balik batang pohon..
“Sebaiknya kita meminta izin ke penguasa wilayah ini terlebih dahulu, Naga Saksana” Ucap Sekar dan langsung di jawab dengan satu kali anggukan kepala oleh Naga Saksana..
Kedua jin penjaga kami menghilang dalam sekejapan mata.. Selang beberapa saat kemudian mereka kembali muncul dengan membawa segenggam daun Teh Kering.. Sekar segera memberikan daun-daun teh kering tersebut ke gw..
“Ini hadiah dari penguasa wilayah, beliau ternyata mengenal Kakek Moyang Kalian.. Daun teh tersebut harus kau telan tanpa air setelah mengeluarkan Pedang Jagat, Kang Mas” Ucap Sekar menjelaskan..
Gw yang menyimak penjelasan Sekar sedikit kurang mengerti, namun gw urungkan niat untuk bertanya karena melihat kabut sudah mulai muncul.. Tanpa banyak bertanya, gw langsung duduk bersila menghadap ke arah barat.. Kedua mata gw terpejam sambil menyilangkan kedua tangan di bahu, gw mengucap "Pedang Jagat, munculah" ..
Sekar, Naga Saksana dan Ridho berdiri di samping dan belakang gw.. Gw mencoba memusatkan pikiran dan kembali menyebut nama Jagat Tirta..
Tiba-tiba, bahu gw terasa mulai hangat dan berangsur-angsur meningkat menjadi panas seiring tubuh gw yang menggigil kedinginan.. Keringat dingin mulai mengucur dari dahi gw.. Gw mencoba mengalirkan tenaga dalam ke bahu untuk meredam rasa panasnya, namun terasa seperti tertolak.. Mendadak, rasa panas dari bahu gw seketika berubah menjadi sedingin es.. Hawa tubuh gw pun ikut berubah yang awalnya gemetar karena kedinginan, menjad kepanasan....
“Sekarang, Kang Mas.. Pangkal Pedang Jagat tersebut sudah muncul” Suara Sekar terdengar di batin gw..
“Bismillah” Ucap gw dalam hati sambil meraba bagian bahu..
Sebuah benda berhawa dingin teraba oleh tangan gw..
“Ini pasti pangkal pedang yang dimaksud Sekar” Ucap gw..
Dengan lisan masih melafalkan Basmallah, gw mencoba menarik pangkal benda yang sudah gw pegang tersebut.. Sedikit demi sedikit gw mulai mencoba menarik pangkal benda itu, sesaat gw berhenti karena merasakan ada penolakan dari benda sakti yang saat ini gw coba untuk menariknya keluar..
“Kalimat Tauhid Kang Mas, lafalkan kalimat itu” Kata Sekar lagi
“Laaillaahaillallah” Ucap gw sambil menarik keras pangkal pedang tersebut..
SREETT!!! Suara seperti dua bilah besi saling bergesekan terdengar nyaring..
Seluruh tubuh gw bergetar hebat.. Keringat yang tadinya hanya menetes sesekali, kali ini meningkat.. Sebuah pedang yang diliputi cahaya putih, tergenggam kuat d tangan kanan gw yang masih bergetar.. Tanah tempat kami berpijak terasa ikut bergetar.. Beberapa helai daun dan batu-batu kecil terangkat melayang di udara.. Burung-burung yang awalnya hinggap dengan tenang seketika itu pula berterbangan kesana kemari seakan menghindar dari dahsyatnya kekuatan pedang tersebut.. Gw segera mengambil daun teh kering pemberian penguasa wilayah ini dari dalam saku jaket menggunakan tangan kiri dan melemparkan serpihan daun tersebut ke dalam mulut..
Cahaya putih yang berpendar dari pedang, mulai meredup seiring gigi-gigi gw mengunyah halus tiap-tiap serpihan daun teh pemberian penguasa daerah ini.. Mulut gw terasa sangat pahit.. Tambahan hawa murni gw rasakan mengalir hangat dari tiap daun teh ajaib yang masih gw kunyah membuat genggaman tangan gw mulai stabil memegang pedang tersebut..
“Dia mampu menguasai pedang itu tanpa campur tangan kita, Anak luar biasa” Ucap Naga Saksana yang masih berdiri di samping kiri gw..
