Kaskus

Story

angela.aghastyaAvatar border
TS
angela.aghastya
Ketidak Normalan Ku
Part 1 : Panggil saja Acel

Ku amati bayangan di depanku dari jendela kelas, samar-samar terlihat anak club basket sedang bermain basket di depanku. Aku memang lebih tertarik melihat anak laki-laki memperebutkan bola dari pada anak perempuan yang sibuk memikirkan dandanan mereka.

Namaku Angela Aghastya, panggil saja Acel. Aku memang sedikit tomboy kala itu. Aku punya pacar laki-laki saat aku kelas 2 SMA di sekolah kejuruan di Jakarta. Setelah 6 bulan kami berpacaran, aku memutuskan hubungan karna pacarku terlalu "lembek" pikir ku.

Saat libur sekolah kenaikan kelas 3 SMA, aku berlibur ke rumah kakak Ke 2 ku di Bandung. Disana aku bertemu dengan adik teman kakak ku, namanya Sherly.
Sherly kuliah di australia dan sedang berlibur sama sepertiku. Kami menghabiskan waktu berdua mengobrol dan bercanda. Aku senang sekali berteman dengan Sherly. Selain ia baik, ia juga pintar.

Tak terasa sudah seminggu kami berteman, hampir setiap hari Sherly menginap di rumah kakak ku. Waktu sudah menunjukan pukul 11 malam. Badanku mulai lelah dan mataku mengantuk. Aku memeluk guling membelakangi Sherly,

"Cel, punya pacar ga?"
"Pernah punya, tapi udah ga, kalo sherly?" jawabku dengan mata berair hasil menguap
"Pernah punya juga"

Mataku terpejam sedikit demi sedikit. Badanku terasa ada yang memeluk dari belakang dengan erat dan makin erat. Seketika mataku terbuka lebar yang tadinya berat seperti ada batu dikelopaknya. Dadaku bergebu-gebu seperti jantungnya mau keluar dari tempatnya. Aku tak berani bergerak sedikit pun dan tak berani bicara sepatah katapun. Aku takut. Sampai ku sadari sudah berganti hari dan pelukan itu terlepas dengan sendirinya dan aku tertidur.

Pagi itu, matahari sudah menerangi rerumputan yang tertutup embun. Aku melihat sosok gadis berambut ikal duduk menyerong di bangku teras depan rumah. Mukanya samar tertutup rambut panjangnya yang tertiup angin dengan kulit sawo matang. Ya, itu Sherly.

Aku ingin sekali punya kulit agak gelap dari kulit asliku, karena mama keturunan belanda dan papa manado sepertinya mustahil. Sherly yang sadar aku sedang melihatnya, menyapa dan mengajak duduk disampingnya.

"Cel, sini duduk sama aku"
"Eh..."
Aku menghampirinya dan duduk di sampingnya

"Semalem acel bobo ya? Aku kan lagi cerita"
"hehe..." pasti wajah ku berubah menjadi aneh karena heran

Apa Sherly ketiduran dan tidak sadar ia memeluk ku erat semalam? Apa aku saja yang terlalu berlebih karena tidak pernah di peluk sesama teman wanita? Apa aku saja yang merasa gugup dan takut saat dipeluk erat oleh teman wanita?
Ah, anggap saja memang hanya aku yang terlalu berlebihan.

____________________________________________

Prolog

Oh, ya aku lupa memperkenalkan diri. Panggil saja Acel. Aku wanita dan usiaku saat ini masih belum di bilang tua. Ah, nanti kalian akan kenal aku seiring banyaknya Part di Thread ku ini.

Mohon maaf Thread ini masih sangat banyak kekurangan. Maklum baru pertama kali menjadi "Penulis" setelah sekian lama menjadi Silent Reader. Inipun terpaksa membuat ID karena tertarik ingin membagi sedikit perjalanan hidupku. Aku tau kalian sudah cukup bijak membedakan yang baik dan buruk dari Thread ini.

Mohon maaf sekali lagi. Dengan tidak bermaksud menyinggung apalagi menyudutkan salah satu pihak ataupun golongan. Jika dari kalian mengenal aku atau tokoh-tokoh dalam cerita ini. Mohon untuk tidak saling mengusik. Biarkan kami bahagia dengan jalan hidup masing-masing.
Terimakasih sebelumnya.

