Kaskus

Story

hrdntyAvatar border
TS
hrdnty
( Horror Story) Cerita tentang mereka yang sebenarnya ada namun tak terlihat
Salam hangat untuk para warga kaskus emoticon-Haiemoticon-Hai

Sebagai salah satu penghuni kaskus yang eksistensinya jarang tercium (?) , ane pengen menceritakan salah satu kisah yang tak biasa, jika ada yang bertanya apakah ini fiksi atau bukan , silahkan berimajinasi semampu agan sekalian . Jika memang dirasa tidak masuk akal maka silahkan anggap bahwa cerita ini hanya karangan semata dari seseorang yang baru belajar menulis.
Mohon maaf jika bahasa yang digunakan tidak sesuai dengan kehendak agan sekalian , karna harus ane akui , menulis dan merangkai kata itu bahkan lebih sulit dari menceritakannya kembali secara lisan.emoticon-Hammer2


Quote:






Diubah oleh hrdnty 05-09-2017 11:30
joewanAvatar border
joewan memberi reputasi
1
74.4K
238
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
hrdntyAvatar border
TS
hrdnty
#60
PART 7 : SEMUANYA BERAWAL

Jika ada yang bertanya bagaimana kesanku tentang lantai 4 ini , aku lebih memilih untuk menyebutnya gudang . Sedikit gambaran seadanya untuk kantor ini sendiri , setiap lantai terdiri dari jumlah ruangan yang berbeda-beda. Di lantai 1 , hanya memiliki dua ruangan yang salah satunya digunakan oleh para relationship officer dan satu lainnya adalah ruangan luas “multifungsi” yang kami namai dengan sebutan aula kantor, disana juga terdapat meja receptionist besar yang didepannya terdapat sebuah ruang tunggu minimalis yang cukup menampung sekitar 6-7 pengunjung, lain halnya dengan lantai 2 yang memiliki lebih banyak ruangan , di paling depan sebelah tangga adalah ruangan admin yang kemudian dilanjutkan dengan gudang ATK, ruangan admin lainnya , ruang atasan , dan ruangan bagian keuangan di bagian ujung lantai 2 sebelum pantry dan toilet , ruangan di lantai 3 tak jauh beda dengan lantai 2 , namun bedanya di lantai 3 didominasi oleh bagian pemasaran sedangkan untuk staff lainnya berkumpul dalam satu ruangan besar yang paling ujung, dan tak ketinggalan juga satu ruangan kesehatan “dadakan” tepat di sebelah pantry yang dibuat oleh beberapa orang-orang di pemasaran . Tapi untuk lantai 4 sendiri , hanya ada dua ruangan kecil dan sisa space kosong lainnya diisi oleh tumpukan kardus-kardus besar yang entah apa isinya. Kabar buruknya lagi pantry ada di ujung lantai 4 dan penerangan disana tidak begitu bagus.

“Lampunya kok gak diganti ya mas ,..” Hal pertama yang kutanyakan pada Mas Tara saat memasuki pantry.
“Nah kalau itu aku sih juga pengennya diganti , tapi bos ga pernah kasih izin na ..” jawab Mas Tara sambil mengeluarkan kopi dari dalam lemari.
“Ha ..? ga kasih izin gimana , orang lampunya juga sudah ga layak pakai gini . Kalau keadaanya kaya gini sih mas , lantai 4 ini lebih baik dijadiin gudang aja menurutku”
Tak lama setelah aku mengatakan hal itu , samar terdengar suara langkah kaki seseorang , perlahan tapi terkesan berat , menuju ke arah pantry.
“Loh .. masih ada yang kerja disini mas , ku pikir udah pulang semua ..” bisikku ke Mas Tara , namun kali ini entah kenapa aku mengatakannya sambil menarik kencang lengan bajunya.
“Coba tengok deh na, mungkin si Prio ..”
“Kok malah Prio , maksudku mungkin orang yang di lantai ini mas “ protes ku
Mas Tara mengalihkan pandangannya dari mesin kopi dan menatap ku heran.
“Jangan bilang kalau kamu tidak tau na”
“tidak tau tentang apa?” tanyaku menyelidik.
Mas Tara menghela nafas.
“lantai 4 ini kan kepunyaan bos, dua ruangan di depan itu juga ruangan beliau. Terus kalau hari ini pak bos sedang tidak ada , menurutmu siapa yang memiliki kemungkinan paling besar buat kesini?”

