- Beranda
- Stories from the Heart
Gw berteman dengan Kolong Wewe..
...
TS
juraganpengki
Gw berteman dengan Kolong Wewe..


Salam Kenal gan and Sis.. Ane really fresh newbie nih.. Awalnya cuma jadi SR yg suka baca cerita2 yg keren-keren di Kaskus.. Sekarang ane nyoba buat nyalurin hobi menulis ane..Karena ane termasuk kategori penulis kacangan alias yg masih belajar, jadi harap maklum jika dari gaya penulisan dan bahasa serta jalan ceritanya bisa tiba2 ga nyambung.. Cerita ane ini fiksi koq..
Rules nya sama dengan Rules SFTH pada umumnya Gan and Sis..
PROLOG
Kata orang, setiap anak kecil yang di ambil Kolong wewe psikologisnya akan terganggu. Ada yg bilang jika sampai di beri makan oleh mahluk tersebut maka si anak akan bisu. Tapi yg terjadi dengan gw berbeda.. Justru itu lah yang menjadi Titik awal perubahan hidup gw saat menginjak remaja.. Banyak pengalaman yg gw rasakan terutama yang berhubungan dengan MEREKA...
Anak Hilang
Anak Hilang (2)..
Anak Hilang (3)..
Kolong Wewe..
kolong wewe (2)..
10 Tahun Kemudian..
Me and The Gank..
Apes Banget Gw Sama Rio..
Cleaning Service Sehari
Cleaning Service sehari (2)
Ngerokok Dulu kita, Men..
Hutan Bambu..
Mimpi..
Sekar Kencana..
Ki Suta...
Terbukanya Mata Bathin..
Para Penghuni Gedung Sekolah..
Aura.. Tanpa Kasih..
Kekuatan Mata Batin Yang Sama..
Serunya Ngerjain Sekar Dan Rio..
Viny Ayundha, Gw Sayang Lu, Tapi...
Mati Satu Tumbuh Seribu..
Me Versus Ramon..
Pengakuan Viny..
Ki Sabdo, Penjaga Gerbang Utara..
Tasya..
Ngerjain Rio, lagi....
Kisah Kasih Tak Sampai, Bayu Barata..
Pembalasan Ramon Dan Kesempatan Gw Menjajal Ilmu..
Rio, Orang Pertama Yang Tahu Rahasia Gw..
Maafin Aku, Sya...
Munculnya Calon Penjaga Batu Mustika Gerbang Selatan..
Bangun Donk, Sya...
Beraninya Keroyokan, Kampungan!!!
Pedang Jagat..
Munculnya Kedua Calon Penjaga Batu Mustika Terakhir..
Berkumpulnya Keempat Calon Penjaga Batu Mustika..
Empat Penjaga Gerbang...
Empat Penjaga Gerbang (2)...
Sekar Ikutan Nge'Lounge...
Terima Kasih, Tasya...
Masa Keterpurukan Apa Masa Move On???..
Masa Keterpurukan Apa Masa Move On??? (2)..
No Woman No Cry..
Anggie Angelita Hapsari, Will You Be My....
Retaknya Hubungan Persaudaraan..
Retaknya Hubungan Persaudaraan (2)...
Suluh, Gw Dan Rangga...
Pedihnya Sebuah Rasa Kehilangan...
Pedihnya Sebuah Rasa Kehilangan (2)..
Kami Akan Menjaga Mu Suluh...
Munculnya Pengganti Rangga...
Manisnya Anggie Gw..
Pertunangan Tasya Dengan Rasya Bin Kampret..
Hilangnya Suluh...
Kekuatan Batu Mustika Gerbang Barat...
Kekuatan Batu Mustika Gerbang Barat (2)...
Binar, Sang Juru Kunci...
Ungkapan Hati Tasya...
Liburan Bareng Anggie Dan Sebuah Pengakuan...
Liburan Bareng Anggie Dan Sebuah Pengakuan (2)..
Liburan Bareng Suluh Dan Sebuah Pengakuan (3)
Pelet Si Bayang Bayang
Rampak Tantra...
Kedua Putra Yang terbuang, Rampak Tantra Dan Bimo..
Galau...
Terluka...
Tapa Brata...
Tapa Brata (2)...
Aku Kembali...
Empat Senjata Sakti...
Empat Senjata Sakti (2)...
Sebuah Permintaan Tolong..
Sebuah Permintaan Tolong (2)...
Bad Day For Love...
Sekar Kembali...
Pertarungan Tanpa Hati...
Pertarungan Tanpa Hati (2)...
Sebuah Pengakuan Dan Sebuah Kejutan, Yang...?
Sebuah Pengakuan Dan Sebuah Kejutan, Yang...? (2)
Cinta Tanpa Syarat...
Santet...
Santet (2)...
Datangnya Si Pengirim Santet...
Munculnya Ratu Kala Wanara...
