i know im not dreaming
Quote:
“rasa darah yang”, kata Luna
“maaf ya, abisnya aku bingung nenanginnya gimana tadi”, kataku
“aku kan bisa bantu, tapi kamu ga mau, kasian kamunya kan”, katanya
Aku tidak menjawabnya.
“coba sini aku liat”, kata Luna memegang bibirku.
“parah ga?”, tanyaku
Bukannya menjawab Luna melah menjilatnya. Spontan akupun memundurkan kepalaku
“kenapa?”, tanya Luna
“kaget sih. Kamu kadang suka aneh-aneh”, kataku
“tapi suka kan”, katanya
“udah sekarang kamu diem aja. Gantian”, katanya
Luna pun mulai menciumi leherku sambil merangkul leherku. Tangannya mulai turun dan masuk ke dalam kaos yang sedang ku gunakan. Dia berjongkok di depanku dan melihatku sambil tersenyum.
“im surprise its still like this”, katanya
“gara-gara kamu ini”, kataku
Tangannya dengan lembut memegang punyaku, jari-jarinya dengan lincah bermain di sana. Aku hanya bisa melihat sambil mengelus rambutnya. Setelah dirasa puas dia pun use her mouth. Akupun sedikit mendorong kepalanya.
“sakit?’, katanya
Akupun menggelengkan kepala lalu dia melanjutkan kegiatannya. Sekitar 15 menit dia pun berhenti.
“pegel yang”, katanya
“sini gentian sekarang”, kataku
“kan tadi udah sih yang, kamu nya belum”, katanya
Akupun memegang tangan Luna dan membawanya ke meja yang tadi. Perlahan ku ciumi lehernya dan tanganku memegang pinggang Luna.
Seperti biasanya akupun mengangkat kaos Luna dan melepasnya, tiba-tiba Luna memegang pipiku.
“suka?”, tanyanya
Tanpa menjawabnya akupun mulai bermain di bagian dadanya.
“yang geli. Seriusan”, katanya
Tanpa berlama-lama akupun jongkok, dengan reflek Luna mengubah posisi duduknya menjadi sedikit maju. Tanpa aba-aba permainan pun dilanjut ke tingkat selanjutnya. Suara luna kembali menggema di rumah ini, dan masih beradu dengan suara tv. Sekitar 20 menit aku melakukan itu, Luna yang biasanya tidak merespon dengan kata-kata kini dia terkesan “berisik”.
“yang geli. Uuhh”, katanya
“seriusan geli yang”, lanjutnya
Tangannya menekan kepalaku
“sayaaaaaangg”, lanjutnya dan mengeluarkan lenguhan cukup panjang.
Akupun berhenti dan menengok ke Luna, dia tersenyum puas tapi ada yang aneh dari senyumannya. Terlihat seperti Luna melihat sesuatu di belakangku dan saat ku lihat ke belakang ternyata Wina sudah ada di sana. Akupun berdiri dan menutupi Luna dengan tubuhku.
“hai yang”, kataku
Dia tidak merespon apa-apa dan terasa Luna memelukku dari belakang. Jantung ini berdebar kencang, entah apa yang akan terjadi sekarang.
“pake baju yang”, kataku pada Luna
“bentar”, kata Luna masih memelukku.
Wina perlahan berjalan mendekati kami. Sampai akhirnya dia berada tepat di depan kami.
“udah?”, tanya Wina
Aku tidak menjawabnya.
“jawab yang, udah?”, tanyanya lagi
“aku bisa jelasin yang”, kataku
“you don’t have to, karena aku udah liat ko”, katanya
“tapi yang….”.
Dan terjadi lagi. Wina menamparku dengan keras, suaranya menggema di rumah ini. Luna mendorong tubuhku dan dia berada tepat di sampingku.
“yang, jangan”, kataku sambil memegang tangan Luna
“tapi yang aku ga bisa liat kamu….”, kata-kata Luna terhenti saat Wina mencium bibirku di depannya.
Seketika ada sensasi yang sudah cukup lama tidak muncul kini datang lagi, wangi tubuhnya Wina langsung memenuhi rongga hidungku, tubuhku tidak bisa menahan sensasi ini lebih lama.
“maaf nampar kamu. Aku kesel. Impas ya Lun”, kata Wina
Aku sama sekali tidak bisa berkata apa-apa.
“huff. Aku udah emosi Win”, kata Luna sambil merapihkan bajunya
“kamu kenapa yang?’, tanya Wina
“eh, ga. aku bingung”, kataku
“bingung kenapa?”, tanya Luna
“ya sama situasi sekarang. Kamu di liat sama Wina terus kamu yang liat aku kaya gitu sama Luna”, kataku
“sini duduk dulu”, kata Luna
Dan kami bertiga duduk di sofa.
“yang, aku udah pernah bilang sama kamu kalau aku susah buat benci kamu, padahal aku tau jeleknya kamu kaya gimana. Apa aja yang udah kamu perbuat, bahkan hubungan kamu sama Wina kaya gimana aku juga tau. Kenapa aku kaya gini karena kamu yang. Kalo kamu mau mungkin kamu udah bikin aku rusak, bikin aku jadi hina tapi kamu sama sekali ga kaya gitu. Jujur, tadi aku ngerasa puas ngeliat Wina kaget karena aku emang ada “dendam” sama dia.”, kata Luna
“aku ngeliat kamu uring-uringan kaya tadi itu kasian, sempet takut kamu kaya gimana-gimana ke aku tapi kamu malah nyiksa diri kamu sendiri”, lanjut Luna sambil memegang bibirku
“aku ga pernah punya niat buat ngerusak siapa-siapa”, kataku sambil melirik ke arah Wina
“mulai deh, kamu tuh masih aja ngerasa bersalah yang, aku yang minta sama kamu dan aku yang ngasih izin ke kamu. Udah ya”, kata Wina
“aduh sakit”, kataku karena tangan Luna tak sengaja menyentuh luka di bibirku
“maaf yang, coba aku liat”, kata Luna
“pantesan rasa darah tadi, bibir kamu luka ternyata. Lun jangan ganas-ganas sih”, kata Wina
“enak aja lu”, kata Luna membela diri
“padahal kita masih belum tau kedepannya kaya gimana tapi…”, Wina menghentikan ku
“terserah apa yang kamu pikirin tentang aku yang penting itu sekarang yang, kamu itu orang yang aku sayang”, kata Wina
“aku juga sayang kamu loh yang”, kata Luna
Dan dengan lembut kedua wanitaku secara bergantian mengobati bibir ini dengan bibir mereka.