Suara langkah itu terhenti tepat setelah Mas Tara menyelesaikan perkataannya dan tanpa harus diragukan lagi “pemilik langkah” itu pasti sudah berada di depan ruangan pantry. Aku masih terdiam mematung , masih bergeming ditempatku dengan tangan yang tetap memegangi lengan baju Mas Tara. Saat aku masih menolak untuk menoleh ke arah “orang” itu , Mas Tara berseru ,
‘Ya kan na , si Prio tuh yang datang , sini yo ngopi sekalian “ Mas Tara melambaikan tangannya tanda menyuruh “orang” itu masuk.
Aku yang mendengar nama Prio disebut sempat menghembuskan nafas lega. Namun saat akhirnya aku menoleh ke arahnya , tanganku berkeringat hebat.

Orang itu , tidaak .. maksudku sesuatu apapun itu masih berdiri di sana , berdiri dengan tegapnya , sesosok makhluk hitam dengan bulu di sekujur tubuhnya dan mata merahnya menyeringai sambil menampakkan jejeran gigi-gigi runcing nya ke arah kami. , satu detik dua detik aku masih mencoba menyakinkan bahwa apa yang aku lihat itu adalah salah , namun saat makhluk itu mulai melangkahkan kakinya untuk masuk , aku tak bisa lagi menahan ketakutanku..

“Arrrrrghhhh .. pergii “

Akal sehatku terhenti seketika . Aku mengambil semua barang yang bisa ku jangkau dan ku lemparkan pada makhluk mengerikan itu. Mas Tara pun juga ikut berteriak histeris , tapi tidak karna makhluk yang dia lihat sebagai Prio itu , tapi lebih tepatnya karna tingkah brutalku.
“Anaa ,, ngapain kamu ..!!” Mas Tara mencoba menahanku sebisanya , namun yang kulihat dia kewalahan , karna aku pun juga tak tau kenapa saat itu tenagaku lebih kuat dari biasanya. Tepat saat ku lemparkan piring terakhir , makhluk itu tiba-tiba menghilang , aku terduduk lemas di lantai , hari ini setelah sekian lama aku tak menangis , tangisan itu kembali lagi . Mas Tara memegangi badanku yang masih bergetar dan saat dirasa aku sudah mulai tenang , Mas Tara keluar dari pantry , memeriksa setiap sudut ruangan namun nyatanya makhluk itu sudah benar-benar menghilang.

“Mas , aku lihat itu .. itu makhluk.. hikk .. seram” sesunggukan masih menguasaiku , sedangkan Mas Tara pun masih terlihat kebingungan.
“Mas jangan bilang mas benar-benar ga lihat wujud asli makhluk itu tadi ..” tunjukku lagi ke tempat sosok itu tadi berada.
Mas Tara menggeleng.
“Aku ga tau na , aku bingung .. yang pasti kita turun dulu ke bawah ya , kamu bisa jalan?”
Aku mengangguk pelan. Mas Tara memapahku berjalan , jika saat itu Mas Tara mengira ketakutanku sudah berkurang , berarti dia salah besar . karna saat itu aku berjalan tanpa berani membuka mata , sialnya saat menuruni tangga mau tak mau aku harus membuka mataku sedikit dan saat aku menoleh sebentar ke arah Mas Tara. Aku melihat dengan jelas sebuah kepala berwarna merah melayang-layang tepat di belakang Mas Tara.

Tidaak .. aku tidak ingin teriak lagi , aku bersumpah aku tak ingin makhluk apapun itu bermain-main dengan ketakutanku , aku menundukan kepalaku saat menuruni tangga dan berharap besar agar Mas Tara tak melihat ke arah belakangnya.
Saat kami sudah sampai di ruangan , Prio ada disana tengah membereskan meja nya , tanpa tau ketakutan dan peristiwa apa yang baru saja kami alami dia mengajak kami pulang sambil berkata.
“Makasih sudah ditungguin ya , ngomong-ngomong cepetan berberesnya . jam segini udah saatnya giliran “mereka” ....”
Diubah oleh hrdnty 16-08-2017 14:36
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.