“Sudah cukup, Kang Mas.. Kembalikan Pedang Jagat ke dalam sarungnya.. Jika terlalu lama berada di luar sarung, akan memikat banyak mahluk gaib"
Hari minggu ini gw menyempatkan diri mencuci motor gw yang memang sudah nampak kumal.. Ayah sempat menemani gw sambil mencuci mobilnya juga.. Tak berapa lama motor gw nampak sudah bersih kembali, dan Ayah pun langsung memberikan selang penyemprot mobilnya beserta ember lengkap dengan lap basah..
Gw memandang heran ke Ayah yang terbirit-birit memasuki rumah sambil memegangi perutnya.. Dengan sedikit terpaksa gw melanjutkan pekerjaan ayah yang tertunda.. Selang 20 menit kemudian, mobil ayah pun sudah kinclong.. Karena tenggororkan gw terasa kering, gw pun memasuki rumah dan berjalan mengambil minum di dapur.. Disana, gw lihat ayah sudah duduk di bangku makan, menikmati sarapannya..
“Ayah kaco banget, pura-pura kebelet malah larinya ke dapur” Kata gw setengah menggerutu..
Ayah gw hanya tertawa mendengar keluhan anak pertamanya barusan..
“Sekali-kali cuciin mobil ayah, hitung-hitung nambah pahala Bang” Jawab Ayah lalu menyuap sesendok nasi goreng ke mulutnya..
“Yah, abang minta duit donk.. Mau main ke rumah saudaranya Ridho di daerah puncak, baliknya mungkin agak malem tapi” Kata gw dengan mulut masih mengunyah nasi goreng..
Tanpa basa-basi, ayah gw langsung mengeluarkan dompet di saku belakang celana pendeknya dan meletakkan 3 lembar uang ratusan di atas meja di hadapan gw.. Pagi tadi memang Ridho memang Wa ke gw, minta di antar ke rumah salah satu pamannya yang terletak di daerah puncak bogor.. Dia bilang mau mengantarkan undangan pernikahan sepupunya.. Gw juga sempat mengajukan nama Rio untuk ikut, Ridho pun setuju..
“Itu uang buat beli talas, wortel, kol, tomat sama boneka beruang buat adik kamu” Kata Ayah yang langsung membuat gw tersedak..
Ibu tertawa melihat gw, lalu menyodorkan segelas air putih.. Dengan cepat gw habiskan air minum tersebut untuk menghilangkan rasa pedas akibat tersedak barusan.. Gw menoleh dengan wajah cemberut ke ayah.. Sambil tertawa, laki-laki yang biarpun suka usil namun sangat gw rindukan sosoknya sekarang, menjawab jika omongannya barusan Cuma bercanda.. Coba di pikir aja, gan.. Duit 300 ribu tapi pesanan oleh-olehnya kaya orang mau buka warung sayuran..
Gw sengaja tidak mengajak Tasya karena Dewi pacarnya Ridho tidak bisa ikut.. Lagipula, kasihan si Kambing item kalo kami berdua mengajak pasangan.. Bisa coli di jok belakang dia nantinya, Hahaha.. Piss Mamen..
Kami bertiga sengaja memilih waktu jam 9 untuk berangkat ke puncak, disamping takut terjebak macet, kami juga ingin berlama-lama di sana nantinya.. Gw dengan Ridho sepakat untuk mencoba mengeluarkan Tasbih milik Jagat Tirta dan melihat langsung perubahan nya menjadi sebuah pedang..
Sekar dan Naga Saksana juga tahu kami akan menuju Puncak Bogor, mereka hanya berpesan jika telah tiba disana kami harus memanggil mereka.. Awalnya Kedua Jin Penjaga kami tersebut menolak untuk menarik tasbih yang tertanam di bahu gw, tapi setelah mendapat izin ke Kakek Moyang kami berdua, barulah mereka mengiyakan keinginan gw dengan Ridho..
Jalan menuju puncak sudah nampak merayap saat keluar dari gerbang Tol Ciawi.. Dari arah belawanan, mobil-mobil terlihat berhenti berbaris.. Rupanya sistem buka tutup sudah dimulai untuk mengurangi kemacetan..