Munculnya Ratu Kala Wanara (2)...
Pemberian Batu Mustika Penjaga Gerbang..
Melepas Mu...
The Last Moment With Her...
Pertempuran Terakhir...
Pertempuran Terakhir (2)...
Pertempuran Terakhir (3)...
Pertarungan Terakhir (4)...
Puncak Pertempuran Terakhir...Lenyapnya Satu Angkara Murka (Tamat, jilid satu)
Diubah oleh juraganpengki 15-10-2017 22:10
alasjurik721 dan 57 lainnya memberi reputasi
56
752.3K
1.7K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
juraganpengki
#277
Rio, Orang Pertama Yang Tahu Rahasia Gw..
Hari ini gw kembali tidak masuk sekolah.. Setelah perkelahian dengan Ramon, gw yang diantar pulang oleh Rio dan Rendy meminta Ibu buat mengabarkan Bu Septi untuk memberi izin gw yang ga bisa masuk sekolah hari ini..
Ibu sempat mengajukan banyak pertanyaan setelah melihat gw yg pulang sambil di papah Rendy dan Rio.. Gw beralasan habis terjatuh saat berlatih futsal di sekolah.. Meski ibu terlihat tidak percaya, namun pertanyaan darinya tak lagi terdengar..
Sepanjang pagi, gw menghabiskan waktu di dalam kamar bersama Sekar.. Gw menanyakan banyak hal kepada nya.. Termasuk tentang Jin bernama Kala Wisesa yang kami lawan kemarin..
Menurut Sekar, Kala Wisesa adalah sosok Jin yang berusia 500 tahun lebih.. Sedikit lebih tua darinya.. Kala Wisesa termasuk ke dalam golongan Jin Kafir yang tidak mau mengakui Allah SWT sebagai Sang Maha Perkasa..
Jika hanya melawan nya sendiri, Sekar tidak yakin akan mampu mengalahkan Kala Wisesa.. Beruntungnya ada Bayu Barata dan Tasbih Jagat Tirta yang berhasil memusnahkan Kala Wisesa..
Jam 2 siang, gw mendapat kunjungan dari Rio yang langsung menyeruak masuk ke dalam kamar gw tanpa memberi kabar sebelumnya..
“ Ceritain semua ke gw sekarang, men?” Tanya Rio sambil melemparkan Tas sekolahnya ke atas meja belajar gw..
Gw sebenarnya bingung harus mulai dari mana ceritanya.. Sesaat gw sempat melirik Sekar yang sedang berdiri di dekat jendela.. Jin wanita penjaga gw itu memang tidak keberatan jika gw menceritakan perihal dirinya kepada Rio..
Gw ambil rokok sebatang milik Rio dan menyalakannya.. Posisi gw yang pada mulanya duduk bersandar di kepala tempat tidur, mulai merubah posisi menjadi terduduk di sisi ranjang..
“Gw punya Jin Pendamping, Men” Kata gw singkat ke arah Rio..
Sepupu gw itu langsung melotot karena terkejut mendengar ucapan singkat gw.. Dengan cepat Rio pindah tempat duduk ke saamping gw..
“ Lu serius, Jin Pendamping darimana Men?” Tanya Rio dengan antusias..
Sedikit demi sedikit gw mulai melanjutkan cerita dari awal gw di ambil oleh Kolong Wewe sewaktu kecil, hingga tentang keempat batu mustika penjaga empat gerbang yang harus kami jaga..
Rio menjadi pendengar setia cerita gw.. Tanpa banyak pertanyaan, dia nampak mulai mengerti kisah perjalanan hidup gw yang tadinya merupakan seorang remaja biasa mendadak berubah drastis dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir..
“Jadi, lu kemarin melawan jin milik Ramon bersama kedua Jin Penjaga lu, Men?” Tanya Rio penasaran sewaktu gw selesai bercerita..
Gw mengangguk sekali lalu berjalan mengambil pengharum ruangan untuk menyamarkan aroma rokok yang menyengat.. Ibu suka ngomel soalnya jika Rio merokok di dalam kamar gw.. Meski kedua orang tua tahu, gw dan Rio sudah mulai merokok namun mereka hampir selalu melarang kami untuk merokok di sekitar rumah, terutama di dalam kamar..
“Pantesan, pas lu ribut sama Ramon, banyak hal aneh yang gw lihat.. Kayak lu bisa lompat ke atas sangat tinggi trus badan lu melayang beberapa saat diudara seperti sedang terikat sesuatu dan pas lu yang tadinya jatuh tapi mendarat dengan pelan di atas tanah” Tutur Rio mencoba mendeskripsikan penglihatannya saat menjadi saksi pertempuran kami melawan Kala Wisa..
“Oh iya, tadi di sekolah gw nyuruh Rendy nanyain soal kondisi Ramon” Ucap Rio..