Part 2 : Sherly ke Jakarta
Part 3 : Pengakuan Sherly
Part 4 : Patah Hati
Part 5 : Hidup Baru
Part 6 : Tatto Pertama
Part 7 : Olive
Part 8 : Mulai Nyaman dengan Olive
Part 9 : Renda Ungu
Part 10 : Patah Hati 2
Part 11 : Penjelasan Olive
Part 12 : Ketulusan Mas Jerry
Part 13 : Pertama Kali Kerja
Part 14 : Paling Ku Takuti
Part 15 : Iqbal
Part 16 : Lumba-lumba
Part 17 : Lumba-lumba 2
Part 18 : Pertama
Part 19 : Langit Ke Tujuh
Part 20 : Menarik

Stay tuned ❤
Diubah oleh angela.aghastya 31-05-2018 22:47
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
15.7K
97
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52.1KAnggota
Tampilkan semua post
angela.aghastyaAvatar border
TS
angela.aghastya
#65
Part 14 : Paling Ku Takuti
Meja makan malam ini seperti memang disiapkan untuk acara "resmi". Aku mulai fokus ke menu usus kentang balado kesukaanku. Adanya menu kesukaan ku malah membuat aku semakin gugup. Masih dengan suasana kaku dan tegang menyelimutin meja makan yang biasanya tempat adu bully antar kakak-beradik. Papa duduk di ujung meja. Sebelah kanan Papa ada Mama dan Alea. Sebelah kiri Papa ada aku dan Bang Ozy. Mama membantu mengambilkan nasi dan laukku. Aku mulai sibuk menuangkan air putih sebelum memulai makan. Aku sudah terbiasa makan dan minum secara bergantian.

Bang Ozy terlihat melirik-lirik ke arahku. Aku mulai tak nyaman dengan tatapannya. Ada yang tak beres, batinku. Aku memulai percakapan karena sudah mulai gerah dengan "dingin"nya meja makan ini.

"Kaku banget nih kek di acara jamuan makan malem kerajaan" sambil mengaduk-aduk nasi dan bumbu baladoku.
"Makan yang banyak Cel, tuh muka Papa udah tegang haha... " Bang Ozy tertawa dengan diakhiri nyegir kuda. Percakapan kami hanya sampai disitu karena Papa hanya melirik sinis kearah ku dan Bang Ozy. Tak berhasil ternyata membuat suasana menjadi santai.

Kami sekeluarga menghabiskan makanan kami dengan "serius" tanpa percakapan apapun. Hanya ada bunyi gesekan antara piring dengan garpu sendok. Dan suara menelan air sekali-kali dari tenggorokanku.
Selesai "acara" makan malam keluarga yang super kaku ini. Akhirnya Papa membuka satu kata dua patah kata untuk memulai "meeting"nya.

"Sebelumnya Papa mohon maaf sudah membuat malam ini tidak seperti biasanya. Maaf mengganggu aktifitas anak-anak Papa juga. Papa cuma mau memberitahukan kalau anak Papa yang paling Kecil sudah beranjak dewasa"

Huh... Aman, batinku. Ternyata masalah Alea. Keteganganku mulai pudar. Pandangan semeja makan mulai tertuju ke arah Alea. Sontak Alea langsung memasang wajah tegang. Lirik ke arah aku dan Bang Ozy. Aku malah mengikutinya. Papa mulai menjelaskan duduk permasalahannya.

"Papa tau anak papa sudah mulai menapaki kedewasaan. Sudah sedikit banyak yang dilalui dan dirasakan. Sudah bisa memilah-milih mana yang baik dan buruk. Tapi selama kalian belum menikah dan keluar dari rumah ini. Tanggung jawab kalian masih di tangan Papa dan Mama"
Papa menyilangkan lengan tangannya di atas meja. Dengan tampang gantengnya yang lagi serius. Aku yakin, nasehat ini bukan hanya untuk Alea. Tetapi untukku juga.

Oya, aku akan bercerita sedikit terlebih dahulu sebelum perkataan Papa aku lanjutkan. Kami (Bang Ozy, Kak Aucy, aku dan Alea) lebih sering menghabiskan waktu bermain dirumah. Selain karena kami empat bersaudara dan bisa bermain bersama, Mama lebih suka kami yang mengajak teman-teman main ke rumah daripada kami yang main diluar rumah. Mama mengajarkan "terbuka" kepada anak-anaknya. Sejak kecil saat kami makan bersama pasti kami diberikan waktu 5 menit setiap orangnya untuk bercerita kegiatan masing-masing. Sampai sekarangpun jika bukan "aib" akan kami ceritakan satu sama lain.

