- Beranda
- Stories from the Heart
( Horror Story) Cerita tentang mereka yang sebenarnya ada namun tak terlihat
...
TS
hrdnty
( Horror Story) Cerita tentang mereka yang sebenarnya ada namun tak terlihat
Salam hangat untuk para warga kaskus 

Sebagai salah satu penghuni kaskus yang eksistensinya jarang tercium (?) , ane pengen menceritakan salah satu kisah yang tak biasa, jika ada yang bertanya apakah ini fiksi atau bukan , silahkan berimajinasi semampu agan sekalian . Jika memang dirasa tidak masuk akal maka silahkan anggap bahwa cerita ini hanya karangan semata dari seseorang yang baru belajar menulis.
Mohon maaf jika bahasa yang digunakan tidak sesuai dengan kehendak agan sekalian , karna harus ane akui , menulis dan merangkai kata itu bahkan lebih sulit dari menceritakannya kembali secara lisan.


Sebagai salah satu penghuni kaskus yang eksistensinya jarang tercium (?) , ane pengen menceritakan salah satu kisah yang tak biasa, jika ada yang bertanya apakah ini fiksi atau bukan , silahkan berimajinasi semampu agan sekalian . Jika memang dirasa tidak masuk akal maka silahkan anggap bahwa cerita ini hanya karangan semata dari seseorang yang baru belajar menulis.
Mohon maaf jika bahasa yang digunakan tidak sesuai dengan kehendak agan sekalian , karna harus ane akui , menulis dan merangkai kata itu bahkan lebih sulit dari menceritakannya kembali secara lisan.
Quote:
Quote:
Diubah oleh hrdnty 05-09-2017 11:30
joewan memberi reputasi
1
74.4K
238
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
hrdnty
#160
PART 15 : KESAKSIAN ORANG ITU (4)
Seseorang melambaikan tangannya ke arahku, dari jalanan yang tepat ada diseberang tempatku berdiri sekarang.
Aku menghampirinya kemudian menyalaminya sebentar. Tapi seperti yang kalian tau , bukan begitu cara yang ‘tepat’ untuk menyambut kawan lama.
“formal amat bro ..” ledeknya.
Aku tertawa menanggapi ucapannya.
“Yaa maaf deh .. habisnya gayamu udah macam parlente gini , pangling gua ..”
Dia terkekeh.
Namanya Robi, anak asli betawi , berwajah tampan namun agak sedikit cengeng. Lucu memang , apalagi kalau mengingat perawakannya yang tinggi besar itu, rasanya tidak akan ada yang percaya jika kukatakan dia adalah tipe orang yang akan menitikan air matanya hanya karena melihat film kartun doraemon.
“Jadi dimana tempat yang kemarin lu maksud ?”
Wah, pertanyaan yang terlalu cepat, tapi memang itulah tujuan utamanya. Aku menggiringnya berjalan melewati taman kota yang sudah mulai terabaikan , melihat dari pepohonan yang mulai kehilangan rindangnya , berbelok ke arah ring road dan setelah menyapa seorang polisi yang sedang berugas di pos nya , sekitar beberapa meter kemudian kami telah sampai di tempat yang ingin kami tuju. Kantor , tempat dimana aku bekerja.
“Horor ya ..”
Aku tersentak mendengar ucapannya itu , sebenarnya aku pun mengiyakannya. Hanya saja saat ini kami baru sampai di depan dan bahkan belum menjajaki satu langkah pun ke dalam , tapi dia sudah bisa menarik kesimpulan secepat itu.
“Emang apa yang lu liat?” tanyaku.
Dia menaruh telunjuknya di depan mulutku , menyuruhku untuk tidak bertanya dulu. Aku paham maksudnya itu , hanya saja aku tak suka pose ini.
Aku menepis telunjuknya , kemudian menyuruhnya untuk mengikutiku dari belakang.
Namun bunyi peluit yang tiba-tiba terdengar , menandakan kalau ada seseorang yang harus kami sapa sebelumnya.
“Wah ada Mas Faza , kapan datangnya mas kok saya ga liat?” Ucap salah seorang satpam yang cukup akrab denganku , kebetulan saat itu dia mendapat shift jaga siang hari..
“Baru aja , No ..” Jawabku.
“Oh iya kenalin ini temen gua , Robi ..”
Aku memperkenalkannya pada Robi, mereka berdua bersalaman ., cukup lama., sampai aku pun berdehem meminta mereka untuk mengakhirinya.
“Jangan sampai lah ini dua orang ini saling taksir , ngeri ..” batinku.
Bercanda.