Gw langsung menoleh ke arahnya, menunggu kelanjutan cerita Rio perihal kondisi lawan bertempur gw kemarin..
“Kata Viny sih, Ramon udah sadar dari pingsannya.. Tapi keluarganya harus menemui Psikiater, karena Ramon sering berterik tiba-tiba seperti ketakutan, dan selalu menyebut kata-kata Kala Wisa, gitu Men” Lanjut Rio lagi..
“ Itu mungkin di sebabkan oleh semacam perjanjian yang mungkin telah terikat antara pemuda bernama Ramon dengan Kala Wisa, Kang Mas” Ucap Sekar yang masih memandang keluar jendela..
“Lu lagi ngomong sama Jin Penjaga lu ya, men?” Tanya Rio dengan tiba-tiba, mungkin dia melihat gw yang sempat terdiam sambil mengangguk-anggukan kepala barusan..
Gw mengiyakan pertanyaan sepupu gw itu.. Dengan wajah penasaran dia menatap ke sekeliling sudut kamar..
“Koq gw ga ngeliat siapa-siapa di sini, yah?” Tanya Rio dengan pandangan masih menyisir kamar gw..
“Lu mau liet emng?” Tanya gw ke Rio sambil melirik ke arah Sekar, secara tidak langsung gw meminta persetujuannya..
Rio yang tadinya nampak kurang bersemangat, langsung mendekat kembali ke arah gw..
“Ucapkan mantera ini, Kang Mas.. Mataku Matamu.. Batinku Batinmu.. Wahai Sang Maha Melihat, bukalah tabir mata batin si Fulan Bin Fulan.. Inshaa Allah, mata batin orang yang kau sebutkan akan terbuka sesaat, kurang lebih beberapa menit” Kata Sekar tepat sebelum gw hendak menanyakan cara untuk membuat Rio mampu melihatnya..
“Kau harus menutup kedua mata nya dengan kedua telapak tanganmu sambil membaca mantera tadi, Kang Mas” Tambah Sekar kembali..
Gw menggangguk faham akan penuturan Sekar.. Kemudian gw menceritakan ke Rio cara agar ia bisa melihat hal gaib untuk sementara..
Kami berdua duduk berhadapan sambil bersila.. Rio sudah memejamkan kedua matanya.. Kemudian, gw letakkan kedua telapak tangan gw menutupi kedua matanya.. Mantera yang tadi Sekar ucapkan mulai gw rapalkan dalam hati..
“Mata gw panas, Men” Kata Rio tiba-tiba..
Gw tendang kakinya yang bersila, sebagai kode untuk menyuruhnya diam..
“Udah, lu coba buka mata lu sekarang” Perintah gw sambil berdiri..
Rio yang masih terduduk bersila nampak mulai membuka matanya.. Beberapa kali mata Rio berkedip-kedip, lalu ia mengucek matanya.. Sesaat Rio menatap gw dengan pandangan aneh, seperti orang yang baru kenal..
“Bening banget mata gw, men.. Kaya ga ada beleknya” Kata Rio sambil bercanda..
Gw tertawa sesaat lalu menyuruhnya untuk melemparkan pandangan ke arah jendela kamar dimana Sekar masih berdiri..
“NJIIR, cakep banget.. Itu jin penjaga lu, men?” Tanya Rio dengan pandangan tek berkedip melihat sosok Sekar..
Sekar sempat menoleh ke arah Rio dan memberinya senyuman manis..
“Subhanallah, cakep banget Ya Allah” Ucap Rio tanpa sadar..
Mulut Rio terbuka lebar di penuhi air liur yang beberapa tetesnya sudah jatuh di pangkuan nya..
“Yah, koq ilang men.. Udah selesai nih?” Tanya Rio..
“Kan gw bilang pengaruhnya cuma sementara, men.. Udah, ga usah sering-sering buka mata batin.. Ntar klo lu liet pocong didepan rumah lu kaya waktu itu, bakal kelenger lu?” Jawab gw yang langsung tertawa membayangkan kejadian saat Gw ngerjain Rio di rumahnya..
“Gw curiga, jangan-jangan pocong yang gw liet dulu, kerjaan lu ya?” Tanya Rio menyelidik..
Gw mengangguk lalu berlari keluar kamar sebelum terkena lemparan sepatu Rio.. Ibu sempat memarahi gw yang berkejaran dengan Rio di dalam rumah.. Lalu, sesudah lengan gw menerima 2 kali pukulan dari Rio yang kesal karena baru tahu soal pocong yang di lihatnya adalah hasil kerjaan gw, kami pun berpindah tempat ke depan halaman rumah gw..
Suasana sore di depan rumah gw nampak terang.. Matahari yang sudah mulai condong ke barat masih terasa sedikit panas sinarnya..
Tiba-tiba sebuah motor berhenti di depan rumah gw.. Gadis yang berboncengan di belakang dengan wajah tertutup helm mulai turun.. Gw tersenyum begitu menyadari siapa gerangan yang datang setelah wajahnya terlepas dari helm..
