Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

londo.046Avatar border
TS
londo.046
Dan Bernyanyilah
Quote:


Quote:


Quote:

Manusia adalah makhluk paling bebas. Kita, (manusia) dianugerahi akal, pikiran, nafsu, indera dan semua yang melengkapinya untuk menjadi bebas. Bolehkah manusia membunuh? Boleh. Bolehkah manusia jadi jahat? Silahkan. Bahkan Tuhan pun "membiarkan" pembunuhan antar sesama manusia. Tapi, setiap tindakan pasti ada konsekuensinya. Kamu membunuh, ya siap-siap saja menerima akibatnya. Alam tidak akan membiarkan mu. Karena akalnya, manusia pun tidak membiarkan pembunuhan terjadi begitu saja.

Lahirlah hukum, aturan yang mengatur hubungan antar manusia. Tapi namanya manusia, yang secara lahiriah adalah makhluk paling bebas, hukum dan aturan itu pun disikat, dilanggar, dicari celahnya. Apa tujuannya? Ya untuk mencari kebebasan itu tadi. Menuruti nafsu alamiahnya. Jika nafsu alamiah itu tidak dikendalikan oleh manusia itu sendiri, maka nilai manusia tidak ada bedanya dengan nilai binatang. Tau ya, binatang? Mau apa saja, sah! Anjing membunuh, tidak akan dipenjara. Di sinilah, nilai manusia ditentukan. Semakin bisa menahan nafsu, semakin bisa menggunakan akalnya, maka dia akan semakin "manusia".

Bagaimana tetap menjadi bebas, tetap bisa menyalurkan kebebasan, dan naluriah tadi dengan baik, sehingga nafsu terpenuhi, tapi tidak mengganggu orang lain? Gampang, jangan pernah sakit hati, jangan pernah membenci, jangan merasa sedih. Orang bunuh orang, apa alasannya? Pasti karena jengkel, dan tidak ingin melihat muka orang yang dibenci. Bagaimana kalo rasa benci itu dinihilkan. Apapun perbuatan yang tidak kita sukai dan dilakukan oleh orang lain kepada kita, kita anggap nol. Bahagia kan? Plong kan? Jelas, wong tidak merasa disakiti.

Dibohongi, ya sudah. Anggap kita sedang membahagiakan mereka. Mungkin, cara dia bahagia adalah dengan bohong. Duit kita ilang karena kebohongan itu, ya biar. Toh, kita lahir juga telanjang tidak memakai apa-apa, lalu apanya yang diambil dari kita? Yang diambil itu punyanya Tuhan. Gimana kalo itu kehendak Tuhan, yang mengambil lewat cara itu? Mau protes? Siapa kamu? Cukup dibatin sambil tertawa, dan bilang "Kakek ane, Han Tuhan. Coro ne Njenengan gojekan ki lho kok asik nemen, meneh mbokan, ben aku strong"Itu salah satu contohnya.

Last. Tulisan ini tidak menarik, dan aku cuma berharap, tulisan ini dibaca saja, tidak usah direnungkan terlalu dalam. Bebaskan pikiran mu, jangan jadi bodoh dengan sedih dan air mata. Dan Bernyayilah niscaya kamu akan bahagia.
awaslagibeol16
imamarbai
JabLai cOY
JabLai cOY dan 10 lainnya memberi reputasi
11
704.5K
1.5K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Tampilkan semua post
londo.046Avatar border
TS
londo.046
#177
4. Hilang
Fyuh. Setelah berjalan kurang lebih 20menit akhirnya aku sampai di kamar kos ku. Capek sih, tapi aku senang bisa sekolah lagi. Baru aku sadar, bahwa sekolah tidak hanya bayar SPP, dan uang gedung. Saat MOS, aku sudah harus keluar uang untuk membeli alat-alat yang diperlukan. Pengalaman dari teman ku di rumah singgah, MOS itu ribet sekali. Dia bukan anak SMA G, tapi aku kira dimanapun MOS itu sama saja. Waktu SMP, MOS emang tidak ribet. Mungkin pertimbangan sekolah, lulusan SD masih bocah, jadi tidak mungkin diberikan beban yang terlalu berat. Hmmm. Pusing juga kalo MOS kali ini butuh dana besar. Mau ngemis lagi? Berharap belas kasihan lagi? Tidak! Mereka (teman-teman ku) sudah terlalu sering aku repotkan.

