Payback
Quote:
Aku melihat kearah Angel dia hanya tersenyum, tangannya memegang tanganku erat, dan disembunyikan di belakang pinggang ku.
“surprise”, bisiknya
“jangan ngaco deh Ta”, bisiku.
Dan dia terlihat tidak peduli. Kamipun selesai membayar, aku sengaja jalan agak belakang karena Angel benar-benar memegang erat tanganku, setelah ku pikir cukup aman barulahh aku bertindak.
“Ta, jangan ngaco ah”, kataku sambil mencoba melepaskan tanganku
“bentar sih, ga boleh?”, tanyanya
“ga boleh”, kataku
Diapun melepas tangannya dan berjalan meninggalkanku. Aku benar-benar bingung dengan sikap wanita satu ini tidak bisa di prediksi. Dan luar biasanya sepanjang jalan dia sama sekali tidak memperdulikanku.
“kamu udah kenal lama sama Angel?”, tanya Rathi
“baru Thi”, kataku
“kayanya deket banget”, katanya
“biasa aja ah”, kataku
“mhh. Sampe pegangan tangan gitu masa biasa”, katanya sambil melihatku tersenyum
Akupun berhenti sejenak, berarti Rathi melihatku tadi.
“ayo”, kata Rathi agak teriak
“kado udah dapet nih, kita mau kemana? Masih jam 2an ini”, kata Al
“bebas”, kataku
“gua bentar lagi mau balik deh, ga bisa sore-sore”, kata Rathi
“ke rumah gua aja gimana?’, tanya Angel
“boleh sih, udah jarang gua ga ke rumah lu”, kata Ciel.
“gua sih ngikut aja”, kata Al
Akhirnya mereka sepakat untuk ke rumah Angel.
“lu ikutkan?”, tanya Al
“gua skip, balik”, kataku
“lah tadi katanya bebas, gimana dah”, kata Al
“balik aja gua”, kataku
“yah masa lu balik sih”, kata Ciel
“cape”, kataku
Angel langsung berdiri di hadapanku.
“ikut”, katanya
Akupun hanya menggelengkan kepala
“ikut”, katanya lagi
“kaga”, kataku
Diapun agak jinjit sehingga tingginya sepantaran denganku.
“ikut”, katanya
Jarak wajah kami sangat dekat, 1 langkah saja sudah cukup untuk bisa menciumnya.
“ga”, kataku
Terlihat matanya mulai berkaca-kaca.
“ikut”, suaranya mulai lirih
Akupun melihat kea rah lain, namun dia memegang pipiku dan memaksaku untuk menatapnya.
“i…kuu..tt”, katanya dengan air mata yang sudah menetes.
Ya tuhan, wanita seperti apa lagi yang aku temui sekarang ini. ingin rasanya aku langsung berlari pergi meninggalkan mereka tapi setelah memastikan situasi sepertinya itu bukan pilihan yang baik.
“ayo ikut”, katanya dengan nada manja seperti anak kecil dengan air mata yang masih menetes.
Akupun mengangguk terpaksa dan dia langsung tersenyum lebar dan mengusap air matanya.
“sip Teo ikut”, katanya kembali seperti biasa
Aaaarrrrrggghhh!!! Tadi nangis sekarang udah kaya biasa, aku benar-benar tidak tau jalan pikiran wanita satu ini. benar-benar abstrak.
Sepanjang perjalanan kerumah dia terlihat sangat girang, aku benar-benar merasa dipermainkan olehnya.
“kenapa lu? Dari tadi mengkerut itu dahi”, tanya Al
“tau”, kataku kesal
“dih, kesambet lu?”, tanyanya lagi
“diem deh Al”, kataku
Setelah naik angkot selama 30 menit kami harus jalan selama 15 menit dan akhirnya sampai di rumah Angel.
“welcome”, kata Angel
Aku sebenarnya sudah malas datang kesini dan ingin segera pulang.
“pada kemana?”, tanya Ciel
“lagi nemenin ade gua”, katanya sambil membuka kunci pintu
Yang lainnya mulai masuk tapi aku diam di teras rumahnya.
“masuk sih”, kata Angel
“gua di luar aja”, kataku
“Teo, ma..suk”, katanya
“iya iya, bawel’, kataku
Kami langsung duduk di ruang tamu, bisa di bilang rumah Angel 3x lebih besar dari rumahku. Kalau salah jalan bisa nyasar mungkin di rumah ini. Angel langsung pamit pergi ke kamarnya untuk mengganti baju, sedangkan aku memilih rebahan di sofa, Al dan Ciel mojok dekat tv dan
Rathi ada di dekatku.
“Teo lu jago computer ga?!”, teriak Angel dari atas
“Al tuh jago!”, teriakku
“Sibuk!”, teriak Al
“sama lu aja, buruan penting sih!”, teriak Angel
“ngaso sih bentar!”, kataku
“Teoooo!!”, teriaknya
“bawel lu!”, kataku yang langsung bangkit dan menuju kamar Angel.
“apaan sih?!”, kataku kesal
“computer gua ga mau nyala sih”, katanya
“bakar”, kataku
“seriusan sih”, katanya
Akupun mencoba menghidupkannya dan memang tidak bisa, saat cek lampu di kamar tidak ada masalah, setelah sekitar 5 menit mencari penyebabnya ternyata.
“colokin dulu Angeeeeell, tuh nyala!”, kataku kesal
“thanks ya”, katanya
Akupun bergegas keluar kamarnya tapi dia menarik tanganku.
“apa lagi?”, tanyaku
Dia hanya tersenyum tak jelas.
“sekali lagi happy birthday ya, gua mau ngasih kado buat lu, terima ya”, katanya sambil menunduk.
“ga perlu lah Ta”, kataku
Dia pun pergi kearah lemari dan mengambil sebuah bungkusan berukuran kecil.
“nih, terima, gua ga mau tau”, katanya
“ga usah lah Ta, kita baru aja ketemu lu udah maen ngasih hadiah aja ke gua”, kataku
Secepat kilat dia mengecup bibirku.