“Tasya..” Ucap gw perlahan..
Rio yang melihat Tasya datang, langsung masuk kedalam rumah gw dan tak lama keluar kembali dengan tas yang sudah ada di bahunya..
“Lah, lu mau kemana men?” Tanya gw heran..
“Gw ga mau ganggu lu kimpoi men, ntar gw jadi kambing conge doank.. Mending gw baik di rumah” Jawab Rio sekenanya..
Gw tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban konyol si kambing item.. Rio sempat bertegur sapa dengan Tasya, sebelum meninggalkan kami berdua..
Tasya langsung duduk di samping gw.. Lalu membuka bungkusan plastik yang tadi ia bawa..
“Ayu kemana, Yank?” Tanya nya singkat sambil mengelurkan 3 gelas jus dari dalam plastik..
“Ga tau, tadi aku keluar dari kamar bareng Rio, ibu sama Ayu udh ga ada” Jawab gw dan mengabil segelas jus yang disodorkan Tasya..
Semenjak kami jadian, Tasya memang sudah memanggil gw dengan sebutan Yank tapi gw malah agak canggung untuk membalasnya dengan sebutan yang sama..
“Kamu kenapa ga masuk, aku telpon juga ga diangkat” Kata Tasya yang kelihatannya sedikit ngambek..
“Badan aku sakit, pegel-pegel, Sya.. Hp aku kaya nya low deh.. Dari pagi aku ga buka-buka Hp” Jawabku sekena nya lalu meminum jus jeruk kembali..
“ Ohh.. Jadi lagi sakit.. Gak ngabarin aku, sih” Kata Tasya lagi..
“Lupa” Jawab gw lagi..
Tasya dengan keras menyubit pinggang gw setelah mendengar jawab asal yang gwberikan.. Gw meringis kesakitan, berusaha melepaskan cubitanTasya.. Setelah mengucap ampun berkali-kali, barulah Tasya dengan tersenyum melepaskan gw dari siksaannya..
“Yank, sepi nih di rumah” Kata gw sambil memandang wajahnya dari samping..
“Terus?” Tanya Tasya..
“Cium..” Jawab gw dengan memonyongkan bibir gw kedepan dengan kedua mata terpejam..
Bukannya ciuman yang gw dapat malah cubitan Tasya lagi yang mendarat di pinggang gw..
“Panggil aku, Yank kalo ada maunya doank.. Rasain tuh” Ucap Tasya sambil tertawa kecil..
Gw mengelus-elus pinggang yang terlihat memerah, wajah gw nampak sedikit masam..
“Besok main ke rumah aku yah, Yank” Ajak Tasya dengan merapatkan tubuhnya lebih dekat ke gw..
Gw menggeser posisi duduk sedikit menjauh darinya, tanpa menjawab pertanyaannya barusan.. Sepertinya Tasya tahu aku agak ngambek..
“Kamu kalo ngambek lucu deh, Yank.. Gemesin banget, makin ganteng” Ucap Tasya yang mulai mencoba merayu gw..
CUP.. Sebuah kecupan hangat di pipi sebelah kiri gw membuat gw terasa melayang.. Tasya yang terlihat merona langsung merangkulkan tangannya di lengan gw dan menyenderkan kepalanya yang tertutup hijab putih dengan sedikit bermotif bunga..
“Aku sayank kamu, Sya.. Mudah-mudahan rasa ini selalu indah” Ucap gw perlahan lalu mengecup atas kepala gadis yang gw cintai itu..
“Aku juga sayank kamu, Yank.. Aku akan selalu mengaminkan tiap do’a yang kamu panjatkan untuk kita” Ucap Tasya yang sudah mengarahkan wajahnya ke wajah gw..
Gw tatap mata bening milik Tasya.. Sungguh cantik gadis yang saat ini wajahnya berada di hadapan gw, hanya terpisahkan jarak sejengkal.. Perlahan, gw dekatkan wajah gw ke wajah Tasya.. Mata gadis itu langsung terpejam.. Dan sebuah kecupan hangat untuk kedua kalinya kami rasakan, namun kali ini bibir kami yang bertemu.. Kedua mata gw pun terpejam seperti Tasya.. Waktu terasa berhenti berjalan, seakan memberikan kami kesempatan untuk menikmati saat ini..
Tiba-tiba gw mendengar suara seperti orang berdehem.. Gw langsung melepaskan ciuman gw dari bibir Tasya dan menoleh ke arah sumber suara.. Gw lihat Sekar sedang berdiri sambil bersandar pada tiang penyangga rumah gw.. Sesekali, Jin Wanita itu menoleh dan menatap gw dengan tajam.. Nampaknya gw sudah melakukan kesalahan..
“Kenapa yank?” Tanya Tasya yang ikut melihat ke arah gw memandang..