Robi normal dan dia pun sudah punya pacar , calon bidan asli sunda, cantik lagi. Tapi berbeda hal nya dengan si Tono , dia dikenal sebagai pecinta para pria dengan postur badan sempurna, contohnya seperti Robi ini.
Yah..awalnya ku pikir itu cuma gosip , tapi sampai saat kami berjalan maju meninggalkan nya , aku masih bisa melihat dengan jelas , dari balik topi nya , ada mata yang masih menatap punggung Robi dengan fantasi liarnya.
Aku bergidik.
Mungkin inilah saat dimana aku harus mensyukuri pemberian Tuhan berupa badan kurus yang tak pernah berisi ini.
Aku membuka pintu depan yang mulai berdecit jika didorong ke dalam , saat kami sudah melewatinya , aku menutup pintu itu dengan pelan , berharap tak menimbulkan bunyi lainnya.
“Gak apa-apa nih kita masuk sekarang .. takutnya lu kena tegur lagi gara-gara bawa orang luar..”
Entah sejak kapan temanku satu ini bisa menampakan kekhawatiran semacam itu , mengingat dari kelakuannya semasa kuliah dulu yang bahkan nekat masuk ke ruang dosen , hanya untuk menyerahkan sebucket bunga untuk salah satu asisten dosen baru , yang dari penuturannya baru ia taksir 3 hari sebelumnya.
“Untung-untungan aja sih ya , kalau ketahuan sih palingan gua dipecat ..”
Dipecat .. ya .. sebenarnya tak sebegitunya juga , tapi entahlah ,aku justu malah menginginkannya. Tentunya, jika itu dibayar dengan semua jawaban atas hal aneh apa saja yang terjadi disini.
“Lu ga betah ya kerja di kantor ini ?” tanyanya.
‘Hmhh..” Aku berpikir sebentar.
“Gak juga sih , cuma ya seperti yang gua bilang sebelumnya , ‘mereka’ itu cukup menggangu ...”
Dia manggut-manggut.
Kami pun melanjutkan ‘eksplorasi’ kecil kami menyusuri setiap lantai , dimulai dari lobby yang terlihat lebih apik dan lenggang, setelah diungsikannya beberapa banner promosi yang sudah tak berlaku dari sana, dan dilanjutkan dengan menilik isi beberapa ruangan yang ada di lantai 1 hingga lantai 3, tentu kami tak dapat memasukinya , karna ini minggu dan semua ruangan yang ada disana jelas terkunci. Harus cukup puas dengan hal itu ,setelah selesai dengan lantai 3 , aku pun mengajaknya naik ke lantai selanjutnya,namun dia malah menarik tanganku untuk mundur perlahan menjauhi tangga.
“Kalau kataku sih kita jangan ke atas za .. “ bisiknya pelan.
Aku memandanginya heran. Tak sepenuhnya memang , karna aku tau persis , ada sesuatu yang ganjil di atas sana.
“Ada apa rob?”
Aku melanjutkan.
“Jangan-jangan lu takut ya ?..haha “
Aku tau persis dengan apa yang aku katakan , itu murni sindiran , tapi bukan berarti Robi akan seperti itu , hatinya memang halus ,tapi dia tidak penakut .
Namun ketegangan datang dan membuat air mukaku jelas berubah menjadi kengerian , saat mendengar apa yang ia ucapkan.
‘Iya .. gua takut ...”
FEBRUARI 2006
Biar aku rangkum , hal apa saja yang akhirnya akudapat dari penuturan Roby , salah seorang teman terbaik, yang memilih jalannya sendiri untuk tetap menjadi seorang indigo.
Bangunan itu dulunya bukanlah sebuah kantor seperti sekarang , dia memang tak bisa kembali ke masa lalu , tapi dia bisa merasakan pernah ada aktivitas yang sangat padat disana dengan iringan mesin-mesin besar yang terus berbunyi sepanjang hari.
Lantai 1
“Disini kotor” begitu katanya saat pertama kali kami memasuki kantor ini.
“Oh ya .. ? “
“Maksudnya kotor gimana coba , disini ruangan paling bagus loh .. “ ucapku layaknya seorang sales yang sedang mempromosikan dagangannya.
Dan itu benar adanya , kebersihan di lantai ini jangan ditanya lagi , bahkan saking mengkilapnya lantai tempat kami berdiri sekarang, aku yakin tak ada parasit apapun disana , termasuk amoeba bahkan bakteri sekalipun.
“Itu ...” tunjuknya pada sudut ruangan di sebelah kursi tunggu.
“Disana banyak tumpukan *maaf* pembalut yang masih berdarah-darah ..” ucapnya polos.
“ufftt ..” Aku mendadak mual mendengar perkataannya itu , kurasa tak hanya aku , siapapun yang mendengarnya pasti akan langsung membayangkan benda yang dimaksud , dan itu ... ah sudahlah..