Sementara, Rio sudah tertidur di bangku tengah dengan mulut terbuka.. Gw sempat menyumpalkan selembar uang 2000 an yang sudah gw pilin-pilin hingga memanjang, ke mulut Rio.. Sesaat dia bangun dan terbatuk batuk, lalu mengambil uang 2000 an dari mulutnya kemudian di masukkan ke kantong celana jeans yang ia kenakan.. Gw sama Ridho yang sedang mengemudikan mobilnya tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan si kambing..
Tak terasa kami sudah memasuki sebuah desa, yang letaknya berhadapan dengan pintu masuk Taman Wisata Cibodas.. Mobil Ridho terus melaju perlahan, karena jalan yang kami lalui agak sempit.. Kira-kira 15 menit kemudian mobil keluarganya Ridho berhenti di halaman sebuah rumah mirip Villa yang bercat putih.. Pohon-pohon pinus dengan rindangnya tertanam rapi di sekitar rumah tersebut..
Gw tarik nafas dalam-dalam saat keluar dari mobil, mencoba menghirup hawa sejuk yang ada di daerah ini.. Rio terlihat melemaskan otot-ototnya yang terasa kaku sehabis tidur.. Dan Ridho mulai berjalan ke arah rumah yang mungkin milik pamannya..
Seorang laki-laki berusia 30 an nampak menyambut Ridho dengan hangat.. Gw dan Rio pun ikut menyalami laki-laki tersebut, namun saat tangan gw menjabat tangannya, sebuah aliran seperti aliran listrik membuat gw segera melepaskan tangan beliau..
Pamannya Ridho terlihat tersenyum penuh arti lalu mengajak kami masuk ke dalam rumahnya.. Ridho yang berjalan beriringan dengan gw mendekatkan dirinya ke gw dan berbisik “Paman gw sama kayak kita, Mam”
Beberapa waktu setelah makan siang, kami terlibat obrolan santai bersama pamannya Ridho yang bernama Kang Idrus di ruang tamu.. Kebetulan istri dan anaknya sedang keluar dan baru kembali saat sore nanti, jadi di rumahnya hanya ada kami berempat..
“Kalian bukan hanya sekedar mengantarkan undangan kan, jauh-jauh dari Depok menuju puncak?” Tanya Kang Idrus seperti menyelidik..
Ridho yang masih menikmati teh hangat yang disuguhkan oleh pamannya nampak sedikit terkejut..
“Kami memang mau melakukan suatu hal bersifat gaib di bukit belakang rumah, om” Jawab Ridho terus terang..
Kang Idrus terlihat merubah posisi duduknya menjadi bersandar.. Lalu menyalakan sebatang rokok yang sudah di pegangnya.. Gw yang juga ingin merokok sempat meminta izin ke Kang Idrus.. Meski diizinkan beliau, gw dan Rio masih merasa sedikit sungkan..
“Sebelum melakukan suatu hal yang bersifat gaib, ada baiknya kedua penjaga kalian meminta izin terlebih dahulu ke penguasa daerah ini.. Seperti pepatah, dimana bumi dipjak disitu langit di junjung.. Tata krama tetap harus didahulukan” Pesan Kang Idrus dengan bijak.. Gw dan Ridho hampir mengangguk bersamaan..
Tepat sesudah Juhur, gw dan Ridho berpamitan untuk menuju sebuah bukit di belakang rumah pamannya.. Rio memutuskan untuk menunggu di rumah Kang Idrus..
“Lu mau jalan apa mau pake ilmu meringankan tubuh, Dho? Kalo jalan bakalan cape dan makan waktu juga” Ucap gw sedikit menantang..
“Gw belum bisa ilmu itu, Mam.. Gw pake ilmu lari cepat aja” Jawabnya dengan yakin..
“Oke, sehabis hitungan ketiga.. Kita mulai.. Kita lihat siapa yang paling cepet sampe ke gubuk kecil di bukit itu” Kata gw sambil menunjuk ke sebuah bangunan yang nampak seperti gubuk jika di lihat dari jarak kami berdiri, yang terpaut ratusan meter..
Ridho terlihat mengangguk.. Dia Mulai menarik nafasnya beberapa kali dan menyiapkan kuda-kuda untuk memulai ajian lari cepatnya..
