- Beranda
- Stories from the Heart
( Horror Story) Cerita tentang mereka yang sebenarnya ada namun tak terlihat
...
TS
hrdnty
( Horror Story) Cerita tentang mereka yang sebenarnya ada namun tak terlihat
Salam hangat untuk para warga kaskus 

Sebagai salah satu penghuni kaskus yang eksistensinya jarang tercium (?) , ane pengen menceritakan salah satu kisah yang tak biasa, jika ada yang bertanya apakah ini fiksi atau bukan , silahkan berimajinasi semampu agan sekalian . Jika memang dirasa tidak masuk akal maka silahkan anggap bahwa cerita ini hanya karangan semata dari seseorang yang baru belajar menulis.
Mohon maaf jika bahasa yang digunakan tidak sesuai dengan kehendak agan sekalian , karna harus ane akui , menulis dan merangkai kata itu bahkan lebih sulit dari menceritakannya kembali secara lisan.


Sebagai salah satu penghuni kaskus yang eksistensinya jarang tercium (?) , ane pengen menceritakan salah satu kisah yang tak biasa, jika ada yang bertanya apakah ini fiksi atau bukan , silahkan berimajinasi semampu agan sekalian . Jika memang dirasa tidak masuk akal maka silahkan anggap bahwa cerita ini hanya karangan semata dari seseorang yang baru belajar menulis.
Mohon maaf jika bahasa yang digunakan tidak sesuai dengan kehendak agan sekalian , karna harus ane akui , menulis dan merangkai kata itu bahkan lebih sulit dari menceritakannya kembali secara lisan.
Quote:
Quote:
Diubah oleh hrdnty 05-09-2017 11:30
joewan memberi reputasi
1
74.4K
238
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
hrdnty
#85
PART 11 : DATANGNYA ORANG BARU
Pagi itu , saat memasuki lobby depan aku menyapa Mbak Sitah yang sudah berhadir lebih awal di kantor , mungkin pepatah yang mengatakan untuk jangan membenci seseorang terlalu dalam karna bisa kualat itu benar adanya, karnya nyatanya , untuk sekarang pun Mbak Sitah adalah sosok pertama yang paling ingin kutemui melebihi tumpukan berkas yang telah siap untuk mengisi kesibukanku hingga sore ini.
Aku melongo sesaat Mbak Sitah menaruh sebuah kantung hitam kecil di telapak tanganku , saat aku menengok isinya , kalau aku tak salah ingat bentuk dan warnyanya kurang lebih seperti biji lamtoro, hanya saja bukan itu. Selanjutnya, tanpa menunggu pertanyaan dariku yang mudah untuk ditebak Mbak Sitah langsung mengutarakan jawabannya ,
“Barang Itu kau simpan saja , kata kakak iparku bisa digunain untuk mengusir makhluk astral yang menempel di kita ..”
Ada dua poin yang ingin ku tanyakan kembali untuk saat ini , pertama tentu saja tentang apa hubungan diantara benda menyerupai biji ini dengan makhluk tak kasat mata itu , dan poin kedua , mungkin sesuatu yang di luar konteks , mendengar Mbak Sitah yang menyebut kata kakak ipar , membuatku ingin bertanya , tidak, mungkin lebih tepatnya memastikan , apa benar Mbak Sitah sudah menikah ? Namun saat aku melihat Mbak Sitah mengelus-elus perutnya yang terlihat sedikit membesar aku rasa aku tak perlu mempertanyakannya kembali.
Tapi sayangnya untuk pertanyaan pertama , aku rasa sekarang belum waktu yang tepat untuk membahasnya , itu tentu saja karena aku melihat sosok Mbak Kina yang tiba-tiba muncul dari pintu di belakang meja receptionist.
“Hai ..” sapanya ramah seperti biasa. “ Sedang mendiskusikan sesuatu?”
Aku dan Mbak Sitah berpandangan sesaat.
“Tidak mbak , hanya sekedar bertegur sapa..” ungkapku.
“Oh baiklah ..” Ucap Mbak Kina kembali yang diiringi dengan sebuah senyuman.
Tak lama setelah itu , aku pun mengucap permisi untuk segera menuju ke ruanganku di lantai 2 , namun tepat sebelum aku menaiki tangga Mba Kina meninggalkan bangku nya , menghampiriku kemudian sembari berkata
“Mbak kemarin liat kamu pergi berdua sama Prio ya? Kamu udah lupa sama yang mbak bilang tempo hari?”
Kali ini dia mengucapkannya dengan tatapan mengintimidasi , jauh berbeda dari kesan ramah yang aku terima sebelumya.