“Ga ada apa2, aku tadi kayak denger suara langkah kaki orang.. Takutnya Ibu dan Ayu yang datang” Jawab gw masih sesekali melirik ke arah Sekar..
“Oh iya, besok mo ngapain ke rumah kamu?” Tanya gw ke Tasya yang memang belum menjelaskan alasannya tadi..
Sesaat Tasya meminum kembali Jus melon miliknya yang tersisa setengah..
“Papah sama Mamah aku mau kenal sama kamu” Ucap Tasya dengan polosnya..
DEG.. Jantung gw berdetak lebih cepat begitu Tasya selesai berbicara..
“Mo ngapain, Sya?” Tanya gw dengan wajah berubah cemas..
“Kamu koq kayak orang takut gitu, Yank.. Papah sama Mamah aku Cuma mau kenal aja koq.. Mereka kan tau kita pacaran” Jawab Tasya sambil sesekali tersenyum..
Gw memikirkan ucapan Tasya barusan.. Mau ngomong apa nanti gw kalau ketemu orang tuanya.. Gw kan masih SMA, masa mau di suruh kimpoi sekarang.. Mau di kasih makan apa Tasya nanti.. Gimana reaksi Ayah sama Ibu gw kalo tau anaknya di suruh tanggung jawab..
Cubitan Tasya di tangan gw menyadarkan gw dari segala pikiran jelek yang sempat bergelayutan dalam benak gw..
“Udah, ga usah bengong dan mikir macam-macam, Yank.. Orang tua aku baik koq, asik juga” Kata Tasya yang membuat pikiran jelek gw buyar seketika..
“ Ya udah, besok aku main ke rumah kamu” Jawab gw sambil menganggukan kepala dan melempar senyum ke Tasya..
Sesaat, kami berhenti berbicara karena terdengar suara orang memberi salam.. Gw lihat ibu dan Ayu yang baru datang.. Langsung gw dan Tasya memberi jarak antara posisi kami duduk..
Tasya bangkit dari duduknya dan segera menyalami ibu serta memberikan jus buah yang dibelinya untuk Ayu.. Sesaat mereka kelihatannya asyik ngobrol.. Gw mencoba berkomunikasi dengan Sekar..
“Aku telah melakukan kesalahan apa, Sekar?” Tanya gw langsung dalam hati..
“Kang Mas, jauhkan diri dari perilaku zina.. Itu merupakan dosa besar” Jawab Sekar..
“Astaghfirullah, barusan gw mencium Tasya” Ucap gw setengah menyesal akan kesalahan yang gw perbuat beberapa saat yang lalu..
“Terimakasih, Sekar.. Aku janji, tidak akan mengulanginya lagi” Jawab gw dengan jujur..
Hari ini gw kembali tidak masuk sekolah.. Setelah perkelahian dengan Ramon, gw yang diantar pulang oleh Rio dan Rendy meminta Ibu buat mengabarkan Bu Septi untuk memberi izin gw yang ga bisa masuk sekolah hari ini..
Ibu sempat mengajukan banyak pertanyaan setelah melihat gw yg pulang sambil di papah Rendy dan Rio.. Gw beralasan habis terjatuh saat berlatih futsal di sekolah.. Meski ibu terlihat tidak percaya, namun pertanyaan darinya tak lagi terdengar..
Sepanjang pagi, gw menghabiskan waktu di dalam kamar bersama Sekar.. Gw menanyakan banyak hal kepada nya.. Termasuk tentang Jin bernama Kala Wisesa yang kami lawan kemarin..
Menurut Sekar, Kala Wisesa adalah sosok Jin yang berusia 500 tahun lebih.. Sedikit lebih tua darinya.. Kala Wisesa termasuk ke dalam golongan Jin Kafir yang tidak mau mengakui Allah SWT sebagai Sang Maha Perkasa..
Jika hanya melawan nya sendiri, Sekar tidak yakin akan mampu mengalahkan Kala Wisesa.. Beruntungnya ada Bayu Barata dan Tasbih Jagat Tirta yang berhasil memusnahkan Kala Wisesa..
Jam 2 siang, gw mendapat kunjungan dari Rio yang langsung menyeruak masuk ke dalam kamar gw tanpa memberi kabar sebelumnya..
“ Ceritain semua ke gw sekarang, men?” Tanya Rio sambil melemparkan Tas sekolahnya ke atas meja belajar gw..
Gw sebenarnya bingung harus mulai dari mana ceritanya.. Sesaat gw sempat melirik Sekar yang sedang berdiri di dekat jendela.. Jin wanita penjaga gw itu memang tidak keberatan jika gw menceritakan perihal dirinya kepada Rio..
Gw ambil rokok sebatang milik Rio dan menyalakannya.. Posisi gw yang pada mulanya duduk bersandar di kepala tempat tidur, mulai merubah posisi menjadi terduduk di sisi ranjang..