Belum selesai pikiran MOS, aku teringat jika nanti dapat seragam, maka yang aku dapat adalah kain mentah. Bukan berupa seragam yang sudah jadi. Paling tidak ada 3 stel baju dan celana, yang artinya ada masing-masing 3 potong baju dan 3 potong celana. Jahit di mana, dan berapa biayanya, benar-benar membuat aku takut. Otak ku terus bekerja, gimana cara agar aku bisa menutup semua itu, tanpa merepotkan teman-teman ku. Waktu ku tidak banyak, praktis hanya ada kurang lebih 5 hari lagi sebelum daftar ulang, dan pembagian seragam serta atribut lainnya. Aku harus punya uang, jalan halal satu-satunya adalah aku harus bekerja! Ya, benar, tidak ada waktu lagi buat aku santai-santai apalagi tiduran di kosan.

Aku ganti seragam dengan kaos lusuh (emang aku punya kaos ga lusuh?) Ambil karung, ambil besi sebagai alat memilah sampah, saatnya bekerja. Jalanan aku susuri, tempat pembuangan akhir jadi ladang rejeki ku, dan pengupul rosokan adalah secercah harapan buat aku. Capek, karena jalan. Lapar karena belum makan, sama sekali tidak aku hiraukan. Aku punya kewajiban yang harus aku selesaikan. Aku harus kerja keras dan kerja cerdas agar kebutuhan ku bisa tertutup. Bersama dengan rekan-rekan seprofesi, aku mengorek tumpukan sampah berharap menemukan sesuatu yang masih ada nilainya. Jadi jika ada ankdot "rejeki ku dari sampah mu" itu tidak selamanya salah. Apalagi jika yang ngomong seperti itu adalah pemulung seperti ku. Bahkan para juragan pengepul rosok itu pun rejekunya juga dari sampah.

Matahari mulai turun, itu artinya hari sudah beranjak sore. Hasil yang aku dapat banyak, sampai karung ku penuh. Dengan penuh semangat, aku langkahkan kaki ku menuju tempat pengepul rosokan. Di sana, aku mulai memilah satu per satu. Ada plastik, kertas, besi, alumunium, dan marga. Setiap item, memiliki harga yang berbeda. Yang paling mahal, dan berasa menemukan emas adalah ketika menemukan kabel yang masih ada serat-serat di dalamnya. Wah, nemu itu seperempat kilo saja, rasanya sudah luar biasa. Harganya sangat mahal, tentu ukuran yang aku pakai bagi tukang rosok. Kalo untuk kalian anak borjuis, tidak akan cukup meski hanya untuk jajan baso berdua sama pacar mu. Yang paling murah ya marga. Marga itu sampah yang sebenarnya. Mulai dari kotak bekas nasi, bungkus snack anak-anak dan yang sejenis. Harga perkilonya paling dapat rokok 2 batang.

Hari ini, rejeki ku lumayan bagus. Dapatlah beberapa lembar lima ribuan. Aku berjalan kembali ke kosan. Sebelumnya aku mampir ke sebuah warung langganan, beli nasi, tahu dan sebatang senior. Aku ga boleh boros. Tapi untuk rokok, hukumnya wajib buat aku. Persetan dengan pakar kesehatan. Rokok, sama sekali tidak ada korelasinya dengan sakit. Orang sakit ga akan merokok, hanya mereka yang sehatlah yang akan merokok dan butuh rokok. Aku ingin sehat, itulah alasan kenapa aku merokok. Semacam pembenaran dan tidak masuk akal? Ya itu pendapat kalian. Pendapat ku tidak. Dengan rokok, aku bisa berfikir. Dengan rokok aku punya teman. Dan dengan rokok, aku tau ada mahakarya yang pernah tercipta di dunia. Saat semua kesemrawutan hidup ku bisa aku lewati dengan merenung sambil menghisap dalam-dalam rokok yang menenangkan ini. jika kamu mengatakan rokok adalah pembunuh, maka motor tidak kalah dari rokok dalam membunuh orang. Tidak percaya? Mari share data, berapa orang mati karena rokok, dan berapa orang mati karena kecelakaan lalu lintas. Hanya orang yang tidak tau menikmati rokok yang mati karena rokok. Kalian tanya gimana cara menikmati rokok? Sebaiknya kalian tidak merokok.