“Lalu ada gak makhluk astral yang lu lihat disini?” tanyaku mengalihkan bahasan sebelumnya.
Robi tak langsung menjawab pertanyaanku , sebaliknya ia malah berjalan menarik tanganku menghampiri meja receptionist dan kemudian memandangiku tajam.
“Kamu kenal orang yang sering duduk disini?..”
Ah.. aku tak hanya kenal , bahkan sudah melihat salah satu dari rahasianya yang pastinya tak ingin diketahui oleh orang lain.
Aku mengangguk.
“Iya lah .. orang satu kantor ..”jawabku
“kamu tau kan kalau dia punya saudara kembar ?” tanyanya lagi sambil mengangkat 2 jarinya.
Aku melongo.
“Haahh .. kembar? ..”
Seseorang melambaikan tangannya ke arahku, dari jalanan yang tepat ada diseberang tempatku berdiri sekarang.
Aku menghampirinya kemudian menyalaminya sebentar. Tapi seperti yang kalian tau , bukan begitu cara yang ‘tepat’ untuk menyambut kawan lama.
“formal amat bro ..” ledeknya.
Aku tertawa menanggapi ucapannya.
“Yaa maaf deh .. habisnya gayamu udah macam parlente gini , pangling gua ..”
Dia terkekeh.
Namanya Robi, anak asli betawi , berwajah tampan namun agak sedikit cengeng. Lucu memang , apalagi kalau mengingat perawakannya yang tinggi besar itu, rasanya tidak akan ada yang percaya jika kukatakan dia adalah tipe orang yang akan menitikan air matanya hanya karena melihat film kartun doraemon.
“Jadi dimana tempat yang kemarin lu maksud ?”
Wah, pertanyaan yang terlalu cepat, tapi memang itulah tujuan utamanya. Aku menggiringnya berjalan melewati taman kota yang sudah mulai terabaikan , melihat dari pepohonan yang mulai kehilangan rindangnya , berbelok ke arah ring road dan setelah menyapa seorang polisi yang sedang berugas di pos nya , sekitar beberapa meter kemudian kami telah sampai di tempat yang ingin kami tuju. Kantor , tempat dimana aku bekerja.
“Horor ya ..”
Aku tersentak mendengar ucapannya itu , sebenarnya aku pun mengiyakannya. Hanya saja saat ini kami baru sampai di depan dan bahkan belum menjajaki satu langkah pun ke dalam , tapi dia sudah bisa menarik kesimpulan secepat itu.
“Emang apa yang lu liat?” tanyaku.
Dia menaruh telunjuknya di depan mulutku , menyuruhku untuk tidak bertanya dulu. Aku paham maksudnya itu , hanya saja aku tak suka pose ini.
Aku menepis telunjuknya , kemudian menyuruhnya untuk mengikutiku dari belakang.
Namun bunyi peluit yang tiba-tiba terdengar , menandakan kalau ada seseorang yang harus kami sapa sebelumnya.
“Wah ada Mas Faza , kapan datangnya mas kok saya ga liat?” Ucap salah seorang satpam yang cukup akrab denganku , kebetulan saat itu dia mendapat shift jaga siang hari..
“Baru aja , No ..” Jawabku.
“Oh iya kenalin ini temen gua , Robi ..”
Aku memperkenalkannya pada Robi, mereka berdua bersalaman ., cukup lama., sampai aku pun berdehem meminta mereka untuk mengakhirinya.
“Jangan sampai lah ini dua orang ini saling taksir , ngeri ..” batinku.
Bercanda.
Robi normal dan dia pun sudah punya pacar , calon bidan asli sunda, cantik lagi. Tapi berbeda hal nya dengan si Tono , dia dikenal sebagai pecinta para pria dengan postur badan sempurna, contohnya seperti Robi ini.
Yah..awalnya ku pikir itu cuma gosip , tapi sampai saat kami berjalan maju meninggalkan nya , aku masih bisa melihat dengan jelas , dari balik topi nya , ada mata yang masih menatap punggung Robi dengan fantasi liarnya.
Aku bergidik.
Mungkin inilah saat dimana aku harus mensyukuri pemberian Tuhan berupa badan kurus yang tak pernah berisi ini.
Aku membuka pintu depan yang mulai berdecit jika didorong ke dalam , saat kami sudah melewatinya , aku menutup pintu itu dengan pelan , berharap tak menimbulkan bunyi lainnya.
“Gak apa-apa nih kita masuk sekarang .. takutnya lu kena tegur lagi gara-gara bawa orang luar..”