“Gw punya Jin Pendamping, Men” Kata gw singkat ke arah Rio..
Sepupu gw itu langsung melotot karena terkejut mendengar ucapan singkat gw.. Dengan cepat Rio pindah tempat duduk ke saamping gw..
“ Lu serius, Jin Pendamping darimana Men?” Tanya Rio dengan antusias..
Sedikit demi sedikit gw mulai melanjutkan cerita dari awal gw di ambil oleh Kolong Wewe sewaktu kecil, hingga tentang keempat batu mustika penjaga empat gerbang yang harus kami jaga..
Rio menjadi pendengar setia cerita gw.. Tanpa banyak pertanyaan, dia nampak mulai mengerti kisah perjalanan hidup gw yang tadinya merupakan seorang remaja biasa mendadak berubah drastis dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir..
“Jadi, lu kemarin melawan jin milik Ramon bersama kedua Jin Penjaga lu, Men?” Tanya Rio penasaran sewaktu gw selesai bercerita..
Gw mengangguk sekali lalu berjalan mengambil pengharum ruangan untuk menyamarkan aroma rokok yang menyengat.. Ibu suka ngomel soalnya jika Rio merokok di dalam kamar gw.. Meski kedua orang tua tahu, gw dan Rio sudah mulai merokok namun mereka hampir selalu melarang kami untuk merokok di sekitar rumah, terutama di dalam kamar..
“Pantesan, pas lu ribut sama Ramon, banyak hal aneh yang gw lihat.. Kayak lu bisa lompat ke atas sangat tinggi trus badan lu melayang beberapa saat diudara seperti sedang terikat sesuatu dan pas lu yang tadinya jatuh tapi mendarat dengan pelan di atas tanah” Tutur Rio mencoba mendeskripsikan penglihatannya saat menjadi saksi pertempuran kami melawan Kala Wisa..
“Oh iya, tadi di sekolah gw nyuruh Rendy nanyain soal kondisi Ramon” Ucap Rio..
Gw langsung menoleh ke arahnya, menunggu kelanjutan cerita Rio perihal kondisi lawan bertempur gw kemarin..
“Kata Viny sih, Ramon udah sadar dari pingsannya.. Tapi keluarganya harus menemui Psikiater, karena Ramon sering berterik tiba-tiba seperti ketakutan, dan selalu menyebut kata-kata Kala Wisa, gitu Men” Lanjut Rio lagi..
“ Itu mungkin di sebabkan oleh semacam perjanjian yang mungkin telah terikat antara pemuda bernama Ramon dengan Kala Wisa, Kang Mas” Ucap Sekar yang masih memandang keluar jendela..
“Lu lagi ngomong sama Jin Penjaga lu ya, men?” Tanya Rio dengan tiba-tiba, mungkin dia melihat gw yang sempat terdiam sambil mengangguk-anggukan kepala barusan..
Gw mengiyakan pertanyaan sepupu gw itu.. Dengan wajah penasaran dia menatap ke sekeliling sudut kamar..
“Koq gw ga ngeliat siapa-siapa di sini, yah?” Tanya Rio dengan pandangan masih menyisir kamar gw..
“Lu mau liet emng?” Tanya gw ke Rio sambil melirik ke arah Sekar, secara tidak langsung gw meminta persetujuannya..
Rio yang tadinya nampak kurang bersemangat, langsung mendekat kembali ke arah gw..
“Ucapkan mantera ini, Kang Mas.. Mataku Matamu.. Batinku Batinmu.. Wahai Sang Maha Melihat, bukalah tabir mata batin si Fulan Bin Fulan.. Inshaa Allah, mata batin orang yang kau sebutkan akan terbuka sesaat, kurang lebih beberapa menit” Kata Sekar tepat sebelum gw hendak menanyakan cara untuk membuat Rio mampu melihatnya..
“Kau harus menutup kedua mata nya dengan kedua telapak tanganmu sambil membaca mantera tadi, Kang Mas” Tambah Sekar kembali..
Gw menggangguk faham akan penuturan Sekar.. Kemudian gw menceritakan ke Rio cara agar ia bisa melihat hal gaib untuk sementara..
Kami berdua duduk berhadapan sambil bersila.. Rio sudah memejamkan kedua matanya.. Kemudian, gw letakkan kedua telapak tangan gw menutupi kedua matanya.. Mantera yang tadi Sekar ucapkan mulai gw rapalkan dalam hati..
“Mata gw panas, Men” Kata Rio tiba-tiba..
Gw tendang kakinya yang bersila, sebagai kode untuk menyuruhnya diam..
“Udah, lu coba buka mata lu sekarang” Perintah gw sambil berdiri..
Rio yang masih terduduk bersila nampak mulai membuka matanya.. Beberapa kali mata Rio berkedip-kedip, lalu ia mengucek matanya.. Sesaat Rio menatap gw dengan pandangan aneh, seperti orang yang baru kenal..