Sampai rumah aku taruh uang hasil kerja ku hari ini di dalam lemari usang, di bawah tumpukan baju dan celana ku. Sebelum makan, aku putuskan untuk madi. Dan Viola! Selesai mandi, bungkusan yang cuma berisi nasi putih dan tahu goreng, sudah tidak ada di tempatnya. Hanya sebatang rokok yang tersisa di sana. Padahal jelas, aku ingat nasi itu ada di atas meja, bersebelahan dengan rokok dan botol berisi air minum. Aku cuma tersenyum, karena sekelebat pikiran ku tau siapa pelakunya. Sudahlah, mungkin hari ini aku ditakdirkan untuk tidak makan. Nikmati apa yang ada. Toh, duit yang aku simpan di dalam lemari, masih ada di posisinya. Lagi dan lagi, Tuhan mengajak aku bercanda. Aku bisa saja menggunakan uang yang ada di dalam sana untuk membeli makan, tapi aku ingat, kebutuhanku banyak. Ya sudah, dibuat santai sambil tertawa, tidak perlu emosi apalagi marah-marah. Tidak akan ada gunanya. Lebih baik, aku udut saja sebatang rokok yang ada di atas meja.

Kepulan asap memenuhi sudut kamar kosan ku. Segar. Meski perut mulai menagih untuk di isi, aku mencoba untuk menahan. Belum ada rejeki, begitu kataku dalam hati. Orang sukses pasti harus melewati fase priharin dulu. Begitu aku bergumam dan memberi semangat pada diri ku sendiri. Tidak terasa satu batang rokok pun habis aku hisap. Efek lapar dan badan capek, tau-tau aku tertidur. Aku terbangun ketika matahari sudah mulai bersinar dengan ganas. Lho ga sholat dong? Iya, aku memang tidak sholat. Bahkan aku meragukan, apakah aku sudah bisa sholat? Ketika selesai Sholat aku masih bermaksiat. Tapi itu bukan alasan untuk tidak melakukan Sholat. Juga bukan alasan untuk memaksa ku untuk Sholat dan menghakimi ku tidak beragama. Karena Tuhan, tidak pernah menghakimi di dunia! Heran deh dengan orang yang bertindak seolah dia Tuhan yang tau baik buruk, benar salah, kafir non kafir cuma dari "membaca" dengan mata dan otak. Tanpa membaca dengan hati. Sudahlah tidak perlu diperpanjang, terlalu riskan dan aku juga malas berhubungan dengan laskar pentung, bukan karena takut ya. Bos nya aja banci, apalagi laskarnya. Sama Polisi kok takutnya setengah mati, gimana kalo ketemu Izrail atau Malik?

Baru saja ku buka pintu, "kakek ane, nom-noman yahene gek tangi. Ngocok koe mesti yo? Ngoahahahahaha." Demi apa pagi-pagi aku sudah kedatangan boyo setan. "Asu koe ki ndo, kesel ndo." Jawab ku singkat. "Taek, doyan sego ayam ga pret? Kae lho aku mau bar jajan karo Singa, mau ne bungkuske Deasy, tapi bocahe wes mangan je." Cacing dalam perut ku seolah berteriak bersama-sama. Ah, akhirnya ada asupan makanan di pagi yang cerah ini. "Yo doyan lah ndo, iso nggo sarapan hehehehe" entah kenapa aku cuma mengiyakan. Biasanya, aku selalu bertanya dari mana makanan ini. Yah aku emang punya prinsip untuk tidak minta-minta selagi aku bisa sendiri. "Nyoh." Dia menyerahkan plastik kresek item. "Lho koe mau berarti bar metu karo Singa tha?" Tanya gw. "Iyo, ki posisi neng Deasy Pret, biasa bahas MOS. Wes ya tak moleh sek, pek adus aku." Datang cuma antar nasi dia. "Yo ah, pliket tur mambu kok, hahahahaha." Cengin lah. "Wasyuuu, ngoahahahahhaaa sek Pret yaaa." Udah siap di atas satrianya. "OK ndo, makasih."