Dampaknya memang sangat terasa setelah kami besar. Tanpa di tanyapun kami akan sendirinya mengumumkan kegiatan kami. Sampai setiap kali PDKT atau pacaran. Kami selalu membawanya kerumah dan memperkenalkan ke keluarga. Itu berlaku juga dengan ku. Sherly dan Olive sudah ku bawa kerumah. Walaupun keluargaku hanya tau aku dan mereka hanya berteman.
Oke, kita lanjutkan perkataan Papa.

"Alea, Papa tau kamu sudah kuliah. Kamu pasti punya cita-cita dan impian. Masa depan kamu masih panjang. Ketahuilah, tuhan mu lebih penting dari apapun. Karena Allah SWT yang telah memberikan dan mempermudah semuanya untukmu. Papa dan Mama selalu mengajarkan perbaiki pelajaran agamamu lebih dulu sebelum kau belajar yang lain"

Aku dan Bang Ozy saling bertatapan. Bola mata kami seakan mau keluar.
Aku mulai sedikit paham. Mungkin Papa dan Mama sudah tau kalau Doni penganut Hindu dan jelas tidak se"paham" dengan keluarga kami. Doni lahir dan besar di Bali. Saat kuliah dan bekerja ia merantau ke Jakarta. Mungkin karena itu Papa dan Mama khawatir jika Alea yang penurut akan terpengaruh oleh Doni. Alea anak manja yang terlalu dekat dengan Papanya. Tidak pernah aku lihat ia melawan Papanya. Tapi malam ini lain.

"Pa, Alea udah gede. Gak usah di omongin bareng-bareng gini. Ngomong aja sama Lea langsung"
Alea sudah mulai tak bersahabat.
"Lea, Papa cuma gak mau kamu terpengaruh nak, dengan lelaki itu. Jangan sampai kamu murtad nak"
Papa mulai emosi. Aku, Abang dan Mama semakin cemas.
"Pa, Alea udah gede dan gak mau diatur-atur"
"Le! "
Abang mulai bersuara agar Alea tidak kelewat batas.
"Papa gak mau kamu berhubungan lagi dengan lelaki itu!"
Wajah Papa mulai memerah.
"Pa! Alea tetep mau sama Doni!"
"Tinggalin lelaki itu atau kamu yang keluar dari sini! "
"Papa, ngusir aku? Aku tetep akan pilih Doni"
Alea mulai membentak dan matanya melotot tanda marah.

Aku tak terima adik kecil ku yang penurut itu bisa lebih memilih pacarnya dari pada keluarganya.

"Le, yang sopan! Papa gak pernah ngajarin yang gak enggak! "
Tujuanku hanya menengahkan.
"Diem ya lo, Papa juga ga pernah ngajarin lo jadi lesbi! Urusin aja pacar-pacar cewe lo! Gak usah urusin gue! "
Dengan nada yang lebih keras lagi dan menunjuk kearahku.
Sontak Mama berdiri ke arah Alea dan menamparnya. Mungkin Mama tak terima anak kesayanganya mendapat imbas pertengkaran Alea. Aku hanya sedikit kaget, tak menyangka Alea akan buka suara saat keadaan seperti ini.

"Alea, itu kakak kamu! Jangan sembarangan kalo ngomong"
Aku tak pernah melihat Mama semarah itu. Kami dari kecil tak pernah di pukul oleh Mama. Mama bagai malaikat bagiku. Tapi malam ini tak seperti biasanya. Mama membelaku sampai tangannya gemetar dan wajahnya merah.
"Gak adil, semuanya gak pernah adil ke gue! "
Alea pasti kaget Mama berani menamparnya. Ia terdiam beberapa saat. Air matanya menetes dipipinya. Ia berdiri dan meninggalkan meja makan tanpa pamit menuju kamarnya.

Aku hanya menunduk. Perasaanku campur aduk. Ini adalah moment yang paling aku takutkan dalam hidupku setelah bertemu Sherly. Aku takut Papa dan Mama tau penyimpanganku. Aku ingin marah sekali dengan Alea. Tapi aku mau berlutut dihadapan Mama dan Papa untuk meminta maaf secara bersamaan pula, aku ingin hilang dengan sekejap dari muka bumi ini.
Bang Ozy tanpa berkata apapun berusaha menenangkanku. Mengelus rambut dan punggungku. Rasanya ingin sekali aku memeluknya dan menangis. Tapi ku tahan sekuat tenaga. Aku tak mau di remehkan. Suatu saat, cepat atau lambat mereka akan tau siapa "aku" sebenarnya.
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.