“Bening banget mata gw, men.. Kaya ga ada beleknya” Kata Rio sambil bercanda..
Gw tertawa sesaat lalu menyuruhnya untuk melemparkan pandangan ke arah jendela kamar dimana Sekar masih berdiri..
“NJIIR, cakep banget.. Itu jin penjaga lu, men?” Tanya Rio dengan pandangan tek berkedip melihat sosok Sekar..
Sekar sempat menoleh ke arah Rio dan memberinya senyuman manis..
“Subhanallah, cakep banget Ya Allah” Ucap Rio tanpa sadar..
Mulut Rio terbuka lebar di penuhi air liur yang beberapa tetesnya sudah jatuh di pangkuan nya..
“Yah, koq ilang men.. Udah selesai nih?” Tanya Rio..
“Kan gw bilang pengaruhnya cuma sementara, men.. Udah, ga usah sering-sering buka mata batin.. Ntar klo lu liet pocong didepan rumah lu kaya waktu itu, bakal kelenger lu?” Jawab gw yang langsung tertawa membayangkan kejadian saat Gw ngerjain Rio di rumahnya..
“Gw curiga, jangan-jangan pocong yang gw liet dulu, kerjaan lu ya?” Tanya Rio menyelidik..
Gw mengangguk lalu berlari keluar kamar sebelum terkena lemparan sepatu Rio.. Ibu sempat memarahi gw yang berkejaran dengan Rio di dalam rumah.. Lalu, sesudah lengan gw menerima 2 kali pukulan dari Rio yang kesal karena baru tahu soal pocong yang di lihatnya adalah hasil kerjaan gw, kami pun berpindah tempat ke depan halaman rumah gw..
Suasana sore di depan rumah gw nampak terang.. Matahari yang sudah mulai condong ke barat masih terasa sedikit panas sinarnya..
Tiba-tiba sebuah motor berhenti di depan rumah gw.. Gadis yang berboncengan di belakang dengan wajah tertutup helm mulai turun.. Gw tersenyum begitu menyadari siapa gerangan yang datang setelah wajahnya terlepas dari helm..
“Tasya..” Ucap gw perlahan..
Rio yang melihat Tasya datang, langsung masuk kedalam rumah gw dan tak lama keluar kembali dengan tas yang sudah ada di bahunya..
“Lah, lu mau kemana men?” Tanya gw heran..
“Gw ga mau ganggu lu kimpoi men, ntar gw jadi kambing conge doank.. Mending gw baik di rumah” Jawab Rio sekenanya..
Gw tertawa terbahak-bahak mendengar jawaban konyol si kambing item.. Rio sempat bertegur sapa dengan Tasya, sebelum meninggalkan kami berdua..
Tasya langsung duduk di samping gw.. Lalu membuka bungkusan plastik yang tadi ia bawa..
“Ayu kemana, Yank?” Tanya nya singkat sambil mengelurkan 3 gelas jus dari dalam plastik..
“Ga tau, tadi aku keluar dari kamar bareng Rio, ibu sama Ayu udh ga ada” Jawab gw dan mengabil segelas jus yang disodorkan Tasya..
Semenjak kami jadian, Tasya memang sudah memanggil gw dengan sebutan Yank tapi gw malah agak canggung untuk membalasnya dengan sebutan yang sama..
“Kamu kenapa ga masuk, aku telpon juga ga diangkat” Kata Tasya yang kelihatannya sedikit ngambek..
“Badan aku sakit, pegel-pegel, Sya.. Hp aku kaya nya low deh.. Dari pagi aku ga buka-buka Hp” Jawabku sekena nya lalu meminum jus jeruk kembali..
“ Ohh.. Jadi lagi sakit.. Gak ngabarin aku, sih” Kata Tasya lagi..
“Lupa” Jawab gw lagi..
Tasya dengan keras menyubit pinggang gw setelah mendengar jawab asal yang gwberikan.. Gw meringis kesakitan, berusaha melepaskan cubitanTasya.. Setelah mengucap ampun berkali-kali, barulah Tasya dengan tersenyum melepaskan gw dari siksaannya..
“Yank, sepi nih di rumah” Kata gw sambil memandang wajahnya dari samping..
“Terus?” Tanya Tasya..
“Cium..” Jawab gw dengan memonyongkan bibir gw kedepan dengan kedua mata terpejam..
Bukannya ciuman yang gw dapat malah cubitan Tasya lagi yang mendarat di pinggang gw..
“Panggil aku, Yank kalo ada maunya doank.. Rasain tuh” Ucap Tasya sambil tertawa kecil..
Gw mengelus-elus pinggang yang terlihat memerah, wajah gw nampak sedikit masam..
“Besok main ke rumah aku yah, Yank” Ajak Tasya dengan merapatkan tubuhnya lebih dekat ke gw..