“Apa lagi sih ini ...” keluhku dalam hati.
Aku membetulkan letak ransel dan mengalihkan tangan Mbak Kina yang memegangi lenganku.
“Aku gak lupa sama yang mbak omongin kok , tapi aku kan gak bilang aku setuju dengan itu ..”
Mendengar jawabanku yang mungkin tidak sesuai dengan apa yang diharapkan olehnya , Mba Kina melanjutkan
“Jadi maksudnya kamu gak mau denger apa kata Mbak ?”
“Hmhh ..” aku menggumam.
“Entahlah , mungkin untuk saat ini tidak ..”
Aku meninggalkan Mbak Kina begitu saja , mengingat hari ini bukanlah hari yang tepat untuk berdebat, karna aku masih punya setumpuk tanggung jawab yang harus kuselesaikan sesegera mungkin. Awalnya aku merasa tak enak , namun akhirnya lagi-lagi perasaan itu ku abaikan begitu saja.
Saat aku menginjak tangga terakhir untuk sampai ke lantai 2 , aku menengok kembali ke bawah , dan apa yang ku dapat dari itu adalah pemandangan dari sosok Mbak Kina yang masih berdiri ditempat nya , bergeming disana , dengan raut kecemasannya yang tak bisa ia sembunyikan , seolah-olah akan ada hal buruk yang akan segera terjadi dan itu akan terjadi di sini.
Ya , di kantor ini.
Siangnya ..
Entah ada angin apa hari ini , saat aku dan Gita sedang menyantap makan siang di depot bakso sebelah kantor , seseorang mendatangi meja kami.
“Kalian yang kerja di tempat itu kan?” ucap orang itu sambil menunjuk bangunan kantor kami yang berdiri tegap di pinggiran jalan protokol.
Aku mengangguk.
“Ada apa ya mas?”
Dia memandangi kami bergantian.
“Boleh saya duduk disini ..”
Gita menyenggol kakiku , memberi tanda bahwa ia sedang berpikiran kalau orang ini agak sedikit aneh. Tapi tak tau apa yang dipikiranku saat itu , aku malah mendorong kursi di sebelahku layaknya sebuah komando untuk mempersilahkannya duduk.
“Maaf sebelumnya mbak saya menggangu ..” ucapnya sambil menduduki bangku yang kutawarkan padanya,
Hal pertama yang aku tangkap dari orang ini adalah pembawaannya yang ramah , jika kutebak , umurnya mungkin belum genap 30 tapi beberapa garis keriput di dekat matanya membuatnya terlihat sedikit lebih tua.
“Tak apa ..” sahutku. “ada sesuatu mas?”
Dia menegapkan posisi duduknya .
“Saya mantan karyawan disana mbak , mungkin sekitar 2 tahun yang lalu ..”
Menemukan fakta baru tentang orang yang sedang bersama kami saat ini , membuat aku maupun Gita memberinya perhatian lebih dengan mendengarkan pembicaraan selanjutnya dengan seksama.
“Dan saya mungkin adalah salah satu saksi tentang kejadian tak masuk akal apa saja yang pernah terjadi disana..”
Pagi itu , saat memasuki lobby depan aku menyapa Mbak Sitah yang sudah berhadir lebih awal di kantor , mungkin pepatah yang mengatakan untuk jangan membenci seseorang terlalu dalam karna bisa kualat itu benar adanya, karnya nyatanya , untuk sekarang pun Mbak Sitah adalah sosok pertama yang paling ingin kutemui melebihi tumpukan berkas yang telah siap untuk mengisi kesibukanku hingga sore ini.
Aku melongo sesaat Mbak Sitah menaruh sebuah kantung hitam kecil di telapak tanganku , saat aku menengok isinya , kalau aku tak salah ingat bentuk dan warnyanya kurang lebih seperti biji lamtoro, hanya saja bukan itu. Selanjutnya, tanpa menunggu pertanyaan dariku yang mudah untuk ditebak Mbak Sitah langsung mengutarakan jawabannya ,
“Barang Itu kau simpan saja , kata kakak iparku bisa digunain untuk mengusir makhluk astral yang menempel di kita ..”
Ada dua poin yang ingin ku tanyakan kembali untuk saat ini , pertama tentu saja tentang apa hubungan diantara benda menyerupai biji ini dengan makhluk tak kasat mata itu , dan poin kedua , mungkin sesuatu yang di luar konteks , mendengar Mbak Sitah yang menyebut kata kakak ipar , membuatku ingin bertanya , tidak, mungkin lebih tepatnya memastikan , apa benar Mbak Sitah sudah menikah ? Namun saat aku melihat Mbak Sitah mengelus-elus perutnya yang terlihat sedikit membesar aku rasa aku tak perlu mempertanyakannya kembali.