“Satu.. Dua.. Tiga!!!” Gw langsung menghentakkan kaki ke tanah, tubuh gw melompat tinggi ke depan dan mendarat mulus di sebuah pohon pinus.. HUPP!!! Gw membuat batang pohon pinus sebagai pijakan untuk mendorong tubuh gw dan melompat untuk kedua kalinya ke depan.. Pandangan gw sempat melihat tubuh Ridho yang nampak berlari sangat cepat laksana bayangan, sudah berada beberapa meter menyusul gw dari bawah..
Di lompatan kedua, gw hinggap di atas pucuk sebatang pohon cemara dengan berpijak hanya pada satu kaki.. Tubuh gw sempat bergoyang keras karena terdorong hembusan angin cukup kencang.. Gw mencoba menyeimbangkan tubuh dan kembali berkonsentrasi.. Gw layang kan pandangan ke bawah, berusaha mencari keberadaan Ridho.. Beberapa penduduk lokal sempat berteriak ketakutan dari arah perkebunan teh
“Sial, hebat juga dia” Puji gw dalam hati begitu melihat Ridho kembali menyusul gw dari bawah..
Gw pusat kan sebagian besar tenaga dalam pada satu kaki gw yang bertumpu di atas pucuk cemara, pandangan gw terfokus ke arah gubuk kecil yang mulai nampak jelas, karena jaraknya sudah mulai dekat.. Satu kali lompatan kecil sebagai daya pendorong gw hentakan, membuat pucuk pohon tersebut merunduk ke arah bawah, dan dengan kekuatan penuh gw kembali hentakan kaki gw pada pucuk pohon cemara, saat pucuk tersebut hendak kembali tegak berdiri, gw pun melompat jauh dengan tubuh berputar bergulung-gulung di udara..
BRAKK!!! Tubuh gw terhempas menabrak atap gubuk yang terbuat dari daun kelapa, dan terus meluncur kebawah menimpa sebuah balai bambu hingga hancur berantakan.. Tubuh gw tertutupi serpihan atap yang hancur.. Gw segera bangkit sambil memegangi pinggang yang terasa nyeri.. Beberapa luka gores di lengan gw terlihat mengeluarkan darah..
“Lu ga apa-apa, Mam?” Tanya Ridho yang baru sampai.. Nafasnya terdengar tak beraturan..
Gw yang masih membersihkan diri dari sisa-sisa serpihan daun kelapa kering bekas atap gubuk hanya menggelengkan kepala.. Ridho sempat tertawa begitu melihat bagian atas gubuk yang bolong dan balai bambu yang sudah berantakan sehabis tertimpa badan gw..
“Lu lompatnya ga pake perhitungan, Mam.. Gubuk sama balai orang abis jadi sasaran tuh” Ucap Rio yang meledek gw..
“Ngomong mulu lu, kayak vokalist tahu Bulet” Kata gw membalas ledekannya Ridho..
Gw segera keluar dari dalam gubuk yang dalamnya sudah nampak tak karuan.. Lalu berdiri di luar menatap hamparan pohon-pohon pinus dan beberapa pohon cemara yang berbaris rapi.. Matahari yang sepertinya sedang malas bersinar nampak bersembunyi di balik tumpukan awan berwarna biru.. Mendung di langit arah barat mulai nampak menghampiri.. Gw segera memanggil Sekar.. Hembusan angin yang membawa harum bunga kenanga tercium di hidung gw.. Gw lihat Sekar sedang duduk di atas sisa pinggir atap gubuk..
Ridho yang melihat kehadiran Sekar langsung terdiam dan memejamkan matanya.. Tiba-tiba, Naga Saksana muncul dengan wajah aslinya, seorang pria muda berwajah tampan memakai Pakaian biru.. sebuah pedang bersarung warna hitam terselip di pinggangnya..
“Sudah siap, Kang Mas?” Tanya Sekar sambil melayang turun mendekati gw..
Ridho dan Naga Saksana juga mendekat.. Gw mengangguk perlahan untuk memberitahukan bahwa gw sudah siap.. Tiba-tiba, pandangan gw menangkap beberapa penampakan mahluk gaib seperti kera sedang mengintip dari balik batang pohon..
“Sebaiknya kita meminta izin ke penguasa wilayah ini terlebih dahulu, Naga Saksana” Ucap Sekar dan langsung di jawab dengan satu kali anggukan kepala oleh Naga Saksana..