Bungkusan itu masih ada dalam gengaman ku. Hahh. Lagi-lagi becandaan Tuhan emang asik. Tahu diganti ayam, dan sekelas Londo, kalo jajan pasti bukan di tempat murahan. Nasinya pasti enak dan pulen. Apapun itu, "Ya Tuhan, lanjut yo gojekannya." Nasi ayam itu pun tatas dalam waktu yang tidak terlalu lama. Lapar dari kemarin seolah hilang dan berganti dengan perut penuh makanan. Sebuah sendawa mengakhiri nikmatnya sarapan ala orang tajir pagi ini. Tapi nikmat itu tidak akan sempurna tanpa kepulan asap dari racikan para maestro. Tanpa ragu aku langkahkan kaki ke warung kelontong yang ada di dekat kosan. Membeli sebatas senior untuk kemudian aku nikmati sambil mendengar merdu suara alam. Lalu, kamu masih mau bilang hidup ini tidak adil? Atau justru, Tuhan itu terlampau adil dan sangat baik kepada kamu?

Aku hanya tersenyum membayangkan apa yang aku alami kemarin sampai dengan hari ini. Mulai dari dapat rejeki lumayan dari jadi pemulung, sampai nasi yang cuma berisi tahu "hilang" secara misterius. Jika aku mikir hanya pake otak, pasti aku akan marah besar. Gimana tidak, seharian aku kerja, belum makan, udah siap makan, malah ilang nasinya. Bisa-bisa malah membunuh orang, jika mikir pake otak saja. Untungnya aku mulai belajar dari alam. Mungkin aku masih lebih beruntung, tidak terlalu lapar, masih ada orang lain yang jauh lebih lapar dari aku, makanya nasi itu "hilang." Jengkel? Sama sekali tidak, aku hanya sayangkan saja caranya. Kenapa mengambil dengan jalan yang tidak benar. Kalo pun dia minta baik-baik, aku cukup tau diri kok untuk memberi.

Yang kedua, datangnya Londo pagi-pagi. Ini tidak biasanya. Meskipun aku tau dia itu baik tapi dia juga tau kalo aku tidak suka dikasih-kasih seperti itu. Aku bisa menjadi lebih galak dari herder yang sariawan, kalo harga diri ku terasa diinjak. Seperti ada yang atur ini semua. Dan memang iya. Tuhan yang atur ini semua. Digantinya nasi keras ala warung pinggir kali dengan nasi pulen nan wangi dari rumah makan. Digantinya tahu goreng yang berasa asin saja, dengan ayam goreng yang kalo hanya makan kremesannya pun sudah suatu lauk yang enak buat aku. Masih ditambah lalapan dan sambal. Kontak Dia (Tuhan) bayar makanan ku yang Dia ambil untuk makhluknya yang lain.

Aku bisa tersenyum pagi ini, karena aku sudah menemukan hikmah dari sebuah peristiwa. Aku menyaksikan sendiri, dan aku percaya, Tuhan itu baik. Ku langkahkan kaki ku ke kamar mandi, mandi tidak pake mikir Stevi, karena hari ini aku harus kerja keras lagi. Kalo mikirin Stevi dan sesuatu yang lengket keluar, bisa turun drastis etos kerja ku hari ini. Selesai mandi, dengan semangat dan target yang sudah ada dan aku canangkan, aku pun berjalan menyusuri jalan-jalan kota ini. Sambil melihat sekiranya ada sampah-sampah yang berguna untuk menambah duit ku. Ya, aku berburu harta sekarang. Harta yang akan aku tukar dengan sekolah yang konon kabarnya akan membuatku menjadi pintar, entah pintar dalam hal apa.


Bye.
ashrose
n3m0
JabLai cOY
JabLai cOY dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.