Entah sejak kapan temanku satu ini bisa menampakan kekhawatiran semacam itu , mengingat dari kelakuannya semasa kuliah dulu yang bahkan nekat masuk ke ruang dosen , hanya untuk menyerahkan sebucket bunga untuk salah satu asisten dosen baru , yang dari penuturannya baru ia taksir 3 hari sebelumnya.
“Untung-untungan aja sih ya , kalau ketahuan sih palingan gua dipecat ..”
Dipecat .. ya .. sebenarnya tak sebegitunya juga , tapi entahlah ,aku justu malah menginginkannya. Tentunya, jika itu dibayar dengan semua jawaban atas hal aneh apa saja yang terjadi disini.
“Lu ga betah ya kerja di kantor ini ?” tanyanya.
‘Hmhh..” Aku berpikir sebentar.
“Gak juga sih , cuma ya seperti yang gua bilang sebelumnya , ‘mereka’ itu cukup menggangu ...”
Dia manggut-manggut.
Kami pun melanjutkan ‘eksplorasi’ kecil kami menyusuri setiap lantai , dimulai dari lobby yang terlihat lebih apik dan lenggang, setelah diungsikannya beberapa banner promosi yang sudah tak berlaku dari sana, dan dilanjutkan dengan menilik isi beberapa ruangan yang ada di lantai 1 hingga lantai 3, tentu kami tak dapat memasukinya , karna ini minggu dan semua ruangan yang ada disana jelas terkunci. Harus cukup puas dengan hal itu ,setelah selesai dengan lantai 3 , aku pun mengajaknya naik ke lantai selanjutnya,namun dia malah menarik tanganku untuk mundur perlahan menjauhi tangga.
“Kalau kataku sih kita jangan ke atas za .. “ bisiknya pelan.
Aku memandanginya heran. Tak sepenuhnya memang , karna aku tau persis , ada sesuatu yang ganjil di atas sana.
“Ada apa rob?”
Aku melanjutkan.
“Jangan-jangan lu takut ya ?..haha “
Aku tau persis dengan apa yang aku katakan , itu murni sindiran , tapi bukan berarti Robi akan seperti itu , hatinya memang halus ,tapi dia tidak penakut .
Namun ketegangan datang dan membuat air mukaku jelas berubah menjadi kengerian , saat mendengar apa yang ia ucapkan.
‘Iya .. gua takut ...”
FEBRUARI 2006
Biar aku rangkum , hal apa saja yang akhirnya akudapat dari penuturan Roby , salah seorang teman terbaik, yang memilih jalannya sendiri untuk tetap menjadi seorang indigo.
Bangunan itu dulunya bukanlah sebuah kantor seperti sekarang , dia memang tak bisa kembali ke masa lalu , tapi dia bisa merasakan pernah ada aktivitas yang sangat padat disana dengan iringan mesin-mesin besar yang terus berbunyi sepanjang hari.
Lantai 1
“Disini kotor” begitu katanya saat pertama kali kami memasuki kantor ini.
“Oh ya .. ? “
“Maksudnya kotor gimana coba , disini ruangan paling bagus loh .. “ ucapku layaknya seorang sales yang sedang mempromosikan dagangannya.
Dan itu benar adanya , kebersihan di lantai ini jangan ditanya lagi , bahkan saking mengkilapnya lantai tempat kami berdiri sekarang, aku yakin tak ada parasit apapun disana , termasuk amoeba bahkan bakteri sekalipun.
“Itu ...” tunjuknya pada sudut ruangan di sebelah kursi tunggu.
“Disana banyak tumpukan *maaf* pembalut yang masih berdarah-darah ..” ucapnya polos.
“ufftt ..” Aku mendadak mual mendengar perkataannya itu , kurasa tak hanya aku , siapapun yang mendengarnya pasti akan langsung membayangkan benda yang dimaksud , dan itu ... ah sudahlah..
“Lalu ada gak makhluk astral yang lu lihat disini?” tanyaku mengalihkan bahasan sebelumnya.
Robi tak langsung menjawab pertanyaanku , sebaliknya ia malah berjalan menarik tanganku menghampiri meja receptionist dan kemudian memandangiku tajam.
“Kamu kenal orang yang sering duduk disini?..”
Ah.. aku tak hanya kenal , bahkan sudah melihat salah satu dari rahasianya yang pastinya tak ingin diketahui oleh orang lain.
Aku mengangguk.
“Iya lah .. orang satu kantor ..”jawabku
“kamu tau kan kalau dia punya saudara kembar ?” tanyanya lagi sambil mengangkat 2 jarinya.
Aku melongo.
“Haahh .. kembar? ..”
Diubah oleh hrdnty 05-09-2017 11:19
0