Kedua jin penjaga kami menghilang dalam sekejapan mata.. Selang beberapa saat kemudian mereka kembali muncul dengan membawa segenggam daun Teh Kering.. Sekar segera memberikan daun-daun teh kering tersebut ke gw..
“Ini hadiah dari penguasa wilayah, beliau ternyata mengenal Kakek Moyang Kalian.. Daun teh tersebut harus kau telan tanpa air setelah mengeluarkan Pedang Jagat, Kang Mas” Ucap Sekar menjelaskan..
Gw yang menyimak penjelasan Sekar sedikit kurang mengerti, namun gw urungkan niat untuk bertanya karena melihat kabut sudah mulai muncul.. Tanpa banyak bertanya, gw langsung duduk bersila menghadap ke arah barat.. Kedua mata gw terpejam sambil menyilangkan kedua tangan di bahu, gw mengucap "Pedang Jagat, munculah" ..
Sekar, Naga Saksana dan Ridho berdiri di samping dan belakang gw.. Gw mencoba memusatkan pikiran dan kembali menyebut nama Jagat Tirta..
Tiba-tiba, bahu gw terasa mulai hangat dan berangsur-angsur meningkat menjadi panas seiring tubuh gw yang menggigil kedinginan.. Keringat dingin mulai mengucur dari dahi gw.. Gw mencoba mengalirkan tenaga dalam ke bahu untuk meredam rasa panasnya, namun terasa seperti tertolak.. Mendadak, rasa panas dari bahu gw seketika berubah menjadi sedingin es.. Hawa tubuh gw pun ikut berubah yang awalnya gemetar karena kedinginan, menjad kepanasan....
“Sekarang, Kang Mas.. Pangkal Pedang Jagat tersebut sudah muncul” Suara Sekar terdengar di batin gw..
“Bismillah” Ucap gw dalam hati sambil meraba bagian bahu..
Sebuah benda berhawa dingin teraba oleh tangan gw..
“Ini pasti pangkal pedang yang dimaksud Sekar” Ucap gw..
Dengan lisan masih melafalkan Basmallah, gw mencoba menarik pangkal benda yang sudah gw pegang tersebut.. Sedikit demi sedikit gw mulai mencoba menarik pangkal benda itu, sesaat gw berhenti karena merasakan ada penolakan dari benda sakti yang saat ini gw coba untuk menariknya keluar..
“Kalimat Tauhid Kang Mas, lafalkan kalimat itu” Kata Sekar lagi
“Laaillaahaillallah” Ucap gw sambil menarik keras pangkal pedang tersebut..
SREETT!!! Suara seperti dua bilah besi saling bergesekan terdengar nyaring..
Seluruh tubuh gw bergetar hebat.. Keringat yang tadinya hanya menetes sesekali, kali ini meningkat.. Sebuah pedang yang diliputi cahaya putih, tergenggam kuat d tangan kanan gw yang masih bergetar.. Tanah tempat kami berpijak terasa ikut bergetar.. Beberapa helai daun dan batu-batu kecil terangkat melayang di udara.. Burung-burung yang awalnya hinggap dengan tenang seketika itu pula berterbangan kesana kemari seakan menghindar dari dahsyatnya kekuatan pedang tersebut.. Gw segera mengambil daun teh kering pemberian penguasa wilayah ini dari dalam saku jaket menggunakan tangan kiri dan melemparkan serpihan daun tersebut ke dalam mulut..
Cahaya putih yang berpendar dari pedang, mulai meredup seiring gigi-gigi gw mengunyah halus tiap-tiap serpihan daun teh pemberian penguasa daerah ini.. Mulut gw terasa sangat pahit.. Tambahan hawa murni gw rasakan mengalir hangat dari tiap daun teh ajaib yang masih gw kunyah membuat genggaman tangan gw mulai stabil memegang pedang tersebut..
“Dia mampu menguasai pedang itu tanpa campur tangan kita, Anak luar biasa” Ucap Naga Saksana yang masih berdiri di samping kiri gw..
“Sudah cukup, Kang Mas.. Kembalikan Pedang Jagat ke dalam sarungnya.. Jika terlalu lama berada di luar sarung, akan memikat banyak mahluk gaib"
dodolgarut134 dan 14 lainnya memberi reputasi
15