Gw menggeser posisi duduk sedikit menjauh darinya, tanpa menjawab pertanyaannya barusan.. Sepertinya Tasya tahu aku agak ngambek..
“Kamu kalo ngambek lucu deh, Yank.. Gemesin banget, makin ganteng” Ucap Tasya yang mulai mencoba merayu gw..
CUP.. Sebuah kecupan hangat di pipi sebelah kiri gw membuat gw terasa melayang.. Tasya yang terlihat merona langsung merangkulkan tangannya di lengan gw dan menyenderkan kepalanya yang tertutup hijab putih dengan sedikit bermotif bunga..
“Aku sayank kamu, Sya.. Mudah-mudahan rasa ini selalu indah” Ucap gw perlahan lalu mengecup atas kepala gadis yang gw cintai itu..
“Aku juga sayank kamu, Yank.. Aku akan selalu mengaminkan tiap do’a yang kamu panjatkan untuk kita” Ucap Tasya yang sudah mengarahkan wajahnya ke wajah gw..
Gw tatap mata bening milik Tasya.. Sungguh cantik gadis yang saat ini wajahnya berada di hadapan gw, hanya terpisahkan jarak sejengkal.. Perlahan, gw dekatkan wajah gw ke wajah Tasya.. Mata gadis itu langsung terpejam.. Dan sebuah kecupan hangat untuk kedua kalinya kami rasakan, namun kali ini bibir kami yang bertemu.. Kedua mata gw pun terpejam seperti Tasya.. Waktu terasa berhenti berjalan, seakan memberikan kami kesempatan untuk menikmati saat ini..
Tiba-tiba gw mendengar suara seperti orang berdehem.. Gw langsung melepaskan ciuman gw dari bibir Tasya dan menoleh ke arah sumber suara.. Gw lihat Sekar sedang berdiri sambil bersandar pada tiang penyangga rumah gw.. Sesekali, Jin Wanita itu menoleh dan menatap gw dengan tajam.. Nampaknya gw sudah melakukan kesalahan..
“Kenapa yank?” Tanya Tasya yang ikut melihat ke arah gw memandang..
“Ga ada apa2, aku tadi kayak denger suara langkah kaki orang.. Takutnya Ibu dan Ayu yang datang” Jawab gw masih sesekali melirik ke arah Sekar..
“Oh iya, besok mo ngapain ke rumah kamu?” Tanya gw ke Tasya yang memang belum menjelaskan alasannya tadi..
Sesaat Tasya meminum kembali Jus melon miliknya yang tersisa setengah..
“Papah sama Mamah aku mau kenal sama kamu” Ucap Tasya dengan polosnya..
DEG.. Jantung gw berdetak lebih cepat begitu Tasya selesai berbicara..
“Mo ngapain, Sya?” Tanya gw dengan wajah berubah cemas..
“Kamu koq kayak orang takut gitu, Yank.. Papah sama Mamah aku Cuma mau kenal aja koq.. Mereka kan tau kita pacaran” Jawab Tasya sambil sesekali tersenyum..
Gw memikirkan ucapan Tasya barusan.. Mau ngomong apa nanti gw kalau ketemu orang tuanya.. Gw kan masih SMA, masa mau di suruh kimpoi sekarang.. Mau di kasih makan apa Tasya nanti.. Gimana reaksi Ayah sama Ibu gw kalo tau anaknya di suruh tanggung jawab..
Cubitan Tasya di tangan gw menyadarkan gw dari segala pikiran jelek yang sempat bergelayutan dalam benak gw..
“Udah, ga usah bengong dan mikir macam-macam, Yank.. Orang tua aku baik koq, asik juga” Kata Tasya yang membuat pikiran jelek gw buyar seketika..
“ Ya udah, besok aku main ke rumah kamu” Jawab gw sambil menganggukan kepala dan melempar senyum ke Tasya..
Sesaat, kami berhenti berbicara karena terdengar suara orang memberi salam.. Gw lihat ibu dan Ayu yang baru datang.. Langsung gw dan Tasya memberi jarak antara posisi kami duduk..
Tasya bangkit dari duduknya dan segera menyalami ibu serta memberikan jus buah yang dibelinya untuk Ayu.. Sesaat mereka kelihatannya asyik ngobrol.. Gw mencoba berkomunikasi dengan Sekar..
“Aku telah melakukan kesalahan apa, Sekar?” Tanya gw langsung dalam hati..
“Kang Mas, jauhkan diri dari perilaku zina.. Itu merupakan dosa besar” Jawab Sekar..
“Astaghfirullah, barusan gw mencium Tasya” Ucap gw setengah menyesal akan kesalahan yang gw perbuat beberapa saat yang lalu..
“Terimakasih, Sekar.. Aku janji, tidak akan mengulanginya lagi” Jawab gw dengan jujur..
qthing12 dan 15 lainnya memberi reputasi
14