Tapi sayangnya untuk pertanyaan pertama , aku rasa sekarang belum waktu yang tepat untuk membahasnya , itu tentu saja karena aku melihat sosok Mbak Kina yang tiba-tiba muncul dari pintu di belakang meja receptionist.
“Hai ..” sapanya ramah seperti biasa. “ Sedang mendiskusikan sesuatu?”
Aku dan Mbak Sitah berpandangan sesaat.
“Tidak mbak , hanya sekedar bertegur sapa..” ungkapku.
“Oh baiklah ..” Ucap Mbak Kina kembali yang diiringi dengan sebuah senyuman.
Tak lama setelah itu , aku pun mengucap permisi untuk segera menuju ke ruanganku di lantai 2 , namun tepat sebelum aku menaiki tangga Mba Kina meninggalkan bangku nya , menghampiriku kemudian sembari berkata
“Mbak kemarin liat kamu pergi berdua sama Prio ya? Kamu udah lupa sama yang mbak bilang tempo hari?”
Kali ini dia mengucapkannya dengan tatapan mengintimidasi , jauh berbeda dari kesan ramah yang aku terima sebelumya.
“Apa lagi sih ini ...” keluhku dalam hati.
Aku membetulkan letak ransel dan mengalihkan tangan Mbak Kina yang memegangi lenganku.
“Aku gak lupa sama yang mbak omongin kok , tapi aku kan gak bilang aku setuju dengan itu ..”
Mendengar jawabanku yang mungkin tidak sesuai dengan apa yang diharapkan olehnya , Mba Kina melanjutkan
“Jadi maksudnya kamu gak mau denger apa kata Mbak ?”
“Hmhh ..” aku menggumam.
“Entahlah , mungkin untuk saat ini tidak ..”
Aku meninggalkan Mbak Kina begitu saja , mengingat hari ini bukanlah hari yang tepat untuk berdebat, karna aku masih punya setumpuk tanggung jawab yang harus kuselesaikan sesegera mungkin. Awalnya aku merasa tak enak , namun akhirnya lagi-lagi perasaan itu ku abaikan begitu saja.
Saat aku menginjak tangga terakhir untuk sampai ke lantai 2 , aku menengok kembali ke bawah , dan apa yang ku dapat dari itu adalah pemandangan dari sosok Mbak Kina yang masih berdiri ditempat nya , bergeming disana , dengan raut kecemasannya yang tak bisa ia sembunyikan , seolah-olah akan ada hal buruk yang akan segera terjadi dan itu akan terjadi di sini.
Ya , di kantor ini.
Siangnya ..
Entah ada angin apa hari ini , saat aku dan Gita sedang menyantap makan siang di depot bakso sebelah kantor , seseorang mendatangi meja kami.
“Kalian yang kerja di tempat itu kan?” ucap orang itu sambil menunjuk bangunan kantor kami yang berdiri tegap di pinggiran jalan protokol.
Aku mengangguk.
“Ada apa ya mas?”
Dia memandangi kami bergantian.
“Boleh saya duduk disini ..”
Gita menyenggol kakiku , memberi tanda bahwa ia sedang berpikiran kalau orang ini agak sedikit aneh. Tapi tak tau apa yang dipikiranku saat itu , aku malah mendorong kursi di sebelahku layaknya sebuah komando untuk mempersilahkannya duduk.
“Maaf sebelumnya mbak saya menggangu ..” ucapnya sambil menduduki bangku yang kutawarkan padanya,
Hal pertama yang aku tangkap dari orang ini adalah pembawaannya yang ramah , jika kutebak , umurnya mungkin belum genap 30 tapi beberapa garis keriput di dekat matanya membuatnya terlihat sedikit lebih tua.
“Tak apa ..” sahutku. “ada sesuatu mas?”
Dia menegapkan posisi duduknya .
“Saya mantan karyawan disana mbak , mungkin sekitar 2 tahun yang lalu ..”
Menemukan fakta baru tentang orang yang sedang bersama kami saat ini , membuat aku maupun Gita memberinya perhatian lebih dengan mendengarkan pembicaraan selanjutnya dengan seksama.
“Dan saya mungkin adalah salah satu saksi tentang kejadian tak masuk akal apa saja yang pernah terjadi disana..”
Diubah oleh hrdnty 21-08-